You are on page 1of 37

.

Latar Belakang
Selama mempelajari mikroba, kita tahu satu hal bahwa ukuran
mikroorganisme atau
informasi

yang

mikroba sangat kecil,

dapat

diperoleh

tentang

oleh

karena

sifat-sifatnya

itu
dari

pemeriksaan terhadap individu itu terbatas. Pengamatan sifatsifat

seperti

bentuk,

susunan,

permukaan,

pengkilatan

dan

sebagainya dapat dilakukan dengan pandangan biasa tanpa


menggunakkan

mikroskop,

pengamatan

ini

disebut

pengamatan makroskopi.Supaya sifat-sifat tersebut tampak jelas,


bakteri perlu dibiakkan pada medium padat yaitu dengan cara
isolasi bakteri. Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang
terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium
buatan.
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis
mikroba

dengan

mikroba

campuran bermacam-macam

lainnya

yang

mikroba. Cara

berasal
isolasi

dari
bakteri

dilakukan dengan metode tuang (pour plate), metode goresan


(streak plate), metode miring (slant culture), dan metode tegak
(stab culture).

Praktikum

kali

ini

kami

semua

menggunakan

medium NA (Nutrien Agar). Dimana medium ini


berfungsi

sebagai

tempat

mikroba

tumbuh. Mikroorganisme yang dibiakkan

itu
di

laboratorium pada medium yang terdiri dari bahan


nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai
bergantung kepada banyak faktor seperti seperti
apa jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan.
Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat
tetap dipertahankan harus mengandung semua zat
makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut.

Faktor lain seperti PH, suhu, dan pendinginan harus


dikendalikan dengan baik.
B. Tujuan
Mempelajari dan mempraktekkan beberapa tahapan dalam isolasi
bakteri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di
alam danmenumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip
dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam
mikroba. Hal ini dapat dilakukan denganmenumbuhkannya dalam
media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel
yang tetap pada tempatnya. Isolasi bakteri atau biakan yang
terdiri

dari

satu

sebagai biakan
lebih

dari

mikroorganisme

murni ataubiakan

satu

sebagai biakan

jenis

macam

campuran,

aksenik. Biakan

mikroorganisme
jika

(bakteri)

hanya

yang

(bakteri)

terdiri

dikenal

dari

berisi
dikenal

dua

jenis

mikroorganisme, yang dengan sengaja dipelihara satu sama lain


dalam asosiasi, dikenal sebagai biakan dua-jenis
Persyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage adalah
harus adanya kondisi optimum untuk pertumbuhan organisme
inangnya. Sumber bakteriofage yang paling baik dan paling
utama adalah habitat inang. Sebagai contoh fage koli yang di
jumpai di dalam pencernaan dapat diisolasi dari limbah atau
pupuk kandang. Hal ini dilakukan dengan sentifugasi atau filtrasi
bahan sumbrnya dan penambahan kloroform untuk membunuh
sel-sel bakterinya (Adams, 2000).
Ada beberapa cara yang digunakan untuk bakteri, fungi, dan
khamir dengan metode garis, metode tuang, metode sebar,
metode penuangan, serta micromanipulator. Dua diantaranya
yang paling sering banyak digunakan adalah teknik cawan tuang
dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang
sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehingga
individu species dapat dipisahkan (plezar, 2006)

Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada


medium yang terdiri dari bahan nutrient. Biasanya
pemilihan medium yang dipakai bergantung kepada
banyak

faktor

seperti

mikroorganisme

seperti

yang

apa

akan

jenis

ditumbuhkan.

Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat


tetap dipertahankan harus mengandung semua zat
makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut.
Faktor lain seperti PH, suhu, dan pendinginan harus
dikendalikan dengan baik (Buckle, 2007)
Selain
memiliki

untuk
fungsi

mengisolasi,

tujuan
lain,

seleksi,

diatas
seperti

evaluasi

medium
tempat

dan

juga
untuk

diferensiasi

biakan yang didapatkan. Agar tiap-tiap medium


memilki karakteristik yang sesuai dengan tujuan
sehingga seringkali digunakan beberapa jenis zat
tertentu

yang

pertumbuhan

mempunyai
dan

pengaruh

terhadap

perkembangbiakan

mikroba

(Suriawiria, 2005). Beberapa indikasi pembiakan


pada laboratorium mikrobiologi meliputi:
1. Pengasingan (isolasi) mikroba pada biakan bakteri
2. Menunjukan sifat khas mikroba.
3. Untuk menentukan jenis mikroba yang diisolasi
dengan cara-cara tertentu.
4. Untuk mendapatkan bahan biakan yang cukup
untuk

membuat antigen dan

percobaan

serologi

lainnya.
5. Menentukan kepekaan kuman terhadap antibiotik.
6. Menghitung jumlah kuman
7. Mempertahankan biakan mikroba.

Mikroorganisme tidak memerlukan banyak ruangan untuk


perkembangannya,

sebab

itu

media

buatan (agar)

dapat

dimasukkan ke dalam sebuah tabung percobaan labu atau cawan


Petri. Pada permulaannya tabung atau cawan Petri harus dalam
keadaan steril (bebas dari setiap mikroorganisme hidup) lalu
setelah itu dimasukkan mikrobia yang diinginkan, tabung atau
cawan harus dilindungi terhadap kontaminasi dari luar. Sumber
utama

pencemaran

dari

luar

adalah

udara,

yang

banyak

mengandung mikroorganisme yang berterbangan. Bentuk cawan


petri, dengan tutup yang saling menyelubungi, dirancang untuk
mencegah pencemaran udara. Pencemaran tabung atau labu
dihindari dengan cara menyumbat mulutnya dengan penutup
yang cocok, biasanya dengan kapas.
Permukaan luar cawan biakan yang menjadi sasaran
pencemaran, dan bagian dalam labu atau tabung akan tercemar
bila

dibuka

untuk

memasukkan

atau

mengeluarkan

bahan.

Bahaya ini dapat dihindari dengan cara membakar bibir atau


pinggiran cawan, tabung atau labu dalam api, segera setelah
penutup dibuka dan dibakar sekali lagi pada waktu akan ditutup.

Ada empat cara isolasi bakteri yaitu :

a.

Pour plate atau shake culture

Beberapa ml suspensi bakteri dicampur dengan mediaum yang


masih cair (belum membeku) dengan demikian akan
diperoleh piaraan adukan. Digunakan untuk mengencerkan atau
mengisolasi yang terdapat pada contoh. Setelah inkubasi pada
suhu dan waktu tertentu, koloni akan tumbuh pada permukaan
dan bagian bawah agar.

b.

Streak Plate atau culture

Ujung kawat imokulasi yang membawa bakteri digesekkan atau


digoreskan dengan bentuk zig-zag pada permukaan agar-agar
dalam cawan Petri sampai meliputi seluruh permukaan. Untuk
memperoleh

hasil

yang

baik

diperlukan

keterampilan,

yang

biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang


dilakukan

dengan

terisolasinya
kesalahan

baik

kebanyakan

mikroorganisme
yang

umum

yang

akan

menyebabkan

diinginkan.

sekali

dilakukan

Dua

macam

adalah

tidak

memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik- baiknya untuk


digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang
lanjut

dan

banyak

cenderung

sehingga

untuk menggunakan inokulum terlalu

menyulitkan

pemisahan

sel

sel

yang

digesekkan

pada

digores.

c.

Slant culture

Ujung

kawat

permukaan
dilakukan

yang

membawakan

agar-agar
dengan

miring

cara

bakteri

dalam

menggoreskan

tabung
secaa

reaksi. Dapat
zig-zag

pada

permukaan agar miring menggunakan jarum ose yang bagian


atasnya dilengkungkan. Cara ini juga dilakukan pada agar tegak
untuk

meminimalisir

pertumbuhan

mikroba

dalam

keadaan

kekurangan oksigen. (Rusdimin, 2003)

d.

