You are on page 1of 17

Seminar Manajemen Kekayaan Negara

Kelompok IV Kelas IX D :
Nugroho Purbo Pambudi (19)
Nurlaily Febriyuna (20)
Rio Agung Wilis (21)
Rohmad Adi Siaman (22)

PENGHAPUSAN ASET DI INDONESIA DAN


NEW SOUTH WALES

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA | 2010

BAB I TEORI PENGHAPUSAN ASET


A. Pengertian
Penghapusan aset, salah satu kegiatan dalam proses manajemen asset,
merupakan tahap akhir dalam siklus aset (TAM : 2001). Pengertian penghapusan
aset lebih merujuk pada penghapusan aset secara penuh maupun sebagian aset
melalui penjualan kepada pihak ketiga atau pemusnahan aset yang bersangkutan
(SAP-asset accounting module). Total Aset Manajemen menghendaki adanya
perencanaan penghapusan yang memadai dan terintegrasi dengan proses
manajemen aset. Perencanaan stratejik penghapusan aset memungkinkan
kementrian/lembaga untuk menyisihkan sebagian aset mereka yang berlebih yang
dimungkinkan akan mengurangi efektivitas dan efesiensi pelayanan publik (TAM :
2001).
B. Latar Belakang
Aset tetap merupakan investasi berharga yang berguna supaya pemerintah dapat
memberikan layanan prima kepada masyarakat. Aset tetap tersebut akan tetap
menjadi berharga jika aset tetap tersebut dapat mendukung layanan publik secara
efektif. Jika aset tetap tidak dapat melaksanakan fungsi tersebut maka manfaat atas
aset tetap tersebut hanya diperoleh dari penghapusannya (TAM : 2001).
Penghapusan aset tetap akan dilakukan jika tidak memiliki manfaat ekonomis lagi
atau potensi layanannya hanya diperoleh dari penghapusan aset tetap tersebut
(IPSAS 17).
TAM sendiri menyatakan bahwa aset yang boleh dipertahankan adalah aset yang
memberikan kontribusi bagi pemerintah untuk mencapai hasil/target layanan yang
ditetapkan pemerintah dan secara finansial layak dipertahankan. Jika aset tetap
tidak dapat memenuhi kriteria tersebut maka aset tetap akan diklasifikasikan
sebagai aset berlebih (surplus assets) dan seharusnya dihapus (TAM : 2001).
Penghapusan aset akan menghemat keuangan dan sumber daya pemerintah
dimana biaya tersebut dapat dialihkan untuk melayani dan memperkuat programprogram lain yang berorientasi ke publik (TAM ; 2001). Kunci utama dari rerangka
Manajemen Stratejik Aset adalah identifikasi dan penghapusan aset berlebih
1

(surplus assets). Perencanaan Stratejik Aset, kementrian/lembaga diwajibkan


mengukur kapasitas aset, menandingkannya dengan analisa kebutuhan aset dan
mendaftar aset mana saja yang performanya di bawah standar (TAM : 2001).
Karena itu, dengan adanya identifikasi surplus aset dan disposal aset yang tidak
produktif maka tujuan utama Manajemen Aset dapat tercapai.
Perencanaan penghapusan aset melibatkan dua elemen yang terpisah yaitu
pengukuran aset yang diidentifikasi sebagai aset berlebih (surplus assets) dan
diikuti dengan analisis penghapusan aset. Sebuah aset diidentifikasi sebagai aset
berlebih jika memenuhi salah satu kondisi berikut ini:
Aset tetap tersebut tidak dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat pada saat ini maupun pada saat depan.
Aset tetap tidak ekonomis lagi baik ditilik dari biaya perawatan dan operasinya.
Aset tetap tidak cocok lagi untuk mendukung pelayanan publik.
Ketika aset tetap telah diidentifikasi sebagai aset berlebih maka penghapusan fisik
aset tetap dilakukan dengan pertimbangan:
Apakah ada manfaat yang diperoleh saat penghapusan baik manfaat keuangan
atau yang lain.
Apakah ada kewajiban yang terkait dengan pembatasan aset.
Apakah proses

