Professional Documents
Culture Documents
: 11
ANGGOTA
:1.RIFANI AMALIA
I1021131060
2. SADIAH
I1021131061
3.SHULHANA NUDJIYA
I1021131062
I1021131066
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan pembelajaran.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihakpihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, dalam rangka penyelesaian
makalah yang berjudul Anti-Helminthes
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Cacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Prevalensi penyakit cacingan berkisar 60% - 90% tergantung lokasi
higienis, sanitasi peribadi dan lingkungan penderita. Tingginya prevalensi ini
disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara yang tinggi di Indonesia.
Lokasi yang tidak higienis dan sanitasi yang rendah menjadi lingkungan yang
baik untuk perkembangan cacing. Beberapa daerah di Indonesia terutama di
daerah pedalaman belum semua mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak,
kasus infeksi cacing yang kronik banyak ditemukan di daerah pedalaman yang
secara latar belakang pengetahuan kesehatan dan pendidikan rendah.
Infeksi cacing ini Apabila dicermati lebih lanjut pengaruhnya bisa sangat
mengganggu, terutama pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, infeksi
ringannya, dapat mengakibatkan anemia dengan berbagai manifestasi kilinis, baik
yang terlihat secara nyata maupun yang tidak terlihat. Kasus infeksi yang sedang
sampai berat bisa mengakhibatkan adanya gangguan penyerapan pada usus dan
gangguan beberapa fungsi organ dalam. Gangguan yan ditimbulkan mulai dari
yang ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat bahkan sampai mengancam
jiwa. Secara umum gangguan nutrisi atau anmeia dapat terjadi pada penderita. Hal
ini secara tidak langsung akan mengakibatkan gangguan kecerdasan pada
anak.Karena itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri
ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu upaya bersama dan juga
kesadaran dalam menanggulangi penyakit ini. Salah satunya dengan Penggunaan
antihelmintik atau obat anti cacing yang merupakan salah satu upaya
penanggulangan infeksi cacingan. Sebagian besar antihelmintik efektif terhadap
satu macam jenis cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum
menggunakan obat tertentu. pemberian antihelmintik haruslah mengikut indikasi-
indikasi tertentu. Untuk mengobati cacingan, banyak obat anti cacing diberikan
yang bertujuan untuk mengeluarkan cacing segera bersama tinja hanya dalam
dosis sekali minum. Obat anti-cacing yang dipilih harus diperhatikan benar karena
tidak semuanya cocok pada anak maupun orang dewasa. Pemberian obat anti
cacing tanpa dasar justru akan merugikan penderita yang mana akan memperberat
kerja hati. Diagnosis harus dilakukan dengan menemukan telur/larva dalam tinja,
urin, sputum dan darah atau keluarnya cacing dewasa melalui anus,mulut atau
lainnya. Maka dari itu penggunaan antihelmintik sangat diperlukan dalam
memberantas dan mengurangi cacing dalam organ atau jaringan tubuh.
2.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini diharapkan dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
4. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini diantaranya :
1.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam
infeksi yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh
inangnya dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan
mengambil nutrisi dari tubuh inangnya. Pada kasus cacingan, maka cacing
tersebut dapat melemahkan tubuh inangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan.
Cacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik terhadap
diri sendiri ataupun terhadap lingkungannya. Cacingan dapat menular melalui
larva/telur yang tertelan & masuk ke dalam tubuh. Cacing merupakan hewan tidak
bertulang yang berbentuk lonjong & panjang yang berawal dari telur/larva hingga
berubah menjadi bentuk cacing dewasa. Cacing dapat menginfeksi bagian tubuh manapun
yang ditinggalinya seperti pada kulit, otot, paru-paru, ataupun usus/saluran
pencernaan. penyakit ini bisa menurunkan tingkat kesehatan. Di antaranya,
menyebabkan anemia, IQ menurun, lemas tak bergairah, ngantuk, malas
beraktivitas serta berat badan rendah.
2. Jenis jenis cacing
Cacing mempunyai tubuh yang simetrik bilateral dan tersusun banyak sel
(multiseluler). Parasit cacing yang penting bagi manusia terdiri dari dua golongan
besar yaitu filum Plathyhelminthes dan filum Nemathelminthes. Plathyhelminthes
terdiri dari dua kelas, yaitu Cestoda dan Trematoda, sedangkan kelas Nematoda
merupakan kelas yang penting dalam filum Nemathelminthes.
Plathyhelminthes mempunyai bentuk tubuh yang pipih seperti daun
(Trematoda) atau berbentuk pita dengan banyak segmen (Cestoda). Sedangkan
filum Nemathelminthes mempunyai bentuk tubuh yang silindris memanjang, tidak
terbagi dalam segmen-segmen.