Stab culture

Ujung kawat yang membawakan bakteri ditusukkan pada media


padat (agar-agar) dalam tabung reaksi, berbeda dengan slant
culture

permukaan

agar-agar

ini

tidak

miring.

Media

agar

setengah padat dalam tabung reaksi, digunakan untuk menguji


gerak bakteri secara makroskopis

Karakteristik koloni bakteri hasil inokulasi merupakan salah


satu bagian dalam identifikasi bakteri. Beberapa bentuk koloni

spesifik

koloni

bakteri

pada

media

agar

datar

yaitu

(Sutedjo dalam Sari, 2009) :


1.

Ukuran
Titik
Kecil
Sedang
Besar

2.

Warna koloni
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan tidak kontras
dengan air, di mana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Oleh
karena itu pengamatan tanpa pewarnaan menjadi lebih sukar dan
tidak dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian sel dengan
teliti

3.

Bentuk koloni
Bundar
Tidak beraturan
Rhizoid (tersebar seperti akar)

4.

Bentuk bagian tepi koloni (margin )


Rata (entire)
Tidak rata, bergelombang secara beraturan (lobate )
Bergelombang (undulate )
Bergerigi (serrate )
Seperti filamen (filamentous)

Pembahasan
Dalam praktikum isolasi bakteri, memerlukan lingkungan
dan medium yang berisi zat hara untuk pertumbuhan sel, sintesis

sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan yang


sesuai dengan mikroorganisme. Medium biakan yang digunakan
untuk menumbuhkan mikrobia dalam bentuk padat, semi padat,
dan cair. Yang digunakan dalam praktikum adalah medium padat
yaitu agar. Agar digunakan sebagai media karena tidak dapat
diuraikan oleh mikroba. Media yang digunakan dalam praktikum
adalah NA karena yang akan di biakan adalah bakteri
1. Metode tuang (pour plate)
Metode tuang terdiri dari penginokulasian biakan murni
dalam hal ini digunakan Bakteri dari makanan yang sudah dibuat
dalam acara 1 dengan medium NA dalam cawan petri. Mula mula
akuades dituang ditengah cawan, lalu diambil 1 ose bakteri
(Bakteri dari makanan yang sudah dibuat dalam acara 1 dengan
medium NA) dan dituangkan ditengah cawan juga. Selanjutnya
media yang digunakan yaitu NA pada suhu 45 oC. Cawan ini
kemudian

diputar

untuk

mencampur

isinya

dan

dibiarkan

memadat. Setelah mengental, maka setelah diinkubasi selama 2


hari akan nampaklah koloni yang tertanam pada agar tersebut.
Inkubasi

dilakukan

dengan

kondisi

cawan

terbalik

untuk

mencegah air kondensasi jatuh di atas permukaan sehingga


dapat terjadi penyebaran koloni (Waluyo, 2004). Tujannya adalah
memisahkan sel-sel bakteri satu sama lain sehingga terbentuk
menjadi koloni-koloni yang terpisah dalam medium yang padat.
Kemudian

dapat

mendapatkan

diambil

biakan

sel-sel

murni.

Pada

dari

satu

koloni

utntuk

percobaan

isolasi

bakteri

dengan menggunakan media NA ini didapatkan bentuk koloni


menyebar tidak teratur.
Bakteri

yang

dihasilkan

berbentuk irrengular yang

ukurannya titik, ada juga yang kecil, dan juga sedang jika dilihat
dari atas, dengan elevasi flat, dan margins felamentous.

2. Metode goresan (streak plate)


Metode goresan terdiri dari penginokulasian biakan murni
dalam hal ini digunakan Bakteri dari makanan yang sudah dibuat
dalam acara 1 dengan medium NA dalam cawan petri. Mula-mula
medium NA dengan suhu 45-500C dituangkan pada cawa petri
steril, diratakan dengan cara memutar-mutarkan cawan setelah
itu biarkan hingga dingin dan memadat. Setelah medium NA
padat, ambil 1 ose bakteri dari biakan murni pada acara 1
kemudian goreskan pada permukaan agar selama menggores
tutup cawan dibuka secukupnya. Cara menggoreskannya yaitu
awalnya cawan dibagi menjadi 4 bagian kemudian goreskan
bakteri pada permukaan agar dengan dibuat zigzag menyambung
dari cawan bagian ke-1 sampai ke cawan bagian ke-4 tidak
terputus. Pada bagian cawan ke-4 goresan tidak boleh mengenai
bagian yang pertama. Setelah diinkubasi selama 2 hari akan
terlihat koloni bakteri berkumpul pada goresan-goresan tersebut.
Karena pada saat penggoresan yang kurang baik, akhirnya
bakteri menyebar ke semua bagian cawan.
Bakteri yang dihasilkan ada bermacam-macam ukuran ada
yang large dan small, dengan bentuk irregular, elevasi flat, dan
margins lobate.
3. Agar miring (slant culture)
Metode ini hampir sama dengan streak plate, hanya saja
metode slant culture ini (agar miring) media NA disiapkan dalam
tabung reaksi dengan keadaan miring. Satu koloni bakteri diambil
dari acara I (bakteri makanan medium NA) dengan menggunakan
jarum ose (ujungnya berbentuk bulat) dan digoreskan dengan
arah zig-zag dimulai dari bawah tabung. Setelah itu diinkubasi
selama 2 X 24 jam untuk melihat pertumbuhan bakteri. Dalam
percobaan

yang

dilakukan

ada

pertumbuhan

bakteri

yang

terlihat dipermukaan
berdasarkan

agar. Dimana

bentuknya

adalah

data

yang

spreading.

kami

Dan

dapat

kebutuhan

oksigen affuse.
4. Agar tegak (stab culture)
Medium yang dibuat pada metode ini tidak memakai cawan
petri steril akan tetapi menggunakan tabung reaksi. Medium NA
disiapkan dalam tabung reaksi, kemudian 1 ose koloni bakteri
diambil

dari

acara

I (bakteri

makanan

medium

NA) dan

ditusukkan dengan menggunakan jarum ose yang ujungnya


runcing. Setelah itu tabung ditutup menggunakan kapas dan
plastik dan diinkubasi selama 2 hari. Setelah 2 hari inkubasi
terdapat

pertumbuhan

mikroba

pada

agar

ditusukkan

sebelumnya. Bakteri yang tumbuh memiliki bentuk echinulate


dan berdasarkan kebutuhan oksigennya yaitu affuse.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah mengikuti praktikum isolasi mikroba ini kami dapat
mengetahui tahapan mikroba dari berbagai cara. Cara isolasi
bakteri yang dilakukan pada praktikum ini dengan metode tuang
(pour plate), metode goresan (streak plate), metode miring (slant
culture),

dan

metode

tegak

(stab

culture)

yang

semuanya

menggunakan medium NA dari acara 1. Pengertian dari Isolasi


adalah

mengambil

mikroorganisme

yang

terdapat

di

alam

danmenumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari


isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam
mikroba. Hal ini dapat dilakukan denganmenumbuhkannya dalam

media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel


yang tetap pada tempatnya.

B. Saran
Dalam

pelaksanaan

praktikum,

sebaiknya

lebih

memperhatikan dan lebih teliti lagi dalam setiap metode yang


dilakukan, supaya hasilnya bisa sesuai dengan yang diharapkan.
Kondisi akseptis juga harus diperhatikan, baik dari praktikan
maupun

alat-alat

yang

akan

digunakan,

untuk

mengurangi

adanya kontaminasi dari luar (udara).

DAFTAR PUSTAKA
Adams, M.R. 2000. Food Microbiology. University of Surrey. Guildford.
New York
Buckle. 2007. Mikrobiologi

Terapan.

Universitas

Gajah

Mada:

Yogyakarta
Plezar.2006. Dasar-Dasar-Mikrobiologi. Jakarta : UI Press
Rusdimin. 2003.

