You are on page 1of 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit vena kronis maupun insufisiensi vena kronis sering disebut oleh
orang awam dengan istilah varises. Kelainan pada pembuluh darah vena ini
menempati tempat yang pertama untuk dibicarakan, karena kasusnya adalah yang
paling sering dan terbanyak ditemukan dalam klinik rawat jalan bedah vaskular.
Walaupun kelainan vena kronis pada ekstremitas inferior tidak mengancam jiwa,
tetapi menimbulkan morbiditas yang nyata dan memerlukan pengelolaan yang
benar.
Penyakit vena kronis pada tungkai adalah keadaan yang menyatakan adanya
gangguan aliran darah vena (venous return) pada tungkai, dimana gangguan
fungsi pada vena tersebut akan bertambah berat dengan berjalannya waktu.
Diperkirakan bahwa sekitar 50% dari penduduk dewasa Eropa menderita
penyakit ini. Angka ini mungkin lebih rendah pada penduduk Asia, namun angka
statistic yang pasti khususnya untuk Indonesia belum ada.
Dari dulu sampai sekarang para ahli tiada henti-hentinya mencoba menangani
varises dan komplikasinya. Perdarahan spontan jarang terjadi, biasanya ada
trauma ringan, dan ini akan menyebabkan pasien datang berobat. Kemajuan yang
besar telah dicapai mengenai terapi, dan pengetahuan yang mendasar dihimpun
melalui anatomi, etiologi, patologi, dan patofisiologi. Varises dan komplikasinya
jarang sekali menyebabkan kematian, betapapun besar dan banyaknya keluhan
yang diderita pasien. Karena itu kesalahan yang berakibat fatal harus dicegah.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Pembuluh darah Vena Ekstremitas bawah
2.1.1 Vena Superfisialis Ekstremitas Bawah
Sistem superfisialis terdiri dari vena safena magna dan vena safena farva.
Keduanya memiliki arti klinis yang sangat penting karena memiliki predisposisi
terjadinya varises yang membutuhkan pembedahan.
V. Safena magna keluar dari ujung medial jaringan v.dorsalis pedis. Vena ini
berjalan di sebelah anterior malleolus medialis, sepanjang aspek anteromedial
betis (bersama dengan nervus safenus), pindah ke posterior selebar tangan di
belakang patela pada lutut dan kemudian berjalan ke depan dan menaiki
bagian anteromedial paha. Pembuluh ini menembus fasia kribriformis dan
mengalir ke v.femoralis pada hiatus safenus. Bagian terminal v.safena magna
biasanya mendapat percabangan superfisialis dari genetelia eksterna dan
dinding bawah abdomen. Dalam pembedahan, hal ini bias membantu
membedakan v.safena dari femoralis karena satu-satunya vena yang mengalir
ke v.femoralis adalah v.safena. Cabang-cabang femoralis anteromedial dan
posterolateral (lateral aksesorius), dari aspek medial dan lateral paha, kadangkadang juga mengalir ke v.safena magna di bawah hiatus safenus (faiz dan
Moffat, 2004).
V. safena Magana berhubungan dengan system vena profunda di beberapa
tempat melalui vena perforates. Hubungan ini biasanya terjadi di atas dan di
bawah malleolus medialis, di area gaiter, di region pertengahan betis, di
bawah lutut, dan satu hubungan panjang pada paha bawah. Katup-katup pada
perforator mengarah ke dalam sehingga darah mengalir dari sitem profunda
dari mana kemudian darah dipompa ke atas dibantu oleh kontraksi otot betis.
Akibatnya system profunda memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada

superfisialis, sehingga bila katup perforator mengalami kerusakan tekanan


yang meningkat diteruskan ke system superfisialis sehingga terjadi varises
pada system ini (Faiz dan Moffat, 2004).
V. safena parva keluar dari ujung lateral jaringan v.dorsalis pedis. Vena ini
melewati bagian belakang malleolus lateralis dan di atas bagian belakang betis
kemudian menembus fasia profunda pada berbagai posisi untuk mengalir ke
v.poplitea (Faiz dan Moffat, 2004).

2.1.2 Vena Profunda Ekstremitas Bawah


Vena-vena profunda pada betis adalah v.komitans dari arteri tibialis anterior dan
posterior yang melnjutkan sebagai v.poplitea dan v.femoralis. Vena profunda ini
mebentuk jaringan luas dalam kompartmen posterior betis pleksus soleal dimana
darah dibantu mengalir ke atas melawan gaya gravitasi oleh otot saat olahraga (Faiz
dan Moffat, 2004).

