You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Beakang
Mata merupakan bagian panca indera yang sangat penting dibanding indera lainnya. Para ahli
mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering disebut jendela karena
bisa menyerap semua yang memantulkan. Fatalnya, banyak faktor yang menyebabkan gangguan
pada mata hingga menimbulkan kebutaan Buta berdasarkan orang awam adalah kondisi tidak bisa
melihat sesuatu apapun yang ada dihadapannya. Tetapi menurut ilmu kedokteran bidang mata dan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bila seseorang hanya dapat melihat atau menghitung jari
dengan jarak kurang dari 3 meter (<3/60) maka ia sudah dikatakan buta
Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak. Katarak adalah keburaman atau kekeruhan
lensa yang normalnya transparan dan dapat dilalui cahaya ke retina. Saat kekeruhan terjadi, maka
terjadi pula kerusakan penglihatan (Engram, 2000). Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan
bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, seperti kelainan bawaan, kecacatan, keracunan
obat, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun
kecepatan perkembangan pada masing-masing mata jarang sama.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini diseluruh dunia ada sekitar
135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita kebutaan. Dari
jumlah tersebut, 90% diantaranya berada di negara berkembang dan sepertiganya berada di Asia
tenggara. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang
per tahun, 16% diantaranya diderita usia produktif (http://kbi.gemari.or.id). Angka kejadian
katarak 0,78% dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Usia
merupakan penyebab terbanyak terjadinya katarak yang disebut katarak senilis. Dengan
meningkatnya derajat kesehatan dan usia harapan hidup maka katarak senilis pun meningkat.
Hampir 100% orang akan mengalami katarak terutama katarak yang terkait usia. Secara statistik,
usia timbulnya katarak mulai diatas usia 45 tahun dan semakin banyak usia diatas 60 tahun.
Katarak memang tidak dapat dicegah, akan tetapi juga dapat diobati.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian katarak?
2. Apa saja jenis-jenis katarak?
3. Bagaimana etiologi katarak?
4. Apa saja manifestasi klinis katarak?
5. Bagaimana patofisiologi katarak?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik katarak?
7. Bagaimana penatalaksanaan katarak?
8. Bagaimana komplikasi katarak?
9. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien katarak
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan katarak
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mengidentifikasi definisi katarak


Mengidentifikasi jenis-jenis katarak
Mengidentifikasi Etiologi katarak
Mengidentifikasi Manifestasi Klinik katarak
Mengidentifikasi Patofisiologi katarak
Mengidentifikasi Pemeriksaan Diagnostik katarak
Mengidentifikasi Penatalaksanaan katarak
Mengidentifikasi Komplikasi katarak
Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan katarak

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengerti tentang katarak
2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien katarak

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1.1 Pengertian
1.2 Klasifikasi
1.3 Etiologi
1.4 Patofisiologi
1.5 Manifestasi Klinis
1.6 Pemeriksaan Diagnostik
1.7 Penatalaksanaan
1.8 Komplikasi
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan
(Vaughan, 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses
penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga berhubungan
dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang,
3

penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan
mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001) Hal 1996.
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Hal ini disebabkan
karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan
matanya (Ilyas, 2006) hal 2.
Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan
dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan
penglihatan.

2.2 Jenis Katarak


Jenis jenis Katarak
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu-satunya gejala adalah
distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur

2. Katarak anak- anak


Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak
kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor
genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan
dengan berbagai sindrom.
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab
spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun
tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat.

3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing dilensa atau trauma
tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena
lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum
masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada fisiologi lensa.
Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh
struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan
katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan
retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan-gangguan sistemik berikut: diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe,
Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat penelanan
dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang
diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat
menyebabkan kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang
terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.
2.3 Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami katarak yang
biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini
disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus
lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa
5

dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua
nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis
lensa. Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi
lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya
memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai
timbul kesukaran melihat dekat(presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai
mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan
tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda
dengan mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu
dalam bulan hingga tahun. Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih
cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa
sepertidiabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun
dari merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata.
Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin,
klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan
beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat
mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata
(Ilyas, 2006) . Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat
kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer,
2001).
2.4 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior
6

merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah
diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
2.5 Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien melaporkan
penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif biasanya
meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun ,
dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan
strategi untuk menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah
arah. Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan
langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca
mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari
(Smeltzer, 2001).
Menurut (Mansjoer, 2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu: insipiens, matur,
imatur, dan hipermatur.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan


kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
2.
3.
4.
5.
6.

penglihatan ke retina.
Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)
Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,

perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

2.7 Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa
penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk
menjadi katarak (Ilyas, 2006).
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau mencegah
terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan (James, 2006).
Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan
dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari
penderita. Digunakan nama insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas
kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002).

Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa dengan
implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal
daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata
atau diberikansecara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau
sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi
harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui
insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi).
2.8 Komplikasi
1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka
gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya
glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan
satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan
lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi.

BAB III
PEMBAHASAAN
3.1 Asuhan Keperawatan
Pengkajian Fokus Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit
maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer pasien,
seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau hilangnya daerah
penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata
atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas
sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa
yang terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan kacamata atau
lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau
jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan
masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.

3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci
dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah
nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di
subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau
kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).

10

4. Perubahan pola fungsi


Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
a. Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan merokok,
mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan
atau yang lainnya.
b. Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri.
c. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau masalah
lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d. Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji
nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah
keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.

e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk BAK kaji
warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat,
membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika
ada kaji kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal diri pasien
dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
11

h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi perubahan
yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
i. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalh saat
menstruasi.
j. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam menghadapi
masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan atas sakit
yang diderita.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri,
pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka A- scan ultrasound (echography) dan hitung
sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan
dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan
kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi
6. DiagnosaKeperawatan
a. Pre Operasi
1. Cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.
2. Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
3. Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/ perubahan status organ indera.
b. Post Operasi
12

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.


2. Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori / status organ indera.
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan pasca operasi.
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer
sementara dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
5. Cemas (ansietas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber informasi.

13

7. Intervensi Pre operasi


NO
1

DIAGNOSA

TUJUAN

KEPERAWATAN
Cemas (ansietas)

menurunkan stress

berhubungan dengan

INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji derajat dan durasi gangguan

1. informasi dapat menghilangkan

emosional, ketakutan

visual. Dorong percakapan untuk

ketakutan yang tidak diketahui.

kerusakan sensori dan

dan depresi,

mengetahui keprihatinan pasien,

Mekanisme koping dapat

kurangnya pemahaman

penenmaan

perasaan, dan tingkat

membantu pasien berkompromi

mengenai tindakan operasi

pembedahan dan

pemahaman. Jawab pertanyaan,

dengan kegusaran, ketakutan,

yang akan dilakukan.

pemahaman instruksi.

beri dukungan dan bantu pasien

depresi, tegang, keputusasaan,

Kriteria hasil:
mengucapkan
pemahaman mengenai
informasi.

dengan metode koping.


2. Orientasikan pasien pada
lingkungan yang baru.
3. Jelaskan rutinitas persiapan
operasi dan tindakan operasi yang
akan dilakukan
4. Jelaskan intervensi sedetil
detilnya. Perkenalkan diri anda
pada setiap interaksi, terjemahkan
setiap suara asing, pergunakan
sentuhan untuk membantu
komunikasi verbal.
5. Dorong untuk menjalankan
kebiasaan hidup sehari-hari bila

kemarahan dan penolakan


2. pengenalan terhadap
lingkungan membantu
mengurangi ansietas dan
meningkatkan keamanan
3. Pasien yang telah mendapat
banyak informasi akan lebih
mudah menerima pemahaman
dan mematuhi instruksi.
4. Pasien yang mengalami
gangguan visual bergantung
pada masukan indera yang lain.
5. Perawatan diri dan kemandirian
akan meningkatkan rasa sehat.
14

mampu. Pasan makanan yang bisa

6. Pasien mungkin tak mampu

dimakan dengan tangan bagi

melakukan semua tugas

mereka yang tak dapat melihat

sehubungan dengan

dengan baik atau tidak memiliki


keterampilan koping untuk
mempergunakan peralatan makan.
6. Dorong partisipasi keluarga atau
orang yang berarti daiam

penanganan dan perawatan diri.


7. Isolasi sosial dan waktu luang
yang terlalu lama dapat
menimbulkan perasaan
negative

perawatan pasien.
7. Dorong partisipasi dalam aktivitas
sosial dan pengalihan bila
2

memungkinkan
1. Bantu pasien ketika mampu

Resiko Cedera

Setelah dilakukan

berhubungan dengan

tindakan keperawatan

melakukan ambulasi, pre operasi

cedera ketika langkah

kerusakan penglihatan.

diharapkan

sampai stabil, dan mencapai

sempoyongan atau tidak

cedera dapat dicegah.

penglihatan dan keterampilan

mempunyai keterampilan

Kriteria hasil :

koping yang memadai. Gunakan

koping untuk kerusakan

Menunjukkan

teknik bimbingan penglihatan.

penglihatan.

perubahan perilaku,
pola hidup

1. Menurunkan resiko jatuh atau

2. Memfasilitasi kemandirian dan


2. Bantu pasien menata lingkungan.

untuk menurunkan

Jangan mengubah penataan meja

faktor resiko dan

kursi tanpa orientasi terlebih

melindungi

dahulu.

menurunkan resiko cedera.


3. Meningkatkan keamanan
mobilitas dalam lingkungan.
4. Tameng logam atau kacamata
15

diri dari cedera.