Mikrobiologi

Dasar

Dalam

Praktek.

Jakarta:

Pt

Gramedia
Sari,

Noorkomala.

2009.

Teknik

IsolasiMikroorganisme.http://www.scribd.com/doc/24589708/Tekni
k-Isolasi-M-O [24 Desember 2013].
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta

Waluyo,

L.

2004. Mikrobiologi

Umum.

Penerbit

Universitas Muhammadiyah Malang.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi campuran. dan dijumpai
sebagai spesies yang tunggal. Dengan demikian, agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan,

sehingga mudah dipelajari sifat pertumbuhan, morfologis, dan fisiologis masing-masing mikroba maka
langkah pertama yang harus dilakukan yaitu spesies tersebut dipisahkan dari organisme lain yang
umum dijumpai dalam habitatnya, kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni yaitu suatu biakan
yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies.
Mikroorganisme tersebar luas di dalam lingkungan baik di tanah, air, maupun udara.
Keberadaan mikroorganisme baru dapat kita rasakan melewati makanan yang kita konsumsi dan
sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh berbagai
mikroorganisme. Bahan pangan selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga sebagai sumber
makanan bagi perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan atau perkembangan mikroorganisme
dalam makanan sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia.
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang sangat banyak, baik ditanah, air maupun
udara. Untuk itu perlunya isolasi maupun permurnian untuk mendapatkan mikroorganisme tersebut.
Populasi yang besar dan kompleks dengan berbagai mikroba terdapat dalam tubu manusia termasuk
dimulut, saluran pencernaan dan kulit. Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni
ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu seltunggal. Kultur murni atau
biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan
mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis,maupun
serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Dari
penguraian di atas menjadi latar belakang mengapa dilakukan praktikum ini.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum isolasi mikroba yaitu untuk mengetahui bagaimana cara
mengisolasi mikroba dengan baik dan benar.
Kegunaan dari praktikum ini adalah praktikan mampu mengetahui bagaimana cara dan prosedur
mengisolasi mikroba dengan baik dan benar, sehingga kedepannya kita menjadi terampil jika
mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan mikroba.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Isolasi mikroba
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam
suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan

karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan
suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran
bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat
sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Jika sel-sel tersebut
tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah, maka setiap sel atau kumpulan
sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah, sehingga memudahkan
pemisahan selanjutnya (Dwidjoseputro, 1998).
Media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap
tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel itu dipisahkan dengan cara pengenceran, kemudian
ditumbuhkan dalam media padat dan dibiarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya
dapat

diisolasi

dalam

tabung-tabung

reaksi

atau

cawan

petri-cawan

petri

yang

terpisah (Dwidjoseputro, 1998).

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroorganisme menurut


Dwidjoseputro, (1998) adalah sebagai berikut :
1. Sifat dan jenis mikroorganisme
2. Habitat mikroorganisme
3. Medium pertumbuhan
4. Cara menginokulasi dan inkubasi
5. Cara mengidentifikasi
6. Cara pemeliharaannya
Menurut Agus Krisno Terdapat beberapa macam cara mengisolasi mikroba, yaitu sebgai
berikut ini:
1. Isolasi pada agar cawan
Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme
sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang
terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat
beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode
agar cawantuang.Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan
terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Metode agar tuang. Berbeda
dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan
didinginkan (500C), yang kemudian dicawankan. sehingga pada cawan yang terakhir mengandung
koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan atau di dalam cawan.
2. Isolasi pada medium cair

Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada
agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu
dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang
untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3. Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar
yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat
dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan
menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara
aseptis.
Cara mengisolasi mikroba dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut ini:
a. Isolasi mikroba dengan cara penggoresan.
Tujuan utama dari penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang terpisah
dengan baik dari suspensi sel yang pekat. Cara ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut
ekonomi dan waktu, tapi memerlukan ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang
sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Ada beberapa teknik goresan, antara
lain : Goresan T, Goresan kuadran, Goresan radian, dan Goresan sinambung.
b. Isolasi mikroba dengan cara penaburan
Cara

penaburan

pour plate)

merupakan

cara

yang

kedua

di

samping

penggoresan

untuk memperoleh biakan murni dari biakan campuran mikroba. Cara ini berbeda dari cara
penggoresan dimana media agar diinokulasi dalam keadaan tetap cair yaitu pada suhu 450C, dan
demikian pula koloni-koloni akan berkembang di seluruh media, tidak hanya pada permukaan. Untuk
beberapa tujuan hal ini menguntungkan, contohnya dalam mempelajari pertumbuhan koloni
streptococcal pada sel-sel darah merah. Supaya koloni yang tumbuh dalam cawan tidak terlalu
banyak ataupun sedikit maka contoh diencerkan hingga beberapa kali pengenceran dan ditaburkan
pada beberapa cawan.
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan
murni yaitu :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan
gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme
yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah
dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang

kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umunya tidak
diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurangkurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di
dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang
tinggi.
Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun
untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh
dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan
menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang
umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai mempelajari mikrobiologi ialah tidak
memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran
mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak
sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna, 1990).
B. Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa
bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh.
oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak
berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe..Warna putih pada
tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak
juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali
jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus
sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan
enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh (Krisno, 2011).
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat
proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner,
diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab
diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Komposisi gizi
tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan
kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka
protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh
dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan
kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan
semua umur (Freddish, 2007).
C. PDA (Potato Dextrose Agar)

Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang digunakan untuk
mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir. Komposisi Potato Dextrose Agar ini
terdiri dari bubuk kentang, dextrose dan juga agar. Bubuk kentang dan juga dextrose merupakan
sumber makanan untuk jamur dan khamir.
Potato Dextrose Agar juga bisa digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme
menggunakan metode Total Plate Count. Perindustrian seperti industri makanan, industri produk susu
dan juga kosmetik menggunakan PDA untuk menghitung jumlah mikroorganisme pada sample.
Karena fungsinya yang dapat mengembangbiakkan jamur, sekarang ini PDA juga banyak digunakan
oleh pembudidaya jamur seperti jamur tiram. Untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit jamur,
biasanya pembudidaya mengatur kondisi pH yang rendah (sekitar 3,5) dan juga menambahkan asam
atau antibiotik untuk menghambat terjadinya pertumbuhan bakteri, Anonim I (2013).
D. Larutan Fisiologis
Larutan pengencer/ larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk mengencerkan contoh
pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik untuk
dapat dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10,
1:100, 1:1000, dan seterusnya. Larutan Fisiologis ini lebih tepatnya medium setengah padat karena
mengandung 0,9 % NACl yang terkandung didalamnya. Medium sintetis juga bias dibilang bagian dari
larutan fisiologis karena Larutan fisiologis ini sudah diketahui jumlah, jenis dan takarannya, (Feny,
2013).
E. Rhizopus Oligosporus
Rhizopus oligosporus termasuk dalam jenis fungi berfilamen sehingga disebut juga kapang
(mold) Rhizopus oligosporus. Kapang ini digunakan dalam pembuatan tempe melalui fermentasi
dengan bahan dasar kedelai. Rhizopus oligosporus membentuk hifa penetrasi rata-rata 1400 m 2 (
300 m2 ) di luar permukaan kotiledon dan 1010 m 2 ( 340 m2 ) pada bagian dalam ( flat ). Hifa
terinfiltrasi pada kedalaman 742 m / sekitar 25% rata-rata lebar kotiledon kedelai. Kemudian proses
fermentasi terjadi secara aerob melalui lubang berpori pada pembungkus. Proses fermentasi
mengakibatkan semakin meningkatnya nilai protein dan gizi dibandingkan dengan bahan dasarnya
yaitu kedelai. Pada proses fermentasi, protein dalam kedelai dapat terurai menjadi asam-asam amino
yang mudah dicerna oleh tubuh dan oleh enzim fitase yang berfungsi memecah fitat yang merugikan
yaitu mengikat beberapa mineral sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam tubuh,
serta adanya pengaruh dari enzim -glukosidase yang menghidrolisis glukosida isoflavon sehingga
kandungan daidzein-genistein dalam tempe meningkat yang berfungsi sebagai antioksidan terhadap
kanker (Auliah, 2013).
Rhizopus oligosporus biasanya memiliki rhizoid yang pendek, sporangium dengan diameter
80 120 m dan pada saat 7 hari akan pecah yang menyebabkan spora keluar kolumela dengan

diameter 25-75 m. Sedangkan Rhizopus oryzae memiliki diameter sporangium lebih dari 150 m,
kolumela

dengan

diameter

lebih

dari

100

m.

