You are on page 1of 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan
gambaran tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha, serta perubahan dalam posisi
keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan kesimpulan dari pencatatan
transaksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Laporan keuangan adalah media yang paling
penting untuk menilai kondisi ekonomi dan prestasi manajemen. Laporan keuangan disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). SAK memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam memilih metode
maupun estimasi akuntansi yang dapat digunakan. Wardhani (2008) menyatakan fleksibilitas
tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan pencatatan akuntansi dan
pelaporan transaksi keuangan perusahaan.
Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan
menginterpretasikan laporan keuangan maka perlu dibuat analisis laporan keuangan. Analisis
laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana memahami laporan keuangan,
bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi
laporan keuangan dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan. Teknik analisis yang sering digunakan dalam menganalisis laporan keuangan
adalah analisis rasio. Analisis rasio adalah teknik analisis untuk mengetahui hubungan
matematis dari pos-pos tertentu dalam setiap elemenlaporan keuangan. Hasil dari perhitungan
rasio akan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, agar dapat diketahui perubahan yang
terjadi, apakah mengalami kenaikan atau penurunan.
Analisis laporan keuangan menggunakan perhitungan rasio-rasio agar dapat
mengevaluasi keadaan finansial perusahaan dimasa lalu, sekarang, dan masa yang akan
datang. Rasio dapat dihitung berdasarkan sumber datanya yang terdiri dari rasio-rasio neraca
yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, rasio-rasio laporan laba-rugi yang
disusun dari data yang berasal dari perhitungan laba-rugi, dan rasio-rasio antar laporan yang
disusun berasal dari data neraca dan laporan laba-rugi. Laporan keuangan perlu disusun
untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan tersebut meningkat atau bahkan menurun dan
didalam menganalisis laporan keuangan diperlukan alat analisis keuangan, salah satunya
adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
Diharapkan dengan analisis ini dapat diketahui gambaran keadaan keuangan
perusahaan, sehingga interpretasi pengguna laporan terhadap laporan keuangan dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan,terutama bagi direktur dalam rangka
menetapkan kebijakan, menyusun rencana yang lebih baik, serta menentukan kebijaksanaan
yang lebih tepat agar prestasi manajemen semakin baik pada tahun-tahun berikutnya.

B.

RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang
ingin dikemukakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut adalah sebagai berikut :
Apakah Kinerja perusahaan pada PT. Jaya Real Property mengalami peningkatan pada
periode 2012-2013 ditinjau dari laporan keuangan ?

D.

TUJUAN PENELITIAN

Dari rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian yang
ingin dikemukakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut adalah :
Untuk mengetahui Kinerja perusahaan pada PT. Jaya Real Property mengalami
peningkatan pada periode 2012-2013 ditinjau dari laporan keuangan.
E.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bukan hanya secara teoritis tetapi juga
diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis, diantaranya yaitu :
1.

Bagi Perusahaan

Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan sehingga memberikan gambaran dan


pertimbangan bagi PT. Jaya Real Property untuk mengambil keputusan di masa yang akan
datang dan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
penilaian Kinerja Keuangan instansi dan membantu dalam pengambilan keputusan untuk
masalah keuangan yang dihadapi.
2.

Bagi Pembaca

Untuk dapat dijadikan sebagai referensi dalam menghadapi masalah yang sama dan sebagai
sarana pengembangan ilmu pengetahuan.
3.

Bagi Penulis

Untuk sarana menambah ilmu pengetahuan dan penerapan teori yang diperoleh dengan
praktek yang sesungguhnya

BAB II
PEMBAHASAN

A.

SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN PT. JAYA REAL PROPERTY, Tbk.

