You are on page 1of 28

Case Report Session

DEMAM BERDARAH DENGUE

Oleh :

Mira S
06120112

Preseptor
Prof. Dr. Darfioes Basir, Sp. A (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2011

BAB I
1

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopeni,
ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diathesis hemoragik.
1.2 Epidemiologi
Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin, tetapi kematian
ditemukan lebih banyak terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki.(idai, rampengan)
1.3 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue termasuk grup B arthropod
borne virus (arboviruses) dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili
flaviviridae, yang mempunyai 4 janis serotype yaitu den-1, den-2, den-3 dan den-4.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype yang lain.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan
4 serotipe selama hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan
sejak tahun 1975 di beberapa runah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe
ditenukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotipe yang
dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat.(idai)
1.4 Patogenesis
Mekanisme sebenarnya

tentang pathogenesis, patofisiologi, hemodinamika dan

perubahan biokimia pada DBD hingga kini belum diketahui secara pasti, karena sukarnya
mendapatkan model binatang percobaan yang dapat digunakna untuk menimbulkan gejala
klinis demam berdarah dengue seperti pada manusia.
Sebagian besar ahli masih menganut The Secondary Heterologous Infection
Hypothesis atau The sequential Infection Hypothesis, yaitu bahwa demama berdarah
dengue dialami oleh seseorang setelah terinfeksi dengan virus dengue pertama kali
kemudian mendapatkan infeksi ulangan dengan tipe virus dengue yang berlainan, dalam
waktu 6 bulan-5 tahun.
Akhir-akhir ini, berdasarkan beberapa pengalaman klinis baik di Jakarta, Kepulauan
Tonga, Manila maupun Bangkok, ternyata sindrom syok dengue dapat pula terjadi pada
penderita yang mendapatkan infeksi virus dengue untuk pertama kali pada usia lebih dari
1 tahun dan terbukyti bahwa sensitisasi oleh infeksi sebelumnya bukan merupakan factor
2

utama dalam pathogenesis sindrom ini, sehingga timbul dugaan bahwa keempat serotype
mempunyai potensi pathogen yang sama dan rejantan terjaid sebagai akibat serotype virus
yang paling virulen, tetapi konsep ini masih memerlukan penelitian yang lebih lanjut.
Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan The Secondary Heterologous Infection
Hypothesis dapat dilihat pada rumusan yang dikemukakan oleh Suvatte (1977), yaitu
akibat infeksi kedua oleh tipe virus yang lain pada seorang penderita dengan kadar
antibody antidengue yang rendah, respon antibody amnestik yang akan terjadi dalam
waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan
menghasilkan titer tinggi antibody IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue
terjadi juga dalam limdosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya kompleks
antigen-antibodi (virus-antibodi kompleks) yang selanjutnya :
1. Akan mengaktivasi system komplemen : pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3
dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui endotel dindidng itu. Rejantan yang tidak ditanggulangi secara
adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolic dan berakhir dengan
kematian.
2. Dengan terdapatnya kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan
tombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorphosis, sehingga
dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat terjadi trombositopenia hebat dan
perdarahan. Disamping itu, trombosit yang mengalami metamorphosis akan
melepaskan factor trombosit 3 yang mengaktivasi sistem koagulasi.
3. Akibat aktivasi fakor Hageman (factor XII) yang selanjutnya juga mengaktivasi
sistem koagulasi dengam akibat terjadinya pembekuan intravascular yang meluas.
Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan
pada pembentukan anafilaktosin dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation
product (FDP).
Disamping aktivasi, faktor XII akan menggiatkan juga system kinin yang berperan
dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah.
Menurunnya factor koagulasi dan kerusakan hati akan menambah beratnya
perdarahan.
1.5 Manifestasi Klinis
Seperti pada infeksi virus yang lain, infeksi virus dengue juga merupakan suatu self
limiting infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari.

Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan suatu spectrum manifetasi klinik
yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undeferntiated febrile illness), dengue
fever, Dengue Hemorraghic Fever (DHF/DBD) dan Dengue Shock Syndrome
(DSS/SSD).
1. Demam
Penyakit ini biasanya didahului oleh demam tinggi yang mendadak langsung tinggi
dan terus-menerus, dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak bereaksi terhadap
pemberian antipiretik (mungkin hanya turun sedikit kemudian naik kembali). Panas
ini biasanya berlangsung 2-7 hari kemudian turun secara cepat. Kadang-kadang suhu
tubuh sangat tinggi sampai 400C dan dapat terjadi kejang demam. Akhir fase demam
merupakan fase kritis pada DBD, oleh karena fase tersebut dapat merupakan awal
penyembuhan tetapi dapat pula sebagai awal fase syok.
Disamping demam, penderita juga akan mengeluhkan malaise, mual, muntah,
sakit kepala, anoreksia dan kadang-kadang batuk.
2. Tanda-tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien DBD adalah vaskulopati, trombositopeni dan
gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskuler yang menyeluruh. Jenis
perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji tourniquet positif,
petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan konjungtiva. Petekie merupakan
perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama
demam. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk, untuk
membedakan; lakukan penekanan pada bintik merah
3. Pembesaran hepar
Hati yang membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan
pembesaran hati ini tidak sejajar dengan berat penyakit; nyeri tekan seringkali
ditemukan tanpa disertai ikterus. Hati pada anak berumur 4 tahun dan/atau lebih
dengan gizi baik biasanya tidak dapat diraba. Kewaspadaan dapat ditingkatkan
apabila semula hati tidak teraba kemudian selama perawatan membesar dan/atau pada
saat masuk rumah sakit hati sudah teraba dan selama perawatan menjadi lebih besar
dan kenyal, hal ini merupakan tanda terjadinya syok.
4

4. Laboratorium

Hematokrit/PCV (Packed Cell Volume) meningkat sama atau leboh dari


20%. Normal: PCV?Hct = 3xHb

1.6 Diagnosis
Hingga kini diagnosis DBD/dss masih berdasarkan patokan yang telah dirumuskan oleh
WHO pada tahun 1975/1986/1977 yang terdiri dari 4 kriteria klinik dan 2 kriteria
laboratorik dengan syarat bila criteria laboratorik terpenuhi ditambah minimal 2 kriteria
klinik (satu diantaranya ialah demam). Ternyata dengan menggunakan criteria WHO di
atas ketepatan diagnosis berkisar 70-90%.
Kriteria klinik :
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari, dengan sebab yang tidak
jelas dan hampir tidak dapat dipengaruhi oleh antipiretika maupun surface cooling.
2. Manifestasi perdarahan

Uji tourniquet/rumple leed test positif yaitu dengan mempertahankan


manset tensimeter pada tekanan antara systole dan diastole selama 5 menit,
kemudian dilihat apakah timbul petekie atau tidak di daerah volar lengan
bawah.
Kriteria :
(+) bila jumlah petekie 20
() bila jumlah petekie 10-20
(-) bila jumlah petekie <10

Spontan,

yaitu

petekie,

elkimosis,

epistaksis,

perdarahan

gusi,

hematemesis atau melena


3. Pembesaran hati
4. Syok
Manifestasi syok pada anak terdiri atas :
5

Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan
hidung sedangkan kuku menjadi biru. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi yang
insufisien yang menyebabkan peninggian aktivitas simpatikus secara reflex

Anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya
menurun menjadi apatis, supor dan koma. Hal ini disebabkan oleh kegagalan
sirkulasi serebral.

Perubahan nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya. Nadi menjadi cepat dan
lembut sampai tidak teraba oleh karena kolaps sirkulasi

Tekanan nadi menurun menjasi 20 mmHg atau kurang

Tekanan sistolik pada anak menurun menjadi 80 mmHg atau kurang

Oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri
renalis.

Kriteria laboratorik :
1.

Trombositopenia : jumlah trombosit 100.000/mm3

2.

Hemokonsentrasi : meningginya nilai hematokrit, atau Hb 20% dibandingkan


dengan nilai pada masa konvalesen, atau dibandingkan dengan nilai Hct/Hb rata-rata
pada anak di daerah tersebut.

Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitannya dengan
pengelolaan dan prognosis, WHO membagi DBD dalam 4 derajat setelah kriteria
laboratorik terpenuhi, yaitu :
Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah tes tourniquet positif.
Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan di kulit atau perdarahan yang
lain.
Derajat III : Derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu, denyut nadi cepat,
lemah, dengan tekanan nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi
(sistolik 80 mmHg) disertai dengan kulit yang dingin, lembap dan penderita gelisah.
6

Derajat IV : derajat III ditambah syok berat dengan nadi yang tak teraba dan tekanan
darah yang tidak terukur dapat disertai dengan penurunan kesadaran, sianosis dan
asidosis.
Derajat I dan II disebut DHF/DBD tanpa renjatan, sedangkan derajat III dan IV adalah
DHF/DBD dengan renjatan atau DSS.

1.7 Diagnosis Banding


Demam pada fase akut mencakup spectrum infeksi bakteri dan virus yang luas. Pada harihari

pertama

diagnosis

DBD

sulit

dibedakan

dari

morbili

dan

idiopathic

thrombocytopenic purpura (ITP) yang disertai demam. Pada hari demam ke 3-4,
kemungkinan diagnosis DBD akan lebih besar, apabila gejala klinis lain seperti
perdarahan dan pembesaran hati menjadi menjadi nyata. Kesulitan kadang-kadang
dialami dalam membedakan syok pada DBD dengan sepsis; dalam hal ini
trombositopenia dan hemokonsentrasi disamping penilaian gejala klinis lain seperti tipe
dan lama demam dapat membantu.
1.8 Komplikasi
Komplikasi yang sering dijumpai pada penderita DBD dan SSD adalah :
1. Gangguan keseimbangan elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit biasanya dijumpai pada fase kritis dan yang paling
sering adalah hiponatremia, sedangkan hipokalemia sering pada fase konvalesen.

Hiponatremi, karena intake yang tidak cukup dan mendapat cairan yang
hipotonik.

Hipokalsemia, karena leakeage Ca mengikuti albumin ke ruangan peritoneum


dan pleura.

2. Overhidrasi
Komplikasi overhidrasi dapat dijumpai, baik pada fase kritis maupun pada fase
konvalesen. Komplikasi ini lebih serius karena dapat menyebabkan edema paru akut
dan/atau gagal jantung kongestif, yang berakhir dengan gagal nafas dan kematian.
7

Untuk mencegah komplikasi ini adalah pengawasan ketat dan sesuaikan kecepatan
cairan IV ke jumlah minimal untuk mempertahankan volume sirkulasi.
1.9 Penatalaksanaan
Demam berdarah dengue tanpa disertai syok, pengobatannya hanya bersifat simtomatis
dan suportif.

Pemberian cairan yang cukup


Cairan diberikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam tinggi,
anoreksia dan muntah. Penderita perlu diberi minum sebanyak mungkin (1-2 liter
dalam 24 jam) sebaiknya oralit, tetapi dapat juga air teh dengan gula, jus buah,
sirup, atau susu.

Antipiretik
Seperti golongan asetaminofen (parasetamol), jangan berikan golongan salisilat
karena dapat menyebabkan bertambahnya perdarahan.

Surface cooling

Antikonvulsan
Bila penderita kejang dapat diberikann diazepam (valium), atau fenobarbital
(luminal).

Keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagaimana mendeteksi secara dini fase
kritis, yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang merupakan fase awal terjadinya
kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai pemantauan perembesan
plasma dan gangguan hemostasis. Prognosis DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya
perembesan plasma yang dapat diketahui dari peningkatan hematokrit dan penurunan jumlah
trombosit. Fase kritis pada umumnya terjadi pada hari sakit ke-3. Penurunan jumlah
trombosit sampai <100.000/mm3 atau <1-2 trombosit/LPB (rata-rata hitung pada 10 LPB)
terjadi sebelum peningkatan hematokrit dan sebelum terjadi penurunan suhu. Peningkatan
hematokrit 20% mencerminkan perembesan plasma dan merupakan indikasi untuk
pemberian cairan. Pemberian cairan awal sebagai pengganti volume plasma dapat diberikan
larutan garam isotonic atau ringer laktat, yang kemudian dapat disesuaikan dengan berat8