Cacing pada manusia pun ada banyak jenisnya. Adapun Nematoda usus yang
ada pada manusia diantaranya :
1.Ascaris lumbricoid es
2.Trichuri s trichiura (cacing cambuk)
3.Hook wor m (cacing tambang)
- Ancylostom a duodenale
- Necator americanus
4. Strongyloi des stercorali s
STH
melalui jalan makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung telur
cacing. Cara Penularannya , Telur cacing masuk melalui mulut dan Menetas di usus
kecil menjadi larva, Larva ini akan menembus dinding usus kemudian masuk
ke aliran darah yang akhirnya sampai ke paru paru yang selanjutnya akan
dibatukan keluar dan ditelan kembali ke usus. Kemudian akan menjadi dewasa di
usus. Cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari. Penyakit
yang timbul dari infeksi ini antara lain anemia, obstruksi saluran empedu,
radang pankreas dan usus buntu.
Cara penularannya, telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan,
kemudian menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar ,selanjutnya telur cacing
akan keluar melalui kotoran dan jika telur ini menetas, telur ini akan hidup sampai
dewasa di dalam usus halus. Gejala yang timbul pada penderita cacing cambuk
antara lain nyeri abdomen, diare dan usus buntu. Cara pencegahan sebenarnya
cukup dengan yaitu menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan terutama
dalam penyajian makanan. Dalam membeli makanan, harus memastikan bahwa
penjual makanan memperhatikan aspek kebersihan dalam mengolah makanan.
pecah dan larva masuk ke dalam dubur. Saat digaruk, telur-telur ini
bersembunyi di jari dan kuku, sebagian lagi menempel di sprei, bantal atau
pakaian. Lewat kontak langsung, telur cacing menular ke orang lain.
Gejala Umum
Perut buncit, badan kurus, rambut seperti rambut jagung, lemas dan
cepat lelah, muka pucat, serta mata belekan. sakit perut, diare berulang
dan kembung, kolik yang tidak jelas dan berulang.
b.
Gejala Khusus
1. Cacing Gelang
Sering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu
makan dibarengi diare, akibat ketidakberesan di saluran pencernaan.
Pada kasus yang berat, penderita mengalami kekurangan gizi. Cacing
gelang yang jumlahnya banyak, akan menggumpal dan berbentuk seperti
bola, sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan di saluran pencernaan.
2. Cacing Cambuk
sebanyak 20% dan dalam bentuk utuh. Obat yang diekskresi lewat
urin ini berlangsung selama 24 jam.
c. Efek nonterapi dan kontraindikasi
Piperazin memiliki batas keamanan yang lebar. Pada dosis terapi
umumnya tidak menyebabkan efek samping, kecuali terkadang nausea,
vomitus, diare, dan alergi. Pemberian secara intravena menyebabkan
penurunan tekanan darah selintas. Dosis letal menyebabkan konvulsi
dan depresi pernapasan. Pada takar lajak atau pada akumulasi obat
karena gangguan faal ginjal dapat terjadi inkoordinasi otot, atau
kelemahan otot, vertigo, kesulitan bicara, bingung yang akan hilang
setelah pengobatan dihentikan. Piperazin dapat memperkuat efek
kejang pada penderita epilepsi. Karena itu piperazin tidak boleh
diberikan pada penderita epilepsi dan gangguan hati dan ginjal.
Pemberian obat ini pada penderita malnutrisi dan anemia berat, perlu
mendapatkan pengawasan ekstra. Karena piperazin menghasilkan
nitrosamin, penggunaannya untuk wanita hamil hanya kalau benarbenar perlu atau kalau tak tersedia obat alternatif. Piperazin bersifat
teratogenic.
d. Sediaan dan posologi
Piperazin sitrat tersedia dalam bentuk tablet 250 mg dan sirop 500
mg/ml, sedangkan piperazin tartrat dalam tablet 250 mg dan 500 mg.
Dosis dewasa pada askariasis adalah 3,5 g sekali sehari. Dosis pada
anak 75 mg/kgBB (maksimum 3,5 g) sekali sehari. Obat diberikan 2
hari berturut-turut. Untuk cacing kremi (enterobiasis) dosis dewasa
dan anak adalah 65 mg/kgBB (maksimum 2,5 g) sekali sehari selama 7
hari. Terapi hendaknya diulangi sesudah 1-2 minggu. Berikut sediaan
piperazin :
Mebendazol tidak larut dalam iar dan rasanya enak. Pada pemberian
oral absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik
yang rendah yang disebabkan oleh absorbsinya yang rendah dan
mengalami first pass hepatic metabolisme yang cepat. Diekskresikan
lewat urin hanya sekitar 2% dari dosis dalam bentuk yang utuh dan
metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam waktu 48 jam. Absorbsi
mebendazol akan lebih cepat jika diberikan bersama lemak.
