Professional Documents
Culture Documents
for Dummies
Himawan Indarto
Hanggoro Tri Cahyo A.
Kukuh C. Adi Putra
Agustus 2013
Buku Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies merupakan hand-out Shortcourse
Teknik Sipil UNNES 2013 - A Tribute To Bambang Dewasa. Sebagian gambar, ilustrasi dan
tabel bersumber dari dokumen NEHRP Recommended Provisions for New Buildings and
Other Structures : Training and Instructional Materials FEMA 451B / Juni 2007.
Buku ini tidak diperjual belikan dan bebas didistribusikan untuk keperluan non-komersial.
ii
Kata Pengantar
Kecintaan Almarhum Drs. Bambang Dewasa pada dunia struktur dengan penulisan karyakarya apiknya yang tersimpan di blog http://filebambangdewasa.wordpress.com telah
menginspirasi kami untuk terus mengembangkan materi pembelajaran yang mengikuti
perkembangan peraturan SNI terbaru. Hal ini adalah tugas sekaligus tantangan bagi dosen
untuk dapat menyampaikan materi yang rumit pasal per pasal dalam SNI, menjadi sebuah
penjelasan yang sederhana. Setelah SNI Gempa 2012, tidak lama lagi akan diterbitkan SNI
Beton Terbaru RSNI 2874-201x sebagai acuan baru perancangan struktur beton di
Indonesia.
Untuk tahun ini kami menyelenggarakan pelatihan singkat Shortcourse Teknik Sipil UNNES
2013 - A Tribute To Bambang Dewasa dengan topik Aplikasi SNI Gempa 2012 pada
Struktur Gedung Beton Bertulang. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk turut
mensosialisasikan peraturan SNI 1726:2012 tentang Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung.
Kami ucapkan selamat datang bagi peserta shortcourse, semoga pelatihan singkat ini dapat
memberikan pencerahan dan ilmu yang bermanfaat. Kami ucapkan terimakasih atas
kesediaan Bapak Ir. Himawan Indarto, MS dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas
Diponegoro untuk berbagi ilmu kegempaan dengan mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil
UNNES. Atas kerja keras panitia shortcourse, kami ucapkan penghargaan dan terimakasih.
Drs. Sucipto, MT
Ketua Jurusan Teknik Sipil UNNES
iii
Daftar Isi
, 0) ......................................... 11
iv
Sesi 1.
Prosedur Analisis Beban Seismik SNI Gempa 1726:2012
pada Bangunan Gedung
Struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah. Struktur atas adalah
bagian dari struktur bangunan gedung yang berada di atas muka tanah. Struktur bawah
adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak di bawah muka tanah, yang
dapat terdiri dari struktur besmen, dan/atau struktur fondasinya. Struktur bangunan
gedung harus memiliki sistem penahan gaya lateral dan vertikal yang lengkap, yang mampu
memberikan kekuatan, kekakuan, dan kapasitas disipasi energi yang cukup untuk menahan
gerak tanah desain dalam batasan-batasan kebutuhan deformasi dan kekuatan yang
disyaratkan. Berikut ini penjelasan langkah-langkah analisis beban seismik berdasarkan
SNI Gempa 1726:2012 untuk bangunan gedung.
Kategori
risiko
I
II
Jenis pemanfaatan
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan
bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan
yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas
yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan
bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah
dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya
untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada
saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan
bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi
pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
Kategori
risiko
III
IV
Gambar 1 - Contoh peta parameter (percepatan batuan dasar pada perioda pendek)
untuk kota Semarang dan sekitarnya.
Gambar 2 - Contoh peta parameter (percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik)
untuk kota Semarang dan sekitarnya.
diperkenankan jika terdapat lebih dari 3 m lapisan tanah antara dasar telapak atau rakit
fondasi dan permukaan batuan dasar.
SF (tanah khusus,yang
membutuhkan
investigasi geoteknik
spesifik dan analisis
respons spesifik-situs
yang mengikuti
pasal 6.10.1)
(m/detik)
>1500
750 sampai 1500
350 sampai 750
atau
N/A
N/A
>50
(kPa)
N/A
N/A
100
Penetapan kelas situs SC, SD dan SE harus dilakukan dengan menggunakan sedikitnya hasil
pengukuran dua dari tiga parameter
, , dan
Metode , kecepatan rambat gelombang geser rata-rata (v ) pada regangan geser yang
kecil, di dalam lapisan 30 m teratas. Pengukuran
di lapangan dapat dilakukan dengan uji
Seismic-Downhole (SDH), uji Spectral Analysis of Surface Wave (SASW),atau uji seismik
sejenis.
Metode N, tahanan penetrasi standar rata-rata ( ) dalam lapisan 30 m paling atas atau
tahanan penetrasi standar rata-rata tanah non kohesif (PI<20) di dalam lapisan 30 m
paling atas.
Metode , kuat geser niralir rata-rata ( ) untuk lapisan tanah kohesif (PI<20) di dalam
lapisan 30 m paling atas.
Bila
dan
menghasilkan kriteria yang berbeda, kelas situs harus diberlakukan sesuai
dengan kategori tanah yang lebih lunak.
Profil tanah yang mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang nyata
berbeda, harus dibagi menjadi lapisan-lapisan yang diberi nomor ke-1 sampai ke- n dari
atas ke bawah, sehingga ada total n -lapisan tanah yang berbeda pada lapisan 30 m paling
atas tersebut. Bila sebagian dari lapisan n adalah kohesif dan yang lainnya nonkohesif,
maka k adalah jumlah lapisan kohesif dan m adalah jumlah lapisan non-kohesif. Simbol i
mengacu kepada lapisan antara 1 dan n .
Kecepatan rata-rata gelombang geser ( )
Nilai vs harus ditentukan sesuai dengan perumusan berikut :
(1)
dengan,
! = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter;
! = kecepatan gelombang geser lapisani dinyatakan dalam meter per detik (m/detik);
"
!# ! = 30 meter.
dan
).
(2)
$
di mana Ni dan di dalam Persamaan 2 berlaku untuk tanah non-kohesif, tanah kohesif, dan
lapisan batuan.
%
&
(3)
$
di mana ! dan ! dalam Persamaan 3 berlaku untuk lapisan tanah non-kohesif saja, dan
'
, di mana ds adalah ketebalan total dari lapisan tanah non kohesif di 30m
! =
!#
lapisan paling atas.
Ni adalah tahanan penetrasi standar 60 persen energi (N60) yang terukur langsung di
lapangan tanpa koreksi, dengan nilai tidak lebih dari 305 pukulan/m. Jika ditemukan
perlawanan lapisan batuan, maka nilai Ni tidak boleh diambil lebih dari 305 pukulan/m.
(4)
+
dengan,
/.# d. =
= ketebalan total dari lapisan-lapisan tanah kohesif di dalam lapisan 30 meter paling
atas.
! = kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa seperti yang ditentukan
dan sesuai dengan tata cara yang berlaku.
PI =indeks plastisitas, berdasarkan tata cara yang berlaku.
w =kadar air dalam persen, sesuai tata cara yang berlaku.
34 =01
(5)
(6)
=02
dengan,
= parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda
pendek;
=parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0
detik.
dan koefisien situs 01 dan 02 mengikuti Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Koefisien situs, 01
Kelas
situs
SA
SB
SC
SD
SE
SF
29
3
=293
34
(7)
(8)
64
<0,4 ? 0,6 A C
, harus
(9)
Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan :; dan lebih kecil dari atau sama dengan
: , spektrum respons percepatan desain, 1 , sama dengan 64 ;
Untuk perioda lebih besar dari : , spektrum respons percepatan desain,
berdasarkan persamaan:
1
9:
, diambil
(10)
dengan,
64 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda pendek;
6 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik;
T = perioda getar fundamental struktur.
:;
0,2
64
64
10
Kategori risiko
I atau II atau III
A
B
C
D
IV
A
C
D
D
Kategori risiko
I atau II atau III
A
B
C
D
IV
A
C
D
D
11
Tabel 9. Faktor R ,
, dan ; untuk sistem penahan gaya gempa (Contoh untuk Rangka
Beton Bertulang Pemikul Momen )
Sistem penahan-gaya
seismik
C.Sistem rangka pemikul
momen
(C.5). Rangka beton
bertulang pemikul momen
khusus (Gambar 6)
(C.6). Rangka beton
bertulang pemikul momen
menengah (Gambar 5)
(C.7). Rangka beton
bertulang pemikul momen
biasa (Gambar 4)
Koefisien
modifikasi
respons,
R
TB
TB
TB
TB
TB
TB
TB
TI
TI
TI
TB
TI
TI
TI
TI
12
13
14
beban gempa merupakan gaya inersia yang besarnya sangat tergantung dari besarnya
massa dari struktur.
