You are on page 1of 138

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012

for Dummies

Himawan Indarto
Hanggoro Tri Cahyo A.
Kukuh C. Adi Putra

Agustus 2013

Bambang Dewasas Files


http://filebambangdewasa.wordpress.com

Seismic design (and analysis) is as much an art


as it is a science.
FEMA 451B

Buku Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies merupakan hand-out Shortcourse
Teknik Sipil UNNES 2013 - A Tribute To Bambang Dewasa. Sebagian gambar, ilustrasi dan
tabel bersumber dari dokumen NEHRP Recommended Provisions for New Buildings and
Other Structures : Training and Instructional Materials FEMA 451B / Juni 2007.
Buku ini tidak diperjual belikan dan bebas didistribusikan untuk keperluan non-komersial.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

ii

Kata Pengantar

Kecintaan Almarhum Drs. Bambang Dewasa pada dunia struktur dengan penulisan karyakarya apiknya yang tersimpan di blog http://filebambangdewasa.wordpress.com telah
menginspirasi kami untuk terus mengembangkan materi pembelajaran yang mengikuti
perkembangan peraturan SNI terbaru. Hal ini adalah tugas sekaligus tantangan bagi dosen
untuk dapat menyampaikan materi yang rumit pasal per pasal dalam SNI, menjadi sebuah
penjelasan yang sederhana. Setelah SNI Gempa 2012, tidak lama lagi akan diterbitkan SNI
Beton Terbaru RSNI 2874-201x sebagai acuan baru perancangan struktur beton di
Indonesia.
Untuk tahun ini kami menyelenggarakan pelatihan singkat Shortcourse Teknik Sipil UNNES
2013 - A Tribute To Bambang Dewasa dengan topik Aplikasi SNI Gempa 2012 pada
Struktur Gedung Beton Bertulang. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk turut
mensosialisasikan peraturan SNI 1726:2012 tentang Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung.
Kami ucapkan selamat datang bagi peserta shortcourse, semoga pelatihan singkat ini dapat
memberikan pencerahan dan ilmu yang bermanfaat. Kami ucapkan terimakasih atas
kesediaan Bapak Ir. Himawan Indarto, MS dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas
Diponegoro untuk berbagi ilmu kegempaan dengan mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil
UNNES. Atas kerja keras panitia shortcourse, kami ucapkan penghargaan dan terimakasih.

Semarang, 27 Agustus 2013

Drs. Sucipto, MT
Ketua Jurusan Teknik Sipil UNNES

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

iii

Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................................ iii


Daftar Isi ............................................................................................................................................ iv
Sesi 1. Prosedur Analisis Beban Seismik SNI Gempa 1726:2012 pada Bangunan
Gedung ................................................................................................................................................ 1
1. Menentukan Kategori Resiko Struktur Bangunan (I-IV) dan faktor keutamaan (Ie).. 1
2. Menentukan Parameter percepatan gempa (SS, S1) ................................................................. 3
3. Menentukan Kelas Situs (SA SF) .................................................................................................. 4
4. Menentukan Koefisien-koefisien situs dan paramater-parameter respons spektral
percepatan gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget (MCER) ............. 7
5. Menentukan Spektrum respons Desain ....................................................................................... 9
6. Menentukan Kategori desain seismik (A-D) ............................................................................ 10
7. Pemilihan sistem struktur dan parameter sistem (R,

, 0) ......................................... 11

8. Batasan Perioda fundamentalstruktur (T) ............................................................................... 34


9. Perhitungan Geser dasar seismik ................................................................................................ 35
10. Struktur bangunan gedung beraturan dan tidak beraturan ........................................... 41
11. Kombinasi Pembebanan ............................................................................................................... 49
12. Arah pembebanan beban gempa ............................................................................................... 54
13. Analisis spektrum respons ragam ............................................................................................ 55
14. Penentuan simpangan antar lantai ........................................................................................... 55
15. Pemisahan struktur ........................................................................................................................ 57
16. Desain pondasi ................................................................................................................................. 57
17. Persyaratan perancangan dan pendetailan bahan pondasi ............................................ 60
Sesi 2. Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 menggunakan Software SAP2000 v10. ........... 65
Langkah 1 : Mempersiapkan Satuan dan Grid ............................................................................ 65
Langkah 2 : Menginputkan Mutu Material ................................................................................... 67
Langkah 3 : Menginputkan Dimensi Penampang Elemen...................................................... 68
Langkah 4 : Menginputkan Beban dan Kombinasi Beban ..................................................... 71
Langkah 5 : Pembuatan model struktur ....................................................................................... 74
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

iv

Langkah 6 : Menginputkan Code yang digunakan .................................................................... 75


Langkah 7 : Pemilihan Kombinasi Pembebanan untuk Desain, Framing Type ............. 76
Langkah 8 : Pemilihan DOF dan Beban yang akan di analisis .............................................. 77
Langkah 9 : Menampilkan hasil analisis struktur ..................................................................... 79
Langkah 10 : Proses pendesainan elemen ................................................................................... 80
Langkah 11 : Menampilkan hasil pendesainan elemen .......................................................... 81
Langkah 12 : Mengiputkan beban gempa prosedur analisis ragam .................................. 82
Langkah 13 : Memasukan parameter Massa ............................................................................... 89
Langkah 14 : Memasukan joints constrain pada pelat lantai ............................................... 90
Langkah 15 : Analisis Struktur ......................................................................................................... 91
Langkah 16 : Pembacaan hasil beban gempa ............................................................................. 92
Langkah 17 : Penginputan luas tulangan tumpuan terpasang ............................................. 95
Daftar Pustaka ................................................................................................................................................ 131
Profil Instruktur ............................................................................................................................................ 132
Profil Asisten Instruktur ........................................................................................................................... 133

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

Sesi 1.
Prosedur Analisis Beban Seismik SNI Gempa 1726:2012
pada Bangunan Gedung
Struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah. Struktur atas adalah
bagian dari struktur bangunan gedung yang berada di atas muka tanah. Struktur bawah
adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak di bawah muka tanah, yang
dapat terdiri dari struktur besmen, dan/atau struktur fondasinya. Struktur bangunan
gedung harus memiliki sistem penahan gaya lateral dan vertikal yang lengkap, yang mampu
memberikan kekuatan, kekakuan, dan kapasitas disipasi energi yang cukup untuk menahan
gerak tanah desain dalam batasan-batasan kebutuhan deformasi dan kekuatan yang
disyaratkan. Berikut ini penjelasan langkah-langkah analisis beban seismik berdasarkan
SNI Gempa 1726:2012 untuk bangunan gedung.

1. Menentukan Kategori Resiko Struktur Bangunan (I-IV) dan faktor


keutamaan (Ie)
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung sesuai Tabel 1
pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie
menurut Tabel 2.
Tabel 1. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Jenis pemanfaatan
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko
I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan ; rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik

Kategori
risiko
I

II

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

Jenis pemanfaatan
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan
bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan
yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas
yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan
bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah
dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya
untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada
saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan
bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi
pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.

Kategori
risiko
III

IV

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

Tabel 2. Faktor keutamaan gempa (Ie)


Kategori risiko
I atau II
III
IV

Faktor keutamaan gempa, Ie


1,0
1,25
1,50

2. Menentukan Parameter percepatan gempa (SS, S1)


Parameter percepatan terpetakan
Parameter
(percepatan batuan dasar pada perioda pendek) dan
(percepatan batuan
dasar pada perioda 1 detik) harus ditetapkan masing-masing dari respons spektral
percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismik dengan kemungkinan 2
persen terlampaui dalam 50 tahun (MCER, 2 persen dalam 50 tahun), dan dinyatakan dalam
bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi.

Gambar 1 - Contoh peta parameter (percepatan batuan dasar pada perioda pendek)
untuk kota Semarang dan sekitarnya.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

Gambar 2 - Contoh peta parameter (percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik)
untuk kota Semarang dan sekitarnya.

3. Menentukan Kelas Situs (SA SF)


Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau
penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan
tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil
tanah di situs harus diklasifikasikan sesuai dengan Tabel 3, berdasarkan profil tanah
lapisan 30 m paling atas. Penetapan kelas situs harus melalui penyelidikan tanah di
lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan oleh otoritas yang berwewenang atau ahli
desain geoteknik bersertifikat, dengan minimal mengukur secara independen dua dari tiga
parameter tanah yang tercantum dalam Tabel 3. Dalam hal ini, kelas situs dengan kondisi
yang lebih buruk harus diberlakukan. Apabila tidak tersedia data tanah yang spesifik pada
situs sampai kedalaman 30 m, maka sifat-sifat tanah harus diestimasi oleh seorang ahli
geoteknik yang memiliki sertifikat/ijin keahlian yang menyiapkan laporan penyelidikan
tanah berdasarkan kondisi getekniknya. Penetapan kelas situs SA dan kelas situs SB tidak
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

diperkenankan jika terdapat lebih dari 3 m lapisan tanah antara dasar telapak atau rakit
fondasi dan permukaan batuan dasar.

Tabel 3. Klasifikasi situs


Kelas situs
SA (batuan keras)
SB (batuan)
SC (tanah keras, sangat
padat dan batuan
lunak)
SD (tanah sedang)
SE (tanah lunak)

SF (tanah khusus,yang
membutuhkan
investigasi geoteknik
spesifik dan analisis
respons spesifik-situs
yang mengikuti
pasal 6.10.1)

(m/detik)
>1500
750 sampai 1500
350 sampai 750

atau
N/A
N/A
>50

(kPa)
N/A
N/A
100

175 sampai 350


15 sampai 50
50 sampai 100
< 175
<15
< 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan
karateristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI >20,
2. Kadar air, w 40%,
3. Kuat geser niralir < < 25 kPa
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari
karakteristik berikut:
- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti
mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
- Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > 3 m)
- Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H >7,5 m dengan Indeks
Plasitisitas PI>75)
- Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan ketebalan H>35m
dengan < 50 kPa

CATATAN: N/A = tidak dapat dipakai

Penetapan kelas situs SC, SD dan SE harus dilakukan dengan menggunakan sedikitnya hasil
pengukuran dua dari tiga parameter

, , dan

, yang dihitung sesuai :

Metode , kecepatan rambat gelombang geser rata-rata (v ) pada regangan geser yang
kecil, di dalam lapisan 30 m teratas. Pengukuran
di lapangan dapat dilakukan dengan uji
Seismic-Downhole (SDH), uji Spectral Analysis of Surface Wave (SASW),atau uji seismik
sejenis.
Metode N, tahanan penetrasi standar rata-rata ( ) dalam lapisan 30 m paling atas atau
tahanan penetrasi standar rata-rata tanah non kohesif (PI<20) di dalam lapisan 30 m
paling atas.
Metode , kuat geser niralir rata-rata ( ) untuk lapisan tanah kohesif (PI<20) di dalam
lapisan 30 m paling atas.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

Bila
dan
menghasilkan kriteria yang berbeda, kelas situs harus diberlakukan sesuai
dengan kategori tanah yang lebih lunak.
Profil tanah yang mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang nyata
berbeda, harus dibagi menjadi lapisan-lapisan yang diberi nomor ke-1 sampai ke- n dari
atas ke bawah, sehingga ada total n -lapisan tanah yang berbeda pada lapisan 30 m paling
atas tersebut. Bila sebagian dari lapisan n adalah kohesif dan yang lainnya nonkohesif,
maka k adalah jumlah lapisan kohesif dan m adalah jumlah lapisan non-kohesif. Simbol i
mengacu kepada lapisan antara 1 dan n .
Kecepatan rata-rata gelombang geser ( )
Nilai vs harus ditentukan sesuai dengan perumusan berikut :

(1)

dengan,
! = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter;
! = kecepatan gelombang geser lapisani dinyatakan dalam meter per detik (m/detik);
"
!# ! = 30 meter.

Tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata ( ), dan tahanan penetrasi standar


rata-rata untuk lapisan tanah non-kohesif (
Nilai

dan

harus ditentukan sesuai dengan perumusan berikut:

).

(2)
$

di mana Ni dan di dalam Persamaan 2 berlaku untuk tanah non-kohesif, tanah kohesif, dan
lapisan batuan.
%

&

(3)
$

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

di mana ! dan ! dalam Persamaan 3 berlaku untuk lapisan tanah non-kohesif saja, dan
'
, di mana ds adalah ketebalan total dari lapisan tanah non kohesif di 30m
! =
!#
lapisan paling atas.
Ni adalah tahanan penetrasi standar 60 persen energi (N60) yang terukur langsung di
lapangan tanpa koreksi, dengan nilai tidak lebih dari 305 pukulan/m. Jika ditemukan
perlawanan lapisan batuan, maka nilai Ni tidak boleh diambil lebih dari 305 pukulan/m.

Kuat geser niralir rata-rata (

Nilai s) harus ditentukan sesuai dengan perumusan berikut:


,

(4)
+

dengan,
/.# d. =
= ketebalan total dari lapisan-lapisan tanah kohesif di dalam lapisan 30 meter paling
atas.
! = kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa seperti yang ditentukan
dan sesuai dengan tata cara yang berlaku.
PI =indeks plastisitas, berdasarkan tata cara yang berlaku.
w =kadar air dalam persen, sesuai tata cara yang berlaku.

4. Menentukan Koefisien-koefisien situs dan paramater-parameter


respons spektral percepatan gempa maksimum yang dipertimbangkan
risiko-tertarget (MCER)
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah,
diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1 detik.
Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran
perioda pendek (01 ) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran
perioda 1 detik (02 ). Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek ( 34 )
dan perioda 1 detik ( 3 ) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus
ditentukan dengan perumusan berikut ini :
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

34 =01

(5)

(6)

=02

dengan,
= parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda
pendek;
=parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0
detik.
dan koefisien situs 01 dan 02 mengikuti Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Koefisien situs, 01
Kelas
situs
SA
SB
SC
SD
SE
SF

Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER) terpetakan pada


perioda pendek, T=0,2 detik, 5
0,25
=0,5
=0,75
=1,0
1,25
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,2
1,2
1,1
1,0
1,0
1,6
1,4
1,2
1,1
1,0
2,5
1,7
1,2
0,9
0,9
SSb

(a) Untuk nilai-nilai antara dapat dilakukan interpolasi linier


(b) SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs-spesifik, lihat pasal
6.10.1.

Tabel 5. Koefisien situs, 02


Kelas
situs
SA
SB
SC
SD
SE
SF

Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER) terpetakan pada


perioda pendek, T=0,2 detik, 5
0,1
=0,2
=0,3
=0,4
0,5
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,7
1,6
1,5
1,4
1,3
2,4
2,0
1,8
1,6
1,5
3,5
3,2
2,8
2,4
2,4
b
SS

(a) Untuk nilai-nilai antara


dapat dilakukan interpolasi linier
(b) SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs-spesifik, lihat pasal
6.10.1.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

Parameter percepatan spektral desain


Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek,
6 , harus ditentukan melalui perumusan berikut ini :
64 =
6

29
3

=293

dan pada perioda 1 detik,

34

(7)

(8)

5. Menentukan Spektrum respons Desain


Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak tanah dari
spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons desain harus dikembangkan
dengan mengacu Gambar 3 dan mengikuti ketentuan di bawah ini :
Untuk perioda yang lebih kecil dari :; , spektrum respons percepatan desain,
diambil dari persamaan;
1

64

<0,4 ? 0,6 A C

, harus

(9)

Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan :; dan lebih kecil dari atau sama dengan
: , spektrum respons percepatan desain, 1 , sama dengan 64 ;
Untuk perioda lebih besar dari : , spektrum respons percepatan desain,
berdasarkan persamaan:
1

9:

, diambil

(10)

dengan,
64 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda pendek;
6 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik;
T = perioda getar fundamental struktur.
:;

0,2

64

64

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

Gambar 3 - Spektrum respons desain

6. Menentukan Kategori desain seismik (A-D)


Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik yang mengikuti pasal ini.
Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di mana parameter respons
spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, , lebih besar dari atau sama dengan
0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik E.
Struktur yang berkategori risiko IV yang berlokasi di mana parameter respons spektral
percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, , lebih besar dari atau sama dengan 0,75,
harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik F.
Semua struktur lainnya harus ditetapkan kategori desain seismik-nya berdasarkan kategori
risikonya dan parameter respons spektral percepatan desainnya, 64 dan 6 . Masingmasing bangunan dan struktur harus ditetapkan ke dalam kategori desain seismik yang
lebih parah, dengan mengacu pada Tabel 6 atau 7, terlepas dari nilai perioda fundamental
getaran struktur, T .
Apabila lebih kecil dari 0,75, kategori desain seismik diijinkan untuk ditentukan sesuai
Tabel 6 saja, di mana berlaku semua ketentuan di bawah :
1) Pada masing-masing dua arah ortogonal, perkiraan perioda fundamental struktur, :1
, yang ditentukan sesuai dengan pasal 7.8.2.1 adalah kurang dari 0,8 : .
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

10

2) Pada masing-masing dua arah ortogonal, perioda fundamental struktur yang


digunakan untuk menghitung simpangan antar lantai adalah kurang dari : ;
3) Persamaan 22 digunakan untuk menentukan koefisien respons seismik , ;
4) Diafragma struktural adalah kaku sebagaimana disebutkan di pasal 7.3.1 atau untuk
diafragma yang fleksibel, jarak antara elemen-elemen vertikal penahan gaya gempa
tidak melebihi 12 m.
Tabel 6. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan
pada perioda pendek.
Nilai 5D5

5D5 < 0,167


0,167 5D5 < 0,33
0,33 5D5 < 0,50
0,50 5D5

Kategori risiko
I atau II atau III
A
B
C
D

IV
A
C
D
D

Tabel 7. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan


pada perioda 1 detik
Nilai 5DE

5DE < 0,067


0,067 5DE < 0,133
0,133 5DE < 0,20
0,20 5DE

Kategori risiko
I atau II atau III
A
B
C
D

IV
A
C
D
D

7. Pemilihan sistem struktur dan parameter sistem (R, FG , HI )


Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah satu tipe yang
ditunjukkan dalam Tabel 9. Pembagian setiap tipe berdasarkan pada elemen vertikal yang
digunakan untuk menahan gaya gempa lateral. Sistem struktur yang digunakan harus
sesuai dengan batasan sistem struktur dan batasan ketinggian struktur yang ditunjukkan
dalam Tabel 9. Koefisien modifikasi respons yang sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, ; ,
dan koefisien amplifikasi defleksi,
, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 9 harus
digunakan dalam penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan antarlantai
tingkat desain.
Setiap sistem penahan gaya gempa yang dipilih harus dirancang dan didetailkan sesuai
dengan persyaratan khusus bagi sistem tersebut yang ditetapkan dalam dokumen acuan
yang berlaku seperti terdaftar dalam Tabel 9 dan persyaratan tambahan yang ditetapkan
dalam pasal 7.14 (Persyaratan perancangan dan pendetailan bahan).