Beberapa

sifat

penting

dari Rhizopus

oligosporus antara lain meliputi aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika,


biosintesa vitamin-vitamin B, kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen,
perkecambahan spora, dan penetrisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai (Auliah,
2013).

B. Pembahasan
Isolasi

mikroba

dilakukan

dengan

cara

ditimbang

PDA

sebanayak 7,8 gram yang dilarutkan dalam aquadest sebanyak 200 ml kemudian di vortex.
Penggunaan PDA sebagai pada isolasi mikroba khusus tempe dikarenakan PDA adalah dalah
khusus mengembangkan jamur dan khamir. Hal ini sesuai dengan Anonim (2013) bahwa Potato
Dextrose

Agar

(PDA)

merupakan

media

yang

sangat

umum

yang

digunakan

untuk

mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir.


Media

yang

telah

dibuat

dituang

pada

cawan

petri

disimpan

selama 48 jam. Disamping itu dibuat larutan fisiologis yang kemudian dilakukan pengenceran sampai
dengan 10 -9 dan disimpan pada cawan perti yang berisi medium padat. Selanjutnya cawan petri
disimpan selama 48 jam sampai mikroba mulai tumbuh dan kemudian diisolasi.Pengenceran
dilalakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Fenny (2013) bahwa pengenceran dilakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik untuk dapat
dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10, 1:100,
1:1000, dan seterusnya.
Isolasi adalah memisahkan mikroorganisme dengan mikroorganisme yang lain dengan tujuan
mengembangbiakkannya pada suatu medium tertentu. Proses pemisahan atau pemurnian dari
mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan
identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam
mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan

menumbuhkannya

dalam

media

padat

sel-sel

mikroba

akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sutedjo (1996), bahwa isolasi merupakan mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan

Tempe merupakan salah satu sumber protein yang digemari oleh masyarakat luas, selain
digemari tempe juga memiliki harga yang relative murah dan dapat dijangkau oleh berbagai kalangan
masyrakat. Pembuatan tempe dilakukan dengan fermentasi pada biji kedelai dengan menggunakan
bantuan mikroba yang biasa disebut dengan Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae. Dengan
menggunakan Rhizopus sp adalah jenis jamur yang akan merombak kedelai menjadi tempe . Hal ini
sesuai dengan pendapat Krisno (2011), bahwa Rhizopus spmerupakan jamur yang paling dominan.
Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak
senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Rhizopus oligosporus termasuk dalam jenis fungi berfilamen sehingga disebut juga kapang
(mold) Rhizopus

oligosporus.

Jamur Rhizopus

oligosporus ini

digunakan

dalam

pembuatan

tempe. Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji
kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai
tersebut.. Rhizopus oligosporus biasanya memiliki rhizoid yang pendek, sporangium dengan diameter
80 120 m dan pada saat 7 hari akan pecah yang menyebabkan spora keluar kolumela dengan
diameter

25-75

m. hal

ini

sesuai

dengan

pernyataan

Auliah

(2013)

bahwa Rhizopus

oligosporus biasanya memiliki rhizoid yang pendek, sporangium dengan diameter 80 120 m dan
pada saat 7 hari akan pecah yang menyebabkan spora keluar dengan diameter 25-75 m..
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah isolasi mikroba untuk jenisRhizopus
oligoporus dapat diperoleh dari produk tempe dengan menggunakan media PDA yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba untuk tumbuh. Isolasi mikroba harus dilakukan dalam keadaan aseptis agar dapat
meminimalisir kontaminasi mikroba lain yang tidak dibutuhkan.
B. Saran
Diharapkan dengan sangat pada praktikum selanjutnya AC di dalam laboratorium dinyalakan
agar praktikan bisa merasa nyaman dalam melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim

I ,.2013 .
Potato Dextrose
Agar (PDA). http://www.mediaagar.com/blog/potatodextrose-agar-pda/. Di akses pada tanggal 16 September 2013 Makassar

Auliah, Firdaus. 2013. Fermentasi Tempe. http://auliafirdauss.blogspot.com /2013/08/fermentasi-tempe.html.


Diakses pada hari Selasa, 17 September 2013, Makassar.
Dwidjoseputro, 1980, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan : Jakarta.

Hadioetomo, R. S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia :Jakarta.

Feny,

2013 .
Larutan
fisiologis. http://creation-of-fma.blogspot.com/2013/01/larutanfisiologis.html. Di akses pada tanggal 17 September 2013 Makassar

Freddish. 2007. Khasiat dan Kandungan Gizi Tempehttp://freddish.wordpress.com/2007/10/04/khasiat-dankandungan-gizi-tempe/. Diakses pada tanggal tanggal 16 September 2013Makassar.
Krisno, Agus. 2011. Peranan Rhizopus Oryzae Pada Industri Tempe Dalam Peranan Peningkatan
Gizi Pangan http://aguskrisnoblog.wordpress.
com/2011/01/13/peranan-rhizopus-oryzae-pada-industri-tempe-dalam-peranan-peningkatan-gizipangan/.
Diakses
pada
tanggal
19 Oktober 2012, Makassar.
Ratna, Sri, 1990, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Jakarta : Gramedia.

Landasan teori
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam
skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam
suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat bakteri yang kita butuhkan
tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini
biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Untuk melakukan hal ini, haruslah
dimengerti jenis-jenis nutrient yang disyaratkan bakteri dan juga macam lingkungan fisik
yang ,menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut (Pelczar, 1986).
Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang
berupa bahan pangan, tanaman, dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa
bakteri, khamir, kapang, dan sebagainya. populasi dari mikroba yang ada di lingkungan
ini sangatlah beranekaragam sehingga dalam mengisolasi dierlukan beberapa tahap
penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni yang tunggal. Koloni yang tunggal ini
kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk
mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resisten terhadap
suatu antibiotic (Ferdiaz, 1992).
Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba
diluar dari lingkungan alamiahnya. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungan ini
bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan
bakteri lainnya dan disebut biakan murni.

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lainnya yang berasal dari camouran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan
membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya (Nur dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu
biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan
gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan padda prinsip pengenceran dengan
maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni
dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain
digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi,
fisiologi, dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies (Dwijoseputro,
2005). Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba yaitu
antara lain:
1. Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi.
2. Tempat hidup atau asal mikrobatersebut.
3. Medium pertumbuhan yang sesuai.
4. Cara menginkubasi mikroba.
5. Cara menginokulasi mikroba.
6. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dan sesuai
dengan yang dimaksud.
7. Cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.
Metode Isolasi
Menurut hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan
murni yaitu:
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yanti menghemat bahan dan waktu. metode
cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme
adalah dengan mengencerkan specimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan (500C) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di
dalam specimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perku
dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu diantara cawan tersebut
mengandung koloni terpisah diatas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini
memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.

3. Teknik sebar (spread plate)


Teknik isolasi mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media yang
akan digunakan.
4. Teknik pengenceran (dilution method)
Suatu sampel dari suatu suspense yang berupa campuran bermacam-macam spesies
diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian
diambil kira-kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga
ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita
akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan
tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang
demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin bahwa koloni tunggal
yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang
pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
5. Teknik micromanipulator
Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam micromanipulator,
kemudian ditempatkan dalam micromanipulator, kemudian dipempatkan dalam medium
encer untuk dibiakkan.
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena
semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme,
memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Teknik tersebut dikenal dengan isolasi mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi
mikroba, yaitu:
1.