Beban gempa yang diperhitungkan pada perencanaan struktur, pada umumnya adalah
gaya-gaya inersia pada arah horisontal saja. Pengaruh dari gaya-gaya inersia pada arah
vertikal biasanya diabaikan, karena struktur sudah dirancang untuk menerima
pembebanan vertikal statik akibat pembebanan gravitasi, yang merupakan kombinasi
antara beban mati dan beban hidup. Kebiasaan di dalam mengabaikan pengaruh gaya-gaya
inersia pada arah vertikal akibat pengaruh beban gempa pada prosedur perencanaan
struktur, akhir-akhir ini sedang ditinjau kembali.
Pada kenyataannya, jarang dijumpai struktur bangunan yang mempunyai hubungan yang
sangat kaku antara struktur atas dengan pondasinya. Bangunan-bangunan Teknik Sipil
mempunyai kekakuan lateral yang beraneka ragam, sehingga akan mempunyai waktu getar
alami yang berbeda-beda pula. Dengan demikian respon percepatan maksimum dari
struktur tidak selalu sama dengan percepatan getaran gempa. Sistem struktur bangunan
yang tidak terlalu kaku, dapat menyerap sebagian dari energi gempa yang masuk kedalam
struktur, sehingga dengan demikian beban yang terjadi pada struktur dapat berkurang.
Akan tetapi struktur bangunan yang sangat fleksibel, yang mempunyai waktu getar alami
yang panjang yang mendekati waktu getar dari gelombang gempa di permukaan, dapat
mengalami gaya-gaya yang jauh lebih besar akibat pengaruh dari gerakan gempa yang
berulang-ulang. Besarnya beban gempa horisontal yang dapat terjadi pada struktur
bangunan akibat gempa, tidak hanya disebabkan oleh percepatan gempa saja, tetapi juga
tergantung dari respons sistem struktur bangunan dengan pondasinya. Beberapa faktor
lainnya yang berpengaruh terhadap besarnya beban gempa yang dapat terjadi pada
struktur adalah, bagaimana massa dari bangunan tersebut terdistribusi, kekakuan dari
struktur, mekanisme redaman pada struktur, jenis pondasi serta kondisi tanah dasar, dan
tentu saja perilaku serta besarnya getaran gempa itu sendiri. Faktor yang terakhir ini
sangat sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya yang acak. Pada saat terjadi gempa,
gerakan tanah berperilaku tiga dimensi, ini berarti bahwa gaya inersia yang terjadi pada
struktur akan bekerja ke segala arah, baik arah horisontal maupun arah vertikal secara
bersamaan.
Analisis dan perencanaan struktur bangunan tahan gempa, pada umumnya hanya
memperhitungkan pengaruh dari beban gempa horisontal yang bekerja pada kedua arah
sumbu utama dari struktur bangunan secara bersamaan. Sedangkan pengaruh gerakan
gempa pada arah vertikal tidak diperhitungkan, karena sampai saat ini perilaku dari respon
struktur terhadap pengaruh gerakan gempa yang berarah vertikal, belum banyak diketahui.
15
Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena beban gempa
merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat massa, yang menurut hukum gerak dari
Newton besarnya adalah : V = m.a = (W/g).a , dimana a adalah percepatan pergerakan
permukaan tanah akibat getaran gempa, dan m adalah massa bangunan yang besarnya
adalah berat bangunan (W) dibagi dengan percepatan gravitasi (g). Gaya gempa horisontal
V = (a/g).W = .W dimana =a/g disebut sebagai koefisien respons seismik. Dengan
demikian gaya gempa merupakan gaya yang didapat dari perkalian antara berat struktur
bangunan dengan suatu koefisien.
Pada bangunan gedung bertingkat, massa dari struktur dianggap terpusat pada lantai-lantai
dari bangunan, dengan demikian beban gempa akan terdistribusi pada setiap lantai tingkat
(Gambar 7). Selain tergantung dari massa di setiap tingkat, besarnya gaya gempa pada
suatu tingkat tergantung juga pada ketinggian tingkat tersebut dari permukaan tanah.
Besarnya beban gempa horisontal V yang bekerja pada struktur bangunan, dinyatakan
sebagai berikut :
K
.M
1 . NO
.M
dengan,
1 = Spektrum respons percepatan desain (g);
NO = Faktor keutamaan gempa;
R = Koefisien modifikasi respons;
W = Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi (kN).
V3
W3
V2
V
W2
V1
W
W1
16
Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perhitungan Wt, ditentukan sebagai berikut,
Perumahan / penghunian : rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit
Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah
Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop,
restoran, ruang dansa, ruang pergelaran
Gedung perkantoran : kantor, bank
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan, toko, toserba, pasar,
gudang, ruang arsip, perpustakaan
Tempat kendaraan : garasi, gedung parkir
Bangunan industri : pabrik, bengkel
= 0,30
= 0,50
= 0,50
= 0,30
= 0,80
= 0,50
= 0,90
Salah satu aspek penting dalam meninjau perilaku struktur bangunan yang bergetar akibat
gempa adalah waktu getar alami struktur. Perhatikanlah struktur sederhana yang
diilustrasikan pada Gambar 8. Jika pada puncak dari struktur diberikan perpindahan
horisontal dan kemudian dilepaskan, maka bagian atas dari struktur akan bergetar atau
berosilasi bolak-balik dengan amplitudo yang semakin mengecil sampai akhirnya struktur
kembali pada kondisi diam. Yang menarik adalah bahwa gerakan dari getaran struktur ini
tidak acak sama sekali, tetapi teratur. Getaran seperti ini disebut sebagai getaran harmonis,
karena pola getaran berubah secara sinusoidal terhadap waktu.
Waktu yang diperlukan getaran untuk melakukan satu siklus bolak-balik lengkap disebut
waktu getar alami (T), sedangkan frekuensi getaran (f) didefinisikan sebagai banyaknya
siklus yang terjadi untuk satu satuan waktu. Hubungan antara waktu getar dan frekuensi
getar dinyatakan dalam bentuk persamaan : f = 1/T.
Gambar 8 - (a) Model dari struktur. (b) Getaran bebas dari struktur
(c) Amplitudo getaran bebas
17
Besarnya frekuensi getaran yang terjadi pada struktur tergantung pada massa struktur dan
kekakuan kolom. Jika kolom pada struktur mempunyai kekakuan yang kecil, maka gaya
pemulihan yang diperlukan untuk mengembalikan struktur dari keadaan terdefleksi ke
posisi yang semula, juga relatif kecil. Dengan demikian, puncak dari struktur akan bergerak
bolak-balik secara relatif lebih lambat sampai getaran berhenti. Struktur dengan kekakuan
kolom yang kecil mempunyai waktu getar alami yang panjang. Sebaliknya struktur dengan
kolom yang kaku, akan memberikan gaya pemulihan yang besar sehingga getaran yang
terjadi akan berhenti dalam waktu yang relatif singkat. Struktur seperti ini mempunyai
waktu getar alami yang pendek.
Selain tergantung pada massa dan kekakuan kolom, panjang atau pendeknya waktu getar
dipengaruhi juga oleh mekanisme redaman pada struktur dalam hal menyerap energi
getaran. Sebagai contoh, gaya gesek dari sendi yang menghubungkan balok dan kolom dari
struktur pada Gambar 8 akan menyebabkan terjadinya redaman. Mekanisme redaman pada
struktur dapat juga terjadi, misalnya dengan adanya retakan dari elemen-elemen struktur .
Risiko Gempa di Indonesia
Berdasarkan akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh bencana gempa di Indonesia, maka
perlu adanya upaya-upaya untuk menekan bahaya bencana yang diakibatkan oleh gempa.
Aspek rekayasa gempa sangat perlu diterapkan pada rekayasa struktur, agar bangunan
mempunyai ketahanan yang baik terhadap pengaruh gempa. Penggunaan standar
bangunan sangat penting untuk menjamin bahwa bangunan tersebut aman untuk dihuni.
