Professional Documents
Culture Documents
KRISTALISASI
Disusun oleh:
Anisa Afriani
Kiki Anggaini
Endah Nopaparadilla
Silvia Dewi
Try Jurais
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas rahmat Allah SWT karena berkat ridho dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya sehingga kami dapat menyusun makalah
Fitokimia mengenai pokok bahasan Kristalisasi. Semoga penulisan makalah ini dapat
memenuhi syarat untuk tugas pada Mata Kuliah Fitokimia.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan
khususnya pada Fitokimia. Makalah ini memuat tentang Kristalisasi yang menjelaskan
tentang Kristalisasi dalam sehari-hari yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber media.
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunannya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, itu semua tidak luput dari kodrat kami sebagai manusia biasa yang tidak luput pula
dari suatu kesalahan dan kekeliruan. Sehingga kritikan dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca merupakan sesuatu yang berharga demi perbaikan ke depannya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2
A.
Pengertian Kristalisasi......................................................................................... 2
B.
Macam-Macam Kristalisasi.................................................................................. 2
1.
Kristalisasi penguapan..................................................................................... 2
2.
Kristalisasi pendinginan................................................................................... 2
3.
4.
4
E. Jenis-Jenis Crystallizer (Kristallisator).......................................................................4
1. Jenis Crystallizer dengan Circulating Magma............................................................4
2. Jenis Crystallizer Tanpa Circulating Magma...........................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................... 16
3.1. Kesimpulan................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kristalisasi
1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam ktistalisasi
1.3.3 Untuk mengetahui proses pembentukan kristal
1.3.4 Untuk mengetahui syarat-syarat kristalisasi
1.3.5 Untuk mengetahui jenis-jenis kristalisator
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kristalisasi
Kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana
terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut(solute) dari cairan larutan
ke fase kristal padat. Pemisahan secara kristalisasi dilakukan untuk memisahkan zat
padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya. Zat padat tersebut dalam
keadaan lewat jenuh akan bentuk kristal. Kristal kristal dapat terbentuk bila uap dari
partikel yang sedang mengalami sublimasi menjadi dingin. Selama proses kristalisasi,
hanya partikel murni yang akan mengkristal.
Pemisahan dengan teknik kristalisasi ini, didasari atas pelepasan pelarut dari zat
terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal
dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat
penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%.
B. Macam-Macam Kristalisasi
Ada empat macam kritalisasi, yaitu :
1. Kristalisasi penguapan
Kristalisasi penguapan dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan
terhadap panas dan titik bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut.
2. Kristalisasi pendinginan.
Kristalisasi pendinginan dilakukan dengan cara mendinginkan larutan. Pada
saat suhu larutan turun, komponen zat yang memiliki titik beku lebih tinggi akan
membeku terlebih dahulu, sementara zat lain masih larut sehingga keduanya dapat
dipisahkan dengan cara penyaringan. Zat lain akan turun bersama pelarut sebagai
filtrat, sedangkan zat padat tetap tinggal di atas saringan sebagai residu.
molekul-molekul
atau
(ion-ion
dari
bahan
yang
akan
di
kristalisasikan) dalam larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi. Proses ini
berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan semakin besar.
b. Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas total
permukaan kristal, semakin banyak bahan yang di tempatkan pada kisi kristal
persatuan waktu.
D. Syarat-Syarat Kristalisasi
1. Larutan harus jenuh
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu tertentu,
sehingga kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut telah seimbang zat
terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut, artinya konsentrasinya
telah maksimal jika larutan jenuh suatu zat padat didinginkan perlahan-lahan, sebagian
zat terlarut akan mengkristal, dalam arti diperoleh larutan super jenuh atau lewat jenuh.
2. Larutan harus homogen
Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan dalam
waktu lama.
3. Adanya perubahan suhu
Penurunan suhu secara drastis atau kenaikan suhu secara dratis tergantung dari
bentuk kristal yang didinginkan.
Pada gambar diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan induk terlebih dahulu
dilewatkan melalui sebuah Heat Exchangers untuk dipanaskan. Heat exchangers
tersebut berada didalam evaporator. Didalam evaporator terjadi flash evaporation
yaitu: terjadi pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi peningkatan
kosentrasi zat terlarut. Dimana pada saat itu juga, keadaan zat terlarut sudah lewat
jenuh atau supersaturasi. Larutan yang sudah berada pada keadaan lewat jenuh
tersebut dialirkan menuju badan crystallizer untuk diperoleh padatan berupa kristal.