Histamin H2-antagonis
Konsentrasi plasma mebendazol dapat meningkat ketika
diberikan bersama dengan enzim inhibitor yaitu simetidin.
d. Penggunaan Klinis
Mebendazol dapat digunakan dalam mengobati :
1
Capillariasis
Mebendazole dengan dosis 200 mg dikonsumsi dua kali
sehari selama 20 hari dapat digunakan untuk mengobati
capillariasis.
2
Echinococcosis
Mebendazole telah digunakan dalam pengobatan
echinococcosis tetapi albendazole lebih disukai. Biasaya dosis
mebendazole untuk mengobati cystic echinococcosis yaitu 4050 mg/kg setiap hari selama least 3- 6 bulan.
3
Toxocariasis.
Mebendazole telah digunakan dalam pengobatan
toxocariasis dan
efek samping yang ditimbulkan oleh
mebendazole memiliki kejadian yang lebih rendah dari
tiabendazole dan dengan dietilkarbamazin.
4
Strongyloidiasis
Mebendazole telah digunakan untuk pengobatan dari
strongyloidiasis tetapi perlu diberikan untuk jangka waktu
yang lebih lama dari albendazole untuk mengontrol autoinfeksi, sehingga albendazole lebih disukai.
4. Tiabendazol
Tiabendazol adalah suatu benzimidazol sintetik yang berbeda, efektif
terhadap strongilodiasis yang disebabkan Strongyloides stercoralis (cacing
benang), larva migrans pada kulit (atau erupsi menjalar) dan tahap awal
trikinosis (disebabkan Trichinella spinalis). Obat ini menganggu agregasi
mikrotubular. Meskipun hampir tidak larut dalam air, obat ini mudah
diabsorbsi pada pemberian per oral. Obat dihidroksilasi dalam hati dan
dikeluarkan dalam urine. Efek samping yang dijumpai ialah pusing, tidak
mau makan, mual dan muntah. Terrdapat beberapa laporan tentang gejala
SSP. kasus lain yang terjadi eritema multiforme dan sindrom Stevens
Johnson yang dilaporkan akibat tiabendazol, yang dapat menyebabkan
kematian. Berikut sediaan tiabendazol :
5. Invermektin
Invermektin adalah obat pilihan untuk pengobatan onkoserkiasis (buta
sungai) disebabkan Onchocerca volvulus dan terbukti pula efektif untuk
scabies.
a. Kerja Antelmintik dan Efek farmakologis
Ivermektin bekerja pada reseptor GABA (asam -amionobutirat)
parasit. Aliran klorida dipacu keluar dan terjadi hiperpolarisasi,
menyebabkan paralisis cacing. Obat diberikan oral. Tidak menembus
sawar darah otak dan tidak memberikan efek farmakologik. Namun,
tidak boleh diberikan pada pasien meningitis karena sawar tak darah
lebih permiabel dan terjadi pengaruh SSP. Ivermektin juga tidak boleh
untuk orang hamil. Tidak boleh untuk pasien yang menggunakan
benzodiasepin atau barbiturate dan obat yang bekerja pada reseptor
GABA. Pembunuhan mikrofilia dapat menyebabkan reaksi seperti
Loiasis
Ada penelitian yang menyatakan bahwa terjadi penurunan
microfilaraemia setelah pengobatan ivermectin pada pasien
dengan loiasis, tetapi ada kekhawatiran berpotensi terjadi
neurotoksisitas pada pasien.
2
Onchocerciasis.
Ivermektin mempunyai efek microfilaricidal terhadap
Onchocerca volvulus dan obat utama yang digunakan dalam
mengendalikan onchocerciasis. Sebuah dosis tunggal
cepatmenghilangkan mikrofilaria dari kulit, dengan efek
maksimum setelah 1 sampai 2 bulan, dan secara bertahap
menghilangkan mereka dari kornea dan ruang anterior mata.
Ivermektin memiliki sedikit efek pada cacing dewasa tetapi
dapat menekan pelepasan mikrofilaria dari cacing dewasa.
Dalam pengobatan onchocerciasis, dosis oral tunggal
Ivermektin3 sampai 12 mg, berdasarkan sekitar dari 150
mikrogram / kg untuk pasien dengan berat lebih dari 15 kg dan
lebih dari 5 tahun, diberikan setahun sekali atau setiap 6 bulan.
4
Strongyloidiasis
Ivermektin 200 mikrogram / kg dengan dosis tunggal,
atau harian pada dua hari berturut-turut, digunakan untuk
pengobatan dari strongyloidiasis.
