Professional Documents
Culture Documents
I.
Titik lebur
Bobot jenis
Pka
Stabilitas
potassium
asetat/
sodium
fosfat,
aspirin
Kelarutan
Stabilitas
lemah.
: praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut
Dalam kloroform, dalam eter P, dan dalam eter minyak
tanah P, larutan kadang kadang berfloresensi lemah.
: - petrolatum stabil dengan bahan alam seperti
komponen hidroskarbon.
- Mudah teroksidasi sehingga distabilka
- n dengan
antioksidan seperti butilated hidroksianisole, butilated
hidroksi toluene, atau alpha tokoperol.
Sumber
Adeps Lanae
Warna
Bau
Rasa
Pemerian
Kelarutan
: kuning
: khas
: tidak berasa
: masa seperti lemak, lengket
: tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang
lebih 2 kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol
dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam
Sumber
Paraffin
Warna
: tidak berwarna
Bau
Rasa
Pemerian
Kelarutan
Bobot jenis
Titik lebur
Stabilitas
Sumber
Emulgid
Warna
Bau
Rasa
Pemerian
Kelarutan
Sumber
Aquadest
Warna
Bau
Rasa
Pemerian
Titik didih
Titik lebur
: jernih
: tidak berbau
: tidak berasa / hambar
: cairan jernih
: 100oC
: 0oC
Bobot jenis
: 1 g/cm3
Stabilitas
: mudah terurai dengan adanya udara dari luar
Inkompatibilitas : - air dapat bereaksi dengan obat dan bahan tambahan yang
mudah terhidrolisa ( dekomposisi di air / uap ).
- Air dapat bereaksi kuat dengan logam alkali, dengan
cepat dengan logam alkalin dan okside yang lain, seperti
kalsium okside, dan magnesium okside.
-
Sumber
HPC
Warna
Bau
Rasa
Pemerian
Kelarutan
Sumber
Alkohol
Warna
Bau
Rasa
Pemerian
Kelarutan
Titik didih
Stabilitas
larutan air.
Inkompatibel dengan penyimpanan aluminium dan
berinteraksi dengan beberapa obat.
Sumber
III.
Bahan :
Mortar
Stamper
Cawan penguap
Water bath
Penangas air
Gelas kimia
Timbangan
Pot salep
Stirrer
Matkan
Asam salisilat
Vaselin album
Adeps lanae
Paraffin
Emulgid
HPC
Aquadest
Alkohol
IV.
VI.
Timbang basis semisolid (adeps lanae dan vaselin ) yang akan digunakan
VIII.
( asam salisilat 5 g, vaselin 45g), formula 2 ( asam salisilat 5g, adeps lanae
1,25g dan vaselin 43,75g) formula 3 ( asam salisilat 5g, adeps lanae 2,5g dan
vaselin 42,5g).
IX.
2. Krim
Timbang bahan berkhasiat (asam salisilat) yang akan digunakan
Timbang basis (paraffin dan emulgid) yang akan digunakan
Emulgid dan paraffin dimasukkan dalam cawan penguap, panaskan diatas
tercampur rata.
Masukkan dalam pot salep
menit.
Asam salisilat dimasukkan dalam mortar, tambahkan beberapa tetes etanol
90%, tambahkan HPC yang telah dikembangkan. kemudian aduk perlahan
lahan agar tidak ada udara yang terjebak. Aduk sampai homogen dan
rata.
Masukkan dalam pot salep
Amati sediaan semisolid ( homogenitas, viskositas & reologi, stabilitas
krim, tipe emulsi).
XII.
salisilat 5g, HPC 3,75g dan air 41,25), formula 2 ( asam salisilat 5g, HPC
3,75g, air 20,625g dan alkohol 20,625g ).
XIII.
XIV.
XV.
XVI.
XVII.
XVIII.
XIX.
XX.
XXI.
XXII.
XXIII.
XXIV.
XXV.
XXVI.
XXVII.
XXVIII.
DATA PENGAMATAN
XXIX.
XXX.
XXXI. PEMBAHASAN
XXXII.
merupakan sediaan setengah padat untuk pengobatan melalui kulit. Bentuk sediaan
semisolid yang dibuat dalam percobaan ini adalah:
- Salep
- Krim
- Gel
XXXIII.
Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok. (Moh.Anief, 1988). Dalam percobaan ini dibuat 3
formula untuk salep. Pada formula 1 digunakan asam salisilat yang ditambahkan dengan
vaselin album. Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yang terlihat pada tabel 1
dalam data pengamatan. Pada formula 1 sediaannya homogen dan berwarna putih.