penghapusan

aset

dapat

dilaksanakan

tanpa

merusak

lingkungan.
C. Ruang Lingkup
TAM mewajibkan pemerintah untuk mempersiapkan perencanaan penghapusan
aset tahunan sebagai bagian dari Manajemen Stratejik Aset pemerintah. Tentu, hal
ini berimplikasi pada proses integrasi perencanaan penghapusan aset kepada
perencanaan stratejik pemerintah dan siklus anggaran (TAM : 2001). Sesuai
dengan objek TAM maka objek penghapusan aset adalah aset tetap yang umum
diketahui seperti mobil dan mesin, serta aset yang berupa properti.
D. Keuntungan Penghapusan Aset
Manfaat penghapusan aset tidak hanya dirasakan oleh organisasi/kementrian yang
mengelola aset tetap tersebut. Pemerintah secara keseluruhan serta masyarakat
juga akan merasakan manfaat dari mekanisme penghapusan aset tetap.
2

1. Pemerintah
Bagi pemerintah secara keseluruhan, penghapusan aset yang direncanakan
dengan baik akan meyakinkan pemerintah bahwa investasi pemerintah di aset
tetap akan efektif mendukung tugas pokok pemerintah. Bagi pemerintah sendiri
tentu aset tetap harus tetap sesuai dengan layanan yang diberikan kepada
masyarakat yang kemudian akan memaksimalkan manfaat atas investasi
pemerintah (TAM : 2001).
2. Organisasi
Kebijakan penghapusan aset memberikan ruang gerak bagi organisasi untuk
menghapuskan aset-aset mereka yang tidak diperlukan lagi atau tidak berfungsi
dengan baik. Karena itu penghapusan aset yang terencana akan meminimalkan
gangguan operasi harian mereka dan dapat memaksimalkan pendapatan dari
penghapusan aset tetap tersebut dengan memadankan waktu penghapusan
dengan kondisi pasar.
Penghapusan aset juga akan berdampak pada klien dan staf. Klien organisasi
barangkali

akan

merasa

terpengaruh

pada

beberapa

aspek

seperti

pengurangan layanan oleh organisasi atau layanan menjadi lebih sulit karena
ada aset yang baru. Pegawai kadang merasa terancam karena aset tetap yang
biasanya digunakan untuk bekerja diganti karena ada kemungkinan mereka
tidak memperoleh pekerjaan atau harus mempelajari mekanisme kerja baru.
Karena itu,organisasi harus mengkomunikasikan penghapusan aset kepada
pihak-pihak yang berkepentingan jika aset tetap tersebut sangat vital bagi
mekanisme kerja organisasi.
3. Masyarakat
Masyarakat pun akan merasakan manfaat jika mekanisme penghapusan aset
dapat dilaksanakan dengan baik. Manfaat yang dapat dirasakan oleh
masyarakat antara lain tingkat layanan pemerintah akan lebih efektif. Namun
demikian, masyarakat juga bisa merasa cemas dengan adanya penghapusan
aset tersebut karena masyarakat telah terbiasa dengan aset yang lama. Untuk
meminimalkan hal tersebut maka organisasi sebaiknya mengkomunikasikan