Berdiri pada tahun 1979, PT Jaya Real Property, Tbk. salah satu pengembang
terkemuka di Indonesia di bidang perumahan dan komersial dengan portofolio di Jakarta
Selatan, Barat dan Pusat.
Bisnis utama perusahaan adalah mengembangkan kawasan pemukiman terpadu dan
berkesinambungan di wilayah Jakarta, yang menawarkan hunian berkualitas yang ramah
lingkungan dan unggul di semua sektor. Perusahaan berkomitmen untuk menjaga
pertumbuhan yang berkelanjutan melalui desain hunian yang ramah lingkungan, pengelolaan
properti yang baik dan komitmen tinggi dalam kemitraan dengan Pemerintah Daerah dan
masyarakat sekitar untuk meningkatkan kualitas infrastruktur daerah setempat.
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (dahulu PT Bursa Efek Jakarta) sejak tahun 1994, PT
Jaya Real Property, Tbk. berkomitmen untuk selalu menjaga pertumbuhan usaha dan
meningkatkan kepercayaan para pemegang saham, konsumen, lingkungan dan masyarakat
dengan menjadi mitra usaha yang bertanggung jawab. Pengalaman dan reputasi Perusahaan
didukung oleh kemampuan Perusahaan untuk menciptakan dan mengembangkan hunian serta
lingkungan yang yang sesuai dengan kebutuhan konsumen yang diikuti dengan kondisi
keuangan yang sehat serta Visi-Misi sebagai pondasi kokoh Perusahaan.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan JRPT pengembangan
kota (urban development) yang meliputi pengembangan kawasan perumahan dan industri,
pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum, penyediaan jasa-jasa pendukung, serta
melakukan investasi, baik langsung dan tidak langsung melalui anak usaha maupun patungan
dengan pihak-pihak lain.
Saat ini kegiatan JRPT terutama adalah pembangunan perumahan dan pengelolaan
usaha properti, meliputi pembebasan tanah, pengembang real estat, persewaan pusat
perbelanjaan dengan proyek Bintaro Jaya, Graha Raya, Bintaro Trade Center, Plaza Bintaro
Jaya, Plaza Slipi Jaya, Pasar Senen V, Pusat Grosir Senen Jaya, Jembatan Multiguna Senen
Jaya, Bintaro Jaya Xchange, Pasar Modern dan Pengelola Kawasan Bintaro serta melakukan
investasi pada anak usaha dan asosiasi.

B.

STRUKTUR ORGANISASI

C.

LAPORAN KEUANGAN (Tahun 2012-2013)


*terlampir

D.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

1. Ratio Likuiditas
Ratio likuiditas digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi
keuangan jangka pendek, yaitu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan
dalam menyediakan alat-alat likuid guna menjamin pengembalian hutang jangka pendek yang
jatuh tempo. Dengan mengetahui angka perbandingan dari ratio tersebut maka kita dapat
mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Ratio ini juga sangat penting bagi para kreditur dan pemegang saham
setidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga yang akan didapat
di masa depan.
Current Ratio (CR)
Current Ratio merupakan rasio likuiditas. Current Ratio yaitu kemampuan untuk
membayar hutang yang harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rasio ini paling sering
digunakan untuk mengukur kemampuan membayar hutang jangka pendek total, karena
mununjukkan seberapa besar tuntutan kreditur jangka pendek yang dapat dipenuhi oleh
aktiva yang diharapkan dapat menjadi kas dalam periode yang hampir sama dengan masa
jatuh tempo tuntutan tersebut (Murti, 2011).
Aktiva lancar yang dimaksud terdiri dari kas, surat berharga, piutang dagang, dan
persediaan sedangkan kewajiban lancar terdiri dari utang dagang, wesel bayar jangka
pendek ; utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak
penghasilan yang terutang, dan beban-beban lain yang terutang (terutama gaji dan upah).
Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka pendek (Sartono, 2001). CR merupakan perbandingan
antara aktiva lancar dengan hutang lancar. CR dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut : (Prastowo, 2011)

Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam
likuiditas dan sebaliknya jika perusahaan yang current ratio-nya terlalu tinggi juga kurang
bagus, karena menunjukkan banyaknya dana yang menganggur pada akhirnya dapat
mengurangi kemampuan laba perusahaan (Murti, 2011). Current ratio yang tinggi bisa
disebabkan oleh kondisi perdagangan yang kurang baik atau manajemen yang yang bobrok.

Dalam masa resesi pihak manajemen mungkin enggan mengganti barangnya. Dengan
demikian, persediaan barang dan utang dagang ditekan sampai tingkat yang paling rendah,
atau saldo piutang yang terlalu besar karena adanya kebijakan kredit dan penagihan yang
kurang efektif.
Pada PT. Jaya Real Property Tbk, di tahun 2012-2013 diketahui sebagai berikut :