Penentuan tingkat risiko terjadinya gempa untuk suatu wilayah, secara analitis
dimungkinkan, berkat sifat-sifat dari peristiwa gempa yang pernah terjadi sebelumnya,
sebagaimana halnya pada beberapa bencana alam lainnya, seperti halnya banjir. Peristiwa
terjadinya gempa dapat direpresentasikan dengan suatu model matematik dan teori
probabilitas. Tingkat risiko gempa pada suatu wilayah diartikan sebagai probabilitas atau
kemungkinan terlampauinya respon pergerakan tanah yang maksimum pada wilayah
tersebut, dalam suatu kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui sejarah kegempaan suatu
daerah yang diperoleh dari pengamatan atau rekaman gempa yang pernah terjadi di masa
lalu, tingkat risiko atau peluang terjadinya gempa pada suatu wilayah dapat diperkirakan
dengan menggunakan rumus-rumus matematika dan statistik.
Tingkat risiko gempa pada suatu wilayah atau zona, tidak dapat ditentukan hanya
berdasarkan frekuensi terjadinya gempa saja. Hal ini disebabkan karena tingkat risiko
gempa diukur berdasarkan kerusakan struktur yang ada pada suatu lokasi, yang tidak
hanya tergantung dari besarnya gempa, tetapi juga tergantung pada jarak pusat gempa
(epicenter) dari lokasi yang ditinjau, serta kondisi tanah pada lokasi tersebut. Sebagai
contoh, gempa kuat dengan magnitude M=7 pada Skala Richter dengan pusat gempa
berjarak 300 km dari lokasi yang ditinjau, belum tentu menimbulkan kerusakan yang lebih
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies
18
besar dibandingkan gempa dengan magnitude M=5 atau M=6 pada Skala Richter, tetapi
dengan pusat gempa yang berjarak 50 km. dari lokasi yang ditinjau. Demikian pula halnya
pengaruh beban gempa pada struktur bangunan yang terletak di atas tanah lunak dan di
atas tanah keras, dapat juga berlainan.
Konsep keamanan dari suatu struktur terhadap pengaruh gempa, harus dikaitkan dengan
risiko atau peluang terjadinya (incidence risk) gempa tersebut selama umur rencana (design
life time) dari struktur bangunan yang ditinjau. Karena gempa merupakan peristiwa
probabilistik, maka gempa dengan kekuatan atau intensitas tertentu, mempunyai periode
ulang (return period) yang tertentu pula. Dengan demikian, jika risiko terjadinya suatu
gempa selama umur rencana bangunan sudah tertentu, maka periode ulang dari gempa
tersebut sudah tertentu pula. Hubungan antara umur rencana bangunan, periode ulang
gempa, dan risiko terjadinya gempa, berdasarkan teori probabilitas dapat dinyatakan
dalam suatu persamaan matematika sebagai berikut :
N
RN =
1 1
1
TR
x 100%
dengan,
RN
= Risiko terjadinya gempa selama umur rencana (%)
= Periode ulang terjadinya gempa (tahun)
TR
N
= Umur rencana dari bangunan (tahun)
Pada perencanaan struktur bangunan tahan gempa, perlu ditinjau 3 taraf beban
gempa, yaitu Gempa Ringan, Gempa Sedang dan Gempa Kuat, untuk merencanakan elemenelemen dari sistem struktur, agar tetap mempunyai kinerja yang baik pada saat terjadi
gempa. Gempa Ringan, Gempa Sedang, dan Gempa Kuat untuk keperluan prosedur
perencanaan struktur didefinisikan sebagai berikut :
a) Gempa Ringan
Gempa Ringan adalah gempa yang peluang atau risiko terjadinya dalam periode
umur rencana bangunan 50 tahun adalah 92% (RN = 92%), atau gempa yang periode
ulangnya adalah 20 tahun (TR = 20 tahun). Akibat Gempa Ringan ini struktur
bangunan harus tetap berperilaku elastis, ini berarti bahwa pada saat terjadi gempa
elemen-elemen struktur bangunan tidak diperbolehkan mengalami kerusakan
struktural maupun kerusakan non-struktural. Pada saat terjadi Gempa Ringan,
penampang dari elemen-elemen pada sistem struktur dianggap tepat mencapai
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies
19
kapasitas nominalnya, dan akan berdeformasi lebih lanjut secara tidak elastis
(inelastis) jika terjadi gempa yang lebih kuat.
Karena risiko terjadinya Gempa Ringan adalah 92%, maka dapat dianggap bahwa
selama umur rencananya, struktur bangunan pasti akan akan mengalami Gempa
Ringan, atau risiko terjadinya Gempa Ringan adalah 100% (RN = 100%).
b) Gempa Sedang
Gempa Sedang adalah gempa yang peluan atau risiko terjadinya dalam periode umur
rencana bangunan 50 tahun adalah 50% (RN = 50%), atau gempa yang periode
ulangnya adalah 75 tahun (TR = 75 tahun). Akibat Gempa Sedang ini struktur
bangunan tidak boleh mengalami kerusakan struktural, namun diperkenankan
mengalami kerusakan yang bersifat non-struktural. Gempa Sedang akan
menyebabkan struktur bangunan sudah berperilaku tidak elastis, tetapi tingkat
kerusakan struktur masih ringan dan dapat diperbaiki dengan biaya yang terbatas.
c) Gempa Kuat
Gempa Kuat adalah gempa yang peluang atau risiko terjadinya dalam periode umur
rencana bangunan 50 tahun adalah 2% (RN = 2%), atau gempa yang periode
ulangnya adalah 2500 tahun (TR = 2500 tahun). Akibat Gempa Kuat ini struktur
bangunan dapat mengalami kerusakan struktural yang berat, namun struktur harus
tetap berdiri dan tidak boleh runtuh sehingga korban jiwa dapat dihindarkan.
Gempa kuat akan menyebabkan struktur bangunan berperilaku tidak elastis, dengan
kerusakan struktur yang berat tetapi masih berdiri dan dapat diperbaiki.
20
V0
V=0
21
e+p
V0
V=0
Sendi Plastis
22
dari struktur akan mengalami kerusakan, bahkan secara keseluruhan struktur dapat
mengalami keruntuhan.
Agar struktur bangunan mempunyai kemampuan yang cukup dan tidak terjadi keruntuhan
pada saat terjadi Gempa Kuat, maka dapat dilakukan dua cara sbb. :
a) Membuat struktur bangunan sedemikian kuat, sehingga struktur bangunan tetap
berperilaku elastis pada saat terjadi Gempa Kuat. Struktur bangunan yang dirancang
tetap berperilaku elastis pada saat terjadi Gempa Kuat adalah tidak ekonomis.
Meskipun pada saat terjadi Gempa Kuat struktur ini tidak mengalami kerusakan
yang berarti, sehingga tidak memerlukan biaya perbaikan yang besar, namun pada
saat pembuatannya, struktur bangunan ini memerlukan biaya yang sangat mahal.
Struktur bangunan yang didesain tetap berperilaku elastis pada saat terjadi Gempa
Kuat, disebut Struktur Tidak Daktail. Penggunaan sistem struktur portal tidak
daktail masih dianggap ekonomis untuk bangunan gedung bertingkat menengah
dengan ketinggian tingkat antara 4 s/d 7 lantai, dan terletak pada wilayah dengan
pengaruh kegempaan ringan sampai sedang.
b) Membuat struktur bangunan sedemikian rupa sehingga mempunyai batas
kekuatan elastis yang hanya mampu menahan Gempa Sedang saja. Dengan
demikian, struktur ini masih bersifat elastis pada saat terjadi Gempa Ringan atau
Gempa Sedang. Pada saat terjadi Gempa Kuat, struktur bangunan harus dirancang
agar mampu untuk berdeformasi secara plastis. Jika struktur mempunyai
kemampuan untuk dapat berdeformasi plastis cukup besar, maka hal ini dapat
mengurangi sebagian dari energi gempa yang masuk ke dalam struktur. Struktur
bangunan yang didesain berperilaku plastis pada saat terjadi Gempa Kuat, disebut
Struktur Daktail. Penggunaan sistem struktur portal daktail cukup ekonomis untuk
bangunan gedung bertingkat menengah sampai tinggi, yang dibangun pada wilayah
dengan pengaruh kegempaan kuat.
23
Sedangkan elemen-elemen lainnya, direncanakan dengan kekuatan yang lebih besar untuk
menghindari terjadinya kerusakan.
Pada struktur beton bertulang, tempat-tempat terjadinya deformasi plastis yaitu tempattempat dimana penulangan mengalami pelelehan, disebut daerah sendi plastis. Karena
sendi-sendi plastis yang terbentuk pada struktur portal akibat dilampauinya Beban Gempa
Rencana dapat diatur tempatnya, maka mekanisme kerusakan yang terjadi tidak akan
mengakibatkan keruntuhan dari struktur bangunan secara keseluruhan.
