Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor penyebab
timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal
dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang
menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma
lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan
eksudat.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),
strepokokus (22%), stafilokokus.aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis
eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat
menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang
telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi
bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus
dan proteus, atau jamur.
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai,
disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai
tanggal Januari 2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik
Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis
eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa dan 585 kasus (5,44 %) otitis
eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang
panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Antrum Timpany
c.
Labirintus Osseus
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang
telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut.
Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga
bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Telinga adalah organ sensoris yang berfungsi dalam hal
pendengaran dan keseimbangan. Telinga luar berfungsi untuk mengumpulkan
dan melokalisasi suara. Telinga luar terdiri dari pinna dan kanalis eksterna.
Pinna terbentuk dari kartilago elastis yang dibalut dengan kulit. Kulit ini
melekat baik dengan perikondrium yang ada pada permukaan luar dari pinna.
Kadang terdapat hematom yang dapat melepaskan ikatan ini dan akan
menyebabkan devaskularisasi dari kartilago itu sendiri. Kekurangan kartilago
pada kanalis eksterna dapat membantu penyebaran infeksi dan malignansi
dari parotis dan basis kranii
Anatomi-Fisiologi Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang
telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari
tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 3 cm.
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kalenjar
serumen (modifikasi kalenjar keringat = kalenjar serumen) dan rambut.
Kalenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga
bagian dalam hanya sedikit dijumpai serumen.
Telinga luar termasuk aurikula atau pinna dan liang telinga. Telinga luar
berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke
struktur-struktur telinga tengah. Karena keunikan anatomi aurikula serta
konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti spiral maka telinga
luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan
efek termal.
Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm, membentang dari bibir depan konka
hingga membrana timpani. Bagian tersempit dari liang telinga adalah dekat
perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau
bagian kartilaginosa dari liang telinga yang dapat bergerak. Jika
menggunakan otoskop, aurikula biasanya harus ditarik ke posterolateral
untuk dapat melihat bagian tulang dan membran timpani. Bersama dengan
lapisan luar membran timpani, liang telinga membentuk suatu kantung
berlapis epitel yang dapat merangkap kelembaban sehingga daerah ini
menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu.
Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian
tulang, selain itu juga mangandung folikel rambut yang banyaknya
bervariasi antar individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar
dalam liang telinga. Anatomi liang telinga bagian tulang sangat unik
karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung
terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian
daerah ini sangat peka dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena
tidak terdapat ruang untuk ekspansi.
Fisiologi Telinga
1.
Fungsi Akustik
Telinga luar berperan sebagai suatu antena akustik. Pinna (bersama dengan
kepala) memfokuskan gelombang suara, konka dan kanalis eksterna sebagai
resonator. Baik level tekanan suara maupun fase dari gelombang akustik
berganti saat menjalar dari sebuah ruang menuju gendang telinga melewati
telinga luar. Perubahan ini bervariasi dalam hal frekuensi suara maupun setiap
arah dari gelombang suara yang datang tersebut.
Telinga luar berfungsi sebagai amplifier langsung dari suara. Dinyatakan
bahwa struktur yang kompleks dari pinna dan kanalis eksterna merupakan
komponen signifikan bagi seseorang untuk dapat mengenali dan melokalisasi
sumber suara pada suatu ruangan
2.
Fungsi Non-akustik
Fungsi proteksi dari telinga luar ini sangat tergantung dari struktur
anatomisnya. Kedalaman dari kanalis akustikus eksterna serta bentuk dan
dindingnya memberikan proteksi dari membrana timpani serta telinga tengah
di belakangnya dari trauma secara langsung. Kanalisnya sendiri memiliki
fungsi self-cleaning yang akan selalu melindungi jalan suara bersih dari
debris.
Otitis Eksterna
A. Definisi
Otitis Eksterna adalah radang liang telinga akut meupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri. Di klinik, seringkali sukar dibedakan peradangan
yang disebabkan oleh penyebab lain, seperti jamur, alergi (eksim) atau
virus, sebab seringkali timbul secara bersama-sama.
Factor-faktor yang mempengaruhi otitis eksterna :
B. Epidemiologi
Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4 dari
1000 orang, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda.Terdiri dari
inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat
pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam
liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara
terjadinya otitis eksterna (swimmers ear). Bentuk yang paling umum adalah
bentuk boil (Furunkulosis) salah satu dari satu kelenjar sebasea 1/3 liang
telinga luar. Pada otitis eksterna difusa disini proses patologis membatasi kulit
sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga
penyebabnya idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan
lingkungan. Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes
telinga. Alergen yang paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin,
framycetyn, gentamicin, polimixin, anti bakteri dan anti histamin. Sensitifitas
poten lainnya adalah metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada
kertas dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk mengorek telinga.
Infeksi merupakan penyakit yang paling umum dari liang telinga luar seperti
otitis eksterna difusa akut pada lingkungan yang lembab.
