Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
SBC Communications Inc adalah perusahaan telekomunikasi
global yang menawarkan berbagai layanan inovatif dan solusi untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Melalui merek terkemuka, strategi
SBC Telecom (inisiatif untuk memperluas nasional ke 30 pasar atas di
luar wilayah layanan tradisional kami), dan investasi dalam bisnis
telekomunikasi di 22 negara di luar AS, SBC siap untuk melayani
pelanggan, di mana pun mereka berada.
Awalnya salah satu dari tujuh perusahaan holding daerah
dibentuk
setelah
Corporation
(AT
pecahnya
&
T)
Bell
Amerika
Sistem
Telephone
pada
tahun
&
Telegraph
1983,
SBC
perusahaan ini. Saat ini, AT&T memiliki 11 dari 24 perusahaan Sistem Bell.
Dalam pembelian AT&T tersebut, SBC sebagai perusahaan induk melakukan
transfer aktiva dari perusahaan cabang maupun ke perusahaan cabang, Dalam
pencatatan akuntansinya, SBC tentu membuat laporan konsolidasi. Laporan
konsolidasi inilah yang nantinya akan menjadi bentuk pertanggungjawaban
perusahaan terhadap stakeholder sehingga dapat digunakan sebagai acuan
pengambilan suatu keputusan. Dalam laporan konsolidasiannya, terdapat akun
transfer aktiva tetap yang menjadi sorotan penting, mengingat aktiva tetap
menjadi sangat likuit disaat perusahaan akan mengalami pembubaran atau
akusisi.
Salah satu alasan entitas induk menguasai saham entitas lain adalah untuk
kepentingan bisnis, seperti mendapatkan pemasok (supplier) tetap atau
pelemparan produknya (integrasi vertical). Transaksi jual-beli antara entitas
induk-anak sering terjadi, baik atas barang dagang maupun aset lainnya. Tidak
jarang terjadi intergrasi hulu-hilir antara entitas induk-anak. Sebagai contoh,
seluruh bahan mentah entitas induk berasal dari entitas anak tertentu, sedangkan
hasil peroduksi entitas induk dilempar pada entitas anak lainnya dalam kelompok
yang memiliki lebih dari satu entitas anak.
Transaksi jual-beli aset antarperusahaan dan dampaknya terhadap
pendapatan investasi serta penyusunan kertas kerja laporan keuangan konsolidasi.
Penjualan yang dilakukan entitas induk kepada entitas anak disebut downstream
dan apabila entitas anak sebagai pihak penjual disebut dengan istilahupstream.
Aset entitas induk yang berasal dari entitas anak, dan aset entitas anak yang
berasal dari entitas induk atau dari entitas anak lainnya dalam suatu konsolidasi
disebut antarperusahaan.
Laporan konsolidasi memandang seluruh entitas dalam hubungan indukanak sebagai satu,sehingga setiap transaksi antarperusahaan harus dieliminasi.
Jual-beli antarperusahaan merupakan salah satu transaksi yang harus dieliminasi
dalam kertas kerja konsolidasi. Dalam sudut pandang konsolidasi, jual-beli
antarperusahaan dipandang sebagai transfer atau pindah tangan saja. Dalam
kenyataannya, secara hukum entitas induk dan anak adalah dua entitas yang
berbeda. PSAK 7 tahun 2010 mengenai pengungkapan pihak-pihak berelasi,
mensyaratkan transaksi pohak-pihak berelasi yang meliputi entitas induk dan
anak dilakukan menurut ketentuan yang setara dengan yang berlaku dengan
transaksi yang wajar. Dengan kata lain, prisiparms length transaction juga
harus diterapkan dalam transaksi antara entitas induk dan anak. Dengan prisip ini
apabila entitas induk menjual barang dagang kepada entitas anak atau sebaliknya,
harga jual antar entitas induk dan anak harus sama dengan harga kepada pihakpihak yang tidak memiliki hubungan istimewa atau oihak eksternal. Keuntungan
penjualan induk-anak harus sama dengan keuntungan penjualan kepada pihak
eksternal. Akan tetepi, untuk kepentingan penyusunan laporan konsolidasi yang
menganggap entitas induk dan anak satu, laba tersebut dianggap laba atas diri
sendiri sehingga harus dieliminasi.