ringan penyakit. Pada DBD derajat I dan II, ciran intravena dapat diberikan selama 12-24
jam. Perhatian khusus pada kaasus dengan peningkatan hematokrit yang terus-menerus dan
penurunan jumlah trombosit yang <50.000/mm 3. Secara umum pasien DBD derajat I dan II
dapat dirawat di puskesmas, rumah sakit tipe D, C dan ruang rawat sehari di rumah sakit B
dan A.
Fase demam.
Tatalaksana DBD pada fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat
simptomatik dan suportif yaitu dengan pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
Apabila cairan oral tidak bisa diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri
perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadangkadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama
demam pada DBD. Parasetamol direkomendasikan untuk mempertahankan suhu di bawah
390C dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali. Rasa haus dan keadaan dehidrasi tinggi dapat timbul
sebagai akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah
jusbuah, teh manis, sirup, susu serta larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kgBB
dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi, anak diberikan cairan
ruamatan 80-100 ml/kgBB dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang masih minum ASI, tetap
harus diberikan disamping larutan oralit. Bila terjadi kejang demam, disamping antipiretik
diberikan antikonvulsif selama masih demam. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian
syok yang mungkin terjadi. Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun
umumnya hari ke 3-5 fase demam. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala merupakan
pemeriksaaan

laboratorium

yang

terbaik

untuk

monitor

hasil

pengobatan

yaitu

menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutruhan cairan intravena.


Hemokonsentrasi pada umumnya terjadi sebelum dijumpai perubahan tekanan darah dan
tekanan nadi. Hematokrit harus diperiksa minimal satu kali sejak hari sakit ketiga sampai
suhu normal kembali. Bila sarana pemeriksaan hematokrit tidak terdsedia, pemeriksaan
hemoglobin dapat dipergunakan sebagai alternative walaupun tidak terlalu sensitif.
Penggantian Volume Plasma
Dasar patogenesis DBD adalah perembasan plasma, yang terjadi pada fase penurunan suhu
(fase afebris, fase kritis, fase syok), maka dasar pengobatannya adalah penggantian volume
plasma yang hilang. Walau demikian, penggantian cairan harus diberikan dengan bijaksana
dan hati-hati. Kebutuhan cairan awal dihitung untuk 2 atau 3 jam pertama, sedangkan pada
9

kasus syok mungkin lebih sering (setiap 30-60 menit). Tetesan dalam 24-48 jam berikutnya
harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit dan jumlah volume urin.
Penggantian volume cairan harus adekuat, seminimal mungkin mencukupi kebocoran plasma.
Secara umum volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%.
Cairan intravena diperlukan bila :
1. Anak terus-menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak
mungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga
mempercepat terjadinya syok
2. Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala
Pemberian cairan harus tetap diberikan walaupun tanda vitalo telah membaik dan kadar
hemtokrit turun. Tetesan cairan segera diturunkan menjadi 10 ml/kbgBB/jam dan kemudian
disesuaikan tergantung dari kehilangan plasma yang terjadi selam 24-48 jam. Cairan
intravena dapat dihentikan apabila hematokrit telah turun, sekitar 40%. Jumlah urin 12
ml/kgBB/jam atau lebih merupakan indikasi bahwa keadaan sirkulasi membaik.
Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik, nafsu makan
membaik, tampak perbaikan secara klinis, hematokrit stabil, tiga hari setelah syok teratasi,
jumlah trombosit >50.000/mm3 dan cenderung meningkat, serta tidak dijumpai distress
pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis).

10

Bagan 1. Tatalaksana kasus tersangka DBD


Tersangka
DBD
Demam tinggi, mendadak, terusmenerus <7 hari tidak disertai
infeksi saluran nafas bagian atas,
badan lemah dan lesu

Ada
kedaruratan

Tidak ada
kedaruratan
Periksa uji
torniquet

Tanda syok, muntah


terus menerus,
kejang, kesadaran
menurun, muntah
darah, berak hitam

Uji tourniquet
(+)

Jumlah
trombosit
>100.000/mm

Jumlah
trombosit
100.000/mm

Rawat inap (lihat


bagan 3)