Karena pada prosedur Perencanaan Kapasitas ini terlebih dahulu harus ditentukan tempattempat di mana sendi-sendi plastis akan terbentuk, maka dalam hal ini perlu diketahui
mekanisme leleh yang dapat terjadi pada sistem struktur portal. Dua jenis mekanisme leleh
yang dapat terjadi pada struktur gedung akibat pembebanan gempa kuat, ditunjukkan pada
Gambar 11.
Kedua jenis mekanisme leleh atau terbentuknya sendi-sendi plastis pada struktur gedung
adalah :
1) Mekanisme Kelelehan Pada Balok (Beam Sidesway Mechanism), yaitu keadaan
dimana sendi-sendi plastis terbentuk pada balok-balok dari struktur bangunan,
akibat penggunaan kolom-kolom yang kuat (Strong ColumnWeak Beam).
2) Mekanisme Kelelehan Pada Kolom (Column Sidesway Mechanism), yaitu keadaan di
mana sendi-sendi plastis terbentuk pada kolom-kolom dari struktur bangunan pada
suatu tingkat, akibat penggunaan balok-balok yang kaku dan kuat (Strong Beam
Weak Column)
Gambar 11 - Mekanisme leleh pada struktur gedung akibat beban gempa (a) Mekanisme
leleh pada balok, (b) Mekanisme leleh pada kolom
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies
24
Gambar 12 Terbentuknya sendi plastis pada struktur gedung akibat beban gempa.
2) Pada struktur dengan kolom-kolom yang lemah dan balok-balok yang kuat (Strong
BeamWeak Column), deformasi akan terpusat pada tingkat-tingkat tertentu,
sehingga daktilitas yang diperlukan oleh kolom agar dapat dicapai daktilitas dari
struktur yang disyaratkan, sulit dipenuhi.
25
Kerusakan yang terjadi pada kolom-kolom bangunan, akan lebih sulit diperbaiki
dibandingkan jika kerusakan terjadi pada balok. Jadi mekanisme kelelehen pada portal
yang berupa Beam Sidesway Mechanism, merupakan keadaan keruntuhan struktur
bangunan yang lebih terkontrol. Pemilihan perencanaan struktur bangunan dengan
menggunakan mekanisme ini membawa konsekuensi bahwa kolom-kolom pada struktur
bangunan harus direncanakan lebih kuat dari pada balok-balok struktur, sehingga dengan
demikian sendi-sendi plastis akan terbentuk lebih dahulu pada balok. Karena hal tersebut
di atas, maka dalam perencanaan portal daktail pada struktur bangunan tahan gempa,
sering juga disebut perencanaan struktur dengan kondisi desain Kolom Kuat Balok Lemah
(Strong ColumnWeak Beam).
26
Contoh 1.
Menentukan Spektrum respons desain dan Kategori desain seismik.
Tentukan spektrum respon desain untuk lokasi proyek gedung perkuliahan UDINUS
Semarang Jalan Imam Bonjol Semarang Jawa Tengah jika diketahui nilai N-SPT untuk titik
BH.2 sebagai berikut :
Tebal Lapisan
(GQ ) dalam
meter
6,0
8,0
10,0
6,0
10,0
Lapisan ke i
1
2
3
4
5
Nilai N-SPT
12
2
22
55
60
Jawab :
Profil tanah yang mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang nyata
berbeda, harus dibagi menjadi lapisan-lapisan yang diberi nomor ke-1 sampai ke- n dari
atas ke bawah, sehingga ada total n -lapisan tanah yang berbeda pada lapisan 30 m paling
atas tersebut. Nilai
perumusan berikut :
"!#
"!#
!
f
d+
= 6 + 8 + 10 +6 = 30 meter
c+
= 30 / 5,06 = 5,924
$
27
Maka klasifikasi situs pada lokasi proyek termasuk kelas situs SE (tanah lunak) dengan nilai
< 15.
Untuk menentukan spektrum respon desain untuk lokasi proyek data yang diperlukan
adalah :
(percepatan batuan dasar pada perioda pendek) = 1,001 g
(percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) = 0,335 g
Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (01 ) = 0,9
Faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (02 ) = 2,66
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek ( 34 ) =01 = 0,901 g
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda 1 detik ( 3 )= 02 = 0,891 g
Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek,
=293
=293
34
= 0,601 g
= 0,594 g
4j
0,2
4j
4jk
4jk
= 0, 198 detik
= 0,989 detik
Untuk perioda yang lebih kecil dari :; , spektrum respons percepatan desain,
1
64
<0,4 ? 0,6 C; Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan :; dan lebih kecil
AB
T
(detik)
0
0.198
0.989
1.089
1.189
1.289
1.389
1.489
1.589
1.689
9:.
64
; Untuk perioda
Sa
(g)
0.24
0.601
0.601
0.545
0.500
0.461
0.428
0.399
0.374
0.352
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies
28
T
(detik)
TS+0.8
TS+0.9
TS+1
TS+1.1
TS+1.2
TS+1.3
TS+1.4
TS+1.5
TS+1.6
TS+1.7
TS+1.8
TS+1.9
TS+2
TS+2.1
TS+2.2
TS+2.3
TS+2.4
TS+2.5
TS+2.6
TS+2.7
TS+2.8
TS+2.9
4
T
(detik)
1.789
1.889
1.989
2.089
2.189
2.289
2.389
2.489
2.589
2.689
2.789
2.889
2.989
3.089
3.189
3.289
3.389
3.489
3.589
3.689
3.789
3.889
4
Sa
(g)
0.332
0.314
0.299
0.284
0.271
0.260
0.249
0.239
0.229
0.221
0.213
0.206
0.199
0.192
0.186
0.181
0.175
0.170
0.166
0.161
0.157
0.153
0.149
Proyek gedung perkuliahan UDINUS Semarang termasuk jenis pemanfaatan sebagai gedung
sekolah dan fasilitas pendidikan dengan kategori resiko IV dan faktor keutamaan (Ie) = 1,5.
Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda pendek
( 64 ) adalah KDS D. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan
pada perioda 1 detik ( 6 ) adalah KDS D. Sehingga kategori desain seismik berdasarkan
nilai 64 , 6 dan ketegori resiko adalah termasuk dalam KDS D.
Material yang dipilih beton bertulang dan sistem penahan-gaya seismik yang diijinkan
adalah sistem rangka pemikul momen - Rangka beton bertulang pemikul momen khusus
(SRPMK) dengan koefisien modifikasi respons (R) = 8,0.
29
SNI 1726:2012
0.7
SNI 03-1726-2002
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
0.5
1.5
2.5
3.5
Periode, T (detik)
Contoh 2.
Menentukan Spektrum respons desain dari situs puskim.pu.go.id
Jawab :
Untuk membuat spektrum respons desain dari situs puskim.pu.go.id dengan alamat lengkap
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/, pengisian lokasi proyek
dapat berdasarkan koordinat yang diklik dari peta lokasi (Gambar C.2.1).
30
31
Namun disarankan untuk lokasi yang telah jelas alamatnya untuk menggunakan pengisian
dengan koordinat yang diklik dari peta lokasi. Perbedaan hasilnya seperti dibawah ini :
Hasil Pembuatan kurva spektrum respons desain pada lokasi proyek dengan pengisian
koordinat lokasi pada Gambar C.2.3.
32
Gambar C.2.4 Kurva spektrum respons desain berdasarkan input nama kota
33
:1
m
l . %"
(26)
dengan,
%" adalah ketinggian struktur, dalam (m), di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur,
dan koefisien l dan x ditentukan dari Tabel 15.
Tabel 14. Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung
Parameter percepatan respons spektral
desain pada 1 detik, 5DE
0,4
0,3
0,2
0,15
0,1
Koefisien
Koefisien F
1,4
1,4
1,5
1,6
1,7
dan x
Tipe struktur
x
Fx
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya gempa
yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang
lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen
0,0724
0,8
Rangka beton pemikul momen
0,0466
0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris
0,0731
0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk
0,0731
0,75
Semua sistem struktur lainnya
0,0488
0,75
34
:1
0,1
(27)
dengan,
N = jumlah tingkat.
Perioda fundamental struktur (: ) yang digunakan :
Jika : > :1
gunakan T = :1
Jika :1 < : < :1
gunakan T = :
Jika : < :1 gunakan T = :1
dengan,
: = Perioda fundamental struktur yang diperoleh dari program analisis struktur.