Warnanya putih karena vaselin yang digunakan dalam percobaan ini adalah vaselin
album, dimana dalam proses pemucatan vaselin digunakan asam sulfat. (Moh.Anief,
1988)
XXXIV.
dengan vaselin album dan adeps lanae 2,5%, setelah dilakukan pengamatan didapatkan
hasil seperti yang terlihat pada tabel 1 dalam data pengamatan. Hasilnya homogen,
berwarna putih agak kekuningan. Warna agak kuning disini disebabkan oleh adanya
penambahan adeps lanae, dengan penambahan adeps lanae ini membuat sediaan salep
lebih homogen. Formula 2 lebih stabil dibandingkan dengan formula 1, karena didalam
formula 2 terdapat dua basis salep dengan jenis yang berbeda yaitu vaselin yang
merupakan dasar salep hidrokarbon dengan kemampuan menyerap air sebanyak 5% dan
dapat digunakan sebagai emollient yang dapat bertahan pada kulit dalam waktu yang
lama. (Ansel, 2005). Selain vaselin, ditambahkan adeps lanae yang merupakan basis
salep absorpsi dengan kandungan air sebanyak 25%, basis salep ini juga dapat
digunakan sebagai emolient dan dapat juga digunakan untuk pencampuran larutan berair
ke dalam larutan berlemak, dimana larutan berair mula-mula dapat diabsorpsi ke dalam
dasar salep absorpsi, kemudian campuran ini dengan mudah dicampurkan ke dalam
dasar salep berlemak (Ansel, 2005), sehingga dengan kombinasi dasar basis salep
dengan jenis yang berbeda akan menghasilkan suatu sediaan salep yang lebih baik.
XXXV.
Pada formula 3 menggunakan asam salisilat dengan penambahan
vaselin album dan adeps lanae 5%. Setelah dilakukan pengamatan hasilnya juga dapat
dilihat pada tabel 1 dalam data pengamatan yaitu bersifat homogen dan berwarna
kuning. Dilihat dari 3 formula salep yang telah diamati, ketiganya bersifat homogen dan
yang penampilannya terlihat lebih baik yaitu formula 3, karena dalam formula ini
digunakan adeps lanae dengan konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan formula 2,
sebesar 5%. Sehingga dapat bekerja sebagai basis salep absorpsi dengan baik.
XXXVI.
Sediaan semisolid selanjutnya yang dibuat dalam percobaan ini
adalah krim. Krim merupakan cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air
dalam minyak atau minyak dalam air. (Ansel, 2005). Setelah dilakukan pengamatan
dapat dilihat hasilnya pada tabel 1 dalam data pengamatan. Pada formula 1 terlihat
homogen, stabilitasnya tidak menunjukkan terjadinya pemisahan 2 fase dan tipe emulsi
untuk formula 1 ini adalah air dalam minyak (A/M) dimana perbandingan minyaknya
lebih banyak. Pada formula 2 juga terlihat homogen, stabilitasnya tidak menunjukkan
terjadinya pemisahan 2 fase, tipe emulsinya adalah minyak dalam air (M/A) karena
perbandingan airnya lebih banyak dibandingkan dengan minyaknya. Kedua krim
tersebut baik, tetapi yang lebih baik adalah formula 2 karena selain dilihat dari tipe
emulsinya yaitu M/A yang sangat disukai dalam pembuatan kosmetik, terlihat lebih
homogen karena emulgator yang digunakan yaitu emulgid pada konsentrasi yang jauh
lebih tinggi sebesar 15% dibandingkan dengan emulgid pada formula 1 yang hanya
menggunakan konsentrasi 7,5%.
XXXVII.
Gel merupakan sistem padat atau setengah padat dari paling sedikit
dua konstituen yang terdiri dari masa seperti pagar yang rapat dan dilengkapi oleh
cairan. (Martin, 2008). Dari hasil pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 1 dalam data
pengamatan, pada formula 1 dan 2 untuk pembuatan gel tidak homogen dan terjadi
pemisahan antara 2 fase seperti suspensi yang berwarna putih dengan partikel padat
tidak larut. Seharusnya gel yang baik adalah tidak terjadi pemisahan dan apabila
menggunakan pelarut air atau alkohol akan membentuk gel transparan, tidak seperti
hasil pengamatan. Itu terjadi karena kemungkinan bahan pembentuk gel seperti HPC
tidak bekerja dengan baik karena tidak dapat dikembangkan dalam air dan kemungkinan
telah terkontaminasi oleh udara dan disebabkan oleh faktor lain yaitu kesalahan saat
pembuatan sediaan terutama pada saat pengadukan dengan mixer HPC yang telah
dikembangkan tidak tertutup dengan baik. Untuk menghasilkan sediaan gel yang baik
HPC sebagai bahan pembentuk gel dapat diganti dengan carbopol yang dapat bekerja
dan membentuk kestabilan dengan baik pada konsentrasi 0,5-2,0 %. (HOPE, hal 89)
XXXVIII.
XXXIX.
XL.
DAFTAR PUSTAKA
XLI. Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hal
54,55
XLII. Ansel, Howard C.2005.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta : UI
Press. Hal 502-504, 513
XLIII. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 96
XLIV. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 51,822,823,58,63,652
XLV. Anonim, Handbook Of Pharmaceutical Excipients. Amerika : APHA. Hal 343,
130, 2, 97, 591, 479
XLVI. Martin, Alfred. dkk. 2008.