Isolasi pada agar cawan


Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengnecerkan mikroorganisme
sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya.
Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal
dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan,
yaitu: metode gores kuadran, dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadran,
merupakan

metode

yang

dilakukan

dengan

baik

akan

menghasilkan

isolasi

mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Metode agar tuang berbeda
dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang
dicairkan dan didinginkan (500C) yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu
dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah
diatas permukaan/di dalam cawan.
2.

Isolasi pada medium cair


Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh
pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode

ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin
tinggi pegenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3.

Isolasi sel tunggal


Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran
besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel
mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel
tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun
micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.

Analisis dan pembahasan


Ada beberapa metode dalam mengisolasi mikroba bakteri (mikroorganisme)yaitu
dengan menggunakan metode gores, metode tuang, metode sebar, metode
pengenceran dan agar miring. Metode-metode ini berdasarkan pada prinsip yang sama
yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehingga tiap individu spesies dapat
dipisahkan dengan lainnya. Prkatikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik-teknik di
dalam pengisolasian mikroba beserta pemurniannya.
Pengenceran ini bertujuan untuk mempermudah dalam perhitungan jumlah koloni
mikroba yang utmbuh, baik warna maupun karakteristik lainnya. Dari hasil praktiukum
dapat diketahui bahwa bentuk, tepian, warna dan wlwvasi dari bakteri. Untuk bakteri,
bentuknya ada yang bundar, rizoid, tidak beraturan dan menyebar dengan yang tepian
siliat, berlekuk, bercabang, berombak, dan licin. Warna yang dapat dilihat dari koloni
bakteri pada sampel ini adalah semua berwarna putih susu dan elevasi pada semua
sampel ini datar da nada pula yang cembung.
Koloni=koloni yang telah ditentukan pada masing=masing medium kemudian
diidentifikasi morfologinya yaitu bentuk luar, warna, struktur dalam koloni, tepi koloni,
elevasi. Pada masing-masing media sendiri terdapat keanekaragaman dalam morfologi
tersebut. Koloni bakteri dapat dengan mudah dibedakan dari koloni lainnya dengan
adnya penampakan umum berupa lender dan agak mengkilap. Bakteri adalah salah
satu contoh mikroorganisme yang penting dan memiliki bentuk yang beragam. Pada
umumnya bakteri berhubungan dengan makanan. Adanya bakteri dalam bahan pangan
dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak diinginkan atau menimbulkan penyakit
yang ditularkan melalui makanan atau dapat melangsungkan fermentasi yang
menguntungkan.
Kontaminasi dalam praktikum isolasi dan pemurnian mikroba dapat mungkin
terjadi jika kondisi dari alat, bahan maupun prkatikan tidak steril. Oleh karena itu dalam
setiap prosedur kerja, baik saat pengenceran ataupun saat menyebar mikroba ke dalam

medium perlu kehati-hatian agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat merusak hasil
percobaan. Setiap pada prkatikum kali ini, semua cawan biakan bahkan cawan control
pun terkontaminasi hal ini dibuktikan pada cawan control terdapat koloni-koloni bakteri.
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal
yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba sangat penting didalam mengendalikan mikroba. Berikut ini
faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam
mengendalikan

mikroba.

Berikut

ini

faktor-faktor

penting

yang

mempengaruhi

pertumbuhan mikroba:
a.

Suplai nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energy dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah: karbon,
nitrogen, hydrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi, dan seju,lah kecil logam lainnya.
Ketiadaan

atau

kekurangan

sumber-sumber

nutrisi

ini

dapat

mempengaruhi

pertumbuhan mikroba hingga pada kahirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi


tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber
nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di
lingkungan seperti ini. Oleh karena itu prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih
dan higienis adalah meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya
terkendali.
b.

Suhu atau temperature


Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang berlawanan:
1.

Apabila suhunaik maka kecepatan metabolism naik dan pertumbuhan dipercepat.


Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolism akan menurun dan
pertumbuhan diperlambat.

2.

Apabila suhu naik atau turun secara drastic, tingkat pertumbuhan akan terhenti,
komponen sel menjadi tidak aktif dan rusak sehingga sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan hal diatas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1.

Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka pertumbuhan
terhenti.

2.

Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan optimum
disebut juga suhu inkubasi.

3.

Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka pertumbuhannya
tidak terjadi.

c.

Keasaman atau kebasaan (pH)

Setiap organisme memiliki pH masing-masing dan memiliki pH optimum yang berbedabeda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 8 dan nilai pH di luar
kisaran 2 sampai 10 biasanya bersifat merusak.
d.

Ketersediaan oksigen
Mikroorganisme memeilki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan
oksigen. Faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi medium adalah:

1.

Sterilisasi medium yang kurang sempurna.

2.

Medium memenuhi semua kebutuhan nutrient.

3.

Proses prkatikum yang tidak aseptis.

4.

Lingkungan laboratorium yang kurang steril.


VI.

Kesimpulan
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungan, sehingga diperoleh kultur murni. Cara-cara pengisolasian mikroba dengan
cara isolasi ke media padat dan isolasi ke media cair. Teknik-teknik isolasi ke media
padat dengan cara agar miring, teknik sebar, teknik tuang, dan teknik gores.

VII.

Daftar pustaka

Bukle, KA., 1987, Ilmu pangan, Universitas Jakarta: Jakarta.


Dwijoseputro, D., 1989, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan: Malang.
Pelzcar dan Chan, 1986, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Pres: Jakarta.
Sumantri, Debby M, dkk., 2009, Diktat Penuntun Prkatikum Mikrobiologi Pangan, Universitas
Pajajaran, bandung.
Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan 1, Gramedia Pustaka utama, Jakarta.

Latar Belakang
Pada umumnya mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi campuran.
Sangat jarang mikroba di alam dijumpai sebagai spesies yang tunggal. Dengan demikian,
agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan, sehingga mudah dipelajari sifat
pertumbuhan, morfologis, dan fisiologis masing-masing mikroba maka langkah pertama
yang harus dilakukan yaitu spesies tersebut dipisahkan dari organisme lain yang umum
dijumpai dalam habitatnya, kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni yaitu suatu
biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies.
Mikroorganisme tersebar luas di dalam lingkungan baik di tanah, air,maupun udara.
Keberadaan mikroorganisme baru dapat kita rasakan melewatimakanan yang kita konsumsi

dan sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh
berbagai mikroorganisme. Bahan panganselain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga
sebagai sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan atau
perkembangan mikroorganisme dalam makanan sangat erat hubungannya dengan
kehidupan manusia.
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang sangat banyak, baik ditanah, air maupun
udara. Untuk itu perlunya isolasi maupun permurnian untuk mendapatkan mikroorganisme
tersebut. Populasi yang besar dan kompleks dengan berbagai mikroba terdapat dalam tubu
manusia termasuk dimulut, saluran pencernaan dan kulit. Isolasi adalah cara untuk
memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh
kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal
dari pembelahan dari satu seltunggal. Kultur murni atau biakan murni diperlukan karena
semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi
mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis,maupun
serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Adapun yang melatar belakangi sehingga peraktikum ini dilaksanakan adalah untuk
mengetahui dan menguasai teknik isolasi mikroba dari wadah yang satu ke wadah yang lain
sehingga hanya biakan murni yang dapat tumbuh.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan Teknik Isolasi Mikroba adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami teknik pengisolasian mikroba.
2. Untuk mengetahui teknik pemindahan biakan mikroba dari wadah satu ke wadah yang lain
sehingga tidak bercampur dengan bakteri lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel
yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari
suatubiakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan
gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud
untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah
dari satu jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain
digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi,
fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies (Dwidjoseputro,
2005).
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh
biakan murni yaitu :
1. Metode cawan gores

Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode
cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme
adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan ( 50 oC ) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di
dalam spesimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu
dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut
mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini
memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu.
Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang
biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik
kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua
macam kesalahan yang umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai
mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaikbaiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan
cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan
sel-sel yang digoreskan (Ratna, 1990).
Menurut Dwidjoseputro (1980), sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar
lempengan, pada agar-agar miring dan pada tusukan gelatin adalah sebagai berikut :
1. Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi. Bentuk
koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa akar, serum
kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbul
mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang
berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada yang berbenang-benang dan
ada yang keriting.
2. Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni dan
sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : serupa pedang, serupa duri, serupa tasbih,
serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar.
3. Sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin. Karena
itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Lagipula bentuk koloni yang tidak
dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni yang tidak mengencerkan
gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan berjonjot. Jika bakteri mampu
mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa kawah, serupa mangkuk,
serupa corong, pundi-pundi dan berlapis.
Setelah mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung maupun cawan dan estelah
inkubasi akan terlihat pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam bentuk, ukuran, sifat,
dan berbagai ciri khas yang lain. Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifat-sifat mikroba
tersebut pada media pertumbuhan, sehingga pengamatan morfologi ini sangat penting
untuk diperhatikan (Ratna,1990).

Bakteri yang memiliki flagella sering kali membentuk koloni yang menyebar
terutama jika menggunakan lempengan agar basah, untuk mencegah menyebarnya koloni
maka harus digunakan agar benar-benar kering (Djida, N., 2000).

B. Pembahasan
Percobaan kali ini membahas tentang cara-cara atau teknik yang biasa digunakan
dalam mengisolasi mikroba dari habitat alaminya. Teknik isolasi mikroorganisme adalah
suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba di luar lingkungan alamiahnya. Pemisahan
mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang
sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya atau yang disebut biakan murni. Di
kehidupan normalnya atau di habitat alamiahnya mikroba sulit ditemukan dalam bentuk
koloni sendiri. Mikroba ini pasti ditemukan dalam bentuk koloni yang hidup bersama-sama
dengan koloni mikroba yang lainnya. Oleh karena itu, pengisolasian ini dilakukan.
Percobaan ini diawali dengan tahap pengenceran. Dalam hal ini, medium agar yang
digunakan diencerkan terlebih dahulu selama 15 menit pada Hot Plate dengan suhu 300C.
Hal ini bertujuan agar medium yang digunakan dapat mencair setelah disimpan selama
beberapa hari di refrigerator. Setelah diencerkan dengan menggunakan Hot Plate, medium
ini didinginkan sekitar 5 menit namun tidak jangan sampai dingin sekali. Hal ini dilakukan
untuk menghindari medium agar tidak kembali mengeras. Setelah agak dingin, medium
ini pun siap untuk digunakan.
Pengisolasian ini dilanjutkan dengan pembuatan medium tempat mikroba ini nantinya
akan tumbuh atau dengan kata lain membuat habitus sintetisnya. Medium initerlebih
dahulu disterilkan dengan cara melidah-apikan mulut botol tempat penyimpanan medium
agar tersebut. Begitupun dengan cawan petri itu sendiri.Sebelum semua prosedur kerja
dilakukan terlebih dahulu tangan harus disterilkanmenggunakan alcohol 70% yang
disemprotkan ke seluruh permukaan tangan.
Dalam percobaan ini, kami menggunakan jarum ose sebagai media untuk
memindahkan mikroba tersebut dari habitus alaminya. Jarum ose tersebut terlebih dahulu
harus disterilkan dengan cara membakarnya pada bunsen sampai jarumnya pijar.
Lalu jarum ose tersebut didiamkan selama 2 menit, tujuan hal ini yaitu untuk
mendinginkan jarum ose-nya yang habis dipijarkan tadi agar ketika jarum ose itu digoreskan
ke dalam cawan petri yang berisi objek mikroba yang akan diisolasi, tidak segera mematikan
mikrobanya.
Praktikum kali ini adalah mempelajari teknik isolasi mikroba dengan cara goresan.
Teknik goresannya dilakukan dalam cawan petri. Dengan menggunakan jarum ose yang
sebelumnya dipanaskan pada api bunsen lalu dicelupkan pada alkohol untuk sterilisasi
jarumnya. Goresan diberikan sangat tipis sekali pada permukaan atas medium dalam cawan
petri secara zig-zag,

Pada percobaan ini mikroba yang digunakan hanya satu jenis yaitu bakteri dan
menggunakan dua medium yakni medium NA dan medium PDA.
Medium NA berfungsi untuk membiakan berbagai macam mikroorganisme serta
kultur bakteri. Sedangkan medium PDA berfungsi untuk menumbuhkan fungi jenis kapang.
Pada praktikum ini kita mempelajari bagaimana melakukan teknik inokulasi biakan
mikroorganisme pada medium steril sehingga bisa mendefinisikan bahwa teknik inokulasi
adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium lama kemedium baru dengan tingkat
ketelitian sangat tinggi dan dituntut untuk bekerja secara aseptic yaitu bebas dari pengaruh
kontaminan mikroorganisme yang lain. Teknik aseptic dilakukan dengan penyediaan alatalat kerja yang steril dan bekerja didekat api Bunsen agar terhindar dari kontaminan
udara.pada waktu inokulasi jarum yang digunakan untuk meindahkan mikroba harus
dipijarkan diatas api segera sebelum dan sesudah melakukan pemindahan. Pemanasan ini
menghancurkan semua bentuk kehidupan yang ada pada permukaan jarum atau alat
pemindahan, setelah di inokulasi biakan bakteri disimpan dan diinkubasi dalam lingkungan
yang sesuai untuk petumbuhan.
Setelah diinkubasi selama 48 jam diperoleh hasil pertumbuhan mikroba hanya pada
medium NA, sedangkan pada medium PDA tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. Hal
ini dikarenakan mikroba yang diisolasi adalah jenis bakteri, dan bakteri hanya dapat tumbuh
pada medium NA. Jadi yang akan dibahas pada kali ini adalah bagaimana pertumbuhan
mikroba pada medium NA. Pada cawan petri pertama, jumlah koloni yang tumbuh adalah
sebanyak 8 koloni dan memiliki morfologi seperti warna putih susu, tepi berlekuk, bentuk
tak beraturan dan menyebar, permukaan timbul, dan tekstur kusam. Pada cawan petri
kedua, jumlah koloni yang ditemukan adalah sebanyak 4 koloni dan berwarna kream, tepi
berlekuk, bentuk tak beraturan dan menyebar, permukaan timbul, dan tekstur kusam. Pada
cawan petri ketiga dan keempat, masing-masing ditemukan mikroba dengan jumlah 5 koloni
dan 1 koloni, dan untuk morfologinya sama dengan pada cawan petri kedua. Untuk cawan
petri terakhir ditemukan mikroba sebanyak 6 koloni, dan memiliki morfologi seperti warna
kream, tepi tak beaturan, bentuk tak beraturan dan menyebar, permukaan timbul dan
tekstur kusam.