C. Etiologi
Pada umumnya penyebab dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri seperti
Staphyilococcus aureus, Staphylococcus albus, E. colli. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh penyebaran yang luas dari proses dermatologis yang
non-infeksius
Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4 dari 1000
orang, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda.Terdiri dari
inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat
pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing
dalam liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah
D. Klasifikasi
Otitis Eksterna Akut
Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna
sirkumskripta dan otitis eksterna difus.
1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul). Oleh karena kulit di
sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit seperti folikel
rambut, kalenjar sebasea dan kalenjar serumen maka di tempat itu dapat
terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman
penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal
ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan
longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan
perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka
mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan
pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga. Terapinya
tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi
secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika
dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitrasin atau antiseptic
(asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%). Kalau dinding furunkel tebal,
dilakukan incise kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanahnya.
Biasanya tidak perlu diberikan obat simtomatik seperti analgetik dan obat
penenang.
2. Otitis Eksterna Difus Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga
dalam. Tampak kulit liang telinga dalam. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema dengan tidak jelas batasnya serta terdapat furunkel.
Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif
kronis. Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta. Kadangkadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir
(musin) seperti sekret yang ke luar dari cavum timpani pada otitis media.
Pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon tampon yang
mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik
antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan
antibiotika sistemik.
3. Otomitosis infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban
yang tinggi di daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus.
Kadang-kadang ditemukan juga kandida albicans atau jamur lain.
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga tetapi
sering pula tanpa keluhan (Sosialisman dan Helmi, 2001). Pengobatannya
ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam
alcohol yang diteteskan ke liang telinga. Kadang-kadang diperlukan obat
antijamur sebagai salep yang diberikan secara topical.
4. Infeksi Kronis Liang Telinga Infeksi bakteri maupun jamur yang tidak
diobati dengan baik, trauma berulang, adanya benda asing, penggunaan
cetakan (mould) pada alat Bantu dengar (hearing aid) dapat menyebabkan
radang kronis. Akibatnya terjadi penyempitan liang telinga oleh
pembentukan jaringan parut atau sikatriks. Pengobatannya memerlukan
operasi rekonstruksi liang telinga.
5. Keratosis Obliteran dan Kolesteatoma Externa Keratosis obliterans adalah
kelainan yang jarang terjadi. Biasanya secara kebetulan ditemukan pada
pasien dengan rasa penuh di telinga. Penyakit ini ditandai dengan
penumpukan deskuamasi epidermis di liang telinga sehingga membentuk
gumpalan dan menimbulkan rasa penuh serta kurang dengar. Bila tidak
ditanggulangi dengan baik akan terjadi erosi kulit dan bagian tulang liang
telinga yang sering disebut sebagai kolesteatoma yang disertai dengan rasa
nyeri yang hebat akibat peradangan setempat. Etiologinya belum
diketahui, sering terjadi pada pasien dengan kelainan paru kronik seperti
bronkiektasis juga pada pasien sinusitis. Pemberian obat tetes telinga
campuran alkohol atau gliserin dalam peroksida 3% selama 3 kali
seminggu merupakan pengobatan dari penyakit ini. Pada pasien yang telah
mengalami erosi dilakukan tindakan bedah .
6. Otitis Externa Maligna Otitis eksterna maligna merupakan tipe dari infeksi
akut yang difus yang biasanya terjadi pada penderita penyakit diabetes
mellitus. Radang dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan
organ sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis,
oeteitis, dan osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran tulang
temporal. Gejalanya rasa gatal yang diikuti nyeri yang hebat dan sekret
yang banyak serta pembengkakkan liang telinga. Saraf fasial dapat terkena
sehingga dapat menimbulkan paresis atau paralysis facial. Pengobatan
tidak boleh ditunda-tunda yaitu dengan pemberian antibiotic dosis tinggi
yang dikombinasi dengan amino glikosid. Disamping obat-obatan, juga
diperlukan tindakan debrideman.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada sinusitis biasanya sangat bervariasi. Sinusitis
maksilaris akut biasanya menyusul suatu infeksi saluran nafas atas yang
ringan. Alergi hidung kronik, benda asing, dan deviasi septum merupakan
predisposisinya. Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam,
malaise, nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian
analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi
terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau
turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan
menusuk, serta nyeri pada perkusi dan palpasi. Sekret mukopurulen dapat
keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif nonproduktif
10
G. Diagnosa Banding
Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna antara lain
meliputi :
- Otitis eksterna nekrotik
- Otitis eksterna bullosa
- Otitis eksterna granulosa
- Perikondritis yang berulang
- Kondritis
- Furunkulosis dan karbunkulosis
- dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroika.