Transfer aset mengharuskan pihak yang menerima mencatat aset itu
sebesar nilai buku yang dicatat pihak yang member. Hal ini berbeda dengan
transaksi jual-beli di mana pihak pembeli akan membukakan aset yang diperoleh
sebesar harga perolehannya, yang bagi penjualan harga tersebut merupakan harga
pokok ditambah keuntungan penjualan. Laporan konsolidasi, yang memandang
transaksi jual-beli sebagai transfer atau pindah tangan aset, mengharuskan laba
pihak penjual yang melekat dalam aset yang terdapat dalam neraca pembelian
harus dieliminasi agar transaksi jual-beli antarperusahaan tersaji sebagai transfer
aset. Laba yang berasal dari jual-beli antarperusahaan yang melekat dalam aset
pembeli selanjutnya disebut laba antarperusahaan ini tidak diakui karena sudut
pandang konsolidasi yang dianggap induk-anak sebagai satu memandang laba
antraperusahaan sebagai laba dari diri sendiri.
serta ikhtisarnya?
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui hasil review laporan tahunan SBC Communication tahun
2003 serta ikhtisar tentang transfer aktiva antarperusahaan.
1.3.2 Untuk mengetahui hasil review laporan tahunan SBC Communication tahun
2004 serta ikhtisar tentang transfer aktiva antarperusahaan.
1.3.3 Untuk mengetahui Informasi yang mengindikasikan jumlah laba yang
belum direalisasikan atas transfer aktiva antar perusahaan selama tahun
2003 dan tahun 2004 serta ikhtisarnya.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembahasan ini adalah :
1.4.1 Bagi Mahasiswa : untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester pada mata
kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II, serta untuk lebih memahami
mengenai materi terkait transfer Aktiva Antarperusahaan dan Laba belum
terealisasi.
1.4.2.Bagi Dosen : sebagai acuan dalam memberikan penilaian kepada
mahasiswa terkait pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Akuntansi Untuk Operasi Cabang
Transaksi-transaksi dicatat seperti biasa dan tidak ada perlakuan khusus
yang diperlukan. Sebagai tambahan, baik kantor pusat maupun cabang harus
mencatat transaksi yang terjadi di antara mereka pada sistem akuntansinya
masing-masing.
Walau kantor pusat dan masing-masing cabang mengelola pembukuan
secara terpisah, seluruh pencatatan akan digabungkan untuk pelaporan eksternal
sehingga laporan keuangan eksternal menyajikan perusahaan sebagai entitas
ekonomi tunggal. Seperti saat menyusun laporan keuangan konsolidasi,
menambahkan saldo akun-akun di setiap sistem akuntansi secara sederhana tidak
menghasilkan gambaran entitas ekonomi tunggal. Beberapa eliminasi juga
diperlukan. Secara keseluruhan, penyusunan laporan keuangan eksternal untuk
perusahaan yang memiliki kantor pusat dan satu cabang atau lebih cukup mirip
dengan penyusunan laporan konsolidasi.
2.1.1 Akun-akun Antarperusahaan
Transaksi yang terjadi dengan pihak eksternal dicatat dengan cara yang
normal seperti biasa. Transaksi antara kantor pusat dan cabang juga dicatat seperti
biasa kecuali bahwa mereka turut mencatat akun-akun antarperusahaan. Akunakun ini merupakan akun resiprokal antara kantor pusat dan cabang. Ketika
pembukuan di kantor pusat dan cabang selesai dimutakhirkan, saldo akun
antarperusahaan di pembukuan kantor pusat akna sama jumlahnya namun dalam
arah saldo yang berlawanan dengan akun antarperusahaan di pembukuan cabang.
Akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat disebut investasi di
cabang, sementara akun resiprokal di pembukuan cabang dinamakan kantor
pusat. Ketika suatu perusahaan memiliki lebih dari satu cabang, dibuat akun
investasi terpisah untuk setiap cabang.