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

11

Tabel 9. Faktor R ,
, dan ; untuk sistem penahan gaya gempa (Contoh untuk Rangka
Beton Bertulang Pemikul Momen )
Sistem penahan-gaya
seismik
C.Sistem rangka pemikul
momen
(C.5). Rangka beton
bertulang pemikul momen
khusus (Gambar 6)
(C.6). Rangka beton
bertulang pemikul momen
menengah (Gambar 5)
(C.7). Rangka beton
bertulang pemikul momen
biasa (Gambar 4)

Koefisien
modifikasi
respons,
R

Batasan sistem struktur


Faktor
Faktor
dan batasan
kuatlebih pembesaran
Tinggi struktur J (m)c
sistem,
defleksi,
Kategori desain seismik
FG b
HI
B
C
Dd Ed
Fe

TB

TB

TB

TB

TB

TB

TB

TI

TI

TI

TB

TI

TI

TI

TI

b Faktor pembesaran defleksi,


, untuk penggunaan dalam pasal 7.8.6, 7.8.7 dan 7.9.2
c TB = Tidak Dibatasi dan TI = Tidak Diijinkan.
d Lihat pasal 7.2.5.4 untuk penjelasan sistem penahan gaya gempa yang dibatasi sampai bangunan
dengan ketinggian 72 m atau kurang.
e Lihat pasal 7.2.5.4 untuk sistem penahan gaya gempa yang dibatas sampai bangunan dengan ketinggian 48 m
atau kurang.

Gambar 4 - Rangka beton bertulang pemikul momen biasa Elastic Response


Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

12

Gambar 5 - Rangka beton bertulang pemikul momen menengah Inelastic Response

Gambar 6 - Rangka beton bertulang pemikul momen khusus Inelastic Response

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

13

Tentang Beban Gempa


Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng
tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Gempa yang
terjadi di daerah patahan ini pada umumnya merupakan gempa dangkal karena patahan
umumnya terjadi pada lapisan bumi dengan kedalaman antara 15 sampai 50 km. Gempa
terjadi jika tekanan pada lapis batuan yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik
bumi, melebihi kekuatan dari batuan tersebut. Lapisan batuan akan pecah di sepanjang
bidang-bidang patahan. Jika rekahan ini sampai ke permukaan bumi, maka akan terlihat
sebagai garis atau zona patahan. Jika terjadi pergerakan vertikal pada zona patahan di
dasar lautan, maka hal ini dapat menimbulkan gelombang pasang yang hebat yang sering
disebut sebagai tsunami.
Pada saat terjadi benturan antara lempeng-lempeng aktif tektonik bumi, akan terjadi
pelepasan energi gempa yang berupa gelombang-gelombang energi yang merambat di
dalam atau di permukaan bumi. Gelombang-gelombang gempa (seismic waves) ini dapat
berupa gelombang kompresi (compressional wave) atau disebut juga sebagai Gelombang
Primer, dan gelombang geser (shear wave) atau disebut sebagai Gelombang Sekunder.
Selain kedua gelombang tersebut ini, terdapat juga gelombang-gelombang yang merambat
di permukaan bumi, gelombang ini disebut gelombang Rayleigh-Love. Gelombanggelombang gempa yang diakibatkan oleh energi gempa ini merambat dari pusat gempa
(epicenter) ke segala arah, dan akan menyebabkan permukaan bumi bergetar. Permukaan
bumi digetarkan dengan frekuensi getar antara 0.1 sampai dengan 30 Hertz. Gelombang
Primer akan menyebabkan getaran dengan frekuensi lebih dari 1 Herzt, dan menyebabkan
kerusakan pada bangunan-bangunan rendah. Gelombang Sekunder, karena arah
gerakannya horisontal, maka gelombang ini dapat menyebabkan kerusakan pada
bangunan-bangunan yang tinggi. Gelombang Rayleigh dan Gelombang Love karena
frekuensinya getarnya yang rendah, menyebabkan gelombang ini dapat merambat lebih
jauh sehingga dapat mengakibatkan pengaruh kerusakan pada daerah yang sangat luas.
Karena arah gerakannya yang berputar maupun horisontal, menyebabkan gelombang
permukaan ini sangat berbahaya bagi bangunan-bangunan tinggi. Pada saat bangunan
bergetar akibat pengaruh dari gelombang gempa, maka akan timbul gaya-gaya pada
bangunan, karena adanya kecenderungan dari massa bangunan untuk mempertahankan
posisinya dari pengaruh gerakan tanah. Beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan
merupakan gaya inersia.
Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan tergantung dari beberapa
faktor yaitu, massa dan kekakuan struktur, waktu getar alami dan pengaruh redaman dari
struktur, kondisi tanah, dan wilayah kegempaan dimana struktur bangunan tersebut
didirikan. Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

14

beban gempa merupakan gaya inersia yang besarnya sangat tergantung dari besarnya
massa dari struktur.
Beban gempa yang diperhitungkan pada perencanaan struktur, pada umumnya adalah
gaya-gaya inersia pada arah horisontal saja. Pengaruh dari gaya-gaya inersia pada arah
vertikal biasanya diabaikan, karena struktur sudah dirancang untuk menerima
pembebanan vertikal statik akibat pembebanan gravitasi, yang merupakan kombinasi
antara beban mati dan beban hidup. Kebiasaan di dalam mengabaikan pengaruh gaya-gaya
inersia pada arah vertikal akibat pengaruh beban gempa pada prosedur perencanaan
struktur, akhir-akhir ini sedang ditinjau kembali.
Pada kenyataannya, jarang dijumpai struktur bangunan yang mempunyai hubungan yang
sangat kaku antara struktur atas dengan pondasinya. Bangunan-bangunan Teknik Sipil
mempunyai kekakuan lateral yang beraneka ragam, sehingga akan mempunyai waktu getar
alami yang berbeda-beda pula. Dengan demikian respon percepatan maksimum dari
struktur tidak selalu sama dengan percepatan getaran gempa. Sistem struktur bangunan
yang tidak terlalu kaku, dapat menyerap sebagian dari energi gempa yang masuk kedalam
struktur, sehingga dengan demikian beban yang terjadi pada struktur dapat berkurang.
Akan tetapi struktur bangunan yang sangat fleksibel, yang mempunyai waktu getar alami
yang panjang yang mendekati waktu getar dari gelombang gempa di permukaan, dapat
mengalami gaya-gaya yang jauh lebih besar akibat pengaruh dari gerakan gempa yang
berulang-ulang. Besarnya beban gempa horisontal yang dapat terjadi pada struktur
bangunan akibat gempa, tidak hanya disebabkan oleh percepatan gempa saja, tetapi juga
tergantung dari respons sistem struktur bangunan dengan pondasinya. Beberapa faktor
lainnya yang berpengaruh terhadap besarnya beban gempa yang dapat terjadi pada
struktur adalah, bagaimana massa dari bangunan tersebut terdistribusi, kekakuan dari
struktur, mekanisme redaman pada struktur, jenis pondasi serta kondisi tanah dasar, dan
tentu saja perilaku serta besarnya getaran gempa itu sendiri. Faktor yang terakhir ini
sangat sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya yang acak. Pada saat terjadi gempa,
gerakan tanah berperilaku tiga dimensi, ini berarti bahwa gaya inersia yang terjadi pada
struktur akan bekerja ke segala arah, baik arah horisontal maupun arah vertikal secara
bersamaan.
Analisis dan perencanaan struktur bangunan tahan gempa, pada umumnya hanya
memperhitungkan pengaruh dari beban gempa horisontal yang bekerja pada kedua arah
sumbu utama dari struktur bangunan secara bersamaan. Sedangkan pengaruh gerakan
gempa pada arah vertikal tidak diperhitungkan, karena sampai saat ini perilaku dari respon
struktur terhadap pengaruh gerakan gempa yang berarah vertikal, belum banyak diketahui.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

15

Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena beban gempa
merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat massa, yang menurut hukum gerak dari
Newton besarnya adalah : V = m.a = (W/g).a , dimana a adalah percepatan pergerakan
permukaan tanah akibat getaran gempa, dan m adalah massa bangunan yang besarnya
adalah berat bangunan (W) dibagi dengan percepatan gravitasi (g). Gaya gempa horisontal
V = (a/g).W = .W dimana =a/g disebut sebagai koefisien respons seismik. Dengan
demikian gaya gempa merupakan gaya yang didapat dari perkalian antara berat struktur
bangunan dengan suatu koefisien.
Pada bangunan gedung bertingkat, massa dari struktur dianggap terpusat pada lantai-lantai
dari bangunan, dengan demikian beban gempa akan terdistribusi pada setiap lantai tingkat
(Gambar 7). Selain tergantung dari massa di setiap tingkat, besarnya gaya gempa pada
suatu tingkat tergantung juga pada ketinggian tingkat tersebut dari permukaan tanah.
Besarnya beban gempa horisontal V yang bekerja pada struktur bangunan, dinyatakan
sebagai berikut :
K

.M

1 . NO

.M

dengan,
1 = Spektrum respons percepatan desain (g);
NO = Faktor keutamaan gempa;
R = Koefisien modifikasi respons;
W = Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi (kN).

V3
W3
V2
V
W2
V1
W

W1

Gambar 7 - Beban gempa pada struktur bangunan

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

16

Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perhitungan Wt, ditentukan sebagai berikut,
Perumahan / penghunian : rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit
Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah
Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop,
restoran, ruang dansa, ruang pergelaran
Gedung perkantoran : kantor, bank
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan, toko, toserba, pasar,
gudang, ruang arsip, perpustakaan
Tempat kendaraan : garasi, gedung parkir
Bangunan industri : pabrik, bengkel

= 0,30
= 0,50
= 0,50
= 0,30
= 0,80
= 0,50
= 0,90

Salah satu aspek penting dalam meninjau perilaku struktur bangunan yang bergetar akibat
gempa adalah waktu getar alami struktur. Perhatikanlah struktur sederhana yang
diilustrasikan pada Gambar 8. Jika pada puncak dari struktur diberikan perpindahan
horisontal dan kemudian dilepaskan, maka bagian atas dari struktur akan bergetar atau
berosilasi bolak-balik dengan amplitudo yang semakin mengecil sampai akhirnya struktur
kembali pada kondisi diam. Yang menarik adalah bahwa gerakan dari getaran struktur ini
tidak acak sama sekali, tetapi teratur. Getaran seperti ini disebut sebagai getaran harmonis,
karena pola getaran berubah secara sinusoidal terhadap waktu.
Waktu yang diperlukan getaran untuk melakukan satu siklus bolak-balik lengkap disebut
waktu getar alami (T), sedangkan frekuensi getaran (f) didefinisikan sebagai banyaknya
siklus yang terjadi untuk satu satuan waktu. Hubungan antara waktu getar dan frekuensi
getar dinyatakan dalam bentuk persamaan : f = 1/T.

Gambar 8 - (a) Model dari struktur. (b) Getaran bebas dari struktur
(c) Amplitudo getaran bebas

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

17

Besarnya frekuensi getaran yang terjadi pada struktur tergantung pada massa struktur dan
kekakuan kolom. Jika kolom pada struktur mempunyai kekakuan yang kecil, maka gaya
pemulihan yang diperlukan untuk mengembalikan struktur dari keadaan terdefleksi ke
posisi yang semula, juga relatif kecil. Dengan demikian, puncak dari struktur akan bergerak
bolak-balik secara relatif lebih lambat sampai getaran berhenti. Struktur dengan kekakuan
kolom yang kecil mempunyai waktu getar alami yang panjang. Sebaliknya struktur dengan
kolom yang kaku, akan memberikan gaya pemulihan yang besar sehingga getaran yang
terjadi akan berhenti dalam waktu yang relatif singkat. Struktur seperti ini mempunyai
waktu getar alami yang pendek.
Selain tergantung pada massa dan kekakuan kolom, panjang atau pendeknya waktu getar
dipengaruhi juga oleh mekanisme redaman pada struktur dalam hal menyerap energi
getaran. Sebagai contoh, gaya gesek dari sendi yang menghubungkan balok dan kolom dari
struktur pada Gambar 8 akan menyebabkan terjadinya redaman. Mekanisme redaman pada
struktur dapat juga terjadi, misalnya dengan adanya retakan dari elemen-elemen struktur .
Risiko Gempa di Indonesia
Berdasarkan akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh bencana gempa di Indonesia, maka
perlu adanya upaya-upaya untuk menekan bahaya bencana yang diakibatkan oleh gempa.
Aspek rekayasa gempa sangat perlu diterapkan pada rekayasa struktur, agar bangunan
mempunyai ketahanan yang baik terhadap pengaruh gempa. Penggunaan standar
bangunan sangat penting untuk menjamin bahwa bangunan tersebut aman untuk dihuni.
Penentuan tingkat risiko terjadinya gempa untuk suatu wilayah, secara analitis
dimungkinkan, berkat sifat-sifat dari peristiwa gempa yang pernah terjadi sebelumnya,
sebagaimana halnya pada beberapa bencana alam lainnya, seperti halnya banjir. Peristiwa
terjadinya gempa dapat direpresentasikan dengan suatu model matematik dan teori
probabilitas. Tingkat risiko gempa pada suatu wilayah diartikan sebagai probabilitas atau
kemungkinan terlampauinya respon pergerakan tanah yang maksimum pada wilayah
tersebut, dalam suatu kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui sejarah kegempaan suatu
daerah yang diperoleh dari pengamatan atau rekaman gempa yang pernah terjadi di masa
lalu, tingkat risiko atau peluang terjadinya gempa pada suatu wilayah dapat diperkirakan
dengan menggunakan rumus-rumus matematika dan statistik.
Tingkat risiko gempa pada suatu wilayah atau zona, tidak dapat ditentukan hanya
berdasarkan frekuensi terjadinya gempa saja. Hal ini disebabkan karena tingkat risiko
gempa diukur berdasarkan kerusakan struktur yang ada pada suatu lokasi, yang tidak
hanya tergantung dari besarnya gempa, tetapi juga tergantung pada jarak pusat gempa
(epicenter) dari lokasi yang ditinjau, serta kondisi tanah pada lokasi tersebut. Sebagai
contoh, gempa kuat dengan magnitude M=7 pada Skala Richter dengan pusat gempa
berjarak 300 km dari lokasi yang ditinjau, belum tentu menimbulkan kerusakan yang lebih
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