Karsinoma liang telinga luar yang mungkin tampak seperti infeksi stadium dini
diragukan dengan proses infeksi, sering diobati kurang sempurna. Tumor ganas
yang paling sering adalah squamous sel karsinoma, walaupun tumor primer
seperti seruminoma, kista adenoid, metastase karsinoma mamma, karsinoma
prostat, small (oat) cell dan karsinoma sel renal. Adanya rasa sakit pada
daerah mastoid terutama dari tumor ganas dan dapat disingkirkan dengan
melakukan pemeriksaan biopsi.
H. Pemeriksaan Penunjang
1.Tes laboratorium, pemeriksaan kultur dan sensitifitas antibiotik.
2.Tes audiometrik, memperlihatkan dan mendokumentasikan jumlah
kehilangan pendengaran dan gangguan pada telinga luar.
3. CT-Scan tulang tengkorak. Dengan kriteria hasil : mastoid terlihat kabur
dan ada kerusakan tulang.
I. Penatalaksanaan
1.
2. Antiseptik (asam asestat 2-5% dalam alkohol 2%) atau tampon iktiol
dalm liang telinga selama 2 hari.
3. Bila furunkel menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan
nanahnya.
13
terapi anti alergi serta ivermectin untuk parasit telinga eksternal (infestasi
Otodectes).
bila
kasus
tumor
atau
polip,
diperlukan
tindakan
14
Tampon setiap 2-3 jam sekali ditetesi dengan larutan Burowi agar tetap
basah. Tampon diganti setiap hari. Larutan Burowi dapat diganti
BAB III
LAPORAN KASUS
1.1 Identifikasi
Nama
: Dia Kurnia
Umur
: 10 tahun
Jenis Kelamin
: laki-laki
No. RekMed
: 27.47.76
Pekerjaan
: Siswa SD
Suku/Bangsa
: Indonesia
Alamat
takat.
Tanggal Kontrol Poli : 08 November 2014
1.2.
Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
15
lebih dua minggu yang lalu. Nyeri kemudian menjalar ke muka dan
leher sebelah kiri.
Beberapa hari kemudian telinga os sebelah kiri menjadi
memerah dan bengkak. Seminggu kemudian keluar air-air di telinga
kiri os berwarna kuning dan agak berbau. Os tidak ada riwayat batuk
pilek.
Satu bulan yang lalu os mengaku tekinganya sering gatal
setelah selesai berenang sekitar satu bulan yang lalu, sehingga os
sering menggorek-ngorek telinganya dengan cotton bud. Os
mengaku sempat demam lalu os berobat. ke dokter keluarga di dekat
rumahnya, os diberi obat namun ibu os lupa nama obat tersebut.
Rasa nyeri sedikit berkurang namun, nyeri berulang setelah obat
habis. Keluhan keluar air-air masih dirasakan serta os mengalami
penurunan pendengaran.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os baru pertama kali mengeluh keluhan seperti ini.Alergi obat-obatan (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama
Riwayat Pengobatan :
Os sudah berobat ke dokter umum, diberi obat makan berwarna
putih
yang
sehari.
1.3.
Pemeriksaan Fisik
Status present
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
16
Status lokalis
Telinga
Kanan
Kiri
Normal
Hiperemis
Serumen
Otalgia
Otorrhe
Edema
Hiperemis
Sekret
Membran timpani
Kanan
Kiri
Refleks cahaya
Retraksi
Bulging
Perforasi
Luar
Kanan
Kiri
Bentuk
Normal
Normal
Inflamasi
Nyeri tekan
Deformitas
Cavum nasi
Kanan
Kiri
Bentuk
Normal
Normal
Mukosa
Normal
Normal
Auricula
Nyeri
tekan
tragus
Hidung
17
Sekret
Kiri
Edema
Mukosa hiperemis
Septum nasi
Kanan
Kiri
Deviasi
Benda asing
Perdarahan
1.4.
Bibir
Mulut
Gigi
Lidah
Uvula
Palatum mole
Faring
: Hiperemis (-)
Tonsila
Kanan
Kiri
palatina
besar
warna
Kripta
T1
normal
-
T1
normal
-
melebar
detritus
1.5.
Diagnosis Banding
18
Diagnosis Kerja
Otitis eksterna
1.7.
Tatalaksana
1. Kausatif : - Antibiotik sistemik Amoksisilin 3x500 mg,
Antibiotik local
1.9 Prognosis
Quo ad vitam: Bonam
Quo ad functionam: Dubia e bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
19
yang
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Adams G., Boies L., Higler P. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke enam.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 1997.
2. Soepardi E., Iskandar N. Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi
ke lima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2004.
3. Mansjoer, Arif dkk.. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid
Pertama. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
4. Widodo Ario Kentjono. Rinosinusitis. Bagian / SMF llmu Kesehatan THT
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSU Dr. Soetomo Surabaya.
2004
5. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 11. Jakarta,
EGC
6. Wayne, dkk. 2005. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Ed VI. Jakarta;
Erlangga
7. Suardana, W. dkk. 1992. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit
Telinga, Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga
Hidung dan Tenggorok FK Unud. Denpasar.
8. Sosialisman & Helmi. 2001. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Lampiran
21