Rawat
jalan

Minum banyak 1,5-2


liter per hari,
parasetamol, kontrol
tiap hari sampai
demam turun,
periksa Hb, Ht,
trombosit tiap kali

Uji
tourniquet
Rawat jalan
Parasetamol, kontrol
tiap hari sampai
demam hilang
Nilai tanda klinis,
periksa trombosit &
Ht bila demam
menetap setelah hari
sakit ke-3

Perhatian untuk orang


tua
Pesan bila timbul tanda
syok, yaitu gelisah, lemah,
Segera bawa ke
rumah sakit

Bagan 2. Tatalaksanan kasus DBD derajat I dan derajat II


DBD derajat I atau II tanpa
peningkatan hematokrit

11

Gejala klinis : demam 2-7 hari, uji


tourniquet (+) atau perdarahan
spontan
Lab : hematokrit tidak
meningkat, trombositopenia

Pasien masih dapat minum

Pasien tidak minum

Beri minum banyak 1-2 liter/hari


atau 1 sd mkn tiap 5 menit. Jenis
minuman : air putih, teh manis,
sirup, jus, buah, susu, oralit.

Pasien muntah terus


menerus

Bila
suhu
parasetamol

>38,50

C,

Monitor gejala klinis


Perhatikan tanda syok,
palpasi setiap hari, ukur
diuresis setiap hari,
awasi perdarahan,
periksa Hb, Ht,
trombosit tiap 6-12 jam

beri

Pasang infuse NaCl


0,9% : dextrose 5%
(1;3), tetesan rumatan
sesuai berat badan
Periksa Hb, Ht,
trombosit tiap 6-12 jam

Ht naik dan atau trombosit


turun
Infus ganti ringer laktat
(tetesan disesuaikan ,
lihat bagan 3)

Perbaikan klinis dan


laboratoris
Pulang (lihat : kriteria
memulangkan pasien)

Bagan 3. Tatalaksana kasus DBD derajat II dengan peningkatan hemokonsentrasi 20%

12

Bagan 4. Tatalaksana kasus DBD derajat III dan IV


1.10Pencegahan
1.11 Prognosis
13

Bila tidak disertai renjatan, dalam 24-36 jam biasanya prognosis akan menjadi baik. Kalau
lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan, kemungkinan sembuh kecil dan
prognosis menjadi buruk.

BAB II
ILUSTRASI KASUS

Nama

: VAP

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 10 tahun

No MR

: 73 00 24

Tanggal Masuk

: 27 Februari 2011

14

Anamnesis (alloanamnesis oleh ayah dan ibu kandung)


Seorang anak perempuan berusia 10 tahun diawat di bangsal bagian anak RSUP DR. M.
Djamil Padang sejak tanggal 27 Februari 2011 dengan :
Keluhan utama
Demam sejak 3 hari yang lalu
Riwayat penyakit sekarang
-

Demam sejak 3 hari yang lalu, tinggi, terus menerus, tidak menggigil, tidak

berkeringat
Muntah 3 hari yang lalu, frekuensi 2 kali, jumlah 3-5 sendok makan/kali, berisi apa

yang dimakan dan diminum, muntah tidak menyemprot


Nyeri perut sejak 2 hari yang lalu, nyeri terutama dirasakan di ulu hati, nyeri hilang

timbul
Batuk pilek tidak ada
Sesak nafas tidak ada
Riwayat perdarahan hidung, gusi, saluran cerna tidak ada
Anak kurang mau makan dan minum sejak sakit
Buang air kecil warna dan jumlah biasa, terakhir 1 jam yang lalu
Buang air besar warna dan konsistensi biasa
Anak sudah dibawa berobat ke puskesmas 2 hari yang lalu, diberi obat penurun panas.
Karena belum ada perbaikan, anak dibawa berobat ke bidan1 hari yang lalu, diberi
obat tablet hijau bulat 2x1, tablet merah muda 3x1/2, tablet bening kenyal 2x1, tablet
kuning 3x2/3 dan kapsul warna putih hijau 3x1. Karena belum ada perbaikan, anak
dibawa ke IGD RS Dr.M.Djamil Padangdan telah dipasang infus asering 3
cc/kgBB/jam