18

besar dibandingkan gempa dengan magnitude M=5 atau M=6 pada Skala Richter, tetapi
dengan pusat gempa yang berjarak 50 km. dari lokasi yang ditinjau. Demikian pula halnya
pengaruh beban gempa pada struktur bangunan yang terletak di atas tanah lunak dan di
atas tanah keras, dapat juga berlainan.
Konsep keamanan dari suatu struktur terhadap pengaruh gempa, harus dikaitkan dengan
risiko atau peluang terjadinya (incidence risk) gempa tersebut selama umur rencana (design
life time) dari struktur bangunan yang ditinjau. Karena gempa merupakan peristiwa
probabilistik, maka gempa dengan kekuatan atau intensitas tertentu, mempunyai periode
ulang (return period) yang tertentu pula. Dengan demikian, jika risiko terjadinya suatu
gempa selama umur rencana bangunan sudah tertentu, maka periode ulang dari gempa
tersebut sudah tertentu pula. Hubungan antara umur rencana bangunan, periode ulang
gempa, dan risiko terjadinya gempa, berdasarkan teori probabilitas dapat dinyatakan
dalam suatu persamaan matematika sebagai berikut :

N
RN =

1 1

1
TR

x 100%

dengan,
RN
= Risiko terjadinya gempa selama umur rencana (%)
= Periode ulang terjadinya gempa (tahun)
TR
N
= Umur rencana dari bangunan (tahun)
Pada perencanaan struktur bangunan tahan gempa, perlu ditinjau 3 taraf beban
gempa, yaitu Gempa Ringan, Gempa Sedang dan Gempa Kuat, untuk merencanakan elemenelemen dari sistem struktur, agar tetap mempunyai kinerja yang baik pada saat terjadi
gempa. Gempa Ringan, Gempa Sedang, dan Gempa Kuat untuk keperluan prosedur
perencanaan struktur didefinisikan sebagai berikut :
a) Gempa Ringan
Gempa Ringan adalah gempa yang peluang atau risiko terjadinya dalam periode
umur rencana bangunan 50 tahun adalah 92% (RN = 92%), atau gempa yang periode
ulangnya adalah 20 tahun (TR = 20 tahun). Akibat Gempa Ringan ini struktur
bangunan harus tetap berperilaku elastis, ini berarti bahwa pada saat terjadi gempa
elemen-elemen struktur bangunan tidak diperbolehkan mengalami kerusakan
struktural maupun kerusakan non-struktural. Pada saat terjadi Gempa Ringan,
penampang dari elemen-elemen pada sistem struktur dianggap tepat mencapai
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

19

kapasitas nominalnya, dan akan berdeformasi lebih lanjut secara tidak elastis
(inelastis) jika terjadi gempa yang lebih kuat.
Karena risiko terjadinya Gempa Ringan adalah 92%, maka dapat dianggap bahwa
selama umur rencananya, struktur bangunan pasti akan akan mengalami Gempa
Ringan, atau risiko terjadinya Gempa Ringan adalah 100% (RN = 100%).
b) Gempa Sedang
Gempa Sedang adalah gempa yang peluan atau risiko terjadinya dalam periode umur
rencana bangunan 50 tahun adalah 50% (RN = 50%), atau gempa yang periode
ulangnya adalah 75 tahun (TR = 75 tahun). Akibat Gempa Sedang ini struktur
bangunan tidak boleh mengalami kerusakan struktural, namun diperkenankan
mengalami kerusakan yang bersifat non-struktural. Gempa Sedang akan
menyebabkan struktur bangunan sudah berperilaku tidak elastis, tetapi tingkat
kerusakan struktur masih ringan dan dapat diperbaiki dengan biaya yang terbatas.
c) Gempa Kuat
Gempa Kuat adalah gempa yang peluang atau risiko terjadinya dalam periode umur
rencana bangunan 50 tahun adalah 2% (RN = 2%), atau gempa yang periode
ulangnya adalah 2500 tahun (TR = 2500 tahun). Akibat Gempa Kuat ini struktur
bangunan dapat mengalami kerusakan struktural yang berat, namun struktur harus
tetap berdiri dan tidak boleh runtuh sehingga korban jiwa dapat dihindarkan.
Gempa kuat akan menyebabkan struktur bangunan berperilaku tidak elastis, dengan
kerusakan struktur yang berat tetapi masih berdiri dan dapat diperbaiki.

Penjelasan Tentang Daktilitas Struktur


Pada umumnya struktur Teknik Sipil dianggap bersifat elastis sempurna, artinya bila
struktur mengalami perubahan bentuk atau berdeformasi sebesar 1 mm oleh beban
sebesar 1 ton, maka struktur akan berdeformasi sebesar 2 mm jika dibebani oleh beban
sebesar 2 ton. Hubungan antara beban dan deformasi yang terjadi pada struktur, dianggap
elastis sempurna berupa hubungan linier. Jika beban tersebut dikurangi besarnya sampai
dengan nol, maka deformasi pada struktur akan hilang pula (deformasi menjadi nol). Jika
beban diberikan pada arah yang berlawanan dengan arah beban semula, maka deformasi
struktur akan negatif pula, dan besarnya akan sebanding dengan besarnya beban. Pada
kondisi seperti ini struktur mengalami deformasi elastis. Deformasi elastis adalah
deformasi yang apabila bebannya dihilangkan, maka deformasi tersebut akan hilang, dan
struktur akan kembali kepada bentuknya yang semula.
Pada struktur yang bersifat getas (brittle), maka jika beban yang bekerja pada struktur
sedikit melampaui batas maksimum kekuatan elastisnya, maka struktur tersebut akan
patah atau runtuh. Pada struktur yang daktail (ductile) atau liat, jika beban yang ada
melampaui batas maksimum kekuatan elastisnya, maka struktur tidak akan runtuh, tetapi
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

20

struktur akan mengalami deformasi plastis (inelastic).


(
). Deformasi plastis adalah deformasi
yang apabila bebannya dihilangkan, maka deformasi tersebut tidak akan hilang. Pada
kondisi plastis ini struktur akan mengalami deformasi yang bersifat permanen, atau
struktur tidak dapat kembali kepada bentuknya yang semula. Pada struktur yang daktail,
meskipun terjadi deformasi
deformasi yang permanen, tetapi struktur tidak mengalami keruntuhan.
Pada kenyataannya, jika suatu beban bekerja pada struktur, maka pada tahap awal, struktur
akan berdeformasi secara elastis. Jika beban yang bekeja terus bertambah besar, maka
setelah batas elastis
tis dari bahan struktur dilampaui, struktur kemudian akan berdeformasi
secara plastis. Dengan demikian pada struktur akan terjadi deformasi elastis dan deformasi
plastis, sehingga jika beban yang bekerja dihilangkan, maka hanya sebagian saja dari
deformasi yang hilang (deformasi elastis = e),
e), sedangkan sebagian deformasi akan bersifat
permanen (deformasi plastis = p).
p). Perilaku deformasi elastis dan plastis dari struktur
diperlihatkan pada Gambar 9 dan 10.
Beban gempa yang besar akan menyebabkan deformasi yang permanen dari struktur akibat
rusaknya elemen-elemen
elemen dari struktur seperti balok dan kolom. Pada kondisi seperti ini,
walaupun elemen-elemen
elemen struktur bangunan mengalami kerusakan, namun secara
keseluruhan struktur tidak mengalami keruntuhan.
e
e=0

V0
V=0

Gambar 9 - Deformasi elastis pada struktur

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

21

e+p

V0

V=0

Sendi Plastis

Gambar 10 - Deformasi plastis (inelastis) pada struktur


Energi gempa yang bekerja pada struktur bangunan, akan dirubah menjadi energi kinetik
akibat getaran dari massa struktur,
struktur, energi yang dihamburkan akibat adanya pengaruh
redaman dari struktur, dan energi yang dipancarkan oleh bagian-bagian
bagian
struktur yang
mengalami deformasi plastis. Dengan demikian sistem struktur yang bersifat daktail dapat
membatasi besarnya energi gempa y
yang
ang masuk pada struktur, sehingga pengaruh gempa
dapat berkurang. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor
penting yang dapat mempengaruhi besar kecilnya beban gempa yang bekerja pada
struktur bangunan adalah daktilitas struktur.

Kemampuan Struktur Menahan Gempa Kuat


Beban gempa sebenarnya yang bekerja pada struktur bangunan dapat melampaui beban
gempa rencana yang tercantum di dalam peraturan. Di dalam peraturan, besarnya beban
gempa rencana yang diperhitungkan bekerja pada stru
struktur
ktur bangunan adalah Gempa
Sedang. Dengan demikian, jika terjadi Gempa Kuat, maka gaya-gaya
gaya gaya dalam (momen lentur,
gaya lintang, gaya normal, dan torsi) yang terjadi pada elemen-elemen
elemen elemen struktur seperti
balok dan kolom, dapat melampaui gaya-gaya
gaya
dalam yang sudah
dah diperhitungkan. Jika hal ini
tidak ditinjau di dalam perencanaan, maka pada saat terjadi Gempa Kuat, elemen
elemen-elemen

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

22

dari struktur akan mengalami kerusakan, bahkan secara keseluruhan struktur dapat
mengalami keruntuhan.
Agar struktur bangunan mempunyai kemampuan yang cukup dan tidak terjadi keruntuhan
pada saat terjadi Gempa Kuat, maka dapat dilakukan dua cara sbb. :
a) Membuat struktur bangunan sedemikian kuat, sehingga struktur bangunan tetap
berperilaku elastis pada saat terjadi Gempa Kuat. Struktur bangunan yang dirancang
tetap berperilaku elastis pada saat terjadi Gempa Kuat adalah tidak ekonomis.
Meskipun pada saat terjadi Gempa Kuat struktur ini tidak mengalami kerusakan
yang berarti, sehingga tidak memerlukan biaya perbaikan yang besar, namun pada
saat pembuatannya, struktur bangunan ini memerlukan biaya yang sangat mahal.
Struktur bangunan yang didesain tetap berperilaku elastis pada saat terjadi Gempa
Kuat, disebut Struktur Tidak Daktail. Penggunaan sistem struktur portal tidak
daktail masih dianggap ekonomis untuk bangunan gedung bertingkat menengah
dengan ketinggian tingkat antara 4 s/d 7 lantai, dan terletak pada wilayah dengan
pengaruh kegempaan ringan sampai sedang.
b) Membuat struktur bangunan sedemikian rupa sehingga mempunyai batas
kekuatan elastis yang hanya mampu menahan Gempa Sedang saja. Dengan
demikian, struktur ini masih bersifat elastis pada saat terjadi Gempa Ringan atau
Gempa Sedang. Pada saat terjadi Gempa Kuat, struktur bangunan harus dirancang
agar mampu untuk berdeformasi secara plastis. Jika struktur mempunyai
kemampuan untuk dapat berdeformasi plastis cukup besar, maka hal ini dapat
mengurangi sebagian dari energi gempa yang masuk ke dalam struktur. Struktur
bangunan yang didesain berperilaku plastis pada saat terjadi Gempa Kuat, disebut
Struktur Daktail. Penggunaan sistem struktur portal daktail cukup ekonomis untuk
bangunan gedung bertingkat menengah sampai tinggi, yang dibangun pada wilayah
dengan pengaruh kegempaan kuat.

Perencanaan Kapasitas (Capacity Design)


Dari penjelasan di atas, untuk mendapatkan struktur bangunan yang cukup ekonomis,
tetapi tidak mengalami keruntuhan pada saat terjadi Gempa Kuat, maka sistem struktur
harus direncanakan bersifat daktail. Untuk mendapatkan sistem struktur yang daktail,
disarankan untuk merencanakan struktur bangunan dengan menggunakan cara
Perencanaan Kapasitas. Pada prosedur Perencanaan Kapasitas ini, elemen-elemen dari
struktur bangunan yang akan memancarkan energi gempa melalui mekanisme perubahan
bentuk atau deformasi plastis, dapat terlebih dahulu dipilih dan ditentukan tempatnya.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

23

Sedangkan elemen-elemen lainnya, direncanakan dengan kekuatan yang lebih besar untuk
menghindari terjadinya kerusakan.
Pada struktur beton bertulang, tempat-tempat terjadinya deformasi plastis yaitu tempattempat dimana penulangan mengalami pelelehan, disebut daerah sendi plastis. Karena
sendi-sendi plastis yang terbentuk pada struktur portal akibat dilampauinya Beban Gempa
Rencana dapat diatur tempatnya, maka mekanisme kerusakan yang terjadi tidak akan
mengakibatkan keruntuhan dari struktur bangunan secara keseluruhan.
Karena pada prosedur Perencanaan Kapasitas ini terlebih dahulu harus ditentukan tempattempat di mana sendi-sendi plastis akan terbentuk, maka dalam hal ini perlu diketahui
mekanisme leleh yang dapat terjadi pada sistem struktur portal. Dua jenis mekanisme leleh
yang dapat terjadi pada struktur gedung akibat pembebanan gempa kuat, ditunjukkan pada
Gambar 11.
Kedua jenis mekanisme leleh atau terbentuknya sendi-sendi plastis pada struktur gedung
adalah :
1) Mekanisme Kelelehan Pada Balok (Beam Sidesway Mechanism), yaitu keadaan
dimana sendi-sendi plastis terbentuk pada balok-balok dari struktur bangunan,
akibat penggunaan kolom-kolom yang kuat (Strong ColumnWeak Beam).
2) Mekanisme Kelelehan Pada Kolom (Column Sidesway Mechanism), yaitu keadaan di
mana sendi-sendi plastis terbentuk pada kolom-kolom dari struktur bangunan pada
suatu tingkat, akibat penggunaan balok-balok yang kaku dan kuat (Strong Beam
Weak Column)

Gambar 11 - Mekanisme leleh pada struktur gedung akibat beban gempa (a) Mekanisme
leleh pada balok, (b) Mekanisme leleh pada kolom
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

24

Pada perencanaan struktur daktail dengan metode Perencanaan Kapasitas, mekanisme


kelelehan yang dipilih adalah Beam Sidesway Mechanism, karena alasan-alasan sebagai
berikut :
1) Pada Column Sidesway Mechanism, kegagalan dari kolom pada suatu tingkat akan
mengakibatkan keruntuhan dari struktur bangunan secara keseluruhan (Gambar
12).

Gambar 12 Terbentuknya sendi plastis pada struktur gedung akibat beban gempa.
2) Pada struktur dengan kolom-kolom yang lemah dan balok-balok yang kuat (Strong
BeamWeak Column), deformasi akan terpusat pada tingkat-tingkat tertentu,
sehingga daktilitas yang diperlukan oleh kolom agar dapat dicapai daktilitas dari
struktur yang disyaratkan, sulit dipenuhi.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

25

Kerusakan yang terjadi pada kolom-kolom bangunan, akan lebih sulit diperbaiki
dibandingkan jika kerusakan terjadi pada balok. Jadi mekanisme kelelehen pada portal
yang berupa Beam Sidesway Mechanism, merupakan keadaan keruntuhan struktur
bangunan yang lebih terkontrol. Pemilihan perencanaan struktur bangunan dengan
menggunakan mekanisme ini membawa konsekuensi bahwa kolom-kolom pada struktur
bangunan harus direncanakan lebih kuat dari pada balok-balok struktur, sehingga dengan
demikian sendi-sendi plastis akan terbentuk lebih dahulu pada balok. Karena hal tersebut
di atas, maka dalam perencanaan portal daktail pada struktur bangunan tahan gempa,
sering juga disebut perencanaan struktur dengan kondisi desain Kolom Kuat Balok Lemah
(Strong ColumnWeak Beam).

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

26

Contoh 1.
Menentukan Spektrum respons desain dan Kategori desain seismik.
Tentukan spektrum respon desain untuk lokasi proyek gedung perkuliahan UDINUS
Semarang Jalan Imam Bonjol Semarang Jawa Tengah jika diketahui nilai N-SPT untuk titik
BH.2 sebagai berikut :
Tebal Lapisan
(GQ ) dalam
meter
6,0
8,0
10,0
6,0
10,0

Lapisan ke i
1
2
3
4
5

Deskripsi Jenis Tanah


Lanau Kelempungan
Lempung sangat lunak
Lempung kaku
Lempung keras
Pasir padat

Nilai N-SPT
12
2
22
55
60

Jawab :
Profil tanah yang mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang nyata
berbeda, harus dibagi menjadi lapisan-lapisan yang diberi nomor ke-1 sampai ke- n dari
atas ke bawah, sehingga ada total n -lapisan tanah yang berbeda pada lapisan 30 m paling
atas tersebut. Nilai
perumusan berikut :

untuk lapisan tanah 30 m paling atas ditentukan sesuai dengan

= tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter;


tahanan penetrasi standar 60 persen energi (N60) yang terukur langsung di lapangan
!
tanpa koreksi.