keunggulan yang akan diberikan jika aset tetap tersebut dihapuskan (TAM :
2001).
E. Tahapan Penghapusan Aset
Pada kondisi normal, penghapusan aset merupakan hal yang wajar pada siklus
hidup aset. Karena itu, waktu penghapusan aset sebenarnya dapat diprediksi.
Tentu penghapusan aset bertujuan untuk mengurangi biaya atas aset yang tidak
produktif supaya pencapaian tujuan pemerintah dapat diefektifkan. Karena itu
sangatlah penting untuk memastikan bahwa aset pemerintah tersebut dapat
beroperasi dengan efektif dan efisien dengan biaya perawatan dan operasi yang
wajar.
Rencana Penghapusan aset merupakan proses terstruktur dan sistematis yang
bertujuan untuk memastikan bahwa portofolio organisasi dipenuhi oleh aset yang
memenuhi syarat untuk mendukung layanan pemerintah pada biaya yang terendah
(TAM : 2001). Tahapan dari rencana penghapusan aset adalah sebagai berikut:
1. Tahap 1 : Mengidentifikasi aset surplus (berlebih).
Tahapan pertama dari proses penghapusan aset adalah mengidentifikasi aset
tersebut dikategorikan aset surplus atau tidak. Aset akan sangat bermanfaat jika
aset tetap tersebut dapat secara efektif mendukung tercapainya tujuan
organisasi. Jika tidak, maka aset sebaiknya dihapuskan. Beberapa hal yang
dapat dipertimbangkan saat menentukan aset terkategori aset surplus adalah
sebagai berikut (TAM : 2001):
a. Aset tersebut sudah tidak lagi mendukung tujuan organisasi karena adanya
pergantian jenis layanan maupun metode pelayanan.
b. Aset tersebut telah habis umur manfaatnya dan masih dapat dimanfaatkan
jika dilakukan perbaikan.
c. Biaya operasional sudah tidak ekonomis lagi atau tingkat kebutuhan atas
layanan sudah tidak dapat dipenuhi oleh aset tersebut.
d. Aset tetap masih beroperasi sesuai dengan tujuan awalnya namun menjadi
usang karena perubahan teknologi atau perubahan cara kerja.

e. Potensi penghematan dari penggantian aset harus diperhitungkan saat


menghitung biaya penggantian aset, estimasi masa layanan ekonomis dan
nilai pasar aset.
2. Tahap 2 : Memperhitungkan manfaat antara mendisposal aset dengan
mempertahankan aset
Pada tahap kedua, organisasi harus menghitung apakah manfaat yang
diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan saat menghapus aset. Karena
tidak semua aset memiliki nilai yang besar bahkan saat dihapuskan ada aset
yang biaya penghapusannya lebih tinggi dari biayanya. Penilaian ini juga
memasukan manfaat yang diterima pemerintah dan masyarakat secara luas.
3. Tahap 3 : Memaksimalkan Nilai Aset
Pada tahap 3, organisasi mengidentifikasi apakah ada upaya-upaya yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomis aset sebelum dihapuskan. Sebuah
aset memiliki kisaran harga di mata pembeli. Karena itu, organisasi sebaiknya
memaksimalkan nilai ekonomis aset yang akan dihapuskan supaya manfaat
yang diperoleh maksimal.
4. Tahap 4 : Mekanisme Penghapusan
Penghapusan aset dapat dilakukan melalui mekanisme lelang, tender atau
penawaran pribadi. Persiapan mekanisme penghapusan harus memperhatikan
beberapa aspek terutama persyaratan khusus aset tertentu saat dihapuskan.
Pemilihan mekanisme penghapusan harus secara hati-hati dengan memastikan
bahwa proses penghapusan telah memenuhi hal-hal berikut:
a. Telah memenuhi pertimbangan kejujuran
b. Telah memberikan kesempatan yang sama untuk membeli.
c. Telah memaksimalkan pendapatan pemerintah
d. Telah menghindari dampak negatif bagi lingkungan.
5. Tahap 5 : Perencanaan Penghapusan dan Implementasi
Periode rencana penghapusan aset haruslah sama dengan periode investasi
modal organisasi dan rencana stratejik perawatan aset. Rencana investasi modal
haruslah berhubungan dengan rencana penghapusan aset. Hubungan ini dapat
dibuat dengan membuat daftar aset berdasarkan umur ekonomisnya.
5