2.2 Varices
2.2.1 Defenisi Varices
Varises (varus=bengkok) adalah pelebaran pebuluh balik (vena) yang
berkelok-kelok dan ditandai oleh katup didalamnya yang tidak berfungsi lagi. Bila
hanya melebar saja disebut venektasi.
Terdapat tiga jenis vena pada tungkai , yaitu :
1. Vena Tepi terletak dibawah kulit dan hanya dilindungi oleh jaringan
longgar dan kulit. Vena tepi yang utama adalah vena safena magna
(VSM) dan vena safena parva (VSP). Kedua vena ini berhubungan
dibeberapa tempat melalui vena vena kecil.
- VSM merupakan vena terpanjang ditubuh, mulai dari kaki sampai ke
fossa ovalis dan mengalirkan darah dari bagian medial kaki serta kulit
sisi medial tungkai. Vena ini merupakan vena yang paling sering
-

menderita varises.
VSP terletak di antara tendon Achilles dan maleolus lateralis. Pada
pertengahan betis VSP menembus fascia, kemudian bermuara ke v.
poplitea beberapa sentimeter di bawah lutut. Vena ini mengalirkan
darah dari bagian lateral kaki. Mulai dari maleolus lateralis sampai
proksimal betis VSP terletak sangat berdekatan dengan n. suralis yaitu

saraf sensorik yang mensarafi kulit sisi lateral kaki.


2. Vena Dalam diliputi otot dan fascia serta berdampingan dengan
arterinya.
3. Vena Penghubung (Perforantes) adalah vena yang menghubungkan
vena tepi ke vena dalam, yaitu dengan cara langsung menembus fascia.
Vena ini mempunyai katup yang mengarahkan aliran darah dari vena tepi
ke vena dalam. Bila katup ini tidak berfungsi maka aliran darah akan
terbalik sehingga tekanan vena tepi makin tinggi dan varises dengan
mudah akan terbentuk.

2.2.2 Etiologi
Varices dibedakan menjadi primer dan sekunder. Namun, penyebab varices vena
yang pasti belum diketahui. Penderita dianggap mempunyai kelemahan pada vena yang
bersifat herediter, sehingga terbentuk varices yang primer dan spontan. Varices sekunder
merupakan gejala sisa thrombosis vena profunda akibat dilatasi vena kolateral dan
kerusakan katup vena profunda.

Faktor penyokong lain :


1. Faktor keturunan
Varices biasanya terjadi saat dewasa akibat perubahan hormon dan bertambahnya
berat badan. Ditunjukkan dengan terjadinya penyakit yang sama pada beberapa
anggota keluarga dan gambaran varices pada usia remaja, kemungkinan besar
disebabkan faktor keturunan.
2. Kehamilan
Meningkatnya hormon progesteron dan bertambahnya berat badan saat hamil yang
menyebabkan kaki semakin terbebani, akibatnya aliran darah dari kaki, tungkai,
pangkal paha dan perut bagian bawah pun terhambat.
3. Kurang gerak
Gaya hidup perkotaan yang kurang gerak, menyebabkan otot sekitar pembuluh darah
vena tidak mampu memompa darah secara maksimal.
4. Faktor berdiri lama
Berdiri terlalu lama membuat kaki terlalu berat menahan tubuh dan memperparah
beban kerja pembuluh vena dalam mengalirkan darah. Pada posisi tersebut tekanan
vena 10 kali lebih besar, sehingga vena akan teregang diluar batas kemampuan
elastisitasnya sehingga terjadi inkompetensi pada katup. Bila pekerjaan mengharuskan
banyak berdiri, usahakan untuk tidak berdiri dengan posisi statis (diam), tapi tetap
bergerak. Misalnya dengan berjalan di tempat, agar otot tungkai dapat terus bekerja
memompa darah ke jantung.
5. Obesitas
Hal ini dihubungkan dengan tekanan hidrostatik yang meningkat akibat peningkatan
volume darah serta kecenderungan jeleknya struktur penyangga vena.