Saldo investasi di cabang menunjukkan besaran investasi kantor pusat di
cabang tertentu melalui kontribusi kas dan transfer aset ke cabang. Prosedur
akuntansi yang diterapkan di kantor pusat untuk investasi di cabang sama dengan
yang diterapkan oleh perusahaan induk atas investasinya di anak perusahaan
dengan metode ekuitas. Akun resiprokal kantor pusat di pembukuan cabang
menunjukkan jumlah modal kantor pusat di cabnag, dan saldo tersebut disajikan
di bagian ekuitas pemilik pada laporan keuangan cabang terpisah yang ditujukan
kepada pihak internal.
Saldo kedua akun resiprokal disesuaikan untuk transaksi yang sama.
Saldo kedua akun meningkat jika terjadi transfer aset dari kantor pusat ke cabang
dan berkurang jika terjadi transfer aset dari cabang ke kantor pusat. Penyesuaian
atas kedua akun juga dibuat untuk mengakui laba atau rugi yang diperoleh di
cabang, dimana laba cabang akan meningkatkan kedua akun sedangkan rugi
cabang akan mengurangi. Perhatikan bahwa kenaikan akun Investasi di Cabang
pada pembukuan kantor pusat dicatat denagn ayat jurnal di sisi debit dan
penurunannya di sisi kredit. Cara sebaliknya berlaku pada akun Kantor Pusat di
cabang.
2.1.2 Pendirian Cabang
Ketika suatu perusahaan mendirikan sebuah cabang, transfer aset ke
cabang dicatat oleh kantor pusat pada akun Investasi di Cabang. Hal yang sama,
cabang mencatat transfer tersebut di akun Kantor Pusat.
Jika laporan keuangan cabang disusun untuk tujuan pelaporan internal,
maka laporan keuangan eksternal merefleksikan aktivitas dan posisi perusahaan
secara keseluruhan. Akun-akun di pembukuan kantor pusat dan cabang
digabungkan dalam penyusunan laporan keuangan untuk merefleksikan suatu
entitas tunggal yang terdiri atas kantor pusat dan cabang-cabangnya. Klasifikasi
penyajian akun Investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat bukanlah
suatu hal penting karena kedua akun akan dieliminsai saat penyusunan laporan
keuangan untuk tujuan eksternal.
2.1.3 Pengakun Laba Cabang
Laba tiap cabang dihitung secara periodik dengan cara yang normal
seperti biasa. Cabang jarang menghitung pajak penghasilan atas laba untuk setiap
cabang atau mencatat beban pajak penghasilan atas laba di pembukuannya. Oleh
karena kantor pusat dan cabang bukan entitas legal terpisah, pajak penghasilan
atas laba dihitung sebagai kewajiban perusahaan secara keseluruhan. Beban pajak
dapat dialokasikan ke setiap cabang oleh kantor pusat, namun hal ini tidak umum
dilakukan karena akan sedikit mengganggu penengendalian internal.
Seluruh pendapatan dan beban cabang ditutup ke ikhtisar laba rugi seperti
biasa. Saldo ikhtisar laba rugi mneunjukkan laba cabang pada suatu periode dan
ditutup ke akun kantor Pusat. Akun Kantor Pusat disajikan di bagian ekuitas
pemilik dan saldo laba pada pembukuan cabang. Ketika laba cabang dilaporkan
ke kantor pusat, ayat jurnal dibuat kantor pusat untuk mengakui laba cabangdan
meningkatkan jumlah investasi kantor pusat di cabang.
2.1.4 Pengiriman Persediaan Ke Cabang
Suatu cabang yang membeli dan menjual persediaan barang dagang dapat
diminta untuk memperoleh seluruh persediaan dari kantor pusat, atau dapat juga
diizinkan memperoleh sebagian persediaan dari pihak eksternal. Pembeliaan
persediaan dari pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti biasa.
