Professional Documents
Culture Documents
Tomografi Seismik
Kedua jenis
4.1
Metode ekspansi deret melakukan perbaikan secara iteratif terhadap fungsi model
hasil perhitungan (Mest) hingga konvergen mendekati fungsi model sebenarnya
(Mtrue). Proses perbaikan ini dikerjakan dengan melakukan perbandingan fungsi
data yang diamati (Pobs) dengan fungsi data perkiraan (Ppre). Untuk mendapatkan
fungsi data perkiraan
rangkaian sumber dan geophone sebenarnya, fungsi model M(r) penjalaran sinar
gelombang dapat dituliskan dengan
(4.27)
ray
M (r )dr
P =
(4.28)
ray
Dimana pada persamaan ini P merupakan fungsi data dan M(r) merupakan fungsi
model hasil perhitungan. Pada kasus ini permasalahan pemodelan kedepan adalah
mencari perkiraan fungsi data berdasarkan integrasi jejak sinar gelombang yang
melalui suatu fungsi model yang telah dihitung sebelumnya. Dalam hal ini fungsi
model dibuat menjadi diskrit agar memungkinkan pengolahan komputasi oleh
komputer.
M1
M2
M3
M4
M5
M6
M7
M8
M9
M10
M11
M12
M13
M14
M15
M16
M17
M18
M19
M20
M21
M22
M23
M24
Penjalaran satu buah sinar gelombang yang melalui fungsi model diskrit dapat
dituliskan dengan persamaan (4.28) dalam bentuk diskrit
J
P = M jS j
j =1
(4.29)
dimana Mj merupakan fungsi model hasil perhitungan untuk sel ke-j, Sj adalah
panjang sinar gelombang yang melalui sel ke-j, dan J adalah total sel pada fungsi
model.
receiver
M1
M2
M3
M4
M5
M6
M7
M8
M9
M10
M11
M12
M13
M14
M15
M16
M17
M18
M19
M20
M21
M22
M23
M24
source
Penjalaran suatu sinar gelombang seperti terlihat pada gambar diatas melalui 7
buah sel. Sel-sel pada model yang tidak dilalui oleh sinar gelombang akan
memiliki nilai Sj =0 sehingga persamaan (4.29) tetap konsisten dengan persamaan
(4.28). Untuk mendapatkan informasi mengenai sel-sel yang belum diketahui
maka dirambatkan sinar gelombang lainnya dengan menambahkan pasangan
sumber-penerima lebih banyak lagi. Persamaan yang melibatkan seluruh sinar
gelombang yang melalui fungsi model adalah
J
Pi = M j S ij
, i= 1,....,I.
(4.30)
j =1
dimana I adalah total sinar gelombang, Sij adalah panjang sinar ke-i yang melalui
sel ke-j, Mj adalah fungsi model dikrit untuk sel ke-j, dan J adalah total sel.
real (waktu tempuh) dan fungsi model Mj, j = 1,...,J, merupakan fungsi model
sebenarnya namun belum diketahui. Dapat juga dituliskan dengan
J
Pi obs = M true
j S ij
, i = 1,...,I
(4.31)
j =1
Persamaan sebanyak n buah di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai
berikut:
(4.32)
P=MS
dimana ;
P : fungsi data (waktu tempuh)
M : matriks geometri model
S : vektor perlambatan
S = M-I P
(4.33)
(4.34)
Akan tetapi persamaan di atas dalam prakteknya sulit untuk dipecahkan karena
matriksnya besar dan jarang, sehingga determinan akan cenderung nol, sehingga
4.1.1
Metode ART (Tien-when, 1994) dimulai dengan menentukan suatu nilai perkiraan
model Mest menemukan nilai model sebenamya Mtrue. Model perkiraan ini
selanjutnya disebut sebagai model awal. Pada algoritma ini ada tiga langkah yang
harus dilakukan . Pertama model awal digunakan untuk menentukan data prediksi
Ppre. Langkah ini dilakukan dengan menerapkan operator linear S, dinyatakan
dengan persamaan berikut:
Pi
pre
= S ij M est
j
j =1
(4.35)
Langkah kedua adalah membandingkan data prediksi Ppre dengan data pengamatan
Pobs dengan mengambil selisih antara kedua data tersebut. Apabila selisihnya kecil
atau masih dalam toleransi yang telah ditetapkan sebelumnya maka permasalahan
telah terpecahkan, sehingga model yang kita buat dapat dianggap sama dengan
model sebenarnya. Langkah ketiga baru dilakukan apabila selisih antara data
prediksi dan data pengamatan terlalu besar atau di luar batas toleransi yang telah
ditentukan. Pada langkah ini kita menentukan suatu model perkiraan baru M(new)est
yang diharapkan lebih mendekati pada model sebenarnya. Langkah ini ditulis
dalam persamaan berikut:
dengan i = 1,2,,i.
