You are on page 1of 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan dan pengobatan penyakit, serta pemulihan kesehatan, sebagai
komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Hasil pemeriksaan laboratorim
digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan dan pemantauan
hasil pengobatan, serta penentuan prognosis. Oleh karena itu hasil pemeriksaan
laboratorium harus selalu terjamin mutunya. (Depkes RI, 1994).
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk uji saring,
diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilan. Pemeriksaan
laboratorium meliputi beberapa bidang kesehatan, yaitu Patologi Klinik
(Hematologi, Kimia Klinik, Parasitologi, serta Imunoserologi) dan Mikrobiologi
(Bakteriologi, dan Mikologi). Pada pemeriksaan hematologi merupakan
pemeriksaan rutin digunakan untuk pemeriksaan screening awal maupun
pemeriksaan lanjutan. Beberapa parameter dalam pemeriksaan Hematologi adalah
darah rutin, diffcount, hitung jumlah sel (eritrosit, leukosit, trombosit dan
retikulosit), PPT, APPT, Rekalsifikasi dan OFT. Parameter darah rutin dan hitung
jumlah sel, sering dilakukan untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit (Depkes
RI, 1994).

Retikulosit adalah Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda yang tidak
berinti dan berasal dari proses pematangan normoblas di sumsum tulang. Sel ini
mempunyai jaringan organela basofilik yang terdiri dari RNA dan protoforpirin.
Jumlah ini penting karena dapat digunakan sebagai indikator produktivitas dan
aktivitas eritropoiesis di sumsum tulang dan membantu untuk menentukan
klasifikasi

anemia

sebagai

hiperproliferatif,

normoproliferatif,

atau

hipoproliferatif (Ketut Suega Vol 11, 2011).


Pemeriksaan retikulosit dapat menggunakan

dua cara yaitu dengan

sediaan metode basah dan sediaan metode kering, untuk sediaan dengan metode
basah tepat dipakai dalam laboratorium rutin karena memiliki keuntungan, yaitu
tidak memerlukan waktu yang terlalu lama, di inkubasi, mudah dalam pembuatan
sediaan, selain menggunakan BCB 1% dalam methanol, dapat juga menggunakan
BCB 1% dalam NaCl. Sedang kerugiannya, yaitu pada saat pembacaan dan
penghitungan jumlah retikulosit, komponen dan jenis sel-sel darah masih dapat
bergerak, sehingga menyebabkan sel-sel tersebut saling bertumpukan.
Sediaan metode kering memiliki keuntungan, yaitu pada proses
pembacaan dan penghitungan yang mudah, eritrosit menyebar dan kerugian pada
pemeriksaan retikulosit dengan metode kering terletak pada waktu yang
memerlukan inkubasi 15-30 menit, sehingga menyebabkan proses pemeriksaan
lebih lama (Subowo, 2002).

A. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan,
yaitu :
Apakah ada perbedaan hasil hitung retikulosit antara metode basah dan
metode kering?
A. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian ini

bertujuan :
a.

Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan hasil hitung retikulosit dengan menggunakan

metode basah dan metode kering.


b.

Tujuan Khusus

1) Menghitung retikulosit dengan metode basah.


2) Menghitung retikulosit dengan metode kering.
3) Menganalisa perbandingan jumlah retikulosit dengan metode basah dan
metode kering.

2.

Manfaat Penelitian

a.

Bagi Akademi
Menambah perbendaharaan Karya Tulis Ilmiah dan memberikan informasi

serta masukan bagi pembaca di perpustakaan Universitas Muhammadiyah


Semarang.
b.

Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang darah dan khususnya tentang

retikulosit secara umum baik definisi, cara pemeriksaan dan metode sediaan
terhadap hasil pemeriksaan retikulosit.
c.

Bagi Tenaga Laboratorium


Memberikan informasi tentang perbandingan hasil pemeriksaan retikulosit

antara metode basah dan metode kering.

You might also like