Riwayat penyakit dahulu


Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga
Saudara sepupu pasien menderita demam berdarah 2 minggu yang lalu, dirawat di rumah
sakit swasta selama 1 minggu
Riwayat kehamilan

15

Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak mengkonsumsi
obat-obatan selama hamil, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, tidak ada
kebiasaan merokok dan minum alkohol dan ibu melakukan kontrol ke bidan secara teratur.
Mendapat suntikan imunisasi TT 2 kali, hamil cukup bulan.
Riwayat kelahiran
Anak lahir spontan ditolong oleh bidan. Kehamilan cukup bulan dengan berat badan
lahir 4250 gram, panjang badan lahir 51 cm, saat lahir anak langsung menangis kuat.
Riwayat makan dan minum
ASI

: 0-2 tahun

Susu formula

: 2 tahun 5 tahun

Biskuit susu

: 4-6 bulan

Bubur susu

: 6-7 bulan

Nasi tim saring

: 7-8 bulan

Kesan : kuantitas kurang, kualitas cukup


Makan utama nasi : nasi 3 x/hari
Daging

: 3 kali/minggu

Ikan

: 3 kali /minggu

Telur

: 1 kali/minggu

Sayur mayur : seiap hari


Riwayat imunisasi
Imunisasi dasar lengkap
Riwayat sosial ekonomi
Anak pertama dari 2 bersaudara. Ibu tamatan SMEA dengan pekerjaan sehari-hari
sebagai ibu rumah tangga, Bapak tamatan SMA dengan pekerjaan sebagai.......
16

Riwayat lingkungan dan perumahan


Tinggal di rumah permanen, perkarangan cukup. Sumber air diperoleh dari air galon isi
ulang. Aktivitas mandi, buang air besar dan kecil dilakukan di WC dalam rumah. Sampah
dibuang di tempat sampah.
Kesan : higine dan sanitasi lingkungan cukup.
Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan gigi pertama : umur 6 bulan
Perkembangan psikomotor

Tengkurap

: 4 bulan

Duduk

: 8 bulan

Berdiri

: 10 bulan

Berjalan

: 14 bulan

Bicara

: 18 bulan

Membaca dan menulis

:6 tahun

Perkembangan pubertas

: A1M2P1 (nornal)

Tumbuh kembang dalam batas normal


Pemeriksaan fisik
-

Kesadaran
: sadar
KU
: sedang
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi
: 110 kali / menit
Suhu
: 37,4 0C
Pernapasan : 24 kali / menit
TB
: 146 cm
BB
: 27 kg
Keadaan gizi : kurang
BB/U : 81,8 %
TB/U : 105,7 %
BB/TB : 71,05 %
17

Kulit

: teraba hangat, ptekie spontan pada perut dan lengan kanan


KGB :teraba pembesaran kelenjar getah bening pada regio colli
sinistra,

jumlah 3 buah ukuran 0,5 x 0,5 x 0,5 cm, teraba

kenyal, mobile, warna sama dengan kulit, nyeri tekan tidak ada
Kepala
: bulat, simetris
Rambut
: hitam tidak mudah dicabut
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter
2 mm, reflex cahaya +/+ normal
Telinga: tidak ditemukan kelainan
Hidung
: tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : tonsil T1-T1, tidak hiperemis
Gigi dan mulut: mukosa bibir dan mulut basah
Leher
: tidak ditemukan kelainan
JVP 5-2 cmH2O
Dada
Paru
Inspeksi

: normochest, simetris

Palpasi

: fremitus simetris kiri dan kanan

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: ictus cordis teraba 1 jari medial linea mid clavicula sinistra RIC V

Perkusi

: batas jantung atas: RIC II, kiri : 1 jari medial linea mid clavicula
sinistra RIC V, kanan : linea sternalis dextra

Auskultasi

: irama teratur, bising tidak ada

Perut
Inspeksi

: distensi tidak ada

Palpasi

: supel, hepar teraba 1/4-1/4, kenyal, pinggir tajam, permukaan rata,


lien tidak teraba

Perkusi

: timpani
18

Auskultasi
-

: bising usus (+) normal

Punggung
: tidak ditemukan kelainan
Alat kelamin : tidak ditemukan kelainan, status pubertas A1M2P1
Anus
: tidak dilakukan colok dubur
Anggota gerak : akral hangat, perfusi baik, reflek fisiologis +/+, reflek
patologis -/-