Dimana pada badan crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi yaitu nukleasi dan
pertumbuhan kristal.
Produk kristal dapat diambil sebagai hasil pada bagian bawah crystallizer,
namun tidak semua proses berjalan sempurna atau dengan kata lain tidak semua
cairan induk berubah menjadi padatan kristal. Karena itu ada proses pengembalian
kembali hasil pipa sirkulasi (circulating pipe) atau proses recycle hasil kristaliasi.
Terlihat bahwa umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih belum
padatan, dialirkan dengan paksa atau forced circulation, serta adanya Heat
Exchangers dapat membuat kenaikan titik didih yang sempurna. Kenaikan titik didih
pada Heat Exchangers pada Evaporator untuk dapat membuat larutan menjadi lewat
jenuh berkisar antara 3 100F untuk sekali lewat.
Bila kenaikan titid didih yang diharapkan untuk mendapatkan kristal yang baik
tidak sesuai, maka dapat digunakan beberapa evaporator untuk menaikan titik didih,
dimana kosentrasi zat terlarut akan meningkat juga. Karena mengalir secara paksa
menggunakan pompa, maka kecepatan aliran cukup tinggi, sehingga akan
mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada crystallizer tidak tetap atau naik
turun. Umumnya crystallizer jenis ini dibangun dengan diameter 2 feet atau pada
skala industri sekitar 4 feet atau lebih.
2. Draft Tube Baffle (DTB) Cyrstallizer
Draft tube baffle (DTB) crystallizers atau plat buang/tabung isap kristalisasi
merupakan salah satu dari beberapa jenis alat kristalisator yang didasarkan pada
pemisahan debu/uap dari bahan melalui fase lewat - jenuh yang ditingkatkan
sehingga diperoleh kristal kristal yang besar. Alat ini dilengkapi dengan tabung
junjut fungsi sekat untuk mengendalikan sirkulasi magma dan dilengkapi pula oleh
alat penggerak (argitator). Gambar dari alat ini :
Proses kerja Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizers dapat dibedakan menjadi
dua bagian. Bagian pertama adalah proses kristalisasi dan bagian kedua adalah
proses klarifikasi. Pada bagian kristalisasi, bahan sample dan cairan induk (mother
liquid) dimasukkan kedalam tangki DTB Crystallizers melalui sebuah pipa
Superheated Solution From Hearter and Recirculation Pump, komponen ini akan
mendorong bahan naik ke atas dalam Draft Tube (suatu tabung isap). Didalam
tabung isap bahan akan tercampur dan mengalami sirkulasi dengan bantuan Agitator
(pemutar/pengaduk) yang berada di dalam tangki bagian bawah, Kedua bahan ini
10
akan membentuk magma melalui fase lewat-jenuh yang ditingkatkan. Magma yang
terbentuk akan mengalami perubahan density sehingga uap yang terkandung di
dalamnya akan terlepas kepermukaan magma menuju ke Vapors Separation
(pemisahan uap). Magma yang mengalami perubahan density akan mengalami
proses nukleasi (pembentukan inti kristal), kristal yang terbentuk akibat proses
nukleasi akan mengendap ke dasar larutan dan sebagian akan naik ke permukaan.
Kristal yang mengendap akan mengalami pemisahan antara kristal halus dan kristal
kasar pada settling zone (zona penyelesaian), dimana sebagian Kristal akan
dikeluarkan dari dasar tangki dan selebihnya dijadikan umpan bersama cairan induk
untuk melakukan proses sirkulasi guna melarutkan partikel-partikel halus yang
masih mengendap. Pada bagian klarifikasi akan terjadi pemisahan pada bentuk
kristal, Kristal yang sesuai dengan keinginan akan diambil dan kristal yang belum
sesuai (ukurannya besar/kasar) akan dikembalikan ke zona kristalisasi untuk proses
lebih lanjut.
Dengan menggunakan alat Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizers dapat
diperoleh produk:
11
Heat
Exchangers untuk
didinginkan.
Perbedaan
dengan
jenis crystallizer lainnya ialah karena pada saat dibadan crystallizer terbentuk
campuran kristal dan cairan induk, maka akan terjadi tumbukan antara cairan
dengan kristal sehingga suhu campuran akan meningkat, untuk mendinginkannya
diperlukan medium pendingin. Crystallizer ini mneggunakan prinsip pendinginan,
karena kristalisasi dapat terjadi melalui pembekuan (solidification).