2012

2.072.956 .998
2.367 .282 .066

= 0,87566962

2013

2.154 .914 .227


3.063 .899.266

= 0,70332411

Pada tahun 2012, Current ratio sebesar 0,87566962 berarti setiap hutang lancar Rp. 1 dijamin
oleh aktiva lancar Rp. 0,87566962.
Pada tahun 2013, Current ratio sebesar 0,70332411 berarti setiap hutang lancar Rp. 1 dijamin
oleh aktiva lancar Rp. 0,70332411.
Quick Ratio (Aced Test Ratio)
Ratio ini merupakan perbandingan antara aktiva lancar (yang sudah dikurangkan
dengan persediaan) dengan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
didalam memenuhi kewajiban kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan
karena persediaan memerlukan waktu relatif lama untuk direalisasikan menjadi uang kas.
Rumus rasio ini adalah :

2012

2.072 .956 .9981.137 .466 .563


2.367 .282.066

= 0,39517489

2013

2.154 .914 .2271.362 .387 .188


3.063 .899 .266

= 0,25866615

Pada tahun 2012, quick ratio PT. jaya Real Property ini sebesar 0,39517489 yang berarti
setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Rp. 0,39517489 quick assets.
Pada tahun 2013, quick ratio PT. jaya Real Property ini sebesar 0,25866615 yang berarti
setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Rp. 0,25866615 quick assets.
Cash ratio

Cash ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi


hutang yang harus segera dilunasi dengan kas yang tersedia didalam perusahaan. Ratio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :

2012

874.334 .501
2.367 .282 .066

= 0,36934107

2013

588.003 .052
3.063 .899 .266

= 0,19191331

Pada tahun 2012, cash ratio sebesar 0,36934107 yang berarti setiap Rp. 1 hutang lancar
dijamin oleh Rp. 0,36934107 kas.
Pada tahun 2013, cash ratio sebesar 0,19191331 yang berarti setiap Rp. 1 hutang lancar
dijamin oleh Rp. 0,19191331 kas.

Working Capital to Total Assets Ratio


working capital to total assets ratio digunakan sebagai dasar untuk menilai
kemampuan perusahaan didalam kewajiban jangka pendeknya dari total aktiva dan posisi
modal kerja. Ratio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

2012

2.072 .956 .9982.367 .282 .066


4.998 .260 .900

2013

2.154 .914 .2273.063 .899 .266


6.163 .177 .865

= - 0,0588855

= - 0,14748642

Pada tahun 2012, working capital ratio perusahaan sebesar -0,0588855 yang berarti setiap Rp.
1 total aktiva dijamin Rp. - 0,0588855 (negatif tidak terjamin)
Pada tahun 2013, working capital ratio perusahaan sebesar -0,14748642 yang berarti setiap
Rp. 1 total aktiva dijamin Rp. - 0,14748642 (negatif tidak terjamin)

2. Ratio Leverage

Ratio leverage adalah ratio yang digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kativa
perusahaan dibiayai dengan hutang. Kalau perusahaan menggunakan pinjaman dalam jumlah
yang semakin besar dalam membiayai usahanya tanpa meningkatkan modal sendiri, maka
resiko keuangan yang terjadi yaitu ketidakmampuan perusahaan untuk membayar pinjamanpinjaman beserta bunganya yang semakin besar. Maka untuk itu perlu dijaga keseimbangan
antara modal asing dengan modal sendiri.

Total debt to Equity ratio


Biasa digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan
sebagai jaminan hutang. Ratio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

2012

2.776 .832 .018


2.221.428 .882

= 1,25002067

2013

3.479.530 .352
2.683 .647 .513

= 1,29656758

Pada tahun 2012, total debt to equity sebesar 1,25002067 berarti setiap Rp. 1,25002067
modal sendiri jadi jaminan hutang.
Pada tahun 2013, total debt to equity sebesar 1,29656758 berarti setiap Rp. 1,29656758
modal sendiri jadi jaminan hutang.
Total debt to Total Capital Assets
Biasa digunakan untuk mengukur berapa bagian dari aktiva yang digunakan sebagai
jaminan untuk seluruh hutang. Ratio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

2012

2.776 .832.018
4.998 .260.900

= 0,55555964

2013

3.479.530 .352
6.163 .177 .865

= 0,56456757

Pada tahun 2012, total debt to capital assets sebesar 0,55555964 berarti setiap Rp.
0,55555964 aktiva sendiri jadi jaminan hutang.
Pada tahun 2013, total debt to capital assets sebesar 0,56456757 berarti setiap Rp.
0,56456757 aktiva sendiri jadi jaminan hutang.

Time Interest Earned Ratio


Merupakan ratio yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar laba yang
digunakan untuk membayar bunga hutang jangka panjang.