Pemeriksaan laboratorium rutin


Darah :

Urine :

Hb

: 12,8 g/dl

Leukosit

: 2200 / mm3

Hitung jenis

: 0 / 0 / 10 / 38 / 49 /13

Trombosit

: 60.000/mm3

Hematokrit

: 39 vol%

Warna kuning

Sedimen

: leukosit (-)

Protein (-)

epitel gepeng (+)

Reduksi (-)

eritrosit (-)

Bilirubin (-)
Urobilin (+)
Feces :

Makroskopis : warna kuning, konsistensi lunak


Mikorskopis : eritrosit, leukosit, dan telur cacing tidak ada

Diagnosa

DHF grade II

Gizi kurang

Terapi

19

IVFD asering 3 cc/kgBB/jam 20 tetes/menit

ML 1800 kkal

Banyak minum

Paracetamol 300 mg (T38,50C)

Rencana

Hb, Ht /8 jam

Trombosit /24 jam

Kontrol vital sign

Balance cairan

IgG, IgM anti dengue

Follow up
Tanggal 27 Februari 2011
07.00 WIB
S/

Demam ada, tidak tinggi


Muntah tidak ada
Nyeri perut tidak ada
Perdarahan baru tidak ada
Anak kurang mau minum
BAK ada
BAB warna dan konsistensi biasa

O/

KU

: sakit sedang, sadar


20

Tekanan darah: 100/60 mmHg


Nadi

: 95 x/menit

Nafas

: 27 x/menit

Suhu

: 37,8 oC

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikerik

Thorak

: cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen

: distensi tidak ada, bising usus (+) normal, hepar teraba 1/4-1/4,

kenyal, pinggir tajam, permukaan rata


Ekstrimitas

: akral hangat, perfusi baik

K/ hemodinamik stabil
Balance cairan :
Per oral

:1000 cc

IWL

Parenteral

: 500 cc

Urine : 600 cc

1500 cc

760 cc

Balance

: +760 cc

Diuresis

:3,1 cc/kgBB/jam

: 160 cc

A/

28 Februari 2011
08.00 WIB
S/

Demam tidak ada


Perdarahan baru tidak ada
Batuk tidak ada
21

Sesak nafas tidak ada


Muntah tidak ada
Anak mau minum sedikit
BAK ada
O/

KU

: sakit sedang, sadar

Tekanan darah : 100/60 mmHg


Nadi

: 98 x/menit

Nafas

: 27 x/menit

Suhu

: 37,4 oC

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikerik

Thorak

: cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen

: distensi tidak ada, bising usus (+) normal, hepar teraba 1/4-1/4,

kenyal, pinggir tajam, permukaan rata


Ekstrimitas

: akral hangat, perfusi baik

K/ hemodinamik stabil

Pukul 12.00 WIB


Hasil laboratorium :
Hb

: 12,7 gr%

Ht

: 39 %

Trombosit

:48.000/mm3

IgG antidengue (+), IgM antidengue (+)


K/ Penurunan trombosit
22

Jam 17.00 WIB


Hasil laboratorium :
Hb

: 12,4 gr%

Ht

: 37%

K/ penurunan hematokrit
Balance cairan :
Per oral

: 4500 cc

IWL

: 540 cc

Parenteral

:-

Urine : 3500 cc

4500 cc

4040 cc

Balance cairan : 460 cc


Diuresis

: 524 cc/kgBB/jam

1 Maret 2011
Pukul 07.00 WIB
S/

Demam tidak ada


Perdarahan baru tidak ada
Batuk tidak ada, sesak nafas tidak ada
Muntah tidak ada
Anak mau minum banyak
BAK ada

O/

KU

: sakit sedang, sadar

Tekanan darah : 100/70 mmHg


23

Nadi

: 98 x/menit

Nafas

: 28 x/menit

Suhu

: 37,1 oC

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikerik

Thorak

: cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen

: distensi tidak ada, bising usus (+) normal, hepar teraba 1/4-1/4,

kenyal, pinggir tajam, permukaan rata


Ekstrimitas

: akral hangat, perfusi baik

K/ hemodinamik stabil
S/

IVFD asering 3 cc/kgBB/jam 20 tetes/menit (makro)