3. Orientasikan pasien pada ruangan.


4. Bahas perlunya penggunaan
persisai metal atau kacamata bila
diperintahkan
5. Gunakan prosedur yang memadai

Gangguan sensori

Setelah dilakukan

persepsi: penglihatan

tindakan keperawatan

berhubungan dengan

diharapkan

gangguan penerimaan

dapat meningkatkan

sensori/ perubahan status

ketajaman penglihatan

organ indera.

dalam batas
situasi individu.
Kriteria hasil :
Mengenal gangguan
sensori dan

ketika memberikan obat mata.


1. Tentukan ketajaman penglihatan,
catat apakah satu atau kedua mata
terlibat.
2. Orientasikan pasien terhadap
lingkungan, staf, orang lain
disekitarnya.
3. Observasi tanda dan gejala
disorientasi. Pertahankan pagar
tempat tidur sampai benar-benar
sembuh.
4. Pendekatan dari sisi yang tidak

berkompensasi

dioperasi, bicara dan menyentuh

terhadap perubahan,

sering, dorong orang terdekat

mengidentifikasi atau
memperbaiki
potensial bahaya
dalam lingkungan.

tinggal dengan pasien.


5. Perhatikan tentang suram atau
penglihatan kabur dan iritasi mata
dimana dapat terjadi bila
menggunakan obat teles mata.

melindungi mata terhadap


cedera.
5. Cedera dapat terjadi bila wadah
obat menyentuh mata.

1. Kebutuhan individu dan pilihan


intervensi bervariasi, sebab
kehilangan penglihatan terjadi
secara lambat dan progresif.
Bila bilateral, tiap mata dapat
berlanjut pada laju yang
berbeda. Tetapi biasanya hanya
satu mata diperbaiki per
prosedur
2. Memberikan peningkatan
kenyamanan dan kekeluargaan,
menurunkan cemas dan
disorientasi pasca operasi.
3. Terbangun dalam lingkungan
tidak dikenal dan mengalami
keterbatasan penglihatan dapat
mengakibatkan bingung pada
16

6. Ingatkan pasien menggunakan


kacamata katarak yang tujuannya
memperbesar 25%, penglihatan
perifer hilang, dan buta titik
mungkin ada.

orang tua. Meningkatkan resiko


jatuh bila bingung/tidak tahu
ukuran tempat tidur.
4. Memberikan rangsang sensori
tepat terhadap isolasi dan
menurunkan bingung
5. Gangguan penglihatan/ iritasi
dapat berakhir 1-2 jam setelah
tetesan mata tetapi secara
bertahap menurun dengan
penggunaan.
6. Perubahan ketajaman dan
kedalaman persepsi dapat
menyebabkan bingunng
penglihatan/ meningkatkan
resiko cedera sampai pasien
belajar untuk mengkompensasi.

17

Intervensi Post Operasi


N
O
1

DIAGNOSA

TUJUAN

KEPERAWATAN
Resiko tinggi terhadap

Setelah dilakukan

infeksi berhubungan dengan

tindakan

prosedur invasive.

keperawatan, infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Meningkatkan
penyembuhan luka

INTERVENSI

RASIONAL

1. Diskusikan pentingnya mencuci

1. Menurunkan jumlah bakteri

tangan sebelum
menyentuh/mengobati mata.
2. Gunakan/tunjukkan teknik yang
tepat untuk membersihkan mata
dari dalam dengan kapas
basah/bola kapas untuk tiap

pada tangan, mencegah


kontamenasi area operasi.
2. Teknik aseptik menurunkan
resiko penyebaran bakteri dan
kontaminasi silang.
3. Mencegah kontaminasi dan
18

tepat waktu, bebas

usapan, ganti balutan dan

drainase purulen,

masukkan lensa kontak bila

eritema, dan demam.

menggunakan.
3. Tekankan pentingnya tidak
menyentuh/menggaruk mata yang
dioperasi.
4. Observasi/diskusikan tanda

5.

kerusakan sisi operasi.


4. Infeksi mata terjadi 2 sampai 3
hari setelah prosedur dan
memerlukan upaya intervensi.
5. Sediaan topical digunakan
secara profilaksis, dimana
terapi lebih agresif diperlukan

terjadinya infeksi, contoh :

bila terjadi infeksi. Steroid

kemerahan, kelopak bengkak,

digunakan untuk menurunkan

drainase purulen.

inflamasi.

Berikan obat sesuai indikasi.


Antibiotic (topical, parenteral,

Gangguan sensori perceptual

Setelah dilakukan

penglihatan berhubungan

tindakan

dengan gangguan penerimaan keperawatan


sensori / status organ indera.

diharapkan dapat
meningkatkan
ketajaman
penglihatan dalam
batas situasi
individu.

subkonjungtiva) dan steroid.