"!#
"!#

!
f

d+

= 6 + 8 + 10 +6 = 30 meter

= f + fg + fh + fi = 6/12 + 8/2 + 10/22 + 6/55 = 5,064


g

c+

= 30 / 5,06 = 5,924
$

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

27

Maka klasifikasi situs pada lokasi proyek termasuk kelas situs SE (tanah lunak) dengan nilai
< 15.
Untuk menentukan spektrum respon desain untuk lokasi proyek data yang diperlukan
adalah :
(percepatan batuan dasar pada perioda pendek) = 1,001 g
(percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) = 0,335 g
Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (01 ) = 0,9
Faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (02 ) = 2,66
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek ( 34 ) =01 = 0,901 g
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda 1 detik ( 3 )= 02 = 0,891 g
Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek,

Parameter percepatan spektral desain untuk perioda 1 detik,

=293
=293

34

= 0,601 g

= 0,594 g

Pembuatan kurva spektrum respons desain (Gambar C.1.1) :


:;
:

4j

0,2

4j

4jk

4jk

= 0, 198 detik

= 0,989 detik

Untuk perioda yang lebih kecil dari :; , spektrum respons percepatan desain,
1

64

<0,4 ? 0,6 C; Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan :; dan lebih kecil
AB

dari atau sama dengan : , spektrum respons percepatan desain,


lebih besar dari : , spektrum respons percepatan desain,
T
(detik)
0
T0
TS
TS+0.1
TS+0.2
TS+0.3
TS+0.4
TS+0.5
TS+0.6
TS+0.7

T
(detik)
0
0.198
0.989
1.089
1.189
1.289
1.389
1.489
1.589
1.689

9:.

64

; Untuk perioda

Sa
(g)
0.24
0.601
0.601
0.545
0.500
0.461
0.428
0.399
0.374
0.352
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

28

T
(detik)
TS+0.8
TS+0.9
TS+1
TS+1.1
TS+1.2
TS+1.3
TS+1.4
TS+1.5
TS+1.6
TS+1.7
TS+1.8
TS+1.9
TS+2
TS+2.1
TS+2.2
TS+2.3
TS+2.4
TS+2.5
TS+2.6
TS+2.7
TS+2.8
TS+2.9
4

T
(detik)
1.789
1.889
1.989
2.089
2.189
2.289
2.389
2.489
2.589
2.689
2.789
2.889
2.989
3.089
3.189
3.289
3.389
3.489
3.589
3.689
3.789
3.889
4

Sa
(g)
0.332
0.314
0.299
0.284
0.271
0.260
0.249
0.239
0.229
0.221
0.213
0.206
0.199
0.192
0.186
0.181
0.175
0.170
0.166
0.161
0.157
0.153
0.149

Proyek gedung perkuliahan UDINUS Semarang termasuk jenis pemanfaatan sebagai gedung
sekolah dan fasilitas pendidikan dengan kategori resiko IV dan faktor keutamaan (Ie) = 1,5.
Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda pendek
( 64 ) adalah KDS D. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan
pada perioda 1 detik ( 6 ) adalah KDS D. Sehingga kategori desain seismik berdasarkan
nilai 64 , 6 dan ketegori resiko adalah termasuk dalam KDS D.
Material yang dipilih beton bertulang dan sistem penahan-gaya seismik yang diijinkan
adalah sistem rangka pemikul momen - Rangka beton bertulang pemikul momen khusus
(SRPMK) dengan koefisien modifikasi respons (R) = 8,0.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

29

Spektrum Respons Desain SNI 2002 dan 2012


Proyek UDINUS Semarang - Kelas situs SE (tanah lunak)
0.8

SNI 1726:2012

Percepatan respon spektra Sa (g)

0.7

SNI 03-1726-2002

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

0.5

1.5

2.5

3.5

Periode, T (detik)

Gambar C.1.1 - Spektrum respons desain untuk proyek UDINUS Semarang

Contoh 2.
Menentukan Spektrum respons desain dari situs puskim.pu.go.id
Jawab :
Untuk membuat spektrum respons desain dari situs puskim.pu.go.id dengan alamat lengkap
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/, pengisian lokasi proyek
dapat berdasarkan koordinat yang diklik dari peta lokasi (Gambar C.2.1).

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

30

Gambar C.2.1 - Lokasi proyek UDINUS Semarang


atau dapat juga berdasarkan nama kota dengan pengetikan nama kota seperti pada Gambar
C.2.2.

Gambar C.2.2 Nama kota proyek UDINUS Semarang

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

31

Namun disarankan untuk lokasi yang telah jelas alamatnya untuk menggunakan pengisian
dengan koordinat yang diklik dari peta lokasi. Perbedaan hasilnya seperti dibawah ini :
Hasil Pembuatan kurva spektrum respons desain pada lokasi proyek dengan pengisian
koordinat lokasi pada Gambar C.2.3.

Gambar C.2.3 Kurva spektrum respons desain berdasarkan input koordinat


Hasil Pembuatan kurva spektrum respons desain pada lokasi proyek dengan pengisian
nama kota (Gambar C.2.4).

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

32

Gambar C.2.4 Kurva spektrum respons desain berdasarkan input nama kota

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

33

8. Batasan Perioda fundamentalstruktur (T)


Perioda fundamental struktur (:) , tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan atas
pada perioda yang dihitung ( ) dari Tabel 14 dan perioda fundamental pendekatan, ( :1 ).
Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menentukan perioda fundamental
struktur, (: ), diijinkan secara langsung menggunakan perioda bangunan pendekatan, ( :1 ).
Perioda fundamental pendekatan ( :1 ), dalam detik, harus ditentukan dari persamaan
berikut :

:1

m
l . %"

(26)

dengan,
%" adalah ketinggian struktur, dalam (m), di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur,
dan koefisien l dan x ditentukan dari Tabel 15.
Tabel 14. Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung
Parameter percepatan respons spektral
desain pada 1 detik, 5DE
0,4
0,3
0,2
0,15
0,1

Tabel 15. Nilai parameter perioda pendekatan

Koefisien
Koefisien F
1,4
1,4
1,5
1,6
1,7

dan x

Tipe struktur
x
Fx
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya gempa
yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang
lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen
0,0724
0,8
Rangka beton pemikul momen
0,0466
0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris
0,0731
0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk
0,0731
0,75
Semua sistem struktur lainnya
0,0488
0,75

Sebagai alternatif, diijinkan untuk menentukan perioda fundamental pendekatan :1 , dalam


detik, dari persamaan berikut untuk struktur dengan ketinggian tidak melebihi 12 tingkat
di mana sistem penahan gaya gempa terdiri dari rangka penahan momen beton atau baja
secara keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3 m.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

34

:1

0,1

(27)

dengan,
N = jumlah tingkat.
Perioda fundamental struktur (: ) yang digunakan :
Jika : > :1
gunakan T = :1
Jika :1 < : < :1
gunakan T = :
Jika : < :1 gunakan T = :1
dengan,
: = Perioda fundamental struktur yang diperoleh dari program analisis struktur.

9. Perhitungan Geser dasar seismik


Geser dasar seismik, V , dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut:
K

(21)

dengan,
= koefisien respons seismik
M = berat seismik efektif
Koefisien respons seismik,
4jk
y9
z{

, harus ditentukan sesuai dengan,

(22)

dengan,
parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda pendek
64
R faktor modifikasi respons dalam Tabel 9
NO faktor keutamaan gempa dalam Tabel 2
Nilai

yang dihitung sesuai dengan Persamaan 22 tidak perlu melebihi berikut ini:
4j

A<y9z C
{

(23)
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

35

harus tidak kurang dari


0,044

64 NO

0,01

(24)

Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana


lebih besar dari 0,6 g , maka harus tidak kurang dari:
;,4

sama dengan atau

(25)

A<y9z C
{

dengan,
6 =parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda sebesar 1,0 detik,
T =perioda fundamental struktur (detik)
= parameter percepatan spektrum respons maksimum yang dipetakan

Gambar 13 Perhitungan Geser dasar seismik

Berat seismik efektif struktur, W, harus menyertakan seluruh beban mati dan beban
lainnya yang terdaftar di bawah ini:
1) Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum sebesar 25 persen
beban hidup lantai (beban hidup lantai di garasi publik dan struktur parkiran

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

36

terbuka, serta beban penyimpanan yang tidak melebihi 5 persen dari berat seismik
efektif pada suatu lantai, tidak perlu disertakan);
2) Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam desain beban lantai: diambil sebagai
yang terbesar di antara berat partisi aktual atau berat daerah lantai minimum
sebesar 0,48 kN/m2;
3) Berat operasional total dari peralatan yang permanen;
4) Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis lainnya.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

37

Contoh 3.
Analisis beban gempa pada reservoir
r
Suatu reservoir air beton bertulang pada Gambar C.3.1, didesain memiliki kapasitas 20 m3
dengan mutu beton fc=20 MPa.
MPa Reservoir direncanakan di lokasi proyek UDINUS pada
Contoh No.1. Reservoir air merupakan bagian dari intalasi air minum yang te
tetap harus
berfungsi setelah terjadinya gempa. Berat kosong dari reservoir dan peralatan adalah 20
2
kN.. Reservoir air didukung oleh 4 kolom beton berukuran 0,40x0,40m
40m dengan tinggi 12 m
(diukur dari pile cap). Hitunglah
H
beban gempa yang diperkirakan bekerja pada struktur
reservoir.

Reservoir
20 m3

Kolom
40x40cm
Balok
Pengaku

Pile Cap
Pondasi Tiang
Pancang

Gambar C.3.1 Struktur Reservoir


Jawab :
Berat total reservoir (W) :
Berat volume air
= 9,81 kN/m3
Berat total reservoir (W) = berat air + berat kosong reservoir
= 20.9,81 + 20 = 216,2 kN

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

38

Percepatan gravitasi : g = 9,81 m/det2


Massa (m) = W/g = 216,2 /9,81 = 22,04 kN.det2/m

Modulus elastisitas beton (E) = 4700fc = 21019 MPa


Momen inersia kolom (Ic) = 1/12.(0,40.0,403) = 0,002133 m4
Panjang kolom : L = 12 m
Kekakuan 1 kolom :
k = 3.(E.Ic)/L3 =3.( 2,1019x107. 0,002133)/ (12)3 = 77,836 kN/m
Kekakuan 4 kolom :
k = 4.(77,836) = 311,344 kN/m
Frekuensi getar () dan waktu getar (T) dari struktur reservoir (dimodelkan sebagai
sistem SDOF), dihitung sebagai berikut :

=
'

Frekuensi getar struktur :


Waktu getar struktur : :

,dee

cc,;e

= 3,758 rad./detik

= (2. 3,14)/ 3,758 = 1,671 detik.

Pada lokasi proyek UDINUS pada Contoh No.1, kategori desain seismik berdasarkan nilai
S , S dan ketegori resiko adalah termasuk dalam KDS D. Namun demikian reservoir
diharapkan masih berfungsi pasca gempa, sehingga harus didesain tetap elastis (tidak boleh
mengalami kerusakan) saat terjadinya gempa. Sistem penahan-gaya seismik yang
digunakan adalah sistem rangka pemikul momen - Rangka beton bertulang pemikul momen
biasa (SRPMB) dengan koefisien modifikasi respons (R) = 3,0. Kategori resiko III - I = 1,25.
K

.M

1 . NO

.M

Sesuai kurva Spektrum Respon Desain pada Gambar C.3.2,


untuk T = 1,671 detik maka

1=

0,352 g.

0,352.1,25
. 216,2
3
Geser dasar seismik , K 31,7 kN
K

.M

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

39

Spektrum Respons Desain SNI 2012


Proyek UDINUS Semarang - Kelas situs SE (tanah lunak)
0.8

Percepatan respon spektra Sa (g)

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

0.5

1.5

2.5

3.5

Periode, T (detik)

Gambar C.3.2 Spektrum Respons Desain pada Contoh No.1

Setelah dihitung beban gempa yang diperkirakan bekerja pada struktur reservoir, untuk
selanjutnya dapat dibuat model struktur dan model pembebanan pada struktur untuk
keperluan analisis struktur.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

40

10. Struktur bangunan gedung beraturan dan tidak beraturan


Struktur bangunan gedung harus diklasifikasikan sebagai beraturan atau tidak beraturan
berdasarkan pada kriteria dalam pasal ini. Klasifikasi tersebut harus didasarkan pada
konfigurasi horisontal dan vertikal dari struktur bangunan gedung.
Ketidakberaturan horisontal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih tipe ketidakberaturan seperti
yang terdaftar dalam Tabel 10 harus dianggap mempunyai ketidakberaturan struktur
horisontal. Struktur-struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik sebagaimana
yang terdaftar dalam Tabel 10 harus memenuhi persyaratan dalam pasal-pasal yang
dirujuk dalam tabel itu.
Ketidakberaturan vertikal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih tipe ketidakberaturan seperti
yang terdaftar dalam Tabel 11 harus dianggap mempunyai ketidakberaturan vertikal.
Struktur-struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik sebagaimana yang
terdaftar dalam Tabel 11 harus memenuhi persyaratan dalam pasal-pasal yang dirujuk
dalam tabel itu.
PENGECUALIAN:
1) Ketidakberaturan struktur vertikal Tipe 1a, 1b, atau 2 dalam Tabel 11 tidak berlaku
jika tidak ada rasio simpangan antar lantai akibat gaya gempa lateral desain yang
nilainya lebih besar dari 130 persen rasio simpangan antar lantai tingkat diatasnya.
Pengaruh torsi tidak perlu ditinjau pada perhitungan simpangan antar lantai.
Hubungan rasio simpangan antar lantai tingkat untuk dua tingkat teratas struktur
bangunan tidak perlu dievaluasi;
2) Ketidakberaturan struktur vertikal Tipe 1a, 1b, dan 2 dalam Tabel 11 tidak perlu
ditinjau pada bangunan satu tingkat dalam semua kategori desain seismik atau
bangunan dua tingkat yang dirancang untuk kategori desain seismik B, C, atau D.

Batasan dan persyaratan tambahan untuk sistem dengan ketidakberaturan struktur


Ketidakberaturan horisontal dan vertikal struktur yang terlarang untuk kategori
desain seismik D sampai F
Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik E atau F dan memiliki
ketidakberaturan horisontal Tipe 1b atau ketidakberaturan vertikal Tipe 1b, 5a, atau 5b
tidak boleh digunakan. Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D dan
memiliki ketidakberaturan vertikal Tipe 5b tidak boleh digunakan.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

41

Tingkat lemah berlebihan


Struktur dengan ketidakberaturan vertikal Tipe 5b sebagaimana yang didefinisikan dalam
Tabel 11, tidak boleh melebihi dua tingkat atau ketinggian 9 m.
Elemen yang mendukung dinding atau rangka tak menerus
Kolom, balok, rangka batang, atau pelat yang mendukung dinding atau rangka struktur yang
tidak menerus dan yang mempunyai ketidakberaturan horisontal Tipe 4 pada Tabel 10 atau
ketidakberaturan vertikal Tipe 4 pada Tabel 11 harus direncanakan untuk menahan efek
gaya gempa termasuk faktor kuat lebih berdasarkan pasal 7.4.3. Sambungan elemen
diskontinu tersebut ke elemen struktur pendukung harus cukup untuk menyalurkan gaya
pada mana elemen diskontinu tersebut disyaratkan untuk didesain.

Peningkatan gaya akibat ketidakberaturan untuk kategori desain seismik D hingga F


Untuk struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F dan mempunyai
ketidakberaturan struktur horisontal Tipe 1a, 1b, 2, 3, atau 4 pada Tabel 10 atau
ketidakberaturan struktur vertikal Tipe 4 pada Tabel 11, gaya desain yang ditentukan
berdasarkan pasal 7.10.1.1 harus ditingkatkan 25 persen untuk elemen-elemen sistem
penahan gaya gempa di bawah ini:
Sambungan antara diafragma dengan elemen-elemen vertikal dan dengan elemen-elemen
kolektor;
Elemen kolektor dan sambungannya, termasuk sambungan-sambungan ke elemen vertikal,
dari sistem penahan gaya gempa.
PENGECUALIAN Gaya yang dihitung menggunakan efek gaya gempa, termasuk faktor kuat
lebih sesuai pasal 7.4.3, tidak perlu diperbesar.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

42

Tabel 10. Ketidakberaturan horisontal pada struktur.


Tipe
1a

1b

Tipe
dan
penjelasan
Ilustrasi
ketidakberaturan
Ketidakberaturan torsi
didefinisikan ada jika
simpangan antar lantai
tingkat maksimum, torsi
yang dihitung termasuk tak
terduga, di sebuah ujung
struktur melintang
terhadap sumbu lebih dari
1,2 kali simpangan antar
lantai tingkat rata-rata di
kedua ujung struktur.
Persyaratan
ketidakberaturan torsi
dalam pasal pasal referensi
berlaku hanya untuk
struktur di mana
diafragmanya kaku atau
setengah kaku.
Ketidakberaturan torsi
berlebihan
didefinisikan ada jika
simpangan antar lantai
tingkat maksimum, torsi
yang dihitung termasuk tak
terduga, di sebuah ujung
struktur melintang
terhadap sumbu lebih dari
1,4 kali simpangan antar
lantai tingkat rata-rata di
kedua ujung struktur.
Persyaratan
ketidakberaturan torsi
berlebihan dalam pasalpasal referensi berlaku
hanya untuk struktur di
mana diafragmanya kaku
atau setengah kaku.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

43

Tipe
2.