Ketika persediaan ditransfer dari kantor pusat ke cabang, baik kantor pusat
maupun cabang harus mencatat transaksi tersebut. Jumlah yang dialokasikan ke
nilai persediaan yang ditransfer diistilahkan sebagai harga transfer. Persediaan
yang ditransfer dari kantor pusat ke cabang dapat dinyatakan sebesar nilai
perolehan di kantor pusat ata pada suatu nilai yang melebihi nilai perolehannya.
2.1.4.1 Persediaan yang Ditagih Sebesar Nilai Perolehan
Persediaan yang ditransfer di kantor pusat ditagihkan ke cabang dicatat
oleh cabang dengan cara yang sama seperti jika memperoleh dari pihak eksternal,
kecuali dikreditkan ke akun Kantor Pusat. Transfer persediaan diperlakukan oleh
kantor pusat dan cabang dengan cara yang sama seperti transfer aset lainnya,
yaitu diasumsikan menggunakan metode persediaan perpetual. Cabang mencatat
persediaan yang diterima sebagai aset di akun persediaan seperti yang diperoleh
dari pihak eksternal dan juga mengakui kenaikan ekuitas di aset bersih dengan
mendebet persediaan dan mengkredit Kantor Pusat. Tidak ada keuntungan yang
diakui oleh kantor pusat atas transaksi tersebut. Seluruh nilai keuntungan diakui
oleh cabang ketika cabang menjual persediaan tersebut ke pihak eksternal.
2.1.4.2 Beban Pengiriman yang Dibebankan atas Pengiriman Persediaan
Biaya pengiriman yang timbul atas pengiriman persediaan dari kantor
pusat ke cabang menjadi bagian dari biaya perolehan persediaan cabang.
2.1.4.3 Persediaan yang Ditagih Melebihi Nilai Perolehan
Perusahaan kadang mentransfer persediaan dari kantor pusat ke cabang
dan menagihkan cabang pada nilai yang lebih besar dari harga perolehan kantor
pusat. Ini dapat terjadi, sebagai contoh, ketika kantor pusat dan setiap cabang
diperlakukan sebagai pusat keuntungan untuk tujuan pelaporan dan evaluasi
internal.
Ketika di kantor pusat timbul biaya dan memberikan jasa, seperti
perolehan persediaan pada harga lebih murah melalui kuantitas pembelian atau
memproduksi persediaan, perusahaan dapat memilih untuk mengalokasikan atas
laba penjualan persediaan antara kantor pusat dan cabang yang menjual. Hal ini
dapat dilakukan dengan menagihkan ke cabang atas persediaan yang ditransfer
pada harga lebih besar dari biaya perolehan kantor pusat. Kantor pusat
dikreditkan termasuk laba yang sama dengan selisih antara biaya perolehannya
dengan harga transfer ke cabang; selisih ini disebut laba antarperusahaan. Laba
cabang dihitung sebagai selisih antara harga transfer (biaya perolehan cabang)
dengan harga jual ke pihak eksternal.
Meskipun perusahaan dapat menerapkan berbagai jenis sistem akuntansi
pertanggungjawaban internal, laporan keuangan eksternal harus mencerminkan
persediaan sebesar harga perolehannya dan tidak boleh memasukkan laba sampai
dengan persediaan dijual ke pihak eksternal. Laba yang belum terealisasi harus
dieliminasi dalam rangka penyusunan laporan keuangan untuk tujuan eksternal.
Proses ini dilakukan menggunakan kertas kerja yang sama dengan yang
digunakan dalam proses penyusunan laporan konsolidasi.
Biasanya kantor pusat mencatat laba atas persediaan yang dikirim ke
cabang pada akun terpisah, sehingga memungkinkan untuk menangguhkan laba
dari penjualan antarperusahaan sampai persediaan dijual ke pihak eksternal oleh
cabang. Umumnya, setiap cabang mencatat persediaan yang diperoleh dari kantor
pusat pada akun terpisah dari akun yang digunakan untuk mencatat persediaan
dari pihak eksternal sehingga laba antarperusahaan dapat lebih mudah
diidentifikasi.