Berdasarkan hasil percobaan tersebut diatas maka dapat dikatakan percobaan tersebut
belum berhasil. Menurut Ratna (1990), bila menggunakan teknik menggores yang baik maka
pada suatu area tertentu pada permukaan medium yang digores, sel-sel bakteri akan
terpisahkan satu dari lainnya. Sel-sel tunggal yang terpisahkan seperti ini disebut sel induk.
Bagi kebanyakan bakteri, setelah masa inkubasi selama 24 jam, satu koloni murni dapat
terdiri dari 50-72 generasi sel yang timbul dari satu sel induk tunggal. Dengan perkataan lain,
satu koloni murni terdiri dari bermilyar-milyar sel anak. Karena itu, hendaklah dipahami
bahwa pertumbuhan bakteri sesungguhnya merupakan pertambahan jumlah sel dan bukan
ukuran sel.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun yang dapat disimpulkan dari percobaan Teknik Isolasi Mikroba adalah sebagai
berikut:
1. Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar dari
lingkungan alamiahnya, untuk memperoleh biakan murni. Biakan murni yaitu mikroba yang
sudah tidak bercampur lagi dengan mikroba lainnya.
2. Teknik yang digunakan untuk teknik isolasi mikroba adalah teknik goresan, yaitu metode
goresan radian, langsung dan kuadran.
3. Medium yang digunakan untuk biakkan murni adalah medium NA untuk biakkan bakteri dan
medium PDA untuk biakkan kapang.
B. Saran
Pada praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan lebih memperhatikan lagi pada saat
praktikum dilaksanakan. Agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan kecil yang bisa
mempengaruhi hasil yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, L., 2004, Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala (Suplemen pikiran
rakyat untuk iptek), Farmasi FMIPA ITB : Bandung.
Djida, N., 2000, Metode Instrumental dalam Mikrobiologi Umum, UNHAS

Press: Makassar.

Dwidjoseputro, 1980, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan : Jakarta.


Hadioetomo, R. S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia : Jakarta.
Nur Indriyani, Asnani, 2007, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unhalu : Kendari.
Ratna, Sri, 1990, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Jakarta : Gramedia.

Prinsip Isolasi Mikroba


Pada prinsipnya isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain
yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya pada media padat, karena dalam media padat sel-sel mikroba akan
membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sandjaja, 1992).
Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah, maka
setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang
terpisah, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya. Bila digunakan media cair, sel-sel
mikroba susah dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal
ditempatnya. Akan tetapi apabila sel-sel tersebut dipisahkan dengan cara pengenceran,

kemudian ditumbuhkan pada media padat dan dibiarkan membentuk koloni, maka sel-sel
tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang
terpisah.

2.2

Cara Mengisolasi Mikroba


Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau dikenal dengan istilah
inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan
agar semua alat-alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan pengenceran
inokulasi benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi, yaitu
masuknya mikroba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam
medium adalah benar-benar biakan murni.Isolasi mikroba dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu:
1. Pengenceran
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil
memelihara Streptococcus Laktis dalam piaraan murni yang diisolasi dalam sempel susu yang
sudah masam. Suatu sempel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam
spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian
diambil kira-kira 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini
diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar akan
didapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin
juga hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat dijadikan
piaraan murni. Jika belum yakin, bahwa koloni tunggal yang diperoleh tersebut merupakan
koloni yang murni, maka dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni sebagai
sampel.
2. Penuangan
Robert Koch (1843-1905) mempunyai metode lain, yaitu dengan mangambil sedikit sampel
campuran bakteri yang mudah diencerkan dan sampel ini kemudian disebarkan di dalam
suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian akan diperoleh
suatu piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental maka selang beberapa jam
kemudian nampaklah koloni-koloni yang masing-masing dapat dianggap murni. Dengan
mengulang pekerjaan di atas maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang lebih
terjamin (Schiegel, 1996).

2.3

Metode Menanam Biakan


Ada beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan di dalam medium
diantaranya adalah:
1. Metode Cawan Gores
Metode ini memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu, namun untuk
memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh
dari pegalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan
menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang

umum dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya


untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang larut dan cenderung
untuk menggunakan inokolum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang
digores.

2. Metode Cawan Tuang


Cara lain untuk memperoleh biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme
ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam
eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan
beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu diantara cawan-cawan tersebut
mengandung koloni-koloni terpisah di atas permukaan maupun di dalam agar. Metode ini
memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi
(Gandjar, 2006).

2.4

Teknik Isolasi Mikroba


Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua
pekerjaan mikrobiologi, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu
populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal
dengan isolasi mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu:
1. Isolasi Pada Cawan Agar
Prinsip metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari mikroorganisme lain. Setiap koloni
yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal.
Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada cawan agar, yaitu: metode gores
kuadran dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadran bila metode ini dilakukan
dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme dimana setiap koloni berasal
dari satu sel. Metode agar tuang berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang
menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan 50oC, yang kemudian
dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir
mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalam cawan.
2. Isolasi Pada Medium Cair
Metode ini dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium
padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan
pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran, peluang
untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3. Isolasi Sel Tunggal
Metode ini dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak
dapat diisolasi dengan metode cawan atau medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan
menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan

menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun mikromanipulator yang dilakukan
secara aseptis.
Selain itu, cara lain yang dapat digunakan untuk mengisolasi mikroba adalah sebagai berikut:
1. Metode Cawan Sebar (Spread Plate)
Teknik (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam
media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau menghapuskannya di atas media
agar yang telah memadat, sedangkan pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair
(belum memadat). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar
merata pada bagian permukaan agar.
2. Teknik Dilusi
Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam
air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang telah diambil kemudian
disuspensikan dalam akuades steril. Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi
karena hampir semua metode penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan
teknik ini, seperti TPC (Total Plate Counter). Oleh karena itu, metode ini umum digunakan
dalam isolasi bakteri (Sandjaja, 1992).

2.5

Tahap Sebelum Menanam Bakteri


Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman bakteri
(inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan. Dalam laboratorium pembuataan serum
vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) udara
yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan agar terkena sinar
ultraviolet.
2. Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1
mL. Contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 mL murni.
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel ujungnya boleh lurus juga boleh
berupa kolongan yang diameternya 1-3 mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini
terlebih dahulu dipijarkan, sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah
dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala api, karena pada suhu yang tinggi
bakteri atau mikroorganisme akan terdenaturasi dan alat menjadi steril dari mikroba
pengkontaminan.

2.6

Sifat-sifat Koloni
Sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar lempengan, pada agar-agar miring dan pada
tusukan gelatin adalah sebagai berikut:

1. Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi. Bentuk
koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa akar, serum
kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbul
mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang
berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada yang berbenang-benang dan ada
yang keriting.
2. Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni dan
sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti serupa pedang, serupa duri, serupa tasbih, serupa
titik-titik, serupa batang dan serupa akar.
3. Sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin. Karena itu,
maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Lagipula bentuk koloni yang tidak dapat
mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni yang tidak mengencerkan gelatin
dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan berjonjot. Jika bakteri mampu
mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa kawah, serupa mangkuk, serupa
corong, pundi-pundi dan berlapis. Hal tersebut bisa diamati di sekitar gelatin.
Setelah mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung maupun cawan dan setelah inkubasi
akan terlihat pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam bentuk, ukuran, sifat, dan berbagai
ciri khas yang lain. Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifat-sifat mikroba tersebut pada media
pertumbuhan,
sehingga
pengamatan
morfologi
ini
sangat
penting
untuk
diperhatikan (Schiegel, 1996)

4.2

Pembahasan
Isolasi mikroba adalah proses yang dilakukan bertujuan untuk memisahkan satu jenis
mikroba dengan mikroba lainnya yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam satu
medium buatan, sehingga diperoleh kultur murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel
mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Manfaat dilakukannya isolasi
adalah untuk mengidentifikasi mikroba, termasuk menelaah ciri-ciri kultural, morfologis,
fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam
mikroorganisme saja. Prinsip isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dari
mikroba lainnya yang berasal dari bermacam-macam spesies mikroba
Pada percobaan pembuatan biakan dengan media PDA dilakukan isolasi dengan cara cawan
tuang (pour-plate method), pertama-tama disiapkan media PDA (Potato Dextrose Agar) yang
telah beku di dalam cawan petri. Kemudian diambil sampel ketombe lalu ditotolkan pada
cawan petri dan dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 370C selama 48 jam. Selain itu,
pada percobaan pembuatan biakan dengan media NA dilakukan dengan cara pengenceran
(dilution method), disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diisi NaCl 9 ml dan diberi label
masing-masing 10-1, 10-2 dan 10-3. Suatu sampel yaitu kue lapis basi yang mengandung

campuran bermacam-macam spesies mikroba diambil 1 gram kemudian diencerkan dalam


tabung reaksi 10-1 dan dihomogenkan. Dari hasil pengenceran ini kemudian diambil 1 ml
untuk diencerkan lagi dalam tabung reaksi 10-2 lalu dihomogenkan. Hasil pengenceran
diambil kembali 1 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi 10 -3 dan dihomogenkan. Hasil
pengenceran kemudian diambil 1 ml lalu dimasukkan ke dalam cawan petri dan ditambahkan
20 ml media NA (Nutrient Agar) dan dihomogenkan membentuk angka 8 lalu dimasukkan ke
dalam inkubator pada suhu 370C selama 48 jam.