3.

Tipe
dan
penjelasan
Ilustrasi
ketidakberaturan
Ketidakberaturan sudut
dalam
didefinisikan ada jika
kedua proyeksi denah
struktur dari sudut dalam
lebih besar dari 15 persen
dimensi denah struktur
dalam arah yang
ditentukan.

Ketidakberaturan
diskontinuitas diafragma
didefinisikan ada jika
terdapat diafragma dengan
diskontinuitas atau variasi
kekakuan mendadak,
termasuk yang mempunyai
daerah terpotong atau
terbuka lebih besar dari 50
persen daerah diafragma
bruto yang melingkupinya,
atau perubahan kekakuan
diafragma efektif lebih dari
50 persen dari suatu
tingkat ke tingkat
selanjutnya.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

44

Tipe
4.

5.

Tipe
dan
penjelasan
Ilustrasi
ketidakberaturan
Ketidakberaturan
pergeseran melintang
terhadap bidang
didefinisikan ada jika
terdapat diskontinuitas
dalam lintasan tahanan
gaya lateral, seperti
pergeseran melintang
terhadap bidang elemen
vertikal.

Ketidakberaturan sistem
nonparalel
didefninisikan ada jika
elemen penahan gaya
lateral vertikal tidak paralel
atau simetris terhadap
sumbu-sumbu ortogonal
utama sistem penahan gaya
gempa.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

45

Tabel 11. Ketidakberaturan vertikal pada struktur.


Tipe
1a.

1b.

Tipe dan penjelasan


Ilustrasi
ketidakberaturan
Ketidakberaturan
Kekakuan Tingkat
Lunak
didefinisikan ada
jika terdapat suatu tingkat
di mana kekakuan
lateralnya kurang dari 70
persen kekakuan lateral
tingkat di atasnya atau
kurang dari 80 persen
kekakuan rata-rata tiga
tingkat di atasnya.
Ketidakberaturan
Kekakuan Tingkat
Lunak Berlebihan
didefinisikan ada jika
terdapat suatu tingkat di
mana kekakuan lateralnya
kurang dari 60 persen
kekakuan lateral tingkat
di atasnya atau kurang
dari 70 persen kekakuan
rata-rata tiga tingkat di
atasnya.
Ketidakberaturan Berat
(Massa)
didefinisikan ada jika
massa efektif semua
tingkat lebih dari 150
persen massa efektif
tingkat di dekatnya. Atap
yang lebih ringan dari
lantai di bawahnya tidak
perlu ditinjau.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

46

Tipe
3

Tipe dan penjelasan


Ilustrasi
ketidakberaturan
Ketidakberaturan
Geometri Vertikal
didefinisikan ada jika
dimensi horisontal sistem
penahan gaya gempa di
semua tingkat lebih dari
130 persen dimensi
horisontal sistem penahan
gaya gempa tingkat di
dekatnya.

Diskontinuitas Arah
Bidang dalam
Ketidakberaturan
Elemen Penahan Gaya
Lateral Vertikal
didefinisikan ada jika
pegeseran arah bidang
elemen penahan gaya
lateral lebih besar dari
panjang elemen itu atau
terdapat reduksi
kekakuan elemen
penahan di tingkat di
bawahnya.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

47

Tipe
5a.

5b.

Tipe dan penjelasan Ilustrasi


ketidakberaturan
Diskontinuitas dalam
Ketidakberaturan Kuat
Lateral Tingkat
didefinisikan ada jika kuat
lateral tingkat kurang dari
80 persen kuat lateral
tingkat di atasnya. Kuat
lateral tingkat adalah kuat
lateral total semua elemen
penahan seismik yang
berbagi geser tingkat
untuk arah yang ditinjau.
Diskontinuitas dalam
Ketidakberaturan Kuat
Lateral Tingkat yang
Berlebihan
didefinisikan ada jika kuat
lateral tingkat kurang dari
65 persen kuat lateral
tingkat di atasnya. Kuat
tingkat adalah kuat total
semua elemen penahan
seismik yang berbagi
geser tingkat untuk arah
yang ditinjau.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

48

11. Kombinasi Pembebanan


Kombinasi beban untuk metoda ultimit
Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi harus dirancang
sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh beban-beban terfaktor
dengan kombinasi-kombinasi sebagai berikut :
1,4D
1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)
1,2D + 1,6(Lr atau R) +(L atau 0,5R)
1,2D + 1,0W +L+0,5(Lr atau R)
1,2D + 1,0E + L
0,9D + 1,0W
0,9D + 1,0E
D = beban mati (dead load)
L = beban hidup (live load)
Lr = beban hidup pada atap (roof live load)
R = beban air hujan (rain load)
W = beban angin (wind load)
H = beban tekanan tanah lateral, tekanan air dalam tanah atau tekanan berat sendiri
material (load due to lateral earth pressure, ground water pressure, or pressure of bulk
materials)
E = beban gempa (earthquake load)
F = beban tekanan fluida (load due to fluids with well-defined pressures and maximum
heights)
PENGECUALIAN Faktor beban untuk L pada kombinasi 3, 4, dan 5 boleh diambil sama
dengan 0,5 kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan dan semua ruangan yang nilai
beban hidupnya lebih besar daripada 500 kg/m2.

Bila beban air F bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan dengan
nilai faktor beban yang sama dengan faktor beban untuk beban mati D pada kombinasi 1
hingga 5 dan 7.
Bila beban tanah H bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan
sebagai berikut:

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

49

Bila adanya beban H memperkuat pengaruh variabel beban utama, maka perhitungkan
pengaruh H dengan faktor beban = 1,6;
Bila adanya beban H memberi perlawanan terhadap pengaruh variabel beban utama,maka
perhitungkan pengaruh H dengan faktor beban = 0,9 (jika bebannya bersifat permanen)
atau dengan faktor beban = 0 (untuk kondisi lainnya).
Pengaruh yang paling menentukan dari beban-beban angin dan seismik harus ditinjau,
namun kedua beban tersebut tidak perlu ditinjau secara simultan.
Kombinasi beban untuk metoda tegangan ijin
Beban-beban di bawah ini harus ditinjau dengan kombinasi-kombinasi berikut untuk
perencanaan struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi berdasarkan
metoda tegangan ijin:
D
D+L
D + (Lr atau R)
D + 0,75L + 0,75(Lr atau R)
D + (0,6W atau 0,7E)
D + 0,75(0,6W atau 0,7E) +0,75L + 0,75(Lr atau R)
0,6D + 0,6W
0,6D + 0,7E
Bila beban air F bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan dengan
nilai faktor beban yang sama dengan faktor beban untuk beban mati D pada kombinasi 1
hingga 6 dan 8.
Bila beban tanah H bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan
sebagai berikut:
Bila adanya beban H memperkuat pengaruh variabel beban utama, maka
perhitungkanpengaruh H dengan faktor beban = 1;
Bila adanya beban H memberi perlawanan terhadap pengaruh variabel beban utama, maka
perhitungkan pengaruh H dengan faktor beban = 0,6 (jika bebannya bersifat permanen)
atau dengan faktor beban = 0 (untuk kondisi lainnya).
Pengaruh yang paling menentukan dari beban-beban angin dan seismik harus ditinjau,
namun kedua beban tersebut tidak perlu ditinjau secara simultan.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

50

Kombinasi dan pengaruh beban gempa


Pengaruh beban gempa, E , harus ditentukan sesuai dengan berikut ini:
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 5 dalam pasal 4.2.2 (Kombinasi beban untuk
metoda ultimit )atau kombinasi beban 5 dan 6 dalam pasal 4.2.3 (Kombinasi beban untuk
metoda tegangan ijin), E harus ditentukan sesuai dengan Persamaan 14 berikut:
E = + 2

(14)

Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 7 dalam pasal 4.2.2(Kombinasi beban untuk
metoda ultimit ) atau kombinasi beban 8 dalam pasal 4.2.3 (Kombinasi beban untuk metoda
tegangan ijin), E harus ditentukan sesuai dengan Persamaan 15 berikut:
E = - 2

(15)

dengan,
E = pengaruh beban gempa;
= pengaruh beban gempa horisontal seperti didefinisikan dalam pasal 7.4.2.1;
2 = pengaruh beban gempa vertikal seperti didefinisikan dalam pasal 7.4.2.2.
Pengaruh beban gempa horisontal, , harus ditentukan sesuai dengan Persamaan 16
sebagai berikut:

(16)

dengan,
= pengaruh gaya gempa horisontal dari V atau 0 . Jika disyaratkan dalam pasal 7.5.3 dan
pasal 7.5.4, pengaruh tersebut harus dihasilkan dari penerapan gaya horisontal secara
serentak dalam dua arah tegak lurus satu sama lain;
= faktor redundansi, seperti didefinisikan dalam pasal 7.3.4.
Faktor redundansi, , harus dikenakan pada sistem penahan gaya gempa dalam masingmasing kedua arah ortogonal untuk semua struktur. Nilai diijinkan sama dengan 1,0
untuk struktur dirancang untuk kategori desain seismik B atau C. Untuk struktur yang
dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F, harus sama dengan 1,3 kecuali jika
satu dari dua kondisi berikut dipenuhi, di mana diijinkan diambil sebesar 1,0:
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

51

Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser dasar dalam arah yang
ditinjau harus sesuai dengan Tabel 12;
Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat dengan sistem penahan gaya gempa
terdiri dari paling sedikit dua bentang perimeter penahan gaya gempa yang merangka pada
masing-masing sisi struktur dalam masing-masing arah ortogonal di setiap tingkat yang
menahan lebih dari 35 persen geser dasar.
Tabel 12. Persyaratan untuk masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen
gaya geser dasar.
Elemen penahan
gaya lateral
Rangka pemikul
momen

Persyaratan
Kehilangan tahanan momen di sambungan balok ke kolom di kedua
ujung balok tunggal tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat
tingkat sebesar 33 persen, atau sistem yang dihasilkan tidak mempunyai
ketidakteraturan torsi yang berlebihan (ketidakteraturan struktur
horisontal Tipe 1b).

Pengaruh beban gempa vertikal, 2 , harus ditentukan sesuai dengan Persamaan 17 berikut:
2

0,2

64

(17)

dengan,
64 = parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda pendek yang diperoleh
dari pasal 6.10.4
D =pengaruh beban mati.
PENGECUALIAN Pengaruh beban gempa vertikal, 2 , diijinkan untuk ditetapkan sama
dengan nol untuk salah satu kondisi berikut ini :
Dalam Persamaan 14, 15, 18, dan 19 di mana 64 adalah sama dengan atau kurang dari
0,125;
Dalam Persamaan 15 jika menentukan kebutuhan pada muka-kontak tanah-struktur di
fondasi.
Kombinasi dasar untuk desain kekuatan

5. (1,2 + 0,2 64 ) D + + L
7. (0,9 - 0,2 64 ) D + +1,6 H

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

52

CATATAN :
Faktor beban pada L dalam kombinasi 5 diijinkan sama dengan 0,5 untuk semua hunian di
mana besarnya beban hidup merata kurang dari atau sama dengan 5 kN/m2, dengan
pengecualian garasi atau ruang pertemuan;
Faktor beban pada H harus ditetapkan sama dengan nol dalam kombinasi 7 jika aksi
struktur akibat H berlawanan dengan aksi struktur akibat E . Jika tekanan tanah lateral
memberikan tahanan terhadap aksi struktur dari gaya lainnya, faktor beban tidak boleh
dimasukkan dalam H tetapi harus dimasukkan dalam tahanan desain.
Kombinasi Dasar untuk Desain Tegangan Ijin

5. (1,0 + 0,14
6. (1,0 + 0,10
8. (0,6 + 0,14

D + H + F + 0,7
64 ) D + H + F + 0,525 + 0,75L + 0,75(Lr atau R)
64 ) D + 0,7 + H
64 )

Jika disyaratkan secara spesifik seperti pada Gambar 14, kondisi yang mensyaratkan
penerapan faktor kuat-lebih harus ditentukan sesuai dengan pasal 7.4.3 tentang
pengaruh beban gempa termasuk faktor kuat-lebih.

Gambar 14. Contoh penerapan faktor kuat-lebih

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

53

12. Arah pembebanan beban gempa


Arah penerapan beban gempa yang digunakan dalam desain harus merupakan arah yang
akan menghasilkan pengaruh beban paling kritis. Arah penerapan gaya gempa diijinkan
untuk memenuhi persyaratan ini prosedur untuk kategori desain seismik B :
Untuk struktur bangunan yang dirancang untuk kategori desain seismik B, gaya gempa
desain diijinkan untuk diterapkan secara terpisah dalam masing-masing arah dari dua arah
ortogonal dan pengaruh interaksi ortogonal diijinkan untuk diabaikan.
Sedangkan untuk kategori desain seismik C :
Pembebanan yang diterapkan pada struktur bangunan yang dirancang untuk kategori
desain seismik C harus, minimum, sesuai dengan persyaratan untuk kategori desain seismik
B.
Prosedur kombinasi ortogonal. Struktur harus dianalisis menggunakan prosedur analisis
gaya lateral ekivalen, prosedur analisis spektrum respons ragam, atau prosedur riwayat
respons linier dengan pembebanan yang diterapkan secara terpisah dalam semua dua arah
ortogonal. Pengaruh beban paling kritis akibat arah penerapan gaya gempa pada struktur
dianggap terpenuhi jika komponen dan fondasinya didesain untuk memikul kombinasi
beban-beban yang ditetapkan berikut: 100 persen gaya untuk satu arah ditambah 30
persen gaya untuk arah tegak lurus. Kombinasi yang mensyaratkan kekuatan komponen
maksimum harus digunakan.
Dan untuk kategori desain seismik D, E, dan F :
Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F harus, minimum, sesuai
dengan persyaratan untuk kategori desain seismik C. Sebagai tambahan, semua kolom atau
dinding yang membentuk bagian dari dua atau lebih sistem penahan gaya gempa yang
berpotongan dan dikenai beban aksial akibat gaya gempa yang bekerja sepanjang baik
sumbu denah utama sama atau melebihi 20 persen kuat desain aksial kolom atau dinding
harus didesain untuk pengaruh beban paling kritis akibat penerapan gaya gempa dalam
semua arah. Prosedur kombinasi ortogonal, diijinkan untuk digunakan untuk memenuhi
persyaratan ini.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

54

13. Analisis spektrum respons ragam


Jumlah ragam
Analisis harus dilakukan untuk menentukan ragam getar alami untuk struktur. Analisis
harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam
terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam masing-masing arah
horisontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.

Parameter respons ragam


Nilai untuk masing-masing parameter desain terkait gaya yang ditinjau, termasuk
simpangan antar lantai tingkat, gaya dukung, dan gaya elemen struktur individu untuk
masing-masing ragam respons harus dihitung menggunakan properti masing-masing
y

ragam dan spektrum respons desain dibagi dengan kuantitas <z C. Nilai untuk perpindahan
{

dan kuantitas simpangan antar lantai harus dikalikan dengan kuantitas < C.
z{

Parameter respons terkombinasi


Nilai untuk masing-masing parameter yang ditinjau, yang dihitung untuk berbagai ragam,
harus dikombinasikan menggunakan metoda akar kuadrat jumlah kuadrat (SRSS) atau
metoda kombinasi kuadrat lengkap (CQC), sesuai dengan SNI 1726. Metoda CQC harus
digunakan untuk masing-masing nilai ragam di mana ragam berjarak dekat mempunyai
korelasi silang yang signifikan di antara respons translasi dan torsi.