Ketika cabang menjual persediaan yang diperoleh dari kantor pusat,
cabang mengakui laba sebesar selisih antara harga jual ke pihak eksternal dengan
harga transfer dari kantor pusat. Setelah persediaan dijual ke ekstrenal, kantor
pusat mengakui laba antarperusahaan yang sebelumnya ditangguhkan.
2.1.4.4 Akuntansi untuk Aset Tetap Cabang
Prosedur normal diterapkan dalam akuntansi untuk aset tetap cabang yang
dicatat di pembukuan cabang. Tidak ada prosedur khusus yang diperlakukan
dalam akuntansi untuk pembelian aset cabang ataupun penyusutan setelahnya
atas aset tersebut. Sebaliknya jika aset tetap yang dibeli kantor pusat untuk
cabang dan cabang mencatat aset tersebut pada bukunya, maka ayat jurnal perlu
dicatat baik oleh kantor pusat maupun cabang.
Beberapa perusahaan memilih mencatat aset tetap cabang di pembukuan
kantor pusat dibanding di pembukuan cabang. Hal ini memberikan kantor pusat
kontrol yang lenih baik atas aset cabang dan membantu perhitungan penyusutan
secara keseluruhan.
2.1.5 Pembagian Beban
Beban cabang yang terjadi dan dibayar oleh cabang dicatat secara
langsung
pada
pembukuan
cabang.
Kantor
pusat
dapat
memutuskan
kantor
pusat
dan
cabang-cabangnya
dapat
mengelola
pada pembukuan kantor pusat sebagai laba terealisasi ketika persediaan telah
dijual oleh cabang. Perlakuannya sama seperti jiak transfer terjadi saat periode
berjalan. Pada periode dimana cabang menjual persediaan ke pihak eksternal,
kantor pusat mengurangi akun Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi dan
meningkatkan akun Laba Terealisasi atas pengiriman ke cabang. Ketika laporan
keuangan perusahaan secara keseluruhan disusun, saldo Laba Terealisasi atas
Pengiriman Ke Cabang dieliminasi terhadap nilai tercatat persediaan.
BAB III
DOWNLOAD
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Review Laporan Tahunan SBC Communication Tahun 2003 Serta
Ikhtisar Transfer Aktiva Antar Perusahaan
Investasi SBC Communications di luar Amerika Serikat dicatat dengan
metode ekuitas. Pada tahun 2003, SBC Communication melakukan investasi pada
anak perusahaan yang berafiliasi melalui transfer Aset jangka panjang atau aktiva
tetap terutama terdiri dari properti bersih; goodwill; dan nilai buku investasi
ekuitas SBC Communications, yang akan ditampilkan dalam tabel di bawah:
Seperti yang terlihat pada tabel diatas, pada tahun 2003 SBC
Communications memiliki beberapa cabang perusahaan yang berafiliasi, yaitu
cabang pada United States, Denmark, Belgium, Mexico, South Africa, dan negara
asing lainnya. Dari tabel diatas, kita juga bisa melihat adanya investasi dari
kantor pusat berupa aktiva tetap dalam wujud properti bersih, goodwill, dan nilai
buku investasi modal SBC Communications. Pada cabang di United States, SBC
Communications melakukan investasi melalui trasnfer aktiva tetap sebesar
$59.056.000.000. Pada cabang di Denmark, SBC Communications melakukan
investasi melalui trasnfer aktiva tetap sebesar $3.246.000.000. Pada cabang di
Belgium, SBC Communications melakukan investasi melalui trasnfer aktiva tetap
sebesar $1.236.000.000. Pada cabang di Mexico, SBC Communications
melakukan investasi melalui trasnfer aktiva tetap sebesar $1.079.000.000. Pada
cabang di South Africa, SBC Communications melakukan investasi melalui
trasnfer aktiva tetap sebesar $919.000.000. Dan pada cabang di negara lainnya,
SBC Communications melakukan investasi melalui trasnfer aktiva tetap sebesar
Kadangkala terjadi transfer aset atau jasa antar cabang. Walau terdapat
beberapa cara perlakuan akuntansi yang dapat diterapkan untuk transfer seperti
itu, pendekatan yang umum digunakan adalah memperlakukan transfer seolaholah transfer terjadi melalui kantor pusat. Cabang-cabang yang terlibat transfer
antar cabang umumnya mencatat transaksi transfer seolah-olah terkait dengan
kantor pusat dibanding dengan cabang lainnya. Hal ini juga bisa terjadi
antarsegmen. SBC Communications memiliki lima segmen dilaporkan yang
mencerminkan manajemen saat ini bisnis kami: (1) wireline; (2) Cingular; (3)
direktori; (4) internasional; dan (5) lainnya.