6. Faktor usia
Pada usia lanjut insiden varices akan meningkat. Dinding vena menjadi lemah karena
lamina elastic menjadi tipis dan atrofik bersama dengan adanya degenerasi otot polos.
Disamping itu akan terdapat atrofi otot betis sehingga tonus otot menurun.
2.2.3 Patofisiologi
Penyebab varices primer adalah kelemahan struktural pada dinding pembuluh
darah yang diturunkan. Dilatasi dapat disertai gangguan katup vena, karena daun katup
tidak mampu menutup dan menahan aliran refluks. Varices primer cenderung terjadi pada
vena-vena permukaan karena kurangnya dukungan dari luar atau kurangnya resistensi
jaringan subkutan.
Varices sekunder disebabkan oleh gangguan patologi sistem vena dalam, yang
timbul kongenital atau didapat sejak lahir. Hal ini menyebabkan dilatasi vena-vena
permukaan, penghubung, atau kolateral. Misalnya, kerusakan katup vena pada system
vena dalam akan mengganggu aliran darah menuju jantung, resultan statis, dan
penimbunan darah menyebabkan hipertensi vena dalam. Jika katup vena penghubung
(penyambung) tidak berfungsi dengan baik, maka peningkatan tekanan sirkuit vena
dalam akan menyebabkan aliran balik darah ke dalam vena penghubung. Darah vena
akan dialirkan ke vena permukaan dari vena dalam. Hal ini merupakan faktor
predisposisi timbulnya varices sekunder pada vena-vena permukaan.

2.2.4 Klasifikasi dan Gambaran Klinis

Secara klinis varises tungkai dikelompokan berdasarkan jenisnya,


yaitu :
1. Varises trunkal
Merupakan varises v.saphena magna dan v.saphena parva, diameter lebih dari
8 mm, warna biru-biru kehijauan.

2. Varises retikular
Varises yang mengenai cabang v.saphena magna atau v.saphena parva yang
umumnya kecil dan berkelok-kelok, diameter 2-8 mm, warna biru-biru
kehijauan.
3. Varises kapiler
Merupakan vena subkutis yang tampak sebagai kelompok serabut halus dari
pembuluh darah, diameter 0,1 - 1 mm, warna merah atau sianotik (jarang).

Stadium
I
II
III
IV

Derajat

Tanda

Pelebaran vena

Stadium
Varises

Gambaran
Klinis
II
Hiperpigmentasi
dan atrofi
kulit
Keluhan samar tidak khas
Pelebaran
vena
III
Ulkus varikokum
Varises tampak jelas
Kelainan kulit dan/atau tukak karena sindrom insufisiensi vena
menahun

Sindrom Insufisiensi Vena Kronik

Varises bisa terjadi tanpa gejala apapun, sebaliknya ada varises kecil yang
memberikan bermacam macam gejala. Gejala-gejala varises antara lain :
1. Mula-mula kaki dan tungkai terasa berat, diikuti otot yang mudah pegal, kaku,
panas dan sakit di seputar kaki maupun tungkai. Biasanya rasa sakit dirasakan
menjelang malam, akibat tidak lancarnya aliran darah.
2. Mudah kram, meski kaki dalam kondisi santai.
3. Muncul pelebaran pembuluh darah rambut yang mirip jaring laba-laba (spider
navy).
4. Perubahan warna kulit (pigmentasi) di seputar mata kaki, akibat tidak lancarnya
aliran darah. Kadang diikuti dengan luka di sekitar mata kaki yang sulit sembuh.
5. Kaki bengkak (edema) karena adanya pembendungan darah.
6. Perubahan pada pembuluh vena luar, misalnya di betis bagian belakang tampak
urat kebiru-biruan dan berkelok-kelok. Keadaan ini merupakan gejala varices
kronis.
7. Keluhan dari segi kosmetik.

10

11

Pemeriksaan Fisik dilakukan :


1. Tes Trendelenburg untuk menentukan kompetensi katup-katup
superficial dan vv. Komunikantes .
- Vena-vena dikosongkan dengan mengangkat tungkai beberapa
waktu, lalu muara vena safena magna ditekan dengan kuat atau
dipasang torniket pada paha bagian atas. Pasien diminta berdiri,
lalu tiba-tiba penekanan dilepas. Bila vena terisi dengan segera
berarti katup inkompeten. Kemudian tes dicoba untuk kedua
kalinya tanpa melepas penekanan. Bila selama kira-kira 20-30
detik vena-vena terisi, maka berarti katup vena komukantes tidak
inkompeten lagi.

2. Tes Perthes untuk menentukan kompetensi katup-katup profunda


- Torniket dipasang pada pangkal paha, pasien diminta berjalanjalan berkeliling. Bila vena-vena tungkai juga melebar, berarti ada
obstruksi. Bila tidak melebar, berarti vv.komunikantes profunda
masih baik dan darah terus naik lewat system profunda.
12

3.