14. Penentuan simpangan antar lantai


Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain () harus dihitung sebagai perbedaan
defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Lihat Gambar 5.
Apabila pusat massa tidak terletak segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk menghitung
defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat di atasnya.
Bagi struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C,D, E atau F yang memiliki
ketidakberaturan horisontal Tipe 1a atau 1b pada Tabel 10, simpangan antar lantai desain,
, harus dihitung sebagai selisih terbesar dari defleksi titik-titik di atas dan di bawah
tingkat yang diperhatikan yang letaknya segaris secara vertikal, di sepanjang salah satu
bagian tepi struktur.
Defleksi pusat massa di tingkat x ( ) (mm) harus ditentukan sesuai dengan persamaan
berikut :
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

55

(34)

z{

dengan,
= faktor amplifikasi defleksi dalam Tabel 9.
mO =defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada pasal ini yang ditentukan dengan analisis
elastis.
NO =faktor keutamaan gempa.
Batasan simpangan antar lantai tingkat. Simpangan antar lantai tingkat desain () seperti
ditentukan dalam pasal 7.8.6, 7.9.2, atau 12.1, tidak boleh melebihi simpangan antar lantai
tingkat ijin (1 )seperti didapatkan dari Tabel 16 untuk semua tingkat.
Tabel 16. Simpangan antar lantai ijin, 1 a,b
Struktur
Struktur, selain dari struktur dinding geser batu
bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding
interior, partisi, langit-langit dan sistem dinding
eksterior yang telah didesain untuk
mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.
Struktur dinding geser kantilever batu batad
Struktur dinding geser batu bata lainnya
Semua struktur lainnya

I atau II
0,025 hsxc

0,010 hsx
0,007 hsx
0,020 hsx

Kategori risiko
III
IV
0,020 hsx
0,015 hsx

0,010 hsx
0,007 hsx
0,015 hsx

0,010 hsx
0,007 hsx
0,010 hsx

hsx adalah tinggi tingkat di bawah tingkat x .


Untuk sistem penahan gaya gempa yang terdiri dari hanya rangka momen dalam kategori desain seismik D, E,
dan F, simpangan antar lantai tingkat ijin harus sesuai dengan persyaratan pasal 7.12.1.1.
c Tidak boleh ada batasan simpangan antar lantai untuk struktur satu tingkat dengan dinding interior, partisi,
langit-langit, dan sistem dinding eksterior yang telah didesain untuk mengakomodasi simpangan antar lantai
tingkat. Persyaratan pemisahan struktur dalam pasal7.12.3 tidak diabaikan.
d Struktur di mana sistem struktur dasar terdiri dari dinding geser batu bata yang didesain sebagai elemen
vertikal kantilever dari dasar atau pendukung fondasinya yang dikontruksikan sedemikian agar penyaluran
momen diantara dinding geser (kopel) dapat diabaikan.
b

Untuk sistem penahan gaya gempa yang terdiri dari hanya rangka momen pada struktur
yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F, simpangan antar lantai tingkat
desain () tidak boleh melebihi 1 / untuk semua tingkat. = faktor redundansi.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

56

15. Pemisahan struktur


Semua bagian struktur harus didesain dan dibangun untuk bekerja sebagai satu kesatuan
yang terintegrasi dalam menahan gaya-gaya gempa kecuali jika dipisahkan secara
struktural dengan jarak yang cukup memadai untuk menghindari benturan yang merusak.
Pemisahan harus dapat mengakomodasi terjadinya perpindahan respons inelastik
maksimum ( ). harus dihitung pada lokasi kritis dengan mempertimbangkan
perpindahan translasi maupun rotasi pada struktur, termasuk pembesaran torsi (bila ada),
dengan menggunakan persamaaan dibawah ini :
3

&

(42)

z{

Keterangan:
adalah perpindahan elastik maksimum pada lokasi kritis.
Struktur-struktur bangunan yang bersebelahan harus dipisahkan minimal sebesar ,
yang dihitung dari persamaan dibawah ini:
3A

(3 )c ? (3c )c

(43)

Keterangan:
3 dan 3c adalah perpindahan respons inelastik maksimum pada struktur-struktur
bangunan yang bersebelahan di tepi-tepi yang berdekatan. Struktur bangunan harus
diposisikan berjarak paling tidak sejauh 3 dari garis batas kepemilikan tanah.
PENGECUALIAN Jarak pemisahan yang lebih kecil diijinkan jika hal ini dapat dibuktikan
oleh analisis yang rasional berdasarkan respons inelastik terhadap gerak tanah rencana
akibat gempa.

16. Desain pondasi


Struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah. Struktur atas adalah
bagian dari struktur bangunan gedung yang berada di atas muka tanah. Struktur bawah
adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak di bawah muka tanah, yang
dapat terdiri dari struktur besmen, dan/atau struktur pondasinya.
Pondasi harus didesain untuk menahan gaya yang dihasilkan dan mengakomodasi
pergerakan yang disalurkan ke struktur oleh gerak tanah desain. Sifat dinamis gaya, gerak
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

57

tanah yang diharapkan, dasar desain untuk kekuatan dan kapasitas disipasi energi struktur,
dan properti dinamis tanah harus disertakan dalam penentuan kriteria desain pondasi.
Apabila tidak dilakukan analisis interaksi tanah-struktur, struktur atas dan struktur bawah
dari suatu struktur gedung dapat dianalisis terhadap pengaruh gempa rencana secara
terpisah, di mana struktur atas dapat dianggap terjepit lateral pada besmen. Selanjutnya
struktur bawah dapat dianggap sebagai struktur tersendiri yang berada di dalam tanah
yang dibebani oleh kombinasi beban-beban gempa yang berasal dari struktur atas, beban
gempa yang berasal dari gaya inersia sendiri, gaya kinematik dan beban gempa yang
berasal dari tanah sekelilingnya. Pada gedung tanpa besmen, taraf penjepitan lateral
struktur atas dapat dianggap terjadi pada lantai dasar/muka tanah. Apabila penjepitan
tidak sempurna dari struktur atas gedung pada struktur bawah diperhitungkan, maka
struktur atas gedung tersebut harus diperhitungkan terhadap pengaruh deformasi lateral
maupun rotasional dari struktur bawahnya.
Struktur bawah tidak boleh gagal dari struktur atas. Desain detail kekuatan (strength)
struktur bawah harus memenuhi persyaratan beban gempa rencana berdasarkan
Kombinasi beban untuk metoda ultimit.
Analisis deformasi dan analisis lain seperti likuifaksi, rambatan gelombang, penurunan total
dan diferensial, tekanan tanah lateral, deformasi tanah lateral, reduksi kuat geser, reduksi
daya dukung akibat deformasi, reduksi daya dukung aksial dan lateral pondasi tiang,
pengapungan (flotation) struktur bawah tanah, dan lain-lain, dapat dilakukan sesuai
dengan persyaratan beban kerja (working stress) yang besarnya minimum sesuai dengan
Kombinasi beban untuk metoda tegangan ijin.
Struktur tipe tiang
Jika konstruksi menggunakan tiang sebagai kolom yang dibenamkan dalam tanah atau
dibenamkan dalam pondasi telapak beton dalam tanah digunakan untuk menahan beban
lateral, kedalaman pembenaman yang disyaratkan untuk tiang untuk menahan gaya gempa
harus ditentukan melalui kriteria desain yang disusun dalam laporan investigasi pondasi.
Pengikat pondasi
Pur (pile-cap) tiang individu, pier bor, atau kaison harus dihubungkan satu sama lain
dengan pengikat. Semua pengikat harus mempunyai kuat tarik atau tekan desain paling
sedikit sama dengan gaya yang sama dengan 10 persen 64 kali beban mati terfaktor
ditambah beban hidup terfaktor pur tiang atau kolom yang lebih besar kecuali jika
ditunjukkan bahwa kekangan ekivalen akan disediakan oleh balok beton bertulang dalam
pelat di atas tanah atau pelat beton bertulang di atas tanah atau pengekangan oleh batu
yang memenuhi syarat, tanah kohesif keras, tanah berbutir sangat padat, atau cara lainnya
yang disetujui.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

58

Persyaratan pengangkuran tiang


Sebagai tambahan pada persyaratan pasal 7.13.5.3, pengangkuran tiang harus sesuai
dengan pasal ini. Desain pengangkuran tiang ke dalam pur (pile-cap) tiang harus
memperhitungkan pengaruh gaya aksial terkombinasi akibat gaya ke atas dan momen
lentur akibat penjepitan pada pur (pile-cap) tiang. Untuk tiang yang disyaratkan untuk
menahan gaya ke atas atau menyediakan kekangan rotasi, pengangkuran ke dalam pur
(pile-cap) tiang harus memenuhi hal berikut ini:
Dalam kasus gaya ke atas, pengangkuran harus mampu mengembangkan kekuatan sebesar
yang terkecil di antara kuat tarik nominal tulangan longitudinal dalam tiang beton, atau
kuat tarik nominal tiang baja, atau 1,3 kali tahanan cabut tiang, atau gaya tarik aksial yang
dihasilkan dari pengaruh beban gempa termasuk faktor kuat-lebih berdasarkan pasal 7.4.3.
Tahanan cabut tiang harus diambil sebagai gaya friksi atau lekatan ultimat yang dapat
disalurkan antara tanah dan tiang ditambah dengan berat tiang dan pur;
Dalam kasus kekangan rotasi, pengangkuran harus didesain untuk menahan gaya aksial dan
geser dan momen yang dihasilkan dari pengaruh beban gempa termasuk faktor kuat lebih
dari pasal 7.4.3, atau harus mampu mengembangkan kuat nominal aksial, lentur, dan geser
penuh dari tiang.
Persyaratan umum desain tiang
Tiang harus didesain dan dibangun untuk menahan deformasi dari pengerakan tanah
akibat gempa dan respons struktur. Deformasi harus menyertakan baik regangan tanah
lahan bebas (tanpa struktur) dan deformasi yang ditimbulkan oleh tahanan tiang lateral
terhadap gaya gempa struktur, semua seperti yang dimodifikasi oleh interaksi tanah-tiang.
Tiang miring
Tiang miring dan sambungannya harus mampu menahan gaya dan momen dari kombinasi
beban dengan faktor kuat-lebih dari pasal 7.4.3.2. Jika tiang vertikal dan miring bekerja
sama untuk menahan gaya pondasi sebagai kelompok, gaya ini harus didistribusikan pada
tiang individu sesuai dengan kekakuan horisontal dan vertikal relatifnya dan distribusi
geometri tiang dalam kelompok.
Sambungan lewatan bagian tiang
Sambungan lewatan pada tiang pondasi harus mampu mengembangkan kuat nominal
penampang tiang.
PENGECUALIAN Sambungan lewatan harus didesain untuk menahan gaya-gaya aksial dan
geser serta momen lentur dari pengaruh beban gempa, termasuk faktor kuat-lebih
berdasarkan pasal 7.4.3.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

59

Interaksi tiang-tanah
Momen, geser dan defleksi lateral tiang yang digunakan untuk desain harus ditentukan
dengan meninjau interaksi tiang dan tanah. Jika rasio kedalaman pembenaman tiang
terhadap diameter atau lebar tiang kurang dari atau sama dengan 6 (enam), tiang diijinkan
untuk diasumsikan kaku secara lentur terhadap tanahnya.
Pengaruh kelompok tiang
Pengaruh kelompok tiang dari tanah pada kuat nominal tiang lateral harus disertakan bila
jarak antar pusat-ke-pusat tiang dalam arah gaya lateral kurang dari delapan diameter atau
lebar tiang. Pengaruh kelompok tiang terhadap kuat nominal vertikal harus disertakan bila
jarak antar pusat-ke-pusat tiang kurang dari tiga kali diameter atau lebar tiang.

17. Persyaratan perancangan dan pendetailan bahan pondasi


Persyaratan pendetailan tambahan untuk tiang baja dalam kategori desain seismik D
sampai F
Sebagai tambahan pada persyaratan pondasi yang ditetapkan di awal dalam pasal 7.1.5 dan
7.13, perancangan dan pendetailan tiang H harus memenuhi persyaratan yang berlaku, dan
sambungan antara penutup tiang dan tiang baja atau tiang pipa baja tak berisi dalam
struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F harus dirancang untuk
gaya tarik tidak kurang dari 10 persen kapasitas tekan tiang.
PENGECUALIAN Kapasitas tarik sambungan tidak perlu melebihi kuat yang diperlukan
untuk menahan pengaruh beban gempa termasuk faktor kuat lebih pasal 7.4.3.2 atau pasal
8.2.2.2. Sambungan tidak perlu disediakan jika pondasi atau struktur pendukung tidak
tergantung pada kapasitas tarik pile untuk stabilitas di bawah gaya gempa desain.
Persyaratan pendetailan tambahan untuk tiang beton
1) Persyaratan tiang beton untuk kategori desain seismik C
Tiang beton pada struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C harus
memenuhi persyaratan pasal ini.
Pengangkuran tiang
Semua tiang beton dan tiang pipa terisi beton harus dihubungkan dengan penutup tiang
dengan menanam tulangan pipa dalam penutup tiang dengan jarak sama dengan panjang
penyaluran seperti ditetapkan dalam pasal 7.14.2.2 tata cara ini atau oleh penggunaan
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

60

pasak yang dipasang di lapangan yang diangkur dalam tiang beton. Untuk batang tulangan
ulir, panjang penyaluran adalah panjang penyaluran penuh untuk tekan atau tarik, dalam
kasus gaya angkat, tanpa reduksi panjang untuk daerah yang terpengaruh.
Sengkang atau spiral dan pengikat harus dihentikan dengan kait gempa seperti
didefinisikan dalam ketentuan umum peraturan konstruksi beton. Bila panjang minimum
untuk tulangan atau penerusan tulangan pengekangan berspasi rapat disyaratkan di ujung
atas tiang, harus dibuat ketentuan agar panjang yang ditetapkan atau penerusan tersebut
dipertahankan setelah pemotongan tiang.

Tulangan untuk tiang beton tanpa pembungkus


Tulangan harus disediakan bila disyaratkan oleh analisis. Untuk tiang beton bor cor
setempat tanpa pembungkus, minimum empat batang tulangan longitudinal, dengan rasio
tulangan longitudinal minimum sebesar 0,0025, dan tulangan transversal, seperti
didefinisikan di bawah, harus disediakan sepanjang panjang minimum tiang yang ditulangi
seperti didefinisikan di bawah mulai dari ujung atas tiang. Tulangan longitudinal harus
menerus melewati panjang minimum tiang yang ditulangi dengan panjang penyaluran tarik.
Tulangan transversal harus mengandung pengikat tertutup (atau spiral ekivalen) dengan
diameter minimum 9 mm. Spasi penulangan transversal harus tidak melebihi 150 mm atau
8 diameter batang tulangan longitudinal dalam jarak tiga kali diameter tiang dari ujung
bawah penutup tiang. Spasi penulangan transversal harus tidak melebihi 16 diameter
batang tulangan longitudinal sepanjang sisa panjang minimum yang ditulangi.
Panjang tiang minimum yang ditulangi harus diambil sebagai yang lebih besar dari:
1.
2.
3.
4.

Sepertiga panjang tiang;


Jarak sebesar 3 m;
Tiga kali diameter tiang;
Panjang lentur tiang, yang harus diambil sama dengan panjang dari ujung bawah pur
tiang sampai suatu titik di mana momen retak penampang beton dikalikan dengan
faktor tahanan 0,4 melebihi momen terfaktor perlu di titik tersebut.

Tulangan untuk tiang beton dengan pembungkus logam


Persyaratan tulangan adalah sama seperti untuk tiang beton tanpa pembungkus.
PENGECUALIAN Pembungkus logam yang dilas spiral dengan ketebalan tidak kurang dari
diameter No. 14 dapat dipertimbangkan sebagai tersedianya pengekangan beton ekivalen
dengan pengikat tertutup atau spiral ekivalen yang disyaratkan pada tiang beton tanpa
pembungkus, asalkan pembungkus logam cukup dilindungi terhadap aksi yang mungkin
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

61

merusak akibat bahan penyusun tanah, perubahan permukaan air, atau faktor lainnya yang
ditunjukkan dengan catatan pengeboran dari kondisi lapangan.
Tulangan untuk tiang pipa terisi beton
Tulangan minimum 0,01 kali luasan penampang tiang beton harus disediakan pada ujung
atas tiang dengan panjang sama dengan dua kali angkur penanaman penutup yang
disyaratkan ke dalam penutup tiang.

Tulangan untuk tiang beton nonprategang pracetak


Rasio tulangan baja longitudinal minimum sebesar 0,01 harus disediakan untuk tiang beton
nonprategang pracetak. Penulangan longitudinal harus dikekang dengan pengikat tertutup
atau spiral ekivalen diameter minimum 10 mm. Penulangan pengekangan transversal harus
disediakan dengan spasi maksimum delapan kali diameter batang tulangan longitudinal
terkecil, tetapi tidak melebihi 152 mm, dalam tiga kali diameter tiang dari sisi bawah
penutup tiang. Sisi luar daerah pengekangan, pengikat tertutup atau spiral ekivalen harus
disediakan dengan spasi maksimum 16 kali diameter batang tulangan longitudinal, tetapi
tidak lebih besar dari 200 mm. Tulangan harus sepanjang tiang.