(4.36)
Dengan iM adalah pertambahan data model untuk model perkiraan terbaru , yang
dinyatakan dengan persamaan berikut :
j
M j = S ij
S
j '=1
2
ij '
(4.37)
dengan ;
i = 1,2,,i.
j = 1,2,,i
4.1.2
1
=
Wj
M
i
j =1
1
Wj
P S ij ' M est
j'
S
j =1
j '=1
ij
S
j '=1
i M j
2
ij '
(4.38)
dengan j = 1,2,,i.
Tomografi seismik berguna dalam membuat pencitraan bawah permukaan dimana
kondisi medium bawah permukaan tidak homogen. Medium yang tidak homogen
dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama adalah medium yang memiliki
ukuran jauh lebih kecil daripada panjang gelombang seismik dan memiliki kontras
cepat rambat yang sangat besar. Sedangkan jenis kedua adalah medium yang
memiliki ukuran jauh lebih besar dari panjang gelombang dan hanya memiliki
kontras cepat rambat yang kecil.
Pengamatan
terhadap
gelombang
hamburan
merupakan
inti
4.2
2 P(r , t )
1 2 P(r , t )
=0
C 2 (r ) t 2
(4.1)
dimana r adalah vektor posisi dan t adalah waktu. Selain dinyatakan dalam bentuk
diatas persamaan gelombang akustik juga dapat dinyatakan dalam bentuk
Helmholtz dimana dilakukan transformasi fourier sehingga didapatkan bentuk
2 P(r , ) + k 2 (r , ) P(r , ) = 0
(4.2)
k (r , ) =
C (r )
(4.3)
+ k 2 (r , ) Pt (r , ) = 0
(4.4)
2
2
2 k (r )
k 2 (r ) = k 0 + k 0 2 1
k 0
k (r ) = k 0
2
C0
k 0 1 2
C (r )
2
k 2 (r ) = k 0 k 0 M (r )
2
(4.5)
+ k 0 k 0 M (r ) [Pi (r ) + Ps (r )] = 0
2
(4.6)
+ k 0 Pi (r ) + 2 + k 0 Ps (r ) = k 0 M (r )[Pi (r ) + Ps (r )]
2
(4.7)
dengan bentuk persamaan seperti ini maka persamaan pada sisi sebelah kanan
merepresentasikan sumber gelombang hamburan dimana sumber ini bergantung
pada gelombang awal dan fungsi model. Sedangkan pada sisi sebelah kiri
merepresentasikan penjalaran gelombang awal dan gelombang hamburan pada
medium homogen dengan cepat rambat keduanya adalah C 0 . Namun karena
gelombang awal dibangkitkan di medium homogen dan selama merambat di
medium homogen memiliki persamaan
+ k 0 Pi (r ) = 0
(4.8)
+ k 0 Ps (r ) = k 0 M (r )[Pi (r ) + Ps (r )]
2
(4.9a)
+ k 0 G (r | r ' ) = (r r ' )
2
(4.9b)
Fungsi green diatas merupakan solusi pada posisi r untuk impuls negatif pada
posisi r yang merupakan lokasi sumber gelombang hamburan. Untuk kasus dua
dimensi solusi persamaan (4.9b) adalah
G (r | r ' ) =
j (1)
H 0 (k 0 | r r ')
4
(4.9c)
dimana H 0(1) adalah fungsi Hankel orde nol pada keadaan pertama. Sedangkan
untuk kasus 3D solusi persamaan (4.9b) adalah
G (r | r ' ) =
e jk0 | r r '|
4 | r r '|
(4.9d)
Dalam bentuk fungsi Greens, solusi gelombang hamburan yang ingin diketahui
adalah
Ps (r ) = k 0
(4.10)
4.3
Ps (r ) k 0
(4.11)
Dalam bentuk ini tidak terdapat lagi variabel Ps (r ) pada sisi sebelah kanan dan
fungsi model M (r ) sudah terhubung secara linear dengan gelombang hamburan
Ps (r ) .