2012

2013

491.372.623
63.447 .626

= 7,74453914

631.664 .496
85.394 .878

= 7,39698341

Pada tahun 2012, time interest earned ratio sebesar 7,74453914 yang berarti Rp. 7,74453914
dari setiap laba (ebit) yang digunakan untuk membayar beban bunga.
Pada tahun 2013, time interest earned ratio sebesar 7,39698341 yang berarti Rp. 7,39698341
dari setiap laba (ebit) yang digunakan untuk membayar beban bunga.
3. Ratio Aktivitas
Ratio ini merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan
atau efektifitas perusahaan dalam menggunakan sumber-sumber dananya yang tersedia
didalam perusahaan.
Total Assets Turnover
Digunakan untuk mengetahui berapa kali kemampuan dana yang tertanam didalam
aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan
untuk menghasilkan pendapatan.

2012

1.101.821 .376
4.998 .260.900

x 1 kali = 0,22044095

10

2013

1.315 .680 .488


6.163 .177 .865

x 1 kali = 0,21347437

Total assets turnover pada tahun 2012 sebesar 0,22044095 kali, berarti dana yang tertanam
dalam aktiva rata-rata berputar dalam setahun 0,22044095 kali (kurang dari 1 kali dana
dalam aktiva tidak dapat diputar).
Total assets turnover pada tahun 2013 sebesar 0,21347437 kali, berarti dana yang tertanam
dalam aktiva rata-rata berputar dalam setahun 0,21347437 kali (kurang dari 1 kali dana
dalam aktiva tidak dapat diputar).

Fix Assets Turnover


Merupakan kemampuan dana yang tertanam didalam aktiva tetap berputar selama
periode tertentu untuk menghasilkan pendapatan.

2012

2013

.
1.101 .821.376
32.382 .005

x 1 kali = 34,02573053 kali

1.315 .680 .488


35.550 .721

x 1 kali = 37,00854585 kali

Total assets turnover pada tahun 2012 sebesar 34,02573053 kali, berarti dana yang tertanam
dalam aktiva tetap berputar dalam setahun 34,02573053 kali.
Total assets turnover pada tahun 2013 sebesar 37,00854585 kali, berarti dana yang tertanam
dalam aktiva tetap berputar dalam setahun 37,00854585 kali.
Working Capital Turnover
Merupakan suatu media untuk mengukur berapa kali perputaran modal kerja dalam
suatu periode kas dari suatu perusahaan.

.
2012

427.924 .997
2.072 .956 .9982.367 .282 .066

x 1 kali = - 1,45391964 kali

11

2013

546.269 .618
2.154 .914 .2273.063 .899 .266

x 1 kali = - 0,931005 kali

Working capital turnover pada tahun 2012 sebesar - 1,45391964 kali yang berarti kemampuan
modal kerja untuk berputar dalam satu periode sebesar - 1,45391964 kali ( negatif modal
tidak dapat berputar).
Working capital turnover pada tahun 2013 sebesar - 0,931005 kali yang berarti kemampuan
modal kerja untuk berputar dalam satu periode sebesar - 0,931005 kali ( negatif modal
tidak dapat berputar).
4. Ratio Profitabilitas
Ratio ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan didalam menghasilkan laba
selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kemampuan
perusahaan tersebut dalam menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian,
profitabilitas suatu perusahaan diketahui dengan membandingkan laba yang diperolehnya
dengan jumlah aktiva atau modal perusahaan tersebut.
Operating Profit Margin
Merupakan media untuk mengetahui berapa besar laba operasi sebelum bunga dan
pajak (net operating income) yang dihasilkan dari penjualan..

2012

491.372 .623
1.101 .821.376

= 0,44596396

2013

631.664 .496
1.315 .680 .488

= 0,48010478

Pada tahun 2012 operating incomnya sebesar 0,44596396 berarti laba (ebit) yang diperoleh
perusahaan dari setiap Rp. 1 penjualannya Rp. 0,44596396.
Pada tahun 2013 operating incomnya sebesar 0,48010478 berarti laba (ebit) yang diperoleh
perusahaan dari setiap Rp. 1 penjualannya Rp. 0,48010478.
Net Profit Margin
Merupakan media untuk mengetahui berapa besar laba bersih yang dihasilkan dari
penjualan setiap penjualan.