BAB II ANALISIS PRAKTEK PENGHAPUSAN ASET DI NEW SOUTH WALES


A. Pendahuluan
Perencanaan strategis mengenai pelepasan aset pemerintah merupakan bagian
integral dari proses manajemen asset yang diatur dalam Total Asset Management
yang dikeluarkan oleh pemerintah New South Wales. Berpijak pada tujuan
pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada warga masyarakat, maka
pemanfaatan asset pemerintah harus sejalan dengan pemenuhan kebutuhan warga
secara efisien dan efektif. Untuk itu, perencanaan strategis mengenai pelepasan
asset pemerintah diperlukan agar memastikan bahwa manfaat yang diperoleh dari
mengelola suatu asset lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk
mempertahankannya.
Total asset management telah mengatur mengenai perencanaan strategis terhadap
pelepasan asset secara komprehensif, mulai dari lembaga yang terlibat di
dalamnya sampai dengan tahapan-tahapan pelepasan asset. Terdapat beberapa
syarat yang harus dipenuhi sebelum Indonesia dapat menerapkan/ mengadopsi
apa yang diatur dalam TAM ini. Selain pembagian wewenang dan tanggung jawab
yang jelas terhadap lembaga-lembaga yang terlibat dalam pengelolaan asset ini,
hal yang penting lainnya adalah kesiapan Sumber Daya Manusia. Kemampuan
dalam proses manajemen strategis utamanya dalam menilai manfaat dan biaya
suatu asset serta menentukan alternative terbaik dalam memegang atau melepas
asset masih akan sulit dicapai oleh Indonesia dalam jangka waktu dekat. Saat ini
saja, SDM yang mampu melakukan inventarisasi dan menentukan nilai yang handal
bagi asset pemerintah masih terbatas jumlahnya sehingga mengakibatkan laporan
keuangan pemerintah pusat dan daerah masih terus mendapatkan opini disclaimer
dari Badan Pemeriksa Keuangan. Maka untuk memiliki tenaga yang memahami
teknis manajemen keuangan pada setiap satuan kerja kementerian/ lembaga
bukanlah hal yang mudah.
6

Disamping itu, hal kedua yang masih sulit dicapai adalah teknologi dan sistem
informasi yang memadai untuk mendukung pengelolaan database terpadu
mengenai asset-aset pemerintah. Idealnya manajer asset memiliki data yang
mencerminkan kondisi asset pemerintah secara actual agar bisa menentukan mana
saja asset yang tidak produktif bagi pemberian pelayanan setiap instansi. Untuk
membangun sistem tersebut, tentunya investasi yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah tidaklah sedikit. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah
mengenai fenomena ghost expenditure. Saat ini terdapat kecenderungan untuk
menahan pelepasan barang yang sebenarnya sudah tidak layak untuk dikelola,
karena biaya pemeliharaan seringkali dijadikan sebagai ajang permainan
pengeluaran fiktif oleh banyak pihak di kementerian/lembaga. Penganggaran kita
yang disusun secara inkramental setiap tahunnya juga cukup menjadi penghambat
bagi proses manajemen strategis terhadap pengelolaan asset. Selayaknya
perencanaan dan penganggaran keuangan, mulai dari pengadaan, operasional,
pemeliharaan, hingga pelepasan terhadap suatu asset sudah disusun dan
ditentukan present

valuenya sejak

awal.

Dengan demikian jumlah

yang

dianggarkan untuk mengelola aset-aset dapat lebih mencerminkan kebutuhan yang


sebenarnya.
B. Praktek Penghapusan Aset Tetap di New South Wales
Contoh permasalahan dalam perencanaan strategis pada pelepasan real property
asset:
Berikut adalah beberapa pertimbangan yang harus diambil pada lima tahapan
proses pelepasan real property asset melalui penjualan:
1. Penentuan surplus asset terhadap proses pelayanan
Status kepemilikan asset
Menentukan status hukum dan kepemilikan asset serta adanya kontrak dan
perjanjian menyangkut asset tersebut, misalnya adanya lease. Hanya instansi
yang memiliki status kepemilikan yang sah yang dapat melakukan penjualan
asset. Untuk asset yang belum jelas statusnya, misalnya tanah yang belum
diketahui pemilikannya hanya boleh dijual oleh Badan Pertanahan Nasional.
Memastikan kepemilikan dari aset adalah hal yang penting bagi proses
7