(21)
dengan,
= koefisien respons seismik
M = berat seismik efektif
Koefisien respons seismik,
4jk
y9
z{
(22)
dengan,
parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda pendek
64
R faktor modifikasi respons dalam Tabel 9
NO faktor keutamaan gempa dalam Tabel 2
Nilai
yang dihitung sesuai dengan Persamaan 22 tidak perlu melebihi berikut ini:
4j
A<y9z C
{
(23)
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies
35
64 NO
0,01
(24)
(25)
A<y9z C
{
dengan,
6 =parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda sebesar 1,0 detik,
T =perioda fundamental struktur (detik)
= parameter percepatan spektrum respons maksimum yang dipetakan
Berat seismik efektif struktur, W, harus menyertakan seluruh beban mati dan beban
lainnya yang terdaftar di bawah ini:
1) Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum sebesar 25 persen
beban hidup lantai (beban hidup lantai di garasi publik dan struktur parkiran
36
terbuka, serta beban penyimpanan yang tidak melebihi 5 persen dari berat seismik
efektif pada suatu lantai, tidak perlu disertakan);
2) Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam desain beban lantai: diambil sebagai
yang terbesar di antara berat partisi aktual atau berat daerah lantai minimum
sebesar 0,48 kN/m2;
3) Berat operasional total dari peralatan yang permanen;
4) Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis lainnya.
37
Contoh 3.
Analisis beban gempa pada reservoir
r
Suatu reservoir air beton bertulang pada Gambar C.3.1, didesain memiliki kapasitas 20 m3
dengan mutu beton fc=20 MPa.
MPa Reservoir direncanakan di lokasi proyek UDINUS pada
Contoh No.1. Reservoir air merupakan bagian dari intalasi air minum yang te
tetap harus
berfungsi setelah terjadinya gempa. Berat kosong dari reservoir dan peralatan adalah 20
2
kN.. Reservoir air didukung oleh 4 kolom beton berukuran 0,40x0,40m
40m dengan tinggi 12 m
(diukur dari pile cap). Hitunglah
H
beban gempa yang diperkirakan bekerja pada struktur
reservoir.
Reservoir
20 m3
Kolom
40x40cm
Balok
Pengaku
Pile Cap
Pondasi Tiang
Pancang
38
=
'
,dee
cc,;e
= 3,758 rad./detik
Pada lokasi proyek UDINUS pada Contoh No.1, kategori desain seismik berdasarkan nilai
S , S dan ketegori resiko adalah termasuk dalam KDS D. Namun demikian reservoir
diharapkan masih berfungsi pasca gempa, sehingga harus didesain tetap elastis (tidak boleh
mengalami kerusakan) saat terjadinya gempa. Sistem penahan-gaya seismik yang
digunakan adalah sistem rangka pemikul momen - Rangka beton bertulang pemikul momen
biasa (SRPMB) dengan koefisien modifikasi respons (R) = 3,0. Kategori resiko III - I = 1,25.
K
.M
1 . NO
.M
1=
0,352 g.
0,352.1,25
. 216,2
3
Geser dasar seismik , K 31,7 kN
K
.M
39
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
0.5
1.5
2.5
3.5
Periode, T (detik)
Setelah dihitung beban gempa yang diperkirakan bekerja pada struktur reservoir, untuk
selanjutnya dapat dibuat model struktur dan model pembebanan pada struktur untuk
keperluan analisis struktur.
40
41
42
1b
Tipe
dan
penjelasan
Ilustrasi
ketidakberaturan
Ketidakberaturan torsi
didefinisikan ada jika
simpangan antar lantai
tingkat maksimum, torsi
yang dihitung termasuk tak
terduga, di sebuah ujung
struktur melintang
terhadap sumbu lebih dari
1,2 kali simpangan antar
lantai tingkat rata-rata di
kedua ujung struktur.
Persyaratan
ketidakberaturan torsi
dalam pasal pasal referensi
berlaku hanya untuk
struktur di mana
diafragmanya kaku atau
setengah kaku.
Ketidakberaturan torsi
berlebihan
didefinisikan ada jika
simpangan antar lantai
tingkat maksimum, torsi
yang dihitung termasuk tak
terduga, di sebuah ujung
struktur melintang
terhadap sumbu lebih dari
1,4 kali simpangan antar
lantai tingkat rata-rata di
kedua ujung struktur.
Persyaratan
ketidakberaturan torsi
berlebihan dalam pasalpasal referensi berlaku
hanya untuk struktur di
mana diafragmanya kaku
atau setengah kaku.
43
Tipe
2.
3.
Tipe
dan
penjelasan
Ilustrasi
ketidakberaturan
Ketidakberaturan sudut
dalam
didefinisikan ada jika
kedua proyeksi denah
struktur dari sudut dalam
lebih besar dari 15 persen
dimensi denah struktur
dalam arah yang
ditentukan.
Ketidakberaturan
diskontinuitas diafragma
didefinisikan ada jika
terdapat diafragma dengan
diskontinuitas atau variasi
kekakuan mendadak,
termasuk yang mempunyai
daerah terpotong atau
terbuka lebih besar dari 50
persen daerah diafragma
bruto yang melingkupinya,
atau perubahan kekakuan
diafragma efektif lebih dari
50 persen dari suatu
tingkat ke tingkat
selanjutnya.
44
Tipe
4.
5.
Tipe
dan
penjelasan
Ilustrasi
ketidakberaturan
Ketidakberaturan
pergeseran melintang
terhadap bidang
didefinisikan ada jika
terdapat diskontinuitas
dalam lintasan tahanan
gaya lateral, seperti
pergeseran melintang
terhadap bidang elemen
vertikal.
Ketidakberaturan sistem
nonparalel
didefninisikan ada jika
elemen penahan gaya
lateral vertikal tidak paralel
atau simetris terhadap
sumbu-sumbu ortogonal
utama sistem penahan gaya
gempa.
45
1b.
46
Tipe
3
Diskontinuitas Arah
Bidang dalam
Ketidakberaturan
Elemen Penahan Gaya
Lateral Vertikal
didefinisikan ada jika
pegeseran arah bidang
elemen penahan gaya
lateral lebih besar dari
panjang elemen itu atau
terdapat reduksi
kekakuan elemen
penahan di tingkat di
bawahnya.
47
Tipe
5a.
5b.
48
Bila beban air F bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan dengan
nilai faktor beban yang sama dengan faktor beban untuk beban mati D pada kombinasi 1
hingga 5 dan 7.
Bila beban tanah H bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan
sebagai berikut:
49
Bila adanya beban H memperkuat pengaruh variabel beban utama, maka perhitungkan
pengaruh H dengan faktor beban = 1,6;
Bila adanya beban H memberi perlawanan terhadap pengaruh variabel beban utama,maka
perhitungkan pengaruh H dengan faktor beban = 0,9 (jika bebannya bersifat permanen)
atau dengan faktor beban = 0 (untuk kondisi lainnya).
Pengaruh yang paling menentukan dari beban-beban angin dan seismik harus ditinjau,
namun kedua beban tersebut tidak perlu ditinjau secara simultan.
Kombinasi beban untuk metoda tegangan ijin
Beban-beban di bawah ini harus ditinjau dengan kombinasi-kombinasi berikut untuk
perencanaan struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi berdasarkan
metoda tegangan ijin:
D
D+L
D + (Lr atau R)
D + 0,75L + 0,75(Lr atau R)
D + (0,6W atau 0,7E)
D + 0,75(0,6W atau 0,7E) +0,75L + 0,75(Lr atau R)
0,6D + 0,6W
0,6D + 0,7E
Bila beban air F bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan dengan
nilai faktor beban yang sama dengan faktor beban untuk beban mati D pada kombinasi 1
hingga 6 dan 8.
Bila beban tanah H bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan
sebagai berikut:
Bila adanya beban H memperkuat pengaruh variabel beban utama, maka
perhitungkanpengaruh H dengan faktor beban = 1;
Bila adanya beban H memberi perlawanan terhadap pengaruh variabel beban utama, maka
perhitungkan pengaruh H dengan faktor beban = 0,6 (jika bebannya bersifat permanen)
atau dengan faktor beban = 0 (untuk kondisi lainnya).
Pengaruh yang paling menentukan dari beban-beban angin dan seismik harus ditinjau,
namun kedua beban tersebut tidak perlu ditinjau secara simultan.
50
(14)
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 7 dalam pasal 4.2.2(Kombinasi beban untuk
metoda ultimit ) atau kombinasi beban 8 dalam pasal 4.2.3 (Kombinasi beban untuk metoda
tegangan ijin), E harus ditentukan sesuai dengan Persamaan 15 berikut:
E = - 2
(15)
dengan,
E = pengaruh beban gempa;
= pengaruh beban gempa horisontal seperti didefinisikan dalam pasal 7.4.2.1;
2 = pengaruh beban gempa vertikal seperti didefinisikan dalam pasal 7.4.2.2.