1.

2.

3.

4.

5.

Faktor yang dapat mempengaruhi isolasi mikroba untuk dapat tumbuh antara lain adalah:
Suhu
Suatu mikroorganisme tidak akan mampu bertahan pada suhu yang tinggi, karena pada suhu
yang terlalu tinggi protein dalam selnya akan mudah untuk terdenaturasi.
Kelembapan relatif
Dalam suatu kondisi lembap, terdapat mikroorganisme yang akan mudah hidup. Akan tetapi,
kelembapan harus disesuaikan dengan karakteristik mikroorganisme yang akan ditumbuhkan.
Cahaya
Dalam suatu intensitas cahaya tertentu mikroorganisme tidak dapat tumbuh karena, Pada
intensitas cahaya yang lebih tinggi, mikroorganisme tidak akan mampu mempertahankan diri
dari sinar ultra violet
Radiasi
Seperti yang kita ketahui, jika makhluk hidup terkena radiasi, maka radiasi tersebut akan
berdampak pada struktur sel suatu makhluk hidup sehingga akan mengalami kelainan. Hal
tersebut juga berdampak pada bakteri atau mikroorganisme lainnya.
pH
Setiap mikroorganisme mempunyai pH yang spesifik, sehingga dalam pertumbuhannya harus
disesuaikan dengan pH yang dibutuhkannya.
Pengenceran pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil
memelihara Streptococcus lactis dalam piaraan murni yang diisolasi dalam sampel susu yang
sudah masam. Suatu sampel dari suatu supensi yang berupa campuran bermacam-macam
spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian
diambil kira-kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini
diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar akan
didapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut. Akan tetapi, mungkin
juga hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat dijadikan
piaraan murni. Jika belum yakin, bahwa koloni tunggal yang diperoleh tersebut merupakan
koloni yang murni, maka dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni sebagai
sampel. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh
spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang
dapat diamati.

Fungsi perlakuan pada percobaan penanaman mikroba pada PDA yaitu, pengambilan sampel
dengan jarum ose yang telah dipanaskan di atas bunsen sampai membara dengan tujuan
mengindari kontaminasi pada alat. Kemudian sampel ditempelkan pada cawan petri yang
berisi PDA untuk dibiakkan. Selanjutnya dilakukan inkubasi dengan suhu 37 oC, karena paada
suhu tersebut merupakan suhu optimal untuk pertumbuhan mikroba. Fungsi perlakuan pada
percobaan penanaman mikroba dengan NA yaitu, pengambilan sampel dilakukan dengan alat
yang steril dimaksudkan untuk menghindari kontaminasi mikroba lain terhadap alat.
Pemindahan bahan dari tabung reaksi 10-1 ke tabung reaksi 10-2 dan dari tabung reaksi 102
ke tabung 10-3 dilakukan di atas bunsen dengan tujuan mencegah mikroba lain yang terbawa
oleh udara untuk masuk ke tabung yang berisi sampel. Selain itu, maksud dari pemindahan
sampel secara berulang kali tersebut yaitu agar diperoleh biakan murni mikroba. Selanjutnya
dilakukan inkubasi pada suhu 37oC karena pada suhu tersebut merupakan suhu optimal bagi
pertumbuhan mikroba.
Media NA (Nutrien Agar) adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam
artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat
dari beef extract, peptone, dan agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan
dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk
membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi
organisme dalam kultur murni. Medium NA berfungsi untuk membiakan berbagai macam
mikroorganisme serta kultur bakteri. Media PDA (Potatos Dexstose Agar) adalah merupakan
media yang umum digunakan dalam kulturasi bakteri. Media PDA terdapat macam zat nutrisi
organik yang digunakan dalam media biakan untuk menumbuhkan atau
mengidentifikasi yeast dan kapang. Dalam suatu sampel atau produk makanan. Media PDA
mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang
dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik
untuk pertumbuhan bakteri. Medium PDA berfungsi untuk menumbuhkan fungi jenis
kapang. Penggunaan NaCl 0,9% dalam praktikum ini adalah sebagai sumber mineral mikroba
yang mana dibutuhkan untuk menjaga sel mikroba tetap dalam keadaan yang isotonis. Jika
hipotonis maka sel mikroba akan pecah.
Faktor kesalahan karena praktikan kurang hati-hati dan teliti pada percobaancontohnya pada
praktikum kali ini yaitu ketika kita melakukan teknik pengambilan yellow tip yaitu
ketika pada saat yellow tip terjatuh pada tabung sampel, hal tersebut dapat menyebabkan
kontaminasi pada bahan.
Pada praktikum isolasi dan identifikasi dasar mikroba yang telah dilakukan didapat hasil
adanya kontaminan pada media (Potato Dextrose Agar) PDA dan (Nutrient Agar) NA,
sehingga tidak menghasilkan jamur dan bakteri pada media tersebut. Adanya kontaminan ini
karena kurangnya sterilisasi yang dilakukan saat melaksanakan prosedur isolasi, seperti saat

mengambil larutan dengan menggunakan yellow tip dan pipet volume. Yellow tip yang masuk
ke dalam tabung reaksi saat mengambil larutan dapat mengontaminasi larutan, sedangkan
pipet volume yang tidak disterilkan juga akan mengontaminasi larutan NA yang akan
digunakan sebagai media. Juga pada saat menghomogenkan media dengan menggunakan
angka 8, karena tidak hati-hati menyebabkan media tumpah dan terkontaminasi.
Berikut ini adalah gambar media PDA dengan jamur:

Gambar 4.1 Media PDA dengan jamur


Jamur yang terdapat pada gambar cawan petri di atas tumbuh pada media Potato Dextrose
Agar (PDA),
jamur
berwarna
putih
dengan
ukuran
kecil
(small),
bentukfilamentous, elevasi convex, dan margin filamentous ini merupakan pembiakan
mikroba menggunakan bahan lain berupa jamur roti yang ditotolkan pada media PDA beku
dan dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 370C selama 48 jam.

BAB V
PENUTUP
5.1

Kesimpulan

a.
b.

c.
1.

Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu praktikum isolasi dan identifikasi dasar mikroba
yang telah dilakukan di laboratorium kita dapat membuat kesimpulan bahwa:
Fungsi dari isolasi mikroba yaitu untuk memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba.
Teknik dasar dalam isolasi yaitu: Metode tuang (Pour plate), Metode sebar
(Spread plate), Metode
goresan
(Streak
plate), Metode
pengenceran
(Dilution
method), Mikromanipulator (tehmicromanipulator method).
Faktor yang dapat mempengaruhi isolasi mikroba yang dapat tumbuh antara lain adalah:
Suhu

2.
3.
4.
5.

5.2

Kelembaban relatif
Cahaya
Radiasi
pH

Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan sampel yang berbeda
seperti digunakan sampel air hujan, air rendaman beras atau air kamar mandi praktikan
masing-masing agar praktikan dapat mengetahui mikroba yang terdapatpada sampel
tersebut yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

You might also like