penjualan asset negara. Masalah hokum yang berlarut-larut dapat timbul apabila
masih terdapat sengketa dalam kepemilikan asset yang hendak dijual.
Kemungkinan yang paling buruk adalah adanya aksi anarkis dari masyarakat
yang merasa dirugikan dengan pelepasan asset tersebut.
Aset bersejarah
Penjualan aset menjadi isu publik ketika aset yang dijual kemudian menyentuh
aset-aset yang mempunyai nilai sejarah. Meskipun tidak terdaftar dalam daftar
asset bersejarah, asset yang hendak dijual harus diukur tingkat signifikansinya
terhadap nilai sejarah, apabila tidak diketahui harus dilakukan penyelidikan
secara khusus. Namun disayangkan, kesadaran pemerintah daerah di Indonesia
terhadap pentingnya asset bersejarah ini masih kurang. Akibatnya banyak
kekayaan negara yang seharusnya dilindungi dapat dengan mudah dilepaskan
kepada individu tertentu.
Masalah yang sering terjadi di Indonesia menyangkut pemindahtanganan asset
kebanyakan terkait dengan penjualan asset maupun tukar guling yang masih
dimanfaatkan untuk proses pemenuhan pelayanan namun dilepas untuk
memperoleh keuntungan bagi pihak-pihak tertentu daripada masyarakat luas.
Misalnya, tanah dan bangunan untuk fasilitas umum seperti pendidikan yang
dijual untuk pembangunan pertokaan menunjukkan bahwa asset pemerintah
tersebut sebetulnya masih memenuhi syarat kemanfaatan untuk dilakukan
pemindahtanganan. Justru dengan dipindahkannya pelayanan ke tempat baru
yang tidak strategis, nilai pelayanan bagi masyarakat menjadi menurun.
2. Keuntungan mempertahankan atau melepas asset
Transfer kepada lembaga pemerintah yang lain
Dari database asset pemerintah dapat diketahui bahwa surplus asset pada suatu
lembaga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan instansi yang lain.
Kedubelah pihak dapat bernegosiasi secara langsung dalam pertukaran asset.
Potensi keterbukaan ruang
Setiap lembaga harus mendapat penilaian pendahuluan sebelum menentukan
apakah potensi keterbukaan ruang yang selama ini berada pada kepemilikan
public dinyatakan surplus sesuai dengan strategi keterbukaan ruang dan
8

pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Namun demikian yang


seringkali menjadi masalah di Indonesia adalah kebijakan tata ruang yang
kurang diperhatikan dengan baik. Area yang seharusnya terbuka dapat dengan
mudah dilepas apabila nilai yang diperoleh dari penjualan asset tersebut adalah
tinggi.
3. Pemaksimalan nilai
Kemungkinan Penggunaan
Agar tercapai nilai yang maksimal bagi kesejahteraan masyarakat, diperhatikan
pelepasan aset harus diperhatikan beberapa hal yang terkait mengenai
kemanfaatan asset yang hendak dilepas tersebut bagi masyarakat. misalnya
terkait dengan masalah lalu lintas, dampak pencemaran lingkungan, pertanahan,
industry, dan hal-hal lain yang mendapat perhatian masyarakat
Peningkatan Pelayanan
Pada pengembangan layanan yang baru harus dinilai apakah pengembangan
tersebut sesuai dengan tujuan penggunaan asset. Selain itu dinilai pula apakah
secara

ekonomis

perlu

meningkatkan

jasa

untuk

memenuhi

tujuan

penggunaannya dibandingkan dengan melepas asset dari tempatnya.


Penilaian
Penilaian yang dilakukan berdasarkan harga pasar harus diperoleh untuk
memperkirakan penggunaan asset yang ditujukan. Harga pasar yang ditetapkan
oleh pemerintah maupun dari penilai independen dapat dipakai untuk proses
penilaian ini.
4. Mekanisme pelepasan
Dalam mekanisme pelepasan asset, persyaratan yang ditentukan oleh
perundang-undangan yang berpengaruh pada prosedur pelepasan

harus

diperhatikan agar proses pelepasan barang tersebut tidak tertunda.


Auction penawaran lelang terbuka cocok dipergunakan apabila penjualan
dilakukan dalam skala kecil dan tidak terlalu kompleks. Metode ini lebih umum
dipergunakan daripada mekanisme tender, karena prosesnya dilakukan secara
langsung dan terbuka untuk public. Sedangkan tender lebih tepat digunakan
untuk pelepasan asset yang memerlukan pengendalian tertentu dalam
9