12

2012

427.924 .997
1.101 .821.376

= 0,38837965

2013

546.269 .618
1.315 .680 .488

= 0,4151993

Pada tahun 2012 net profit margin 0,38837965 yang berarti laba bersih yang diperoleh dari
setiap Rp.1 penjualan adalah sebesar Rp. 0,38837965
Pada tahun 2013 net profit margin 0,4151993 yang berarti laba bersih yang diperoleh dari
setiap Rp.1 penjualan adalah sebesar Rp. 0,4151993
Earning Power of Total Investment
Merupakan media untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.

2012

491.613.703
4.998 .260.900

2013

631.664 .496
6.163 .177 .865

= 0,09835695

= 0,10249006

Pada tahun 2012, earning power of total investment 0,09835695 berarti setiap Rp. 1 dari
modal menghasilkan keuntungan Rp. 0,09835695.
Pada tahun 2013, earning power of total investment 0,10249006 berarti setiap Rp. 1 dari
modal menghasilkan keuntungan Rp. 0,10249006.
.
Rate of Return for The Owners Equity
Digunakan untuk mengukur seberapa besar laba yang dihasilkan dari modal sendiri
yang ditanam pada perusahaan.

.
2012

427.924 .997
2.221 .428 .882

= 0,19261606

13

2013

546.269 .618
2.683 .647 .513

= 0,20355491

Pada tahun 2012, rate of return for owners equity 0,19261606 menunjukkan bahwa setiap Rp.
1 dari modal sendiri menghasilkan keuntungan Rp. 0,19261606.
Pada tahun 2013, rate of return for owners equity 0,20355491 menunjukkan bahwa setiap Rp.
1 dari modal sendiri menghasilkan keuntungan Rp. 0,20355491.
Return on Assets (ROA)
Return on assets merupakan rasio profitabilitas. Return on assets juga sering disebut
sebagaiReturn on INVESTMENT (ROI). Return on Assets mengukur kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur
tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan
seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya dan dapat dibandingkan dengan tingkat bunga bank
yang berlaku (Prastowo, 2011).
Return on Assets (ROA) atau sering disebut Return on INVESTMENT (ROI). ROI
merupakan salah satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan (Sunardi,
2010). Dengan demikian, rasio ini membandingkan keuntungan yang diperoleh dari sebuah
kegiatan operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva (net
operating assets) yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.
ROA dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : (Sartono, 2001)

ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah


pajak dan total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk
menghasilkan laba bersih setelah pajak (Stella, 2009). Hal ini akan menarik investor untuk
memiliki saham perusahaan tersebut.
Pada PT. Jaya Real Property Tbk, di tahun 2012-2013 diketahui sebagai berikut :

2012

427.924 .997
4.998 .260.900

2013

546.269 .618
6.163 .177 .865

= 0,08561478

= 0,08863441

14

Artinya, perusahaan berada pada zona aman. Karena, menurut surat ketetapan BI
No.23/67/KEP/DIR nilai batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada dibawah 1%
maka perusahaan berada di zona tidak aman.

BAB III
KESIMPULAN

A.

KESIMPULAN

15

1. Ditinjau dari segi likuiditas, posisi keuangan menunjukkan kemampuan perusahaan


dalam membayar hutang belum cukup baik. Ini ditunjukkan dengan menurunnya
current ratio. Cash ratio dan working capital to total assets juga mengalami
penurunan, juga termasuk quick ratio, hal ini berarti ratio likuiditas perusahaan
tersebut kurang baik.
2. Berdasarkan ratio leverage terlihat semua ratio yaitu total debt to total equity dan total
debt to total capital assets mengalami kenaikan. Ini berarti leverage perusahaan ini
sudah cukup baiik.
3. Ditinjau dari segi aktivitas, maka perusahaan ini kurang baik dalam menggunakan
dana-dananya yang ditandai dengan perputaran aktiva yang kurang lancar dan kecil,
sehingga dana perusahaan terlalu lama tertanam didalam piutang.
4. Ditinjau dari segi profitabilitas, maka perusahaan ini termasuk dalam keadaan baik.
Ini dapat ditunjukkan dengan terjadinya kenaikan di semua ratio yang ada pada ratio
profitabilitas. Selain itu perusahaan berada pada zona aman. Karena, menurut surat
ketetapan BI No.23/67/KEP/DIR nilai batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA
berada dibawah 1% maka perusahaan berada di zona tidak aman, sedangkan nilai
ROA/ROI perusahaan ini lebih dari 8%.

You might also like