Tes Perban untuk menentukan kompetensi katup-katup profunda


- Vena-vena superficial tungkai bawah ditekan dengan perban
elastis. Pasien berjalan-jalan selama 10 menit . bila ada obstruksi
pada system profunda, pasien akan merasa nyeri.

2.2.5 Pencegahan
1. Makan makanan bergizi dan olahraga teratur.
2. Hindari berdiri terlalu lama. Sedapat mungkin melakukan relaksasi jika
dalam aktifitas sehari-hari dituntut berdiri lama.
3. Hindari terlalu lama duduk dengan kaki menyilang. Posisi ini dapat
menghambat aliran darah dari tungkai ke arah jantung.
4. Hindari pemakaian pakaian bawah yang terlalu ketat.
5. Jika sedang bepergian jauh, usahakan meluruskan kaki secara berkala dan
memijit-mijit tungkai sehabis bepergian.
6. Gunakan kaos kaki elastis untuk mencegah penekanan pada tungkai.
7. Bagi yang suka sepatu hak tinggi, dapat menggunakannya agar otot sekitar
varises berkontraksi dan untuk memperlancar aliran darah

13

2.2.6 Penatalaksanaan
Perawatan varises bertujuan untuk menghilangkan akibat dari katup yang
tidak berfungsi lagi. Ada tiga cara yang dapat diterapkan sendiri-sendiri atau
bersama-sama:
a.
b.
c.
a.

Perawatan non pembedahan


Perawatan dengan pembedahan
Perawatan dengan suntikkan sklerotik.
Perawatan non pembedahan
Cara ini memakai balutan elastik dari ujung kaki sampai ke paha dengan
maksud memberikan penekanan yang merata untuk membantu aliran darah
vena. Hasilnya akan bertambah baik bila penderita disuruh banyak jalan.
Terutama pada varises sewaktu hamil cara ini paling baik. Pemakaian kaos
elastik akan memberikan penekanan yang lebih merata dan mudah diganti.

Juga pada perawatan koreng karena varises, cara ini dapat diterapkan.
b. Perawatan dengan pembedahan
Pembedahan pada varises terdiri atas : vena safena magna pada
ekstremitas yang terlihat diikat pada percabangannya dengan vena femoralis
dan dipotong, kemudian dengan memakai alat khusus dikeluarkan beserta
cabang cabang-cabangnya yang menderita varises (total striping). Hal ini
dilakukan pada vena safena parva bila vena tersebut ada varisesnya.
Kemudian semua vena penghubung yang rusak katupnya diikat. Jahitan kulit
diusahakan dengan adaptasi kulit sebaik mungkin. Mobilisasi dan berjalan
tanpa menekuk lutut dimulai sehari setelah operasi. Pada varises dengan
koreng tindakan pembedahan lebih baik daripada perawatan tanpa operasi.
Bengkak yang mungkin terjadi pasca iperasi dapat dicegah dengan
memakai kaos kaki elastik selama dua bulan.
Indikasi bedah pada varises primer tungkai adalah kelainan yang
bersifat progresif, adanya komplikasi dan pertimbangan kosmetik. Sebelum
tindakan bedah, komplikasi varises yang terjadi diobati terlebih dahulu.
Tujuan metode pembedahan adalah untuk menghilangkan gejala, mengurangi

14

atau mencegah komplikasi, memulihkan fisiologi vena dan memperbaiki


penampilan (kosmetik).
Kontraindikasi tindakan pembedahan adalah usia lanjut atau keadaan
umum yang buruk, berat badan yang berlebih, tromboflebilitis aktif, tukak
vena terinfeksi, kehamilan , sumbatan arteri menahun pada tungkai
bersangkutan dan tumor besar intra abdomen.
Komplikasi tindakan bedah pada varises safena adalah :
- Perdarahan, biasanya mudah diatasi.
- Infeksi, sering terjadi pada sayatan di lipatan paha, infeksi berat
-

bisa terjadi bekas saluran stripper.


Edema tungkai, untuk mencegahnya dianjurkan memakai kaos

kaki elastis
Kerusakan saraf kulit (n. safena atau n. suralis)
Limfokel, terbentuk karena saluran limfe terpotongpada saat

operasi, pengobatannya cukup dengan aspirasi.


Thrombosis vena dalam.