penggunaan di masa yang akan datang atau untuk menjamin tingkat


keterpercayaan pembeli. Pada kasus tertentu, kondisi dalam lelang terbuka
dapat menimbulkan harga yang lebih tinggi. Pelepasan asset yang dilakukan
oleh Private Treaty akan memerlukan pertimbangan khusus dan dapat
diterapkan apabila pelepasan asset tersebut dilakukan padaLocal Councils dan
organisasi masyarakat untuk pemanfaatan umum. Disamping itu juga dilakukan
apabila ada kondisi tertentu yang hanya memungkinkan adanya satu pembeli.
5. Rencana pelepasan dan implementasi
Dalam pelepasan asset, proses perencanaan dan implementasinya harus
mendapatkan pengawasan yang memadai oleh lembaga pemerintahan yang
terkait. Proses pelepasan aktual dari asset oleh instansi penjual ataupun transfer
asset antar lembaga harus dipantau agar target kinerja yang telah ditetapkan
dapat dicapai. Selanjutnya tindak lanjut dari pelepasan tersebut harus dilaporkan
kepada

manajer

asset

dan

kantor

perbendaharaan.

Dengan

demikian

pertanggungjawaban dalam proses pelepasan asset dapat lebih ditingkatkan.

10

BAB III ANALISIS PRAKTEK PENGHAPUSAN ASET DI INDONESIA


Di indonesia paling tidak terdapat dua peraturan perundangan yang memberikan
pedoman untuk melakukan penghapusan aset pemerintah. Yang pertama adalah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah yang diperbarui oleh Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2008, dan yang kedua adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan Dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
A. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006
Di dalam PP No. 6 Th. 2006 yang diperbarui oleh PP No. 38 Th. 2008, terdapat
dua pengertian penghapusan barang milik negara/daerah, yaitu:
a. Penghapusan dari daftar barang pengguna dan/atau kuasa pengguna.
Penghapusan barang dari daftar barang pengguna dan/atau kuasa pengguna
dilakukan apabila barang milik negara/daerah tersebut sudah tidak berada dalam
penguasaan pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang. Artinya,
secara fisik barang masih ada, tetapi keberadaannya sudah tidak dikuasai oleh
pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang.
b. Penghapusan dari daftar barang milik negara/daerah.
Untuk dapat menghapus barang dari daftar barang, pengguna barang harus
membuat Surat Keputusan Penghapusan yang disetujui oleh pengelola barang
(barang milik negara) atau kepala daerah (barang milik daerah).
Penghapusan barang hanya dapat dilakukan, apabila:
a. Barang sudah beralih kepemilikannya.
b. Terjadi pemusnahan.
Pemusnahan barang hanya dapat dilakukan apabila:
1) Barang tidak dapat digunakan;
2) Barang tidak dapat dimanfaatkan;
3) Barang tidak dapat dipindahtangankan; dan
4) Alasan lain sesuai perundangan.
c. Sebab-sebab lainnya.
11

B. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007


Tidak jauh berbeda dengan PP No. 6 Th. 2006, menurut PMK No. 96 Th. 2007
penghapusan barang terdiri dari:
a. Penghapusan dari daftar barang pengguna pada pengguna barang dan/atau
kuasa pengguna barang.
Penghapusan barang dari daftar barang dilakukan apabila:
1) Barang tidak digunakan dalam menjalankan tugas pokok sehari-hari;
2) Pengalihan status penggunaan barang kepada pengguna barang lainnya;
3) Pemindahtangan barang milik Negara;
4) Dimusnahkan; atau
5) Sebab-sebab lain yang wajar seperti hilang, tercuri, terbakar, terkena
bencana alam, dan lainnya.
b. Penghapusan dari daftar barang milik negara pada pengelola barang.
Penghapusan barang dari daftar barang milik Negara dilakukan apabila:
1) Beralih kepemilikannya;
2) Dimusnahkan;
3) Sebab-sebab lain yang wajar seperti hilang, tercuri, terbakar, terkena
bencana alam, dan lainnya.
Khusus untuk kendaraan bermotor, aset hanya dapat dihapuskan apabila:
a. Telah berumur lebih dari 10 tahun;
b. Rusak berat dan tidak dapat diperbaiki;
c. Hilang.
Untuk dapat menghapus barang dari daftar barang, pengguna barang harus
membuat Surat Keputusan Penghapusan yang disetujui oleh pengelola barang
(barang milik negara) atau kepala daerah (barang milik daerah).
Untuk dapat dimusnahkan, sebuah barang selain tanah dan bangunan, harus
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Syarat teknis, yaitu tidak dapat digunakan lagi karena berbagai alas an dan tidak
ekonomis untuk diperbaiki.