2) Persyaratan tiang beton untuk kategori desain seismik D sampai F


Tiang beton pada struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F harus
memenuhi persyaratan pasal ini.
Bila tiang beton digunakan dalam kelas situs SE atau SF, tiang tersebut harus mempunyai
tulangan transversal sesuai dengan tata cara yang berlaku dalam tujuh kali diameter tiang
dari penutup tiang dan dari permukaan kontak antara lapisan yang keras atau teguh dan
lapisan yang berpotensi likuifaksi atau berupa lapisan lempung lunak atau lempung
setengah teguh.
Tulangan untuk tiang beton tanpa pembungkus
Tulangan harus disediakan bila disyaratkan oleh analisis. Untuk tiang beton bor cor
setempat tanpa pembungkus, minimum empat batang tulangan longitudinal dengan rasio
tulangan longitudinal minimum 0,005 dan tulangan pengekangan tranversal sesuai dengan
tata cara yang berlaku harus disediakan sepanjang panjang tiang bertulangan minimum
seperti didefinisikan di bawah mulai dari ujung atas tiang. Tulangan longitudinal harus
menerus melewati panjang tiang bertulangan minimum dengan panjang penyaluran tarik.
Panjang tiang bertulangan minimum harus diambil yang lebih besar dari:
1. Setengah panjang tiang.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

62

2. Sejarak 3 m.
3. Tiga kali diameter tiang
4. Panjang lentur tiang, di mana harus diambil sebagai panjang dari sisi bawah penutup
tiang sampai suatu titik di mana momen retak penampang beton dikalikan dengan
faktor tahanan 0,4 melebihi momen terfaktor perlu di titik tersebut.
Sebagai tambahan, untuk tiang yang berlokasi dalam kelas situs SE atau SF, tulangan
longitudinal dan tulangan pengekangan tranversal, seperti dijelaskan di atas, harus
menerus sepanjang tiang.
Bila tulangan tranversal disyaratkan, pengikat tulangan tranversal harus minimum batang
tulangan ulir D10 untuk tiang sampai dengan diameter 500 mm dan batang tulangan ulir
D13 untuk tiang dengan diameter lebih besar.
Dalam kelas situs SA sampai SD, tulangan longitudinal dan tulangan pengekangan
tranversal, seperti didefiniskan di atas, juga harus menerus dengan minimum tujuh kali
diameter tiang di atas dan di bawah permukaan kontak lapisan lempung teguh,lunak
sampai setengah teguh atau lapisan yang dapat mencair (liquefiable) kecuali tulangan
tranversal tidak ditempatkan dalam panjang bertulangan minimum harus diijinkan untuk
menggunakan rasio tulangan spiral transversal dengan tidak kurang dari setengah yang
disyaratkan dalam tata cara yang berlaku. Spasi penulangan tranversal yang tidak
ditempatkan dalam panjang bertulangan minimum diijinkan untuk ditingkatkan, tetapi
harus tidak melebihi dari yang terkecil dari berikut ini:
1. 12 diameter batang tulangan longitudinal.
2. Setengah diameter tiang.
3. 300 mm.
Tulangan untuk tiang beton dengan pembungkus logam.
Persyaratan tulangan adalah sama seperti untuk tiang beton tanpa pembungkus logam.
PENGECUALIAN Pipa baja las spiral dengan tebal tidak kurang dari 2 mm dapat dianggap
sebagai adanya pengekangan beton yang ekivalen dengan pengikat tertutup atau spiral
ekivalen yang disyaratkan dalam tiang beton tanpa pembungkus, asalkan pembungkus
logam cukup dilindungi tehadap kemungkinan aksi yang merusak akibat bahan penyusun
tanah, perubahan permukaan air, atau faktor lainnya yang ditunjukkan oleh catatan kondisi
lokasi pengeboran.
Tulangan untuk tiang beton pracetak
Tulangan pengekangan tranversal terdiri dari pengikat tertutup atau spiral ekivalen harus
disediakan sesuai dengan tata cara yang berlaku untuk panjang penuh tiang.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

63

PENGECUALIAN Selain dari kelas situs SE atau SF, tulangan pengekangan tranversal yang
ditetapkan harus disediakan dalam tiga kali diameter tiang di bawah sisi bawah penutup
tiang, tetapi diijinkan untuk menggunakan rasio penulangan tranversal tidak kurang dari
setengah yang disyaratkan sepanjang sisa panjang tiang.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

64

Sesi 2.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 menggunakan Software
SAP2000 v10.
Langkah 1 : Mempersiapkan Satuan dan Grid
File | New Model

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

65

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

66

Langkah 2 : Menginputkan Mutu Material


Define|Materials

Satuan : MPa atau N/mm2

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

67

Langkah 3 : Menginputkan Dimensi Penampang Elemen


Define|Frame Section - untuk elemen balok

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

68

Define|Frame Section - untuk elemen kolom

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

69

Define|Area Section - untuk elemen pelat lantai

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

70

Langkah 4 : Menginputkan Beban dan Kombinasi Beban


Define|Load Cases

Define|Analysis Cases

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

71

Define|Combinations Kombinasi beban mati (D) dan beban hidup (L)

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

72

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

73

Langkah 5 : Pembuatan model struktur

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

74

Langkah 6 : Menginputkan Code yang digunakan


Options| Preferences | Concrete Frame Design

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

75

Langkah 7 : Pemilihan Kombinasi Pembebanan untuk Desain, Pemilihan


Framing Type
Design | Concrete Fram Design | Select Design Combo

Design | Concrete Fram Design | View/Revise Overwrites

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

76

Langkah 8 : Pemilihan DOF dan Beban yang akan di analisis


Analyze |Analysis Option

Analyze |Set Analysis Cases to Run

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

77

Analyze |Run Analysis

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

78

Langkah 9 : Menampilkan hasil analisis struktur


Display

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

79

Langkah 10 : Proses pendesainan elemen


Design | Concrete Frame Design | Start Design/ Chek of Structure

Design | Concrete Frame Design | Verify all Members Passed

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

80

Langkah 11 : Menampilkan hasil pendesainan elemen


Design | Concrete Frame Design | Display Design Info

Display | Show Tables

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

81

Langkah 12 : Mengiputkan beban gempa prosedur analisis ragam


Define | Function | Respon Spectrum

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

82

Define | Analysis Cases Menambahkan analysis case Modal, Spec1 dan Spec2

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

83

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

84

g= 9,81 m/det2 ; NO = 1,0 ; R =8,0 ; Scale Factor = g. NO /R = 9,81.1/8 = 1.22625

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

85

Define | Combinations

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

86

Design | Concrete Fram Design | Select Design Combo

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

87

Design | Concrete Fram Design | View/Revise Overwrites

Sway Special | Sway Intermediate | Sway Ordinary

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

88

Langkah 13 : Memasukan parameter Massa


Define | Mass Source
Jika ingin menggunakan joint masses yang dipasang secara manual pada titik pusat massa
maka gunakan Assign | Joint | Masses. Setting Define | Mass Source adalah From Element
and Additional Masses. Mass per unit volume = 0 pada menu Material Property Data.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

89

Langkah 14 : Memasukan joints constrain pada pelat lantai


Pilihlah semua joint pada tiap lantai yang hendak di constrain kemudian pilih Joint |
Constraints

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

90

Langkah 15 : Analisis Struktur


Analyze |Set Analysis Cases to Run

Analyze |Run Analysis

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

91

Langkah 16 : Pembacaan hasil beban gempa


Display |Show Table

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

92

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

93

W = DEAD + 30%LIVE = 796,78 + 0,3.612,91 = 980,65 kN


NO = 1,0 ; R =8,0 ; T=0,70 detik; 6 = 0,601 g; 6 = 0,594 g
Syarat :
1) Kombinasi respons untuk geser dasar ragam (Kl ) harus lebih besar 85 persen dari
geser dasar yang dihitung (V) menggunakan prosedur gaya lateral ekivalen.

2) Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan


partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa
aktual dalam masing-masing arah horisontal ortogonal dari respons yang ditinjau
oleh model.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

94

Langkah 17 : Penginputan luas tulangan tumpuan terpasang


Berdasarkan hasil desain penulangan balok induk dan kolom untuk framing type sway
intermediate dan sway special.
Define | Frame Section

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

95

Contoh 4.
Analisis Dinamik Ragam Respon Spektrum Struktur 2D
Suatu bangunan gedung perkuliahan 5 lantai (4 tingkat) dari beton bertulang dengan
konfigurasi struktur seperti pada Gambar C.4.1, dimodelkan sebagai frame 2 Dimensi pada
Gambar C.4.2 direncanakan dibangun di kota Semarang.

Gambar C.4.1. Konfigurasi struktur gedung 3 dimensi

Dari hasil evaluasi awal untuk analisis struktur terhadap beban gempa dengan
menggunakan SNI Gempa 2012, didapatkan data-data perencanaan sbb. :
a) Lokasi bangunan termasuk kelas situs SE (kondisi tanah lunak) dengan nilai N < 15.
b) Bangunan digunakan sebagai gedung untuk fasilitas pendidikan dengan kategori
resiko IV dengan Faktor Keutamaan Gempa ( Ie ) = 1,5.
c) Berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda pendek ( 64 ) dan perioda
1 detik ( 6 ), bangunan gedung termasuk dalam Kriteria Desain Seismik (KDS) : D.
d) Sistem penahan gaya gempa yang diijinkan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK), dengan Koefisien Modifikasi Respons (R) = 8,0.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

96

Lt.5
50x30
4m

D40

40x40
Lt.4

50x30
4m

40x40

D40
Lt.3
50x30

40x40

D40

4m

Lt.2

Sa

50x30
6m

40x40

Z D40

6m

X
6m

Gambar C.4.2. Konfigurasi struktur 2 dimensi dan Respon Spektrum Gempa

Beban gempa yang bekerja pada struktur dihitung dengan Metode Analisis Dinamik
Ragam Respon Spektrum, dengan meninjau 4 ragam getar (mode shape) dari struktur.
Diagram Respon Spektrum untuk wilayah Semarang dengan kondisi tanah lunak,
diperlihatkan pada Gambar C.4.3.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

97

Spektrum Respons Desain SNI 2012


Kota Semarang - Kelas situs SE (tanah lunak)
0.8

Percepatan respon spektra Sa (g)

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

0.5

1.5

2.5

3.5

Periode, T (detik)

Gambar C.4.3. Respon Spektrum Gempa wilayah Semarang untuk kondisi tanah lunak
Tabel Respon Spektrum Gempa untuk wilayah Kota Semarang dengan kondisi tanah lunak,
bedasarkan standart gempa SNI 1726 : 2012, adalah sebagai berikut :
Periode Getar
T (detik)
0,0
0,2
0,5
1
1,5
2
2,5
3,0

Percepatan
Respon Spektra
Sa ( g )
0,20
0,60
0,60
0,60
0,40
0,30
0,24
0,20

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

98

Kombinasi pembebanan yang ditinjau bekerja pada struktur gedung, adalah :


Kombinasi Pembebanan Tetap
Kombinasi Pembebanan Sementara

: U = 1,2.D + 1,6.L
: U = 1,2 D + 0,5.L + 1,0.(Ie/R).V

dimana
D : Beban Mati, L : Beban Hidup, V : Beban Gempa, Ie (Faktor Keutamaan) = 1,5;
R (Koefisien Modifikasi Respon) = 8.
Untuk harga Ie = 1,5 dan R = 8, maka :
Kombinasi Pembebanan Sementara menjadi

: U = 1,2.D + 0,5.L + 0,187.V

Data-data Untuk Perhitungan :


a) Konfigurasi Struktur
Kolom tepi tingkat 1 s/d 4 : (40x40) cm, kolom tengah tingkat 1 s/d 4 merupakan
kolom bulat dengan diameter 40 cm, ukuran semua balok : (50x30) cm, tebal semua
pelat 12 cm. Jarak antara portal struktur 5 meter.
Mutu beton : fc = 25 MPa (K.300), dengan modulus elastisitas : Ec = 235000 kg/cm2.
b) Pembebanan Struktur
Beban mati (Dead Load), terdiri dari penutup lantai dan penggantung = 100 kg/m2
(belum termasuk berat sendiri struktur), beban dinding = 100 kg/m untuk setiap
tinggi 1 meter (bata ringan). Beban mati pada balok akibat berat pelat, berat penutup
lantai dan plafon, berat dinding :
qD

= (5 x 0,12 x 2400) + (5x100) + (4x100)


= 1440 + 500 + 400 = 2340 kg/m = 23,4 kg/cm

Beban hidup (Live Load) pada struktur diperhitungkan sebesar q = 250 kg/m2,
Untuk perhitungan beban gempa, digunakan koefisien reduksi 0,25. Beban hidup
merata pada balok akibat beban hunian :
qL

= (5 x 250) = 1250 kg/m = 12,5 kg/cm

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

99

c) Perhitungan Berat Tingkat (W) dan Massa Tingkat (M)

Beban terpusat akibat beban mati dan beban hidup pada titik berat lantai gedung :
Berat balok = (0,5 x 0,3) x 12 x 2400 = 4320 kg
wD = (2340 x 12) + 4320 = 32400 kg
wL = (1250 x 12) = 15000 kg
Beban terpusat pada titik berat lantai gedung W = 32400 + 0,25 x (15000) = 36150 kg
Percepatan gravitasi : g = 980 cm/detik2
Massa terpusat pada lantai gedung : M = W/g = 36150/980 37 kg.detik2/cm.

Data Masukan (Input) Untuk SAP 2000


1) Memilih Sistem Satuan
Pada kotak sistem satuan yang tersedia, pilih sistem satuan yang digunakan di dalam
analisis struktur (pd contoh perhitungan ini, digunakan sistem satuan : Kgf-cm-C).
2) Menyusun Konfigurasi Stuktur
Dari menu File, pilih New Model. Pada kotak New Model Initialization, pilih sistem satuan
yang digunakan yaitu Kgf, cm, C.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

100

Gambar C.4.4.. Model struktur pada SAP2000


Pilih gambar 2D Frame dan ketikkan data konfigurasi struktur sbb. :
2D Frame Type
Number of Stories
Number of Bays
Story Height
Bay Width

= Portal
=4
=2
= 400
= 600

Klik OK.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

101

Gambar C.4.5. Data masukan untuk konfigurasi struktur portal 2 dimensi


Masukan data ini, akan menghasilkan struktur portal 4 lantai dengan ketinggian masingmasing
masing tingkat 400 cm (Gambar C.4.6, Kiri)
Untuk mendapatkan tinggi tingkat dari lantai satu sama dengan 600 cm, maka perlu
dilakukan perubahan koordinat arah Z dari joint
joint-joint
joint di tumpuan (Gambar C.4.6, Kanan)
Perubahan koordinat dilakukan dengan cara : klik semua joint pada tumpuan. Pilih menu
Edit dan Move.. Pada kotak Move Selected Point masukan data :
Change coordinate by :
Delta X = 0
Delta Y = 0
Delta Z = -200

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

102

Gambar C.4.6. Konfigurasi struktur dengan tinggi tingkat 1 = 4 meter (Kiri)


dan tinggi tingkat 1 = 6 meter (Kanan)
3) Mendefinisikan Karakteristik Material
Dari menu Define, pilih Material , Pada kotak Define Material,, pilih CONC, klik Modify/Show
Material. Pada kotak Material Property Data masukkan data material :
Type of Material

: Isotropic

Analysis Property Data


Mass per unit Volume
Weight per unit Volume
Modulus of Elasticity
Poisson Ratio
Coeff of Thermal Expansion

=0
= 0,0024
= 235000
= 0,20
=0

Design Property Data


Specified Conc Comp Strength, fc = 250
Bending Reinf. Yield Stress,
Stress fy
= 4000
Shear Reinf. Yield Stress, fys
= 2400
Klik OK.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies

103

Gambar C.4.7.
C.4. Data masukan untuk material beton (Concrete)

4) Mendefinisikan Dimensi Elemen


Dari menu Define, pilih Frame Sections untuk menampilkan kotak Frame Properties. Pada
kotak Choose
ose Property Type for Add,
Add klik Add Rectangular,, kemudian klik Add New Property.
Pada kotak Rectangular Section,
Section, masukkan dimensi balok 50/30 cm, sbb. :
Section Name : B50x30
Dimension : - Depth (t3) = 50
: - Width (t2) = 30
Material
: CONC
Klik OK.
Untuk mendefinisikan kolom persegi 40/40 cm, dilakukan sbb. :
Pada kotak Frame Properties,
Properties klik Add Rectangular dan klik Add New Property. Pada kotak
Rectangular Section,, masukkan dimensi dari kolom sbb. :
Section Name : K40x40
Dimension : - Depth (t3) = 40
: - Width (t2) = 40
Material
: CONC
Klik OK.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies

104

Gambar C.4.8.. Data penampang balok 50/30 cm

Gambar C.4.9.. Data penampang kolom persegi 40/40 cm


Untuk mendefinisikan kolom bulat diameter 40 cm, dilakukan sbb. :
Pada kotak Frame Properties,
Propertie klik Add Circle, dan klik Add New Property. Pada kotak
Rectangular Section,, masukkan dimensi dari kolom bulat sbb. :
Section Name
: D40
Dimensions
: Diameter (t3) = 40
Material
: CONC
Klik OK.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