Pengaruh beban gempa horisontal, , harus ditentukan sesuai dengan Persamaan 16
sebagai berikut:
(16)
dengan,
= pengaruh gaya gempa horisontal dari V atau 0 . Jika disyaratkan dalam pasal 7.5.3 dan
pasal 7.5.4, pengaruh tersebut harus dihasilkan dari penerapan gaya horisontal secara
serentak dalam dua arah tegak lurus satu sama lain;
= faktor redundansi, seperti didefinisikan dalam pasal 7.3.4.
Faktor redundansi, , harus dikenakan pada sistem penahan gaya gempa dalam masingmasing kedua arah ortogonal untuk semua struktur. Nilai diijinkan sama dengan 1,0
untuk struktur dirancang untuk kategori desain seismik B atau C. Untuk struktur yang
dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F, harus sama dengan 1,3 kecuali jika
satu dari dua kondisi berikut dipenuhi, di mana diijinkan diambil sebesar 1,0:
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies
51
Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser dasar dalam arah yang
ditinjau harus sesuai dengan Tabel 12;
Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat dengan sistem penahan gaya gempa
terdiri dari paling sedikit dua bentang perimeter penahan gaya gempa yang merangka pada
masing-masing sisi struktur dalam masing-masing arah ortogonal di setiap tingkat yang
menahan lebih dari 35 persen geser dasar.
Tabel 12. Persyaratan untuk masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen
gaya geser dasar.
Elemen penahan
gaya lateral
Rangka pemikul
momen
Persyaratan
Kehilangan tahanan momen di sambungan balok ke kolom di kedua
ujung balok tunggal tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat
tingkat sebesar 33 persen, atau sistem yang dihasilkan tidak mempunyai
ketidakteraturan torsi yang berlebihan (ketidakteraturan struktur
horisontal Tipe 1b).
Pengaruh beban gempa vertikal, 2 , harus ditentukan sesuai dengan Persamaan 17 berikut:
2
0,2
64
(17)
dengan,
64 = parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda pendek yang diperoleh
dari pasal 6.10.4
D =pengaruh beban mati.
PENGECUALIAN Pengaruh beban gempa vertikal, 2 , diijinkan untuk ditetapkan sama
dengan nol untuk salah satu kondisi berikut ini :
Dalam Persamaan 14, 15, 18, dan 19 di mana 64 adalah sama dengan atau kurang dari
0,125;
Dalam Persamaan 15 jika menentukan kebutuhan pada muka-kontak tanah-struktur di
fondasi.
Kombinasi dasar untuk desain kekuatan
5. (1,2 + 0,2 64 ) D + + L
7. (0,9 - 0,2 64 ) D + +1,6 H
52
CATATAN :
Faktor beban pada L dalam kombinasi 5 diijinkan sama dengan 0,5 untuk semua hunian di
mana besarnya beban hidup merata kurang dari atau sama dengan 5 kN/m2, dengan
pengecualian garasi atau ruang pertemuan;
Faktor beban pada H harus ditetapkan sama dengan nol dalam kombinasi 7 jika aksi
struktur akibat H berlawanan dengan aksi struktur akibat E . Jika tekanan tanah lateral
memberikan tahanan terhadap aksi struktur dari gaya lainnya, faktor beban tidak boleh
dimasukkan dalam H tetapi harus dimasukkan dalam tahanan desain.
Kombinasi Dasar untuk Desain Tegangan Ijin
5. (1,0 + 0,14
6. (1,0 + 0,10
8. (0,6 + 0,14
D + H + F + 0,7
64 ) D + H + F + 0,525 + 0,75L + 0,75(Lr atau R)
64 ) D + 0,7 + H
64 )
Jika disyaratkan secara spesifik seperti pada Gambar 14, kondisi yang mensyaratkan
penerapan faktor kuat-lebih harus ditentukan sesuai dengan pasal 7.4.3 tentang
pengaruh beban gempa termasuk faktor kuat-lebih.
53
54
ragam dan spektrum respons desain dibagi dengan kuantitas <z C. Nilai untuk perpindahan
{
dan kuantitas simpangan antar lantai harus dikalikan dengan kuantitas < C.
z{
55
(34)
z{
dengan,
= faktor amplifikasi defleksi dalam Tabel 9.
mO =defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada pasal ini yang ditentukan dengan analisis
elastis.
NO =faktor keutamaan gempa.
Batasan simpangan antar lantai tingkat. Simpangan antar lantai tingkat desain () seperti
ditentukan dalam pasal 7.8.6, 7.9.2, atau 12.1, tidak boleh melebihi simpangan antar lantai
tingkat ijin (1 )seperti didapatkan dari Tabel 16 untuk semua tingkat.
Tabel 16. Simpangan antar lantai ijin, 1 a,b
Struktur
Struktur, selain dari struktur dinding geser batu
bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding
interior, partisi, langit-langit dan sistem dinding
eksterior yang telah didesain untuk
mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.
Struktur dinding geser kantilever batu batad
Struktur dinding geser batu bata lainnya
Semua struktur lainnya
I atau II
0,025 hsxc
0,010 hsx
0,007 hsx
0,020 hsx
Kategori risiko
III
IV
0,020 hsx
0,015 hsx
0,010 hsx
0,007 hsx
0,015 hsx
0,010 hsx
0,007 hsx
0,010 hsx
Untuk sistem penahan gaya gempa yang terdiri dari hanya rangka momen pada struktur
yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F, simpangan antar lantai tingkat
desain () tidak boleh melebihi 1 / untuk semua tingkat. = faktor redundansi.
56
&
(42)
z{
Keterangan:
adalah perpindahan elastik maksimum pada lokasi kritis.
Struktur-struktur bangunan yang bersebelahan harus dipisahkan minimal sebesar ,
yang dihitung dari persamaan dibawah ini:
3A
(3 )c ? (3c )c
(43)
Keterangan:
3 dan 3c adalah perpindahan respons inelastik maksimum pada struktur-struktur
bangunan yang bersebelahan di tepi-tepi yang berdekatan. Struktur bangunan harus
diposisikan berjarak paling tidak sejauh 3 dari garis batas kepemilikan tanah.
PENGECUALIAN Jarak pemisahan yang lebih kecil diijinkan jika hal ini dapat dibuktikan
oleh analisis yang rasional berdasarkan respons inelastik terhadap gerak tanah rencana
akibat gempa.
57
tanah yang diharapkan, dasar desain untuk kekuatan dan kapasitas disipasi energi struktur,
dan properti dinamis tanah harus disertakan dalam penentuan kriteria desain pondasi.
Apabila tidak dilakukan analisis interaksi tanah-struktur, struktur atas dan struktur bawah
dari suatu struktur gedung dapat dianalisis terhadap pengaruh gempa rencana secara
terpisah, di mana struktur atas dapat dianggap terjepit lateral pada besmen. Selanjutnya
struktur bawah dapat dianggap sebagai struktur tersendiri yang berada di dalam tanah
yang dibebani oleh kombinasi beban-beban gempa yang berasal dari struktur atas, beban
gempa yang berasal dari gaya inersia sendiri, gaya kinematik dan beban gempa yang
berasal dari tanah sekelilingnya. Pada gedung tanpa besmen, taraf penjepitan lateral
struktur atas dapat dianggap terjadi pada lantai dasar/muka tanah. Apabila penjepitan
tidak sempurna dari struktur atas gedung pada struktur bawah diperhitungkan, maka
struktur atas gedung tersebut harus diperhitungkan terhadap pengaruh deformasi lateral
maupun rotasional dari struktur bawahnya.
Struktur bawah tidak boleh gagal dari struktur atas. Desain detail kekuatan (strength)
struktur bawah harus memenuhi persyaratan beban gempa rencana berdasarkan
Kombinasi beban untuk metoda ultimit.
Analisis deformasi dan analisis lain seperti likuifaksi, rambatan gelombang, penurunan total
dan diferensial, tekanan tanah lateral, deformasi tanah lateral, reduksi kuat geser, reduksi
daya dukung akibat deformasi, reduksi daya dukung aksial dan lateral pondasi tiang,
pengapungan (flotation) struktur bawah tanah, dan lain-lain, dapat dilakukan sesuai
dengan persyaratan beban kerja (working stress) yang besarnya minimum sesuai dengan
Kombinasi beban untuk metoda tegangan ijin.