12

b. Syarat ekonomi, yaitu lebih menguntungkan bagi negara apabila barang dihapus,
karena biaya operasional dan pemeliharaan barang lebih besar daripada
manfaat yang diperoleh.
c. Barang hilang, atau dalam kondisi kekurangan perbendaharaan atau kerugian
karena kematian hewan atau tanaman.
Sedangkan untuk tanah dan bangunan, syarat yang harus dipenuhi antara lain:
a. Barang dalam kondisi rusak berat karena bencana alam atau karena sebab lain
di luar kemampuan manusia (force majeure).
b. Lokasi barang menjadi tidak sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR)
karena adanya perubahan tata ruang kota.
c. Sudah tidak memenuhi kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas.
d. Penyatuan lokasi barang dengan barang lain milik negara dalam rangka
efisiensi; atau
e. Pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana strategis pertahanan.
C. Analisis
Apabila kita perhatikan dalam dua peraturan di atas, prosedur penghapusan aset di
Indonesia sangat sederhana. Apabila suatu aset telah memenuhi unsur
penghapusan suatu aset, pengguna aset membuat usul penghapusan aset kepada
pengelola barang (aset milik negara) atau kepala daerah (barang milik daerah).
Apabila disetujui, akan dibuat suatu surat keputusan penghapusan aset. Surat
keputusan

penghapusan

aset

tersebut

akan

digunakan

sebagai

dasar

penghapusan aset tersebut dari daftar aset.


Prosedur yang cukup sederhana ini memang memiliki kelemahan di berbagai
tempat, seperti tidak adanya pengawasan langsung atas kondisi aset, tetapi hanya
mengandalkan laporan dari pengguna barang. Tetapi pada pelaksanaannya di
lapangan, peraturan ini cukup handal untuk digunakan dalam mengakomodir
kepentingan pengguna barang sebagai pihak yang memanfaatkan langsung
barang, maupun negara atau daerah sebagai pemiliki aset.

13

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PRAKTEK PENGHAPUSAN ASET TETAP


DI INDONESIA DAN NEW SOUTH WALES
Setelah pada dua bab terdahulu dibahas mengenai praktek penghapusan di Indonesia
dan New South Wales, maka pada bab empat ini, akan membahas perbandingan
antara praktek penghapusan di dua negara tersebut. Setelah itu, bab ini akan diakhiri
dengan sebuah penutup.
A. Perbandingan Praktek Penghapusan Aset Tetap di Indonesia dan New South
Wales
1. Posisi Penghapusan Aset Tetap
Pada Negara Bagian New South Wales, Penghapusan Aset Tetap merupakan
bagian tak terpisahkan dari suatu proses perencanaan strategis yaitu Total Asset
Management. Dalam TAM dinyatakan bahwa aset yang boleh dipertahankan
adalah aset yang memberikan kontribusi bagi pemerintah untuk mencapai
hasil/target layanan yang ditetapkan pemerintah dan secara finansial layak
dipertahankan. Jika aset tetap tidak dapat memenuhi kriteria tersebut maka aset
tetap akan diklasifikasikan sebagai aset berlebih (surplus assets) dan seharusnya
dihapus.
Dalam proses yang terintegrasi ini, praktek penghapusan aset telah direncanakan
sebelumnya. Perencanaan ini terkoordinasi dengan baik dengan rencana periode
investasi aset tetap dan rencana stratejik pemeliharaan dan perawatan aset.
Sedangkan di Indonesia, praktek Penghapusan Aset Tetap adalah bagian yang
terpisah dari proses pengadaan dan pemeliharaan. Praktek penghapusan aset
tetap, belum terkoordinasi dengan proses pengadaan dan pemeliharaannya.
2. Tahapan Penghapusan Aset tetap
Tahapan penghapusan aset di New South Wales dilakukan melalui lima tahapan
yang

terstruktur,

mulai

dari

analisis

aset berlebih,

sampai

perencanaan

penghapusan dan implementasi.