12
Bila kristal sudah terbentuk pada cairan induk yang sudah lewat jenuh,
maka kristal akan turun karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis.
Kristal dariCrystallizer jenis ini berukuran besar antara 30 100 mesh.
4. OSLO Evaporative Crystallizer
Crystallizer ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan suspensi yang
mulai terbentuk padachamber of suspension. Dimana terdapat HE eksternal yang
bertujuan untuk membuat keadaan lewat jenuh pada suhu supersaturasinya.
13
kristal.
Setelah
dipanaskan
larutan
akan
dialirkan
ke
badan
14
Prinsip kerjanya ialah plug flow, dimana cairan induk masuk dari bagian
atas samping kanan, lama kelamaan akan membentuk kristal didalam pipa tersebut
dan kristal akan mengendap dibawah dan menempel didinding pipa, yang nantinya
15
Jenis crystallizer ini termasuk jenis yang batch, artinya tidak ada aliran
yang keluar setiap waktunya. Tangki crystallizer diisi, lalu diambil hasilnya pada
waktu tertentu. Jenis ini dapat digunakan untuk proses yang continous dengan
dilengkapi pengaduk. Umumnya jenis ini memiliki tutup yang berbentuk
torispherical, dimana umpan atau cairan induk masuk dari atas dan masuk kedalam
tangki untuk didinginkan. Medium pendingin digunakan koil yang berada didalam
tangki crystallizer tersebut, sehingga efisiensi perpindahan panas cukup tinggi.
Karena kontak antar cairan dengan medium pendingin cukup luas.
Disamping itu, bila digunakan pengaduk pembentuk kristal terutama pada
secondary nucleation akan lebih besar bila dibandingkan dengan tanpa pengaduk.
3. Direct Contact Refrigeration Crystallizer
Umunya bila kita ingin menciptakan permukaan yang dingin atau cukup
dingin pada sebuah HE agak sulit karena perbedaan temperaturnya harus sangat
16
Prinsip kerja dari crystallizer jenis ini ialah dengan adanya pendinginan
dari refrigerant yang digunakan. Dimana umpan berupa cairan induk dimasukkan
kebadan crystallizer dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu yang refrigerant
(suhu cair refrigerant minus). Karena titik didih dari refrigerant sangat kecil atau
jauh dibawah suhu cairan induk, maka ada perpindahan panas dari cairan induk
menuju refrigerant, dimana akan mengakibatkan suhu refrigerant akan naik dan
menguap untuk mendinginkan cairan induk, sampai cairan induk berada pada
keadaan lewat jenuhnya.
Penggunaan refrigerant ini medium pendingin sangatlah efektif, karena
apabila digunakan HE dengan media refrigerant sebagai pendingin, perbedaan
suhu yang dihasilkan akan sangat kecil. Contoh dari jenis crystallizer ini pada
proses pembuatan kristal Calcium Chloride dengan refrigerant freon atau propane
dan pembuatan kristal p-xylene dengan refrigerant propane.
17
4. Twinned Crystallizer
Jenis crystallizer ini sebenarnya berbentuk tangki yang didalamnya terdapat
dua pengaduk yang dipisahkan oleh sekat atau baffle. Pada tiap pengaduk terdapat
medium pemanas dimana yang salah satunya berkerja pada suhu saturasi,
sedangkan satunya bekerja pada suhu supersaturasi atau lewat jenuh. Namun bila
suhu operasi pada crystallizer ini sama pada kedua medium pemanas, umumnya
akan didapatkan keseragaan ukuran. Tetapi waktu yang diperlukan akan lebih lama,
walaupun terdapat dua pengaduk dalam satu tangki tersebut.
18
Prinsip kerjanya hampir sama dengan crystallizer yang lain, yaitu umpan
masuk dengan pompa, lalu melewati sebuah evaporator yang didalamnya terdapat
HE. Pada saat cairan induk berada pada keadaan supersaturasi atau lewat jenuh,
maka akan terbentuk kristal-kristal halus, kristal tersebut ditampung pada salt box,
cairan induk yang belum lewat jenuh dikeluarkan, sedangkan yang berupa kristal
dikelurkan produk. Contohnya pada pembuatan kristal NaCl (garam), Na 2SO4,
Citric Acid.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(Internet)
tersedia
dalam
http://z
efdes.blogspot.com/2014/03/makalah-
(Internet)
tersedia
dalam
https://www.academia.edu/9759757/Tugas_PIP_-