Struktur tipe tiang
Jika konstruksi menggunakan tiang sebagai kolom yang dibenamkan dalam tanah atau
dibenamkan dalam pondasi telapak beton dalam tanah digunakan untuk menahan beban
lateral, kedalaman pembenaman yang disyaratkan untuk tiang untuk menahan gaya gempa
harus ditentukan melalui kriteria desain yang disusun dalam laporan investigasi pondasi.
Pengikat pondasi
Pur (pile-cap) tiang individu, pier bor, atau kaison harus dihubungkan satu sama lain
dengan pengikat. Semua pengikat harus mempunyai kuat tarik atau tekan desain paling
sedikit sama dengan gaya yang sama dengan 10 persen 64 kali beban mati terfaktor
ditambah beban hidup terfaktor pur tiang atau kolom yang lebih besar kecuali jika
ditunjukkan bahwa kekangan ekivalen akan disediakan oleh balok beton bertulang dalam
pelat di atas tanah atau pelat beton bertulang di atas tanah atau pengekangan oleh batu
yang memenuhi syarat, tanah kohesif keras, tanah berbutir sangat padat, atau cara lainnya
yang disetujui.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies
58
59
Interaksi tiang-tanah
Momen, geser dan defleksi lateral tiang yang digunakan untuk desain harus ditentukan
dengan meninjau interaksi tiang dan tanah. Jika rasio kedalaman pembenaman tiang
terhadap diameter atau lebar tiang kurang dari atau sama dengan 6 (enam), tiang diijinkan
untuk diasumsikan kaku secara lentur terhadap tanahnya.
Pengaruh kelompok tiang
Pengaruh kelompok tiang dari tanah pada kuat nominal tiang lateral harus disertakan bila
jarak antar pusat-ke-pusat tiang dalam arah gaya lateral kurang dari delapan diameter atau
lebar tiang. Pengaruh kelompok tiang terhadap kuat nominal vertikal harus disertakan bila
jarak antar pusat-ke-pusat tiang kurang dari tiga kali diameter atau lebar tiang.
60
pasak yang dipasang di lapangan yang diangkur dalam tiang beton. Untuk batang tulangan
ulir, panjang penyaluran adalah panjang penyaluran penuh untuk tekan atau tarik, dalam
kasus gaya angkat, tanpa reduksi panjang untuk daerah yang terpengaruh.
Sengkang atau spiral dan pengikat harus dihentikan dengan kait gempa seperti
didefinisikan dalam ketentuan umum peraturan konstruksi beton. Bila panjang minimum
untuk tulangan atau penerusan tulangan pengekangan berspasi rapat disyaratkan di ujung
atas tiang, harus dibuat ketentuan agar panjang yang ditetapkan atau penerusan tersebut
dipertahankan setelah pemotongan tiang.
61
merusak akibat bahan penyusun tanah, perubahan permukaan air, atau faktor lainnya yang
ditunjukkan dengan catatan pengeboran dari kondisi lapangan.
Tulangan untuk tiang pipa terisi beton
Tulangan minimum 0,01 kali luasan penampang tiang beton harus disediakan pada ujung
atas tiang dengan panjang sama dengan dua kali angkur penanaman penutup yang
disyaratkan ke dalam penutup tiang.
62
2. Sejarak 3 m.
3. Tiga kali diameter tiang
4. Panjang lentur tiang, di mana harus diambil sebagai panjang dari sisi bawah penutup
tiang sampai suatu titik di mana momen retak penampang beton dikalikan dengan
faktor tahanan 0,4 melebihi momen terfaktor perlu di titik tersebut.
Sebagai tambahan, untuk tiang yang berlokasi dalam kelas situs SE atau SF, tulangan
longitudinal dan tulangan pengekangan tranversal, seperti dijelaskan di atas, harus
menerus sepanjang tiang.
Bila tulangan tranversal disyaratkan, pengikat tulangan tranversal harus minimum batang
tulangan ulir D10 untuk tiang sampai dengan diameter 500 mm dan batang tulangan ulir
D13 untuk tiang dengan diameter lebih besar.
Dalam kelas situs SA sampai SD, tulangan longitudinal dan tulangan pengekangan
tranversal, seperti didefiniskan di atas, juga harus menerus dengan minimum tujuh kali
diameter tiang di atas dan di bawah permukaan kontak lapisan lempung teguh,lunak
sampai setengah teguh atau lapisan yang dapat mencair (liquefiable) kecuali tulangan
tranversal tidak ditempatkan dalam panjang bertulangan minimum harus diijinkan untuk
menggunakan rasio tulangan spiral transversal dengan tidak kurang dari setengah yang
disyaratkan dalam tata cara yang berlaku. Spasi penulangan tranversal yang tidak
ditempatkan dalam panjang bertulangan minimum diijinkan untuk ditingkatkan, tetapi
harus tidak melebihi dari yang terkecil dari berikut ini:
1. 12 diameter batang tulangan longitudinal.
2. Setengah diameter tiang.
3. 300 mm.
Tulangan untuk tiang beton dengan pembungkus logam.
Persyaratan tulangan adalah sama seperti untuk tiang beton tanpa pembungkus logam.
PENGECUALIAN Pipa baja las spiral dengan tebal tidak kurang dari 2 mm dapat dianggap
sebagai adanya pengekangan beton yang ekivalen dengan pengikat tertutup atau spiral
ekivalen yang disyaratkan dalam tiang beton tanpa pembungkus, asalkan pembungkus
logam cukup dilindungi tehadap kemungkinan aksi yang merusak akibat bahan penyusun
tanah, perubahan permukaan air, atau faktor lainnya yang ditunjukkan oleh catatan kondisi
lokasi pengeboran.
Tulangan untuk tiang beton pracetak
Tulangan pengekangan tranversal terdiri dari pengikat tertutup atau spiral ekivalen harus
disediakan sesuai dengan tata cara yang berlaku untuk panjang penuh tiang.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies
63
PENGECUALIAN Selain dari kelas situs SE atau SF, tulangan pengekangan tranversal yang
ditetapkan harus disediakan dalam tiga kali diameter tiang di bawah sisi bawah penutup
tiang, tetapi diijinkan untuk menggunakan rasio penulangan tranversal tidak kurang dari
setengah yang disyaratkan sepanjang sisa panjang tiang.
64
Sesi 2.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 menggunakan Software
SAP2000 v10.
Langkah 1 : Mempersiapkan Satuan dan Grid
File | New Model
65
66
67
68
69
70
Define|Analysis Cases
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
Define | Analysis Cases Menambahkan analysis case Modal, Spec1 dan Spec2
83
84
85
Define | Combinations
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Contoh 4.
Analisis Dinamik Ragam Respon Spektrum Struktur 2D
Suatu bangunan gedung perkuliahan 5 lantai (4 tingkat) dari beton bertulang dengan
konfigurasi struktur seperti pada Gambar C.4.1, dimodelkan sebagai frame 2 Dimensi pada
Gambar C.4.2 direncanakan dibangun di kota Semarang.
Dari hasil evaluasi awal untuk analisis struktur terhadap beban gempa dengan
menggunakan SNI Gempa 2012, didapatkan data-data perencanaan sbb. :
a) Lokasi bangunan termasuk kelas situs SE (kondisi tanah lunak) dengan nilai N < 15.
b) Bangunan digunakan sebagai gedung untuk fasilitas pendidikan dengan kategori
resiko IV dengan Faktor Keutamaan Gempa ( Ie ) = 1,5.
c) Berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda pendek ( 64 ) dan perioda
1 detik ( 6 ), bangunan gedung termasuk dalam Kriteria Desain Seismik (KDS) : D.
d) Sistem penahan gaya gempa yang diijinkan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK), dengan Koefisien Modifikasi Respons (R) = 8,0.
96
Lt.5
50x30
4m
D40
40x40
Lt.4
50x30
4m
40x40
D40
Lt.3
50x30
40x40
D40
4m
Lt.2
Sa
50x30
6m
40x40
Z D40
6m
X
6m
Beban gempa yang bekerja pada struktur dihitung dengan Metode Analisis Dinamik
Ragam Respon Spektrum, dengan meninjau 4 ragam getar (mode shape) dari struktur.
Diagram Respon Spektrum untuk wilayah Semarang dengan kondisi tanah lunak,
diperlihatkan pada Gambar C.4.3.