Tahapan penghapusan aset di Indonesia, baru mengatur syarat yang harus
dipenuhi agar aset dapat dihapus.

14

3. Pengendalian Internal
Di New South Wales, suatu aset dihapuskan setelah melalui tahapan penghapusan
aset yang telah terinci. Melalui tahapan ini, suatu aset yang akan dihapus telah
diyakini bahwa aset tersebut memang benar-benar menjadi aset berlebih, sehingga
perlu dihapuskan. Tahapan penghapusan aset ini menjadikan praktek penghapusan
aset memiliki pengendalian internal yang baik.
Sedangkan di Indonesia, praktek penghapusan aset baru diatur bagaimana
tahapan administratif yang harus ditempuh bila aset akan dihapus. Dalam hal ini,
pengendalian internal menjadi kurang baik, karena aset bisa dihapuskan hanya
dengan dikeluarkannya Surat Keterangan Penghapusan yang ditandatangani
Kepala Satuan Kerja atau Kepala Daerah.
Mekanisme yang masih sederhana ini meninggalkan celah yang bisa dimanfaatkan
untuk melakukan korupsi. Suatu aset yang seharusnya sudah dihapus, belum
dihapus juga, sehingga dikhawatirkan biaya pemeliharaan yang fiktif. Contoh : Mobil
Dinas yang sudah usang dan tidak terpakai lagi, masih tersimpan di garasi gedung,
karena mengharapkan adanya biaya pemeliharaan yang bisa diselewengkan.
Sementara itu, aset yang seharusnya belum bisa dihapus, bisa dikeluarkan Surat
Keputusan Penghapusannya, kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
Contoh : Rumah Dinas dijual dengan harga dibawah harga pasar kepada
pegawainya.
4. Kesiapan Sumber Daya Manusia
Tahapan praktek penghapusan aset di New South Wales, dimulai dengan analisis
aset yang berlebih, sehingga patut dihapuskan. Mekanisme ini bisa berjalan jika
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada mampu dan memadai untuk melakukan
analisis tersebut.
Sebaliknya di Indonesia, analisis aset berlebih tidak dilakukan, selain karena tidak
ada kewajiban untuk itu, juga karena SDM yang tidak memadai. SDM yang ada
masih berkonsentrasi pada pencatatan dan penilaian aset yang ada.

15

5. Teknologi Yang Memadai


Sebelum penghapusan aset dilakukan, Pemerintah New South Wales telah terlebih
dahulu merencanakan apakah penghapusan aset yang akan dilakukan tidak akan
berakibat buruk/ merusak lingkungan?
Sementara di Indonesia praktek penghapusan aset belum sampai pada tahap
tersebut. Praktek penghapusan aset, paling maksimal masih pada tahap apakah
penghapusan aset yang akan dilakukan telah memakai cara yang paling ekonomis?
6. Pengawasan Dalam Penghapusan
Di New South Wales dalam pelepasan asset, proses perencanaan dan
implementasinya harus mendapatkan pengawasan yang memadai oleh lembaga
pemerintahan yang terkait. Proses pelepasan aktual dari asset oleh instansi penjual
ataupun transfer asset antar lembaga harus dipantau agar target kinerja yang telah
ditetapkan dapat dicapai. Selanjutnya tindak lanjut dari pelepasan tersebut harus
dilaporkan kepada manajer asset dan kantor perbendaharaan. Dengan demikian
pertanggungjawaban dalam proses pelepasan asset dapat lebih ditingkatkan.
Di Indonesia belum ada mekanisme mengenai pengawasan dalam penghapusan
aset. Mekanisme penghapusan aset berhenti pada saat dikeluarkannya Surat
Keputusan Penghapusan.
B. Penutup
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum, praktek
penghapusan aset di Indonesia masih perlu banyak dibenahi. Melihat dari apa yang
telah dilakukan oleh Pemerintah New South Wales, Pemerintah Indonesia masih
jauh ketinggalan dalam praktek penghapusan aset ini. Dari fakta ketertinggalan ini,
paling tidak kita bisa mengambil beberapa hikmah, bahwa kita masih harus banyak
belajar dari Pemerintah New South Wales.

16

You might also like