105

Gambar C.4.10.
C.4.
Data penampang kolom bulat diameter
diamete 40 cm
5) Penempatan Elemen Pada Sistem Struktur
Untuk mendefinisikan penempatan elemen pada sistem struktur, dilakukan sbb. :
Klik balok-balok
balok dari struktur. Pilih menu Assign, kemudian Frame/Cable dan Frame
Sections. Pada kotak Frame Properties pilih B50x30, klik OK.
Klik kolom-kolom
kolom tepi dari struktur (kolom ukuran 40/40 cm). Pilih menu Assign,
kemudian Frame/Cable dan Frame Sections. Pada kotak Frame Properties pilih K40x40, klik
OK.
Klik kolom tengah dari struktur (kolom diameter 40 cm). Pilih me
menu Assign, kemudian
Frame/Cable dan Frame Sections.
Sections Pada kotak Frame Properties pilih D40, klik OK.
6) Mendefinisikan Jenis Tumpuan
Klik joint-joint
joint yang merupakan tumpuan pada struktur. Pilih menu Assign, kemudian Joint
dan Restraints.. Di dalam kotak Joint Restraints, pada Fast Restraints
Restraints, klik tumpuan jepit, klik
OK.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

106

Gambar C.4.11. Data masukan untuk tumpuan jepit


7) Mendefinisikan Kasus Pembebanan (Load Case)
Data pembebanan dari beban mati, beban hidup, dan beban gempa dimasukkan secara
terpisah pada program komputer. Untuk itu perlu didefinisikan kasus pembebanan ((load
cases) untuk beban mati (DEAD), beban hidup (LIVE) dan beban gempa (QUAKE).
Dari menu Define, klik Load Cases.
Cases. Pada kotak Define Loads masukkan data :
Load Name
Type
Self Weight Multiplier
Klik Add New Load

: DEAD
: DEAD
:1

Load Name
Type
Self Weight Multiplier
Klik Add New Load

: LIVE
: LIVE
:0

Load Name
Type
Self Weight Multiplier
Klik OK

: QUAKE
: QUAKE
:0

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

107

Gambar C.4.12. Kasus pembebanan untuk


untuk beban mati, beban hidup, dan beban gempa

8) Mendefinisikan Kombinasi Pembebanan (Load Combination)


Dari menu Define, klik Combination.
Combination Pada kotak Define Respone Combination klik Add New
Combo. Pada kotak Response Combination Data,
Data masukkan data :
Response
ponse Combination Name
Combination Type

: COMB1
: Linear Add

Define Combination of Case Results


Case Name
Case Type
Scale Factor
Klik Add

: DEAD
: Linear Static
: 1,2

Case Name
Case Type
Scale Factor
Klik Add
Klik OK.

: LIVE
: Linear Static
: 1,6

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

108

Gambar C.4.13. Data masukan untuk Kombinasi Pembebanan 1 (COMB1)


Klik Add New Combo
Response Combination Name
Combination Type

: COMB2
: Linear Add

Define Combination of Case Results


Case Name
Case Type
Scale Factor
Klik Add

: DEAD
: Linear Static
: 1,2

Case Name
Case Type
Scale Factor
Klik Add

: LIVE
: Linear Static
: 0,5

Case Name
Case Type
Scale Factor
Klik Add
Klik OK.

: QUAKE
: Linear Static
: 0,187

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

109

Gambar C.4.14. Data masukan


an untuk Kombinasi Pembebanan 2 (COMB2)
9) Mendefinisikan Beban Mati & Beban Hidup Pada Struktur
Beban Mati Pada Elemen
balok pada lantai 1 yang akan dibebani mati q = 23,4 kg/cm. Pilih menu Assign,
Klik balok-balok
klik Frame/Cable Loads, klik Distributed. Pada Frame Distributed Loads, masukkan data
beban :
Load Case Name
Units
Load Type and Direction
Coord Sys
Direction
Options

: DEAD
: Kgf, cm, C
: Forces
: GLOBAL
:Z
: Add to Existing Loads

Pada Uniform Load masukkan beban, Load = -23,4, klik OK.


b. Beban Hidup Pada Elemen
Klik balok-balok
balok pada lantai 1 yang akan dibebani hidup q = 12,5 kg/cm. Pilih menu Assign,
klik Frame/Cable Loads, klik Distributed. Pada Frame Distributed Loads, masukkan data
beban :
Load Case Name
Units

: LIVE
: Kgf, cm, C
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies

110

Load Type and Direction


Coord Sys
Direction
Options

: Forces
: GLOBAL
:Z
: Add to Existing Loads

Pada Uniform Load masukkan beban, Load = -12.5, kemudian klik OK.

Gambar C.4.15. Beban mati (ki


(kiri)
ri) dan beban hidup (kanan) pada struktur (satuan : kg/cm)
10) Mendefinisikan Respons Spektrum Gempa
Untuk analisis beban gempa, terlebih dahulu disusun fungsi dari Respon Spektrum yang
akan digunakan, dengan menu Define, Function, dan Response Spectrum
Spectrum. Pada Define
Respons Spectrum Function di kotak Choose Function Type to Add pilih User Spectrum dan
klik Add New Function.
Definition masukkan data :
Pada kotak Response Spectrum Function Definition,
Function Name
Function Damping Ratio

: Semarang-Lunak
: 0,05
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies

111

Define Function :

Periode
0,0
0,2
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0

Acceleration
0,20
0,60
0,60
0,60
0,40
0,30
0,24
0,20

Gambar C.4.16. Fungsi spektrum respon wilayah Semarang untuk kondisi tanah lunak.
Setelah fungsi Respon Spektrum didefi
didefinisikan,
nisikan, kemudian didefinisikan cara analisis beban
gempa yang akan digunakan, dengan cara sbb. :
Dari menu Define, klik Analysis Cases.
Cases Pada kotak Analysis Cases klik QUAKE kemudian
Modify/Show Case. Pada kotak Analysis Case Data Response Spectrum
Spectrum, masukkan data sbb.
(lihat Gambar C.4.17) :

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

112

Gambar C.4.17. Data masukan untuk metode analisis superposisi ragam spektrum respon

11) Model Massa Terpusat


Untuk melakukan analisis dinamik, diperlukan data masukan berupa massa dari setiap
lantai struktur.
r. Salah satu model struktur yang sering digunakan untuk keperluan analisis
dinamik adalah model massa terpusat (lump mass model).
). Dengan menggunakan model
ini, massa dari suatu lantai bangunan dipusatkan pada titik berat lantainya.
Dengan mengacu pada Gambar
ambar C.4.18,, massa dari lantai 2 dipusatkan pada joint 7, massa
lantai 3 dipusatkan pada joint 8, massa lantai 4 dipusatkan pada joint 9, dan massa lantai 5
dipusatkan pada joint 10. Untuk memasukkan massa dari lantai 2 pada titik berat lantai
dilakukan sbb. :
Klik joint 7, kemudian klik menu Assign, Joint, dan Masses. Pada kotak Joint Masses
masukkan data sbb. (lihat Gambar C.4.19) :

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

113

Gambar C.4.18
18. Model massa terpusat untuk analisis dinamik struktur

C.4.
Data masukan untuk massa terpusat
erpusat pada lantai 2
Gambar C.4.19.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies

114

Untuk memasukkan massa dari lantai 3, 4, dan 5 pada masing-masing


masing masing titik berat lantai
bangunan, dilakukan dengan cara yang sama seperti pada lantai 2.
Untuk membuat model massa terpusat (lump
(
mass model)) dari struktur, maka joint-joint
joint
yang terdapat pada suatu lantai harus dikekang (constraint),
(
), agar joint-joint
joint
ini dapat
berdeformasi secara besama-sama,
besama sama, jika pada lantai yang bersangkutan mendapat pengaruh
gempa.
Sebagai contoh, untuk mengekang joint-joint
joint joint pada Lantai 1, dilakukan dengan cara memilih
joint 2, 7, dan 12 yang pada lantai tersebut. Kemudian pilih menu Assign, Joint, dan
Constraint. Pada kotak Assign/Define Constraint, di kotak Choose Constraint Type to Add
pilih Diaphragm dan klik Add New Diaphragm.
joint pada lantai 3, 4, dan 5, dilakukan dengan cara yang sama
Untuk mengekang joint-joint
dengan lantai 2.

Gambar C.4.20. Data masukan untuk lantai 2 yang dikekang ((diaphragm


diaphragm constraint).
constraint
12) Ragam Getar Struktur
Untuk melakukan analisis dinamik perlu didefinisikan jumla
jumlah
h ragam getar dari struktur
yang akan ditinjau dalam perhitungan. Untuk mendefinisikan 4 ragam getar dari struktur
yang akan ditinjau di dalam perhitungan dilakukan sbb. :
Dari menu Define, pilih Analysis Case.
Case Pada kotak Analysis Case,, pilih MODAL kemudian
kemudi klik
Modify/Show Case. Pada kotak Analysis Case Data Modal masukkan data (lihat Gambar
C.4.21) :

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

115

Gambar C.4.21. Data masukan untuk jumlah ragam getar struktur yang dianalisis
13) Analisis Struktur
Karena bangunan dimodelkan sebagai struktur 2 dimensi,
dimensi, maka untuk efisiensi proses
perhitungan, model struktur ini perlu didefinisikan sebagai struktur 2 dimensi yang
terletak di bidang X-Z,
Z, dengan cara sbb. :
Pilih menu Analyze,, klik Set Analysis Options Analysis.. Pada kotak Analysis Options pilih
Plane Frame (XZ Plane),, klik OK. Pilih menu Analyze, klik Run Analysis.
Analysis

Gambar C.4.22.
C.4.
Data masukan untuk analisis struktur 2 dimensi
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies

116

Gambar C.4.23. Deformasi struktur akibat kombinasi Pembebanan Tetap dan Pembebanan
Sementara

Gambar C.4.24.. Bidang momen lentur untuk kombinasi Pembebanan Tetap (ton-m)
(ton

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

117

Gambar C.4.25.. Bidang momen lentur untuk kombinasi Pembebanan Sementara (ton
(ton-m)

Gambar C.4.26. Bidang gaya geser untuk kombinasi Pembebanan Tetap (ton
(ton-m
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies

118

Gambar C.4.27. Bidang gaya geser untuk


untuk kombinasi Pembebanan Sementara (ton-m)
(ton

Gambar C.4.28.. Bidang gaya normal (aksial) untuk kombinasi Pembebanan Tetap (ton-m
(ton

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

119

Gambar C.4.29.. Bidang gaya normal (aksial) untuk kombinasi Pembebanan Sementara
(ton-m)

Ragam Getar 1 ( T = 1,36 detik )

Ragam Getar 2 ( T = 0,40 detik )


Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies

120

Ragam Getar 3 ( T = 0,21 detik )

Ragam Getar 4 ( T = 0,14 detik )

Gambar C.4.30.. Ragam getar (mode


(
shape)) dan periode getar
geta struktur (T)

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

121

Gambar C.4.31. Gaya geser pada kolom-kolom


kolom kolom struktur akibat beban QUAKE (satuan : ton)
Jika gaya geser pada kolom untuk masing
masing-masing
masing tingkat dijumlahkan, maka akan didapat
gaya geser tingkat (shear
shear storey)
storey pada struktur (Gambar C.4.32).

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

122

Gambar C.4.32. Gaya geser tingkat (shear


(
storey)) pada struktur akibat beban QUAKE
(satuan : ton)

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

123

Gambar C.4.33.. Distribusi beban Gempa Rencana V=W.(S


V=W. a) pada struktur (satuan : ton)

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

124

Gambar C.4.34.. Distribusi beban Gempa Nominal V=W.(Sa.Ie)/R pada


pa struktur (satuan :
ton)

Gambar C.4.35. Simpangan Lantai 5 ( 5 = 4,70 cm) Kombinasi Pembebanan COMB2


Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies

125

Gambar C.4.36. Simpangan Lantai 4 ( 4 = 4,25 cm) Pembebanan Sementara (COMB2)

Pemeriksaan Simpangan Antar Lantai (Story Drift)


Drift
Simpangan antara Lantai 5 dan Lantai 4 = (
( 5 - 4) = (4,70 4,25) = 0,45 cm.
Tinggi tingkat : H = 400 cm. Faktor Pembesaran Defleksi : Cd = 5,5.
Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,5
Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung dengan kriteria risiko IV :
a= 0,015.H
Faktor redundansi untuk gedung den
dengan KDS D adalah : = 1,3
Simpangan yang diperbesar : 5 = (5 - 4).Cd/Ie = (0,45).5,5/1,5 = 1,65 cm
Story drift = 1,65 cm < 0,015.(400)/ = 4,60 cm (memenuhi syarat)

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

126

Gambar C.4.37. Simpangan Lantai 3 ( 3 = 3,46 cm ) Pembebanan Sementara (COMB2)

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

127

Gambar C.4.38. Simpangan Lantai 2 ( 2 = 2,30 cm ) Pembebanan Sementara (COMB2)

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

128

LAMPIRAN 1

Penentuan Simpangan Antar Lantai

LAMPIRAN 2

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

129

LAMPIRAN 3

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

130

Daftar Pustaka
ASCE, 2010, ASCE Standard ASCE/SEI 7-10 : Minimum design loads for buildings and other
structures, ASCE.
BSN, 2012, SNI 1726:2012 : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung, Badan Standardisasi Nasional.
FEMA, 2007, NEHRP Recommended Provisions for New Buildings and Other Structures :
Training and Instructional Materials FEMA 451B / Juni 2007
FEMA, 2009, NEHRP Recommended Seismic Provisions for New Buildings and Other
Structures FEMA P-750 / 2009 Edition
FEMA, 2012, 2009 NEHRP Recommended Seismic Provisions: Design Examples FEMA P751 / September 2012.
Indarto, H., 2005, Buku Ajar Mekanika Getaran dan Rekayasa Gempa, Jurusan Teknik SIpil
Universitas Diponegoro, Semarang.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

131

Profil Instruktur
Himawan Indarto
Indarto,, menyelesaikan studi di S1 Teknik Sipil
Universitas Diponegor
Diponegoro,
o, Semarang dan S2 Teknik Struktur ITB
Bandung. Dosen Teknik Sipil Universitas Diponegoro ini selain
mengajar dan melakukan penelitian bidang struktur juga bekerja
sebagai praktisi.
Pekerjaan yang pernah ditangani adalah menjadi Tenaga Ahli Struktur
pada Proyek Jalan Tol Semarang Solo, menjadi Tenaga Ahli Struktur
Proyek Gedung Indosat Semarang dan beberapa proyek yang
berkaitan dengan pekerjaan desain, audit forensik, repair, dan retrofit
untuk struktur bangunan. Organisasi Profesi yang diikuti adalah
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) dan Himpunan Ahli
Teknik Tanah Indonesia (HATTI). Penyaji materi dapat dihubungi
melalui E-mail
E
: himawan.indarto@gmail.com. Paper ilmiah yang
pernah ditulis pembicara, dapat diunduh di halaman blog
www.himawanindarto.wordpress.com.

Hanggoro Tri Cahyo A


A.,, dosen di Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES) ini menyelesaikan studi
S1 Teknik Sipil di Universitas Diponegoro (1999) dan S2 Teknik Sipil
Geoteknik di Universitas Gadjah Mada (2003). Sejak lulus S2, penulis
bekerja sebagai dosen luar biasa di UNNES sekaligus menjadi
structural engineer di konsultan PT. POLA DWIPA Semarang. Hingga
saat ini penulis masih aktif menangani berbagai proyek desain dan
perkuatan struktur khususnya bangunan gedung. Organisasi Profesi
yang diikuti adalah Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI).
Penyaji
materi
dapat
dihubungi
melalui
E-mail
E
:
hangs.geotek@gmail.com

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012


1726:20 for Dummies

132

Profil Asisten Instruktur


Kukuh C. Adi Putra, salah satu alumni Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES) ini sejak semester awal
telah terlihat ketertarikannya untuk mendalami topik bangunan
gedung tahan gempa. Juara I lomba Earthquake Resistance Building
Competition (ERBC) tingkat nasional di Universitas Pelita Harapan
Tangerang pada tahun 2012 bersama 2 anggota timnya berhasil
menyisihkan 18 tim dari berbagai Universitas di Indonesia. Pada tahun
2013 menyelesaikan tugas akhir dengan topik perbandingan anggaran
biaya menggunakan SNI Gempa 2002 dan SNI Gempa 2012 pada
gedung rumah sakit RSUD kota Semarang. Kukuh C. Adi Putra dapat
dihubungi melalui E-mail : kukuhcadiputra@ymail.com.

Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies

133

You might also like