ML 1800 kkal
Banyak minum
Paracetamol 300 mg (bila T38,50C)

R/ Hb, Ht / 8 jam
Trombosit /24 jam
Kontrol vital sign
Balance cairan /24 jam
Stop infus setelah 1 kolf
16.00 WIB
Hasil laboratorium :
Hb

: 11,7 gr%

Ht

: 36%

K/ tidak terjadi perbaikan


24

3 Maret 2011
S/

Demam tidak ada


Perdarahan baru tidak ada
Batuk tidak ada, sesak tidak ada
Muntah tidak ada
Anak mau minum banyak
BAK ada banyak

O/

KU

: sakit sedang, sadar

Tekanan darah : 100/70 mmHg


Nadi

: 98 x/menit

Nafas

: 24 x/menit

Suhu

: 36,8oC

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikerik

Thorak

: cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen

: distensi tidak ada, bising usus (+) normal, hepar teraba 1/4-1/4,

kenyal, pinggir tajam, permukaan rata


Ekstrimitas

: akral hangat, perfusi baik

K/ hemodinamik stabil
Balance cairan :
Per oral

: 1800 cc

IWL

: 540 cc

Parenteral

: 1500 cc

Urine : 1800 cc

3300 cc

3340 cc
25

Balance

: + 960 cc

Diuresis

: 2,7 cc/kgBB/jam

Hasil laboratorium :

S/

Hb

: 11,4 gr%

Ht

: 35%

Banyak minum
ML 1800 kkal

R/

Hb, Ht/12 jam


Trombosit /24 jam
Kontrol vital sign

BAB III
DISKUSI

26

Telah dilaporkan sebuah kasus seorang anak perempuan berumur 10 tahun dengan
diagnosis kerja demam berdarah dengue grade II dan gizi kurang. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan informasi bahwa pasien demam sejak 3 hari yang lalu,
demam tinggi, terus menerus, tidak menggigil, tidak berkeringat. Muntah 3 hari yang lalu,
frekuensi 2 kali, jumlah 3-5 sendok makan/kali, berisi apa yang dimakan dan diminum,
muntah tidak menyemprot.Nyeri perut sejak 2 hari yang lalu, nyeri terutama dirasakan di ulu
hati, nyeri hilang timbul. Batuk pilek tidak ada, sesak nafas tidak ada. Riwayat perdarahan
hidung, gusi, saluran cerna tidak ada. Anak kurang mau makan dan minum sejak sakit. Buang
air kecil warna dan jumlah biasa, terakhir 1 jam yang lalu. Buang air besar warna dan
konsistensi biasa
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 110 kali /
menit, suhu 37,4 0C, pernapasan 24 kali / menit. Kulit teraba hangat, ptekie spontan pada
perut dan lengan kanan. Pada kelenjer getah bening teraba pembesaran kelenjar getah bening
pada regio colli sinistra, jumlah 3 buah ukuran 0,5 x 0,5 x 0,5 cm, teraba kenyal, mobile,
warna sama dengan kulit, nyeri tekan tidak ada.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 12,8 g/dl, leukosit 2200 / mm3, hitung
jenis 0 / 0 / 10 / 38 / 49 /13, trombosit 60.000/mm3, hematokrit 39 vol%, IgG angtidengue
(+) dan IgM antidengue (+).
Penegakan diagnosa gizi kurang didapatkan berdasarkan hasil pengukuran tinggi
badan dan berat badan yaitu TB 146 cm dan BB 27 kg. Didapatkan persentase BB/U 80,9 %,
TB/U 96,5 %, BB/TB 89,4 %, yang menandakan gizi kurang.
Penatalaksanaan pasien ini diberikan IVFD asering 3 cc/kgBB/jam 20 tetes/menit,
ML 1800 kkal, banyak minum dan paracetamol 300 mg (T38,50C)

DAFTAR PUSTAKA
27

28

You might also like