1. Tentukan ketajaman penglihatan,
catat apakah satu atau kedua mata
terlibat.
2. Orientasikan pasien terhadap
lingkungan, staf, orang lain
disekitarnya.
3. Observasi tanda dan gejala
disorientasi.
4. Pertahankan pagar tempat tidur
sampai benar-benar sembuh dan

1. Kebutuhan individu dan pilihan


intervensi bervariasi, sebab
kehilangan penglihatan terjadi
secara lambat dan progresif.
Bila bilateral, tiap mata dapat
berlanjut pada laju yang
berbeda. Tetapi biasanya hanya
satu mata diperbaiki per
prosedur
2. Memberikan peningkatan
19

Kriteria hasil :
Mengenal gangguan
sensori dan
berkompensasi
terhadap perubahan,
mengidentifikasi

penglihatan bisa digunakan


dengan maksimal.
5. Perhatikan tentang suram atau
penglihatan kabur dan iritasi mata

menurunkan cemas dan


disorientasi pasca operasi
3. Berada dalam lingkungan baru

dimana dapat terjadi bila

dengan mengalami

menggunakan obat teles mata.

keterbatasan penglihatan dapat


mengakibatkan bingung.

atau memperbaiki
potensial bahaya
dalam lingkungan.

kenyamanan dan kekeluargaan,

4. Meningkatkan resiko jatuh bila


6. Ingatkan pasien untuk
menggunakan kacamata katarak
yang tujuannya memperbesar

bingung/tidak terbiasa dengan


keadaan di rumah sakit.
5. Gangguan penglihatan/ iritasi

25%, penglihatan perifer hilang,

dapat berakhir 1-2 jam setelah

dan buta titik mungkin ada.

tetesan mata tetapi secara


bertahap menurun dengan
penggunaan.
6. Perubahan ketajaman dapat
menyebabkan gangguan
penglihatan/ meningkatkan
resiko cedera sampai pasien

1. Tanyakan pasien tentang nyeri.

belajar untuk mengkompensasi.


1. Memberikan informasi untuk

Gangguan rasa nyaman:

Mendemonstrasikan

nyeri berhubungan dengan

berkurangnya

Tentukan karakteristik nyeri,

membantu dalam menentukan

tindakan operasi yang akan

ketidaknyamanan

misalnya terus-menerus, sakit,

pilihan/ keefektifan intervensi.


20

dilakukan

mata.
Kriteria hasil :
Menyangkal
ketidaknyamanan
mata, tak ada
merintih, ekspresi
wajah rileks.

menusuk, terbakar. Buat rentang


intesitas pada skala 0-10.
2. Berikan analgesik resep sesuai
pesanan dan mengevaluasi
keefektifan. Beri tahu dokter bila
nyeri mata menetap atau
memburuk setelah pemberian
pengobatan.
3. Berikan anti inflamasi dan agen
anti infeksi oftalmik yang
diresepkan.
4. Berikan kompres dingin sesuai
pesanan dengan menggunakan

2. Analgesik memblokir jaras


nyeri. Ketidaknyamanan mata
berat menandakan
perkembangan komplikasi dan
perlunya perhatian medis
segera. Ketidaknyamanan
ringan diperkirakan
3. Untuk menurunkan bengkak
dan mencegah infeksi.
4. Dingin membantu menurunkan
bengkak.Kerusakan jaringan
mempredisposisikan pasien
pada invasi bakteri.

teknik aseptik. Ajarkan pasien


bagaimana memberikan kompres
dengan menggunakan teknik
aseptik dalam persiapan pulang.
Tekankan pentingnya mencuci
tangan sebelum perawatan mata
dirumah.

21

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak merupakan gangguan pada lensa mata akibat dari hidrasi lensa atau
denaturasi protein ataupun keduanya yang berjalan secara progresif. Katarak ini sering
mengenai pada orang-orang usia produktif dan juga pada orang yang sudah lanjut usia, hal ini
mungkin terjadi karena kurangnya pengetahuan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya katarak seperti terkena pajanan sinar radiasi secara langsung dan berkala, trauma,
penyakit sistemik, adanya zat pathogen yang menginvasi dan juga kurangnya pengetahuan
terhadap bagaimana cara mencegahnya.
4.2 Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang katarak dan
problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai katarak kepada para lansia yang utama.
2. Pemerintah
Untuk mengurangi angka kebutaan yang diakibatkan katarak, pemerintah sudah
mencanangkan program vision 2020 untuk menanggulangi kebutaan di Indonesia. Dengan
terus berputarnya waktu diharapkan pemerintah bisa mempercepat program tersebut dengan
pertimbangan semakin meningkatnya kebutaan yang diakibatkan karena katarak.
3. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya katarak dan
meningkatkan pola hidup yang sehat.

22

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta : EGC
Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran

23

You might also like