Untuk mencegah terjadinya perdarahan atau hematoma selama operasi


varises vena safena diusahakan dengan memakai torniket atau elevasi tungkai
setinggi 30 derajat.
c. Perawatan dengan suntikkan sklerotik
Penyuntikkan bahan sklerotik dianjurkan bila penderita tidak mau
dioperasi atau bila varisesnya masih sedikit dengan diameter kurang dari 1
mm. seringkali varises ini hanya terdapat didaerah lutut saja.
Bahan suntikkan sklerotik yang dipakai adalah cairan hipertonik atau
cairan alkali kuat yang dapat menyebabkan obliterasi pembuluh vena yang
bersangkutan. Suntikan pada varises dilakukan tidak lebih dari enam tempat
pada sekali perawatan.
Dua macam larutan yang banyak dipakai adalah monoetanolamin oleat
(diberikan 2 ml) dan fenol 2 % dalam gliserin 30 % (dosis maksimum 6 ml).
Larutan disuntikkan dibagian distal. Dibagian proksimal dipasang torniket
agar obat tidak segera masuk ke sirkulasi umum dan bisa bekerja local
semaksimum mungkin.

15

Walaupun pemberian suntikan skleroterapi telah digunakan secara


meluas, cara ini masih berhubungan dengan angka kekambuhan yang lebih
besar, terutama sekiranya ada inkompetensi pada percabangan (junctional
incompetence).

BAB 3
KESIMPULAN
Varises adalah pelebaran pebuluh balik (vena) yang berkelok-kelok dan
ditandai oleh katup didalamnya yang tidak berfungsi lagi. Bila hanya melebar saja
disebut venektasi.
Terdapat tiga jenis vena pada tungkai , yaitu :
1. Vena Tepi terletak dibawah kulit dan hanya dilindungi oleh jaringan longgar
dan kulit. Vena tepi yang utama adalah vena safena magna (VSM) dan vena
safena parva (VSP)
2. Vena Dalam diliputi otot dan fascia serta berdampingan dengan arterinya.
3. Vena Penghubung (Perforantes) adalah vena yang menghubungkan vena tepi
ke vena dalam, yaitu dengan cara langsung menembus fascia.

Varises tungkai terdiri dari varises primer dan sekunder. Varises primer terjadi
jika katup sistem vena superfisialis (vena Saphena magma,vena Saphena parva dan
venae .perforantes) gagal untuk menutup sebagaimana mestinya, sehingga akan
terjadi refluks kearah bawah dan terjadi dilatasi vena yang kronis, sedangkan sistem
vena Profunda masih normal. Varises sekunder terjadi akibat sistem vena Profunda
mengalami trombosis / tromboflebitis atau adanya fistula arterovenosa, semula
keadaan katupnya normal selanjutnya terjadi kompensasi pelebaran pada vena
superfisialis
Faktor penyokong lain :

16

1. Faktor keturunan
2. Kehamilan
3. Kurang gerak
4. Faktor berdiri lama
5. Obesitas
6. Faktor usia

Gejala Klinis :
-

Pasien dengan varises dapat mengeluh nyeri pada tungkai bawah, terutama di
daerah betis.
-

Nyeri tersebut bersifat tumpul, seperti dipukul nyeri yang dirasakan bertambah
setelah pasien berdiri untuk jangka waktu yang panjang dan berkurang bila

berbaring sambil tungkai ditinggikan.


- Selain itu, pasien juga mengadu tungkai terasa berat, pegal atau gatal.
- Namun begitu, pasien mungkin tidak bergejala tetapi mengeluh penampilan
kosmetik yang buruk, terutama dikalangan wanita.
Pemeriksaan Fisik :
1. Tes Trendelenburg
2. Tes Perthes / Tes Perban
Penatalaksanaan :
1. Perawatan non pembedahan
2. Perawatan dengan pembedahan
3. Perawatan dengan suntikan sklerotik.

17

DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005.
2. Campbell, Bruce. Varicose Veins And Their Management. BMJ. 2006;333;287292.
3. Domers, Pamela dan Michiil Kaarnapen. The Histophatology of Varicose Vein
Angiology; 2006; 57:546.
4. Tim FK-UI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid 2. Jakarta. Media
Aesculapius.
5. UniversitasGrace, Pierge A., 2006. At A Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga.
6. Yuwono, Hendro S., 2010. Ilmu Bedah Vaskular. Bandung : Refika Aditama.

18

You might also like