Jika digunakan hubungan antara gelombang awal yang dibangkitkan pada suatu
titik rs dan diamati pada titik lainnya r ' dengan fungsi Greens
Pi (r ' ) = G (r ' | rs )
(4.12)
r = rp maka persamaan
Ps (rs , rp ) k 0
(4.13)
tomografi
difraksi.
Hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
4.4
Aproksimasi Rytov (Tien-when, 1994) memecahkan persamaan LippmannSchwinger dalam bentuk eksponensial. Dengan metode ini persamaan LippmannSchwinger yang sebelumnya tidak linear dibuat menjadi persamaan yang linear.
Jika persamaan gelombang total yang diamati pada geophone berbentuk
Pt (r ) = e t ( r ) dimasukkan ke dalam persamaan gelombang Helmholtz
+ k 0 k 0 M (r ) Pt (r ) = 0
(4.14)
] [
e t ( r ) 2 t ( r ) + t ( r ) t ( r ) + k 0 k 0 M ( r ) e t ( r ) = 0
2
(4.15)
[ (r ) + (r ) (r )] + [k
k 0 M (r ) = 0
(4.16)
Karena fasa total merupakan penjumlahan antara fasa gelombang awal dengan
fasa gelombang hamburan dan gelombang awal dapat dituliskan dalam bentuk
eksponensial fasa
t (r ) = d (r ) + i (r )
(4.17)
2i (r ) + 2 d (r ) + [i (r ) i (r )] + 2[i (r ) d (r )]
+ [ d (r ) d (r )] + k 0 + k 0 M (r ) = 0
2
[ (r ) + (r ) (r ) + k ]+ 2 (r ) (r ) + (r )
2
= d (r ) d (r ) + k 0 M (r )
2
(4.18)
Persamaan yang berada di dalam kurung siku sebelah kiri berhubungan dengan
gelombang datang dan mempunyai jumlah sama dengan nol. Hal ini dapat
dibuktikan dengan memasukkan nilai Pi (r ) = ei ( r ) dan 2 Pi (r ) ke dalam
(4.19)
2 [Pi (r ) d (r )] = d (r ) 2 Pi (r ) + 2Pi (r ) d (r ) + Pi (r ) 2 d (r )
(4.20)
2Pi (r ) d (r ) + Pi (r ) 2 d (r ) = 2 + k 0 Pi (r ) d (r )
2
(4.21)
[
[
[
2
2
2
]
]P (r ) (r ) = 2P (r ) (r ) (r ) + P (r ) (r )
]P (r ) (r ) = P (r )[2 (r ) (r ) + (r )]
+ k 0 Pi (r ) d (r ) = 2ei ( r ) i (r ) d (r ) + Pi (r ) 2 d (r )
2
+ k0
+ k0
(4.22)
Persamaan yang berada pada kurung siku sebelah kanan telah didapatkan dari
persamaan (4.19) sehingga
+ k 0 Pi (r ) d (r ) = Pi (r ) d (r ) d (r ) k 0 M (r )
2
(4.23)
Dan dengan menggunakan fungsi Greens seperti pada saat pendekatan Born
maka persamaan (4.23) dapat dituliskan dalam bentuk solusi integral
(4.24)
Solusi integral yang dihasilkan ini merupakan fungsi yang terkait secara tidak
linear. Hal ini karena didalam integran masih terdapat fungsi d (r ) padahal nilai
inilah yang akan dicari.
(4.25)
(4.26)