6. Albendazole
Albendazole adalah antelmintik oral berspektrum luas, yang
merupakan obat pilihan dan telah diakui di Amerika Serikat untuk
pengobatan penyakit hydatid dan cysticercosis. Obat ini juga merupakan
obat utama untuk pengobatan infeksi Pinworm, Ascariasis, Trichuriasis,
Strongyloidiasis, dan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh kedua spesies
cacing tambang (hookworm).
Albendazole
dan
metabolitnya,
Albendazole
Sulfoxide,
diperkirakan bekerja dengan jalan menghambat sintesis mikrotubulus
dalam nematoda, dan dengan demikian mengurangi ambilan glukosa
secara irreversibel. Akibatnya, parasit-parasit usus dilumpuhkan atau
mati perlahan-lahan. Pembersihan mereka dari saluran cerna belum
dapat menyeluruh hingga beberapa hari setelah pengobatan. Obat ini
juga memiliki efek larvicid (membunuh larva) pada penyakit hydatid,
cysticercosis, ascariasis, dan infeksi cacing tambang serta efek ovocid
(membunuh telur) pada ascariasis, ancylostomiasis, dan trichuriasis.
Albendazole tidak mempunyai efek farmakologis pada manusia. Obat
ini (yang bersifat teratogenik dan embriotoksik pada beberapa spesies
hewan) tidak diketahui tingkat keamanannya pada wanita hamil.
Albendazol kontra indikasi terhadap ibu hamil.
b. Farmakokinetik
Absorpsi albendazol kurang baik pada saluran pencernaan namun
absorpsi
dapat
meningkat
dengan
adanya
makanan
berlemak.Albendazol secara cepat mengalami first-pass metabolism.
Metabolit albendazol sulfoksida memiliki aktivitas antelmintik dan
waktu paruh sekitar 8,5 jam. Berikatan dengan protein plasma sebesar
70%. Albendazol sulfoxid dieliminasikan di empedu dan hanya sedikit
yang dieksresikan melalui urin.
c. Interaksi
1.
2.
3.
Albendazol - Anthelmintik
Konsentrasi plasma albendazol sulfoksida
meningkat apabila erinteraksi dengan praziquantel.
dapat
Albendazol Kortikosteroid
Konsentrasi plasma dari metabolit aktif albendazol yaitu
albendazol sulfoksida dapat meningkat sebanyak 50% apabila
berinteraksi dengan dexamethasone.
Histamin H2-antagonis
Konsentrasi albendazol sulfoksida ditemukan meningkat
di dalam empedu dan cairan kista hydatid (pada penyakit
hydatid) saat albendazole diberikan dengan simetidin, yang
dapat
meningkatkan
efektivitas
dalam
pengobatan
echinococcosis.
d. Penggunaan Klinis
Ascariasis
Albendazole digunakan sebagai alternatif untuk menggantikan
mebendazol dalam pengobatan ascariasis. Kedua obat tersebut sama-sama
sangat efektif dengan tingkat kesembuhan yang lebih besar dari 98%
dilaporkan dalam satu stud albendazol.
Capillariasis
untuk
digunakan
dimana
pasien
resisten
terhadap
Prazikuantel
Infeksi trematoda umumnya diobati dengan prazikuantel. Obat ini
merupakan obat pilihan untuk pengobatan semua bentuk skistosomiasis
dan infeksi cestoda seperti sistisercosis. Permeabilitas membrane sel
terhadap
kalsium
meningkat
menyebabkan
parasite
mengalami
Niklosamid
Niklosamid adalah obat pilihan untuk infeksi cestoda (cacing pita)
pada umumnya.
a. Kerja Antelmintik dan Efek farmakologis
Kerjanya menghambat fosforilasi anaerob mitokondria parasite
terhadap ADP yang menghasilkan energy untuk pembentukan ATP.
Obat membunuh skoleks dan segmen cestoda tetapi tidak telur-telurnya.
Laksan diberikan sebelum pemberian niklosamid oral. Ini berguna
untuk membersihkan usus dari segmen-segmen cacing yang mati agar
tidak terjadi digesti dan pelepasan telur yang dapat menjadi
sistiserkosisi. Alcohol harus dilarang selama satu hari ketika niklosamid
diberikan. Berikut adalah struktur kimia niklasamid :
2 sampai 6 tahun diberikan setengah dosis di atas dan yang di bawah usia
2 tahun diberikan seperempat dosis di atas.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun simpulan dari makalah ini Antara lain :
a. Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam
infeksi yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang
tubuh inangnya dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di dalam
tubuh) dan mengambil nutrisi daritubuh inangnya.
b. Jenis-jenis cacing yang dapat menginfeksi adalah :
DAFTAR PUSTAKA