97
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
0.5
1.5
2.5
3.5
Periode, T (detik)
Gambar C.4.3. Respon Spektrum Gempa wilayah Semarang untuk kondisi tanah lunak
Tabel Respon Spektrum Gempa untuk wilayah Kota Semarang dengan kondisi tanah lunak,
bedasarkan standart gempa SNI 1726 : 2012, adalah sebagai berikut :
Periode Getar
T (detik)
0,0
0,2
0,5
1
1,5
2
2,5
3,0
Percepatan
Respon Spektra
Sa ( g )
0,20
0,60
0,60
0,60
0,40
0,30
0,24
0,20
98
: U = 1,2.D + 1,6.L
: U = 1,2 D + 0,5.L + 1,0.(Ie/R).V
dimana
D : Beban Mati, L : Beban Hidup, V : Beban Gempa, Ie (Faktor Keutamaan) = 1,5;
R (Koefisien Modifikasi Respon) = 8.
Untuk harga Ie = 1,5 dan R = 8, maka :
Kombinasi Pembebanan Sementara menjadi
Beban hidup (Live Load) pada struktur diperhitungkan sebesar q = 250 kg/m2,
Untuk perhitungan beban gempa, digunakan koefisien reduksi 0,25. Beban hidup
merata pada balok akibat beban hunian :
qL
99
Beban terpusat akibat beban mati dan beban hidup pada titik berat lantai gedung :
Berat balok = (0,5 x 0,3) x 12 x 2400 = 4320 kg
wD = (2340 x 12) + 4320 = 32400 kg
wL = (1250 x 12) = 15000 kg
Beban terpusat pada titik berat lantai gedung W = 32400 + 0,25 x (15000) = 36150 kg
Percepatan gravitasi : g = 980 cm/detik2
Massa terpusat pada lantai gedung : M = W/g = 36150/980 37 kg.detik2/cm.
100
= Portal
=4
=2
= 400
= 600
Klik OK.
101
102
: Isotropic
=0
= 0,0024
= 235000
= 0,20
=0
103
Gambar C.4.7.
C.4. Data masukan untuk material beton (Concrete)
104
105
Gambar C.4.10.
C.4.
Data penampang kolom bulat diameter
diamete 40 cm
5) Penempatan Elemen Pada Sistem Struktur
Untuk mendefinisikan penempatan elemen pada sistem struktur, dilakukan sbb. :
Klik balok-balok
balok dari struktur. Pilih menu Assign, kemudian Frame/Cable dan Frame
Sections. Pada kotak Frame Properties pilih B50x30, klik OK.
Klik kolom-kolom
kolom tepi dari struktur (kolom ukuran 40/40 cm). Pilih menu Assign,
kemudian Frame/Cable dan Frame Sections. Pada kotak Frame Properties pilih K40x40, klik
OK.
Klik kolom tengah dari struktur (kolom diameter 40 cm). Pilih me
menu Assign, kemudian
Frame/Cable dan Frame Sections.
Sections Pada kotak Frame Properties pilih D40, klik OK.
6) Mendefinisikan Jenis Tumpuan
Klik joint-joint
joint yang merupakan tumpuan pada struktur. Pilih menu Assign, kemudian Joint
dan Restraints.. Di dalam kotak Joint Restraints, pada Fast Restraints
Restraints, klik tumpuan jepit, klik
OK.
106
: DEAD
: DEAD
:1
Load Name
Type
Self Weight Multiplier
Klik Add New Load
: LIVE
: LIVE
:0
Load Name
Type
Self Weight Multiplier
Klik OK
: QUAKE
: QUAKE
:0
107
: COMB1
: Linear Add
: DEAD
: Linear Static
: 1,2
Case Name
Case Type
Scale Factor
Klik Add
Klik OK.
: LIVE
: Linear Static
: 1,6
108
: COMB2
: Linear Add
: DEAD
: Linear Static
: 1,2
Case Name
Case Type
Scale Factor
Klik Add
: LIVE
: Linear Static
: 0,5
Case Name
Case Type
Scale Factor
Klik Add
Klik OK.
: QUAKE
: Linear Static
: 0,187
109
: DEAD
: Kgf, cm, C
: Forces
: GLOBAL
:Z
: Add to Existing Loads
: LIVE
: Kgf, cm, C
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies
110
: Forces
: GLOBAL
:Z
: Add to Existing Loads
Pada Uniform Load masukkan beban, Load = -12.5, kemudian klik OK.
: Semarang-Lunak
: 0,05
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies
111
Define Function :
Periode
0,0
0,2
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
Acceleration
0,20
0,60
0,60
0,60
0,40
0,30
0,24
0,20
Gambar C.4.16. Fungsi spektrum respon wilayah Semarang untuk kondisi tanah lunak.
Setelah fungsi Respon Spektrum didefi
didefinisikan,
nisikan, kemudian didefinisikan cara analisis beban
gempa yang akan digunakan, dengan cara sbb. :
Dari menu Define, klik Analysis Cases.
Cases Pada kotak Analysis Cases klik QUAKE kemudian
Modify/Show Case. Pada kotak Analysis Case Data Response Spectrum
Spectrum, masukkan data sbb.
(lihat Gambar C.4.17) :
112
Gambar C.4.17. Data masukan untuk metode analisis superposisi ragam spektrum respon
113
Gambar C.4.18
18. Model massa terpusat untuk analisis dinamik struktur
C.4.
Data masukan untuk massa terpusat
erpusat pada lantai 2
Gambar C.4.19.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies
114
115
Gambar C.4.21. Data masukan untuk jumlah ragam getar struktur yang dianalisis
13) Analisis Struktur
Karena bangunan dimodelkan sebagai struktur 2 dimensi,
dimensi, maka untuk efisiensi proses
perhitungan, model struktur ini perlu didefinisikan sebagai struktur 2 dimensi yang
terletak di bidang X-Z,
Z, dengan cara sbb. :
Pilih menu Analyze,, klik Set Analysis Options Analysis.. Pada kotak Analysis Options pilih
Plane Frame (XZ Plane),, klik OK. Pilih menu Analyze, klik Run Analysis.
Analysis
Gambar C.4.22.
C.4.
Data masukan untuk analisis struktur 2 dimensi
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies
116
Gambar C.4.23. Deformasi struktur akibat kombinasi Pembebanan Tetap dan Pembebanan
Sementara
Gambar C.4.24.. Bidang momen lentur untuk kombinasi Pembebanan Tetap (ton-m)
(ton
117
Gambar C.4.25.. Bidang momen lentur untuk kombinasi Pembebanan Sementara (ton
(ton-m)
Gambar C.4.26. Bidang gaya geser untuk kombinasi Pembebanan Tetap (ton
(ton-m
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies
118
Gambar C.4.28.. Bidang gaya normal (aksial) untuk kombinasi Pembebanan Tetap (ton-m
(ton
119
Gambar C.4.29.. Bidang gaya normal (aksial) untuk kombinasi Pembebanan Sementara
(ton-m)
120
121
122
123
124
125
126
127
128
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
129
LAMPIRAN 3
130
Daftar Pustaka
ASCE, 2010, ASCE Standard ASCE/SEI 7-10 : Minimum design loads for buildings and other
structures, ASCE.
BSN, 2012, SNI 1726:2012 : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung, Badan Standardisasi Nasional.
FEMA, 2007, NEHRP Recommended Provisions for New Buildings and Other Structures :
Training and Instructional Materials FEMA 451B / Juni 2007
FEMA, 2009, NEHRP Recommended Seismic Provisions for New Buildings and Other
Structures FEMA P-750 / 2009 Edition
FEMA, 2012, 2009 NEHRP Recommended Seismic Provisions: Design Examples FEMA P751 / September 2012.
Indarto, H., 2005, Buku Ajar Mekanika Getaran dan Rekayasa Gempa, Jurusan Teknik SIpil
Universitas Diponegoro, Semarang.
131
Profil Instruktur
Himawan Indarto
Indarto,, menyelesaikan studi di S1 Teknik Sipil
Universitas Diponegor
Diponegoro,
o, Semarang dan S2 Teknik Struktur ITB
Bandung. Dosen Teknik Sipil Universitas Diponegoro ini selain
mengajar dan melakukan penelitian bidang struktur juga bekerja
sebagai praktisi.
Pekerjaan yang pernah ditangani adalah menjadi Tenaga Ahli Struktur
pada Proyek Jalan Tol Semarang Solo, menjadi Tenaga Ahli Struktur
Proyek Gedung Indosat Semarang dan beberapa proyek yang
berkaitan dengan pekerjaan desain, audit forensik, repair, dan retrofit
untuk struktur bangunan. Organisasi Profesi yang diikuti adalah
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) dan Himpunan Ahli
Teknik Tanah Indonesia (HATTI). Penyaji materi dapat dihubungi
melalui E-mail
E
: himawan.indarto@gmail.com. Paper ilmiah yang
pernah ditulis pembicara, dapat diunduh di halaman blog
www.himawanindarto.wordpress.com.
132
133