Pada tahun 2003 SBC Communication melakukan investasi modal ke
Pada
cabang di
United
States,
SBC
Communications melakukan investasi melalui trasnfer aktiva tetap sebesar
$78.806.000.000. Pada cabang di Mexico, SBC Communications melakukan
investasi melalui trasnfer aktiva tetap sebesar $1.221.000.000. Dan pada cabang
di negara lainnya, SBC Communications melakukan investasi melalui trasnfer
aktiva tetap sebesar $272.000.000. Sehingga total dari investasi SBC
Communication pada cabang cabang perusahaannya di tahun 2003 adalah sebesar
$80.299.000.000.
investasi ekuitas pada perusahaan afiliasi sebesar $1.798.000.000 dan pada tahun
2003 SBC Communication telah melakukan investasi ekuitas pada perusahaan
afiliasi sebesar $6.924
laba
yang
belum
direalisasikan
sebesar
542.000.000.
Laba
Laba dari transfer aktiva antar segmen sama halnya dengan transfer aktiva
antar cabang. ketika terjadi transfer aktiva antar cabang, maka laba akan dicatat
dengan akun Laba antarperusahaan belum terealisasi. Laba tersebut akan diakui
sebagai laba antarperusahaan jika telah terjual ke pihak ketiga. Dalam laporan
tahunan SBC Communication periode 2003 dan 2004, tidak terdapat informasi
yang jelas tentang laba belum terealisasi. Namun, dalam tabel diatas, kita dapat
melihat bahwa transfer aktiva antarsegmen telah berhasil dijual ke pihak eksternal
sehingga bisa diakui sebagai pendapatan antarsegmen (intersegment revenues).
Pada tahun 2003, laba dari transfer aktiva antarsegmen yang dapat
direalisasikan diakui sebagai pendapatan antar segmen. Pendapatan antarsegmen
pada segmen wireline sebesar $32.000.000. Pendapatan antarsegmenpada segmen
directory sebesar $72.000.000, dan Pendapatan antarsegmen pada segmen lainlain sebesar $4.000.000.
Pada tahun 2004, laba dari transfer aktiva antarsegmen yang dapat
direalisasikan sebagai akibat dari adanya transfer aktiva di masa lalu adalah
Pendapatan antarsegmen pada segmen wireline sebesar $30.000.000, Pendapatan
antarsegmen pada segmen directory sebesar $94.000.000, dan Pendapatan
antarsegmen pada segmen lain-lain sebesar $1.000.000.
Dari neraca konsolidasi tahun 2003 dan 2004, terlihat bahwa adanya
perbedaan besaran jumlah aset tahun 2003, pada neraca konsolidasi tahun 2003,
total aset tahun 2003 sebesar $100.166.000.000 sedangkan pada neraca
konsolidasi tahun 2004, disajikan bahwa total aset tahun 2003 sebesar
$100.233.000.000. Dalam hal ini terdapat selisih sebesar $67.000.000. Selisih ini
bukan merupakan salah saji atau kesalahan elementer dalam perhitungan.
Perbedaan penyajian dapat disebabkan oleh laba yang direalisasikan atas transfer
aktiva yang dilakukan pada tahun sebelumnya. Perbedaan penyajian juga dapat
disebabkan karena perubahan kebijakan akuntansi yang dipakai pada tahun 2003
ke tahun 2004. Laporan keuangan yang salah saji mungkin di pengaruhi oleh
perubahan Akuntansi yang di gunakan.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA