You are on page 1of 30

BAB III

TEORI DASAR PENENTUAN CADANGAN GAS


DENGAN METODE MATERIAL BALANCE TIPE P/Z

3.1. Klasifikasi Reservoir Gas


Menurut fasenya, reservoir gas dibedakan secara garis besarnya menjadi tiga
kategori, yaitu reservoir gas kondensat, reservoir gas kering (dry gas reservoir) dan
reservoir gas basah, dimana klasifikasinya berdasarkan pada kondisi tekanan dan
temperatur reservoir dalam hubungannya dengan letaknya didaerah dua fasa (gas atau
liquid) didalam sistem diagram fasa tekanan dan temperatur.
3.1.1. Reservoir Gas Kondensat
Produksi dari reservoir jenis ini didominasi oleh gas dan sedikit liquid, berwarna
bening, memiliki API gravity hingga 60 dan GOR berkisar antara 5 hingga 70 mscf/stb.
Pada kondisi awal, seperti dalam diagram fasa terletak diantara titik kritik dan
trikondenterm, fluida yang terbentuk adalah gas, penurunan tekanan pada temperatur
reservoir, akan melewati garis dew point dan cairan terbentuk di reservoir dan sistem
pemipaan dan separator.
Diagram fasanya seperti contoh Gambar 3.1. Pada titik 1, fluida reservoir hanya
terdiri dari satu fasa, dengan turunnya tekanan selama proses produksi, terjadi
kondensasi retrograde di dalam reservoir. Pada saat tekanan mencapai titik 2, yaitu titik
embun (dew point), cairan mulai terbentuk, dengan turunnya tekanan dari titik 2 ke titik
3, jumlah cairan bertambah. Pada titik 3 ini merupakan titik dimana jumlah cairan
mencapai maksimum, penurunan lebih lanjut menyebabkan cairan menguap, dan sekitar
25% mol fluida yang diproduksikan tetap dalam keadaan cair di permukaan.

Gambar 3.1. Diagram Fase Reservoir Kondensat(2)


3.1.2. Reservoir Gas Kering (Dry Gas Reservoir)
Pada Gambar 3.2. menunjukkan suatu contoh diagram fasa untuk reservoir gas
kering, dimana baik pada kondisi reservoir maupun pada kondisi permukaan fasa tetap
dalam keadaan gas. Gas alam jenis ini umumnya terdiri dari methana dengan sejumlah
kecil ethana dan kemungkinan propana. Istilah Kering menunjukkan bahwa fluida
tidak mengandung molekul-molekul hidrokarbon berat yang cukup untuk membentuk
cairan di kondisi permukaan. Biasanya sistem yang GOR-nya lebih dari 100 mscf/stb
dipertimbangkan sebagai gas kering. Secara teoritis gas kering tidak menghasilkan
liquid di permukaan, bila terdapat liquid yang berasosiasi dengan gas pada reservoir
jenis ini hanyalah air, tetapi definisi untuk membedakan antara gas kering dengan gas
basah masih belum jelas.

Gambar 3.2. Diagram Fase Reservoir Dry Gas(2)


3.1.3. Reservoir Gas Basah (Wet Gas Reservoir)
Fluida pada kondisi reservoir berupa fasa gas dan tetap dalam fasa gas pada
penurunan tekanan pada temperatur reservoir, sehingga selama proses produksi di
permukaan, temperatur mengalami penurunan yang menyebabkan kondensasi di sistem
pipa dan separator permukaan menghasilkan campuran dua fasa, yang mengandung
molekul-molekul hidrokarbon tingkat menengah. Dari Gambar 3.3. menunjukkan
contoh diagram fasa untuk reservoir jenis ini. Kadangkala gas diproses untuk
dipisahkan dan dicairkan menjadi propana dan butana. Reservoir gas ini biasanya
dicirikan dengan hasil produksi GOR permukaan kurang dari 100 mscf/stb dan gravity
minyak hingga mencapai 50 API.

Gambar 3.3. Diagram Fase Reservoir Wet Gas(2)


3.2. Gas Fluida Reservoir
Fluida yang terdapat di dalam reservoir pada tekanan dan temperatur tertentu
secara alamiah merupakan campuran yang komplek dalam komposisi kimianya. Fluida
tersebut berupa gas yang terdiri dari senyawa hidrokarbon dan komponen non
hidrokarbon lain seperti N2, CO2, dan H2S. Gas merupakan suatu fluida yang homogen
dengan densitas dan viskositas rendah yang tidak tergantung dengan bentuk tempat
yang ditempatinya, sehingga dapat mengisi semua ruangan yang ada.

3.2.1. Sifat Gas Berdasarkan Jenisnya


Berdasarkan jenisnya gas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Gas Ideal
-

Fluida yang harga molekulnya dapat diabaikan bila dibandingkan dengan


volume fluida keseluruhannya.

Tidak mempunyai tenaga tarik menarik maupun tolak menolak antara sesama
molekulnya atau antara molekulnya dengan dinding wadah yang ditempatinya.

Tumbukan antara molekulnya bersifat lenting sempurna, sehingga tidak terjadi


kehilangan tenaga sebagai akibat tumbukan tersebut.

Persamaan untuk gas ideal adalah :


Pv n R T

m
RT
M

...

(3-1)
dimana :
v

= volume, cuft

= temperatur, R

= jumlah mol gas, lb

= berat molekul gas, lb/lb-mol

= konstanta gas, psi.cuft/lb-mol. R

= tekanan, psi

2. Gas Nyata
Beberapa asumsi telah digunakan untuk memformulasikan persamaan
keseimbangan untuk gas ideal. Namun asumsi tersebut kurang tepat untuk gas yang
berada pada kondisi jauh dari kondisi ideal/standar. Untuk menanggulangi hal tersebut
digunakan suatu koreksi yang dinamakan sebagai faktor deviasi gas (Z). Faktor deviasi
gas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume gas pada keadaan tekanan dan
temperatur sebenarnya dibagi dengan volume gas pada keadaan ideal/standar.
Dimana

v actual

v ideal

(3-2)

Persamaan untuk gas nyata adalah


Pv n Z R T

m
ZR T
M

....

(3-3)

Gambar 3.4. Hubungan Z vs P pada T konstan(1)


3.2.2. Komposisi Gas
Komposisi gas alam yang tersusun dari ikatan-ikatan atom C, dapat ditinjau dari
jumlah ikatan-ikatan atom C, dan dapat ditinjau dari jumlah serta kandungan senyawasenyawa lain yang menyertainya.

3.2.2.1. Senyawa Molekul Karbon


Gas alam ditinjau dari senyawa molekul karbon ialah beberapa jumlah atom C
yang menyusunnya selama ikatan senyawa molekul karbon masih berbentuk gas.
Seperti dikemukakan oleh Burcik, E.J. (1961), bahwa dalam keadaan standart senyawa
hidrokarbon yang terdiri dari ikatan-ikatan atom C dari deretan parafin dapat berada
dalam keadaan gas, cair dan padat, bergantung pada jumlah atom C dalam satu
molekulnya , yaitu :
C1 sampai dengan C4 berupa gas.
C5 sampai dengan C17 berupa cair.
C18 sampai keatas berupa padat yang tidak berwarna.
Komposisi dari suatu campuran gas diekspresikan sebagai fraksi mol, fraksi
volume atau fraksi berat dari setiap komponen gas. Atau dapat juga diekspresikan
sebagai persen mol, persen volume atau persen berat.
Fraksi mol Yi, didefinisikan sebagai :
Yi

ni
ni

dimana :

(3-4)

Yi

= fraksi mol dari komponen i

ni

= jumlah mol dari komponen i

ni

= total mol dari keseluruhan komponen campuran

Sehingga berat molekul total untuk suatu campuran adalah :


Ma =

Y M
i

....

(3-5)
dimana :
Ma

= berat mol total campuran

Mi

= berat mol gas dari komponen i

Harga berat molekul untuk setiap komposisi dapat dilihat pada Tabel III-1.
Tabel III-1. Sifat Fisik Penyusun Gas Alam
Komponen
Metana
Etana
Propana
n - Butana
Isobutana
n - Pentana
Isopentana
n - Hexana
n - Heptana
n - Oktana
Karbondioksida
Nitrogen
Hidrogen Sulfida

Rumus
Kimia
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C4H10
C5H12
C5H12
C6H14
C7H16
C8H18
CO2
N2
H2S

Berat
Molekul
16,04
30,07
44,09
58,12
58,12
72,15
72,15
86,17
100,2
114,22
44,01
28,02
34,08

Temperatur Kritis
F
R
-116
344
89
549
206
666
306
766
272
732
386
846
370
830
454
914
512
972
564
1024
88
548
-233
227
213
673

Tekanan Kritis
(Psia)
673
712
617
551
544
485
483
435
397
362
1073
492
1306

Fraksi volume didefinisikan sebagai :


(Fraksi Volume) i = Vi/Vi

(3-6)

fraksi berat wi, didefinisikan sebagai :

Wi
Wi

....

dimana :
Vi

= volume dari komponen i pada kondisi standart

Vi

= volume total dari campuran pada kondisi standart

Wi

= berat komponen i

Wi

= berat total dari campuran

= fraksi berat komponen i

(3-7)

3.2.2.2. Kandungan Senyawa Lain


Gas alam dapat terjadi dalam keadaan sendiri atau terdapat bersama-sama
dengan minyak. Gas ini terutama terdiri dari anggota-anggota yang mudah menguap
dari golongan C1 sampai C4. Disamping gas hidrokarbon, gas ini juga mengandung CO 2,
N2, H2S, helium dan uap air dalm jumlah yang berbeda. Kandungan ini harus kita
ketahui besar prosentasenya karena akan mempengaruhi besarnya harga Z.
3.2.3. Sifat-sifat Fisik Gas
Sifat-sifat fisik metana sampai dekana dan juga senyawa-senyawa yang biasa
terkandung di dalam fluida hidrokarbon di reservoir ditunjukkan pada Tabel III-1.
Informasi ini dapat dipakai untuk memperkirakan sifat-sifat campuran hidrokarbon.
Untuk gas hidrokarbon multikomponen dipakai konsep Pseudo Critical Temperatur
(TPc) dan Pseudo Reduced Pressure (PPR) dengan persamaan sebagai berikut :
Ppc =

Y Pc
i

dan Tpc =

Y Tc
i

....

(3-8)
Atau dapat juga menggunakan korelasi Ppc dan Tpc versus Gravity Gas dari Gambar
3.5. dimana perlu diketahui terlebih dahulu harga spesifik gravity gas yaitu :
g Ma/28.29

....

(3-9)

dimana Ma adalah berat molekul total campuran gas dan harga 28.97 adalah berat
molekul udara. Sehingga Tpc dan Ppcnya dapat dihitung dengan Persamaan Standing
dan Katz (3-10) dan (3-11).
Tpc = 168 + 325 g 12,5 g

(3-10)

Ppc = 667 + 15 g - 37,5 g .

(3-11)

persamaan Pseudo Reduced Pressure dan Pseudo Reduced Temperatur adalah :


Ppr = P/Ppc dan Tpr = T/Tpc .

(3-12)

Gambar 3.5. Grafik Ppc dan Tpc vs Gravity Gas(4)

3.2.3.1. Faktor Deviasi Gas (Z / Faktor Kompresibilitas Gas)


Faktor kompresibilitas gas adalah rasio dari volume gas pada tekanan dan
temperatur tertentu dengan volume gas pada kondisi standart. Faktor kompresibilitas
gas dapat dicari secara grafik ataupun dengan persamaan matematis.

Secara Grafik
Faktor deviasi gas atau faktor kompresibilitas gas telah dibuatkan chart atau

grafiknya oleh Standing dan Katz (1942) seperti terlihat pada Gambar 3.6. yang
merepresentasikan faktor kompresibilitas gas alam, Z sebagai fungsi dari tekanan
pseudo reduced, Ppr dan temperatur pseudo reduced, Tpr. Chart ini cukup luas dipakai
dalam industri migas.
Dengan diketahui harga Ppr dan Tpr, maka harga faktor deviasi gas dapat
ditentukan. Katz dan Standing telah menghasilkan grafik korelasi : Z = f(Ppr,Tpr).
Grafik ini memberikan hasil yang memuaskan bila gas tidak mengandung N 2, CO2 dan
H2S. Untuk gas yang mengandung unsur-unsur tersebut perlu dilakukan koreksi harga
Ppc dan harga Tpc lebih dahulu sebelum menghitung Ppr dan Tpr. Koreksi untuk gas
yang mengandung CO2 dan H2S adalah sebagai berikut :
Tpc = Tpc
Ppc =

(3-13)

(3-14)

Ppc T' pc
Tpc ( B - B 2 )

= 120 (A0,9 A1,6) + 15 (B0,5 B4)

dimana :
Tpc

= temperatur pseudokritis sebelum koreksi

Ppc

= tekanan pseudokritis sebelum koreksi

Tpc

= temperatur pseudokritis sesudah koreksi

Ppc

= tekanan pseudokritis sesudah koreksi

= fraksi mol H2S

(3-15)

= fraksi mol CO2 + B

Gambar 3.6. Grafik Faktor Kompresibilitas Gas untuk Gas Alam(2)

Harga Ppr dan Tpr didapat dengan persamaan :


Ppr = P/Ppc dan Tpr = T/Tpc

(3-16)

dimana :
Ppr

= tekanan tereduksi semu

Tpr

= temperatur tereduksi semu

Persamaan (3-13) sampai Persamaan (3-14) menghasilkan faktor Z dengan tingkat


kesalahan dibawah 5% berdasarkan percobaaan untuk konsentrasi CO2 sampai dengan
55 mol% dan H2S sampai dengan 74 mol% pada temperatur sampai dengan 300 F dan
tekanan sampai dengan 7000 psia. Jika dalam campuran nitrogen terkandung sampai
10% mol nitrogen, maka akan terjadi penyimpangan harga Z sebesar 1 %. Jika
terkandung 20 % mol atau lebih, maka akan terjadi penyimpangan sebesar 3 % atau
lebih.

Secara Matematis
Untuk mendapatkan harga Z, dapat pula dihitung dengan persamaan matematis.

Persamaan untuk menghasilkan faktor kompresibiltas gas Z oleh Thomas, Hankinson


dan Phillips (1970) dapat ditulis sebagai :
Z=1

3,52Ppr
10 0,9812 Tpr

0,274Ppr

10 0,8157 Tpr

(3-17)

Harga Ppc dan Tpc yang digunakan untuk memperoleh Ppr dan Tpr
diformulasikan sebagai :
Ppc = 170,491 + 307,344 x g
Tpc = 709,604 58,718 x g

(3-18)

(3-19)
Persamaan yang diberikan oleh Mx Cain, Jr. :
Z = 1 + (A1 + A2/Tpr + A3/Tpr3 + A4/Tpr4 + A5/Tpr5) pr +
(A6 + A7/Tpr + A8/Tpr2) pr2 A9 (A7/Tpr + A8/Tpr2) pr5 +
A10 (1 + A11 pr2 ) (pr2/Tpr3) exp (-A11 pr2) .....

(3-20)

dimana :
A1

= 0,3265

A2

= -1,07

A3

= -0,5339

A4

= 0,01569

A5

= -0,05165

A6

= 0,54750

A7

= -0,7361

A8

= 0,1844

A9

= 0,1056

A10

= 0,6134

A11

= 0,721

dimana sifat-sifat pseudo critical dihitung dengan :


Ppc = 756,8 - 131 g - 3,6 g

.....

(3-21)
Tpc = 169,2 + 349,5 g - 74 g

.....

(3-22)

3.2.3.2. Densitas Gas


Densitas gas adalah perbandingan massa gas dengan volume. Sesuai dengan
persamaan gas ideal, maka rumus densitas untuk gas ideal adalah :
g

m P.M

v
R.T

.....

(3-23)

Untuk perhitungan densitas campuran gas bila campuran gas tersebut mengikuti hukum
gas nyata adalah :
g

P.M
28,97 P. SG

R.T
Z.R.T

.....

dimana :
g

= densitas gas, lb/cuft

SG

= spesifik gravity gas

= suatu tetapan, psi.cuft/lb-mol. R

(3-24)

Gambar 3.7.
Grafik Koreksi Zat Pengotor CO2 vs H2S untuk Gas Alam(5)

3.2.3.3. Viskositas Gas


Viskositas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran. Viskositas gas
hidrokarbon umumnya lebih rendah daripada viskositas gas non hidrokarbon. Bila
komposisi campuran gas alam diketahui, maka viskositasnya dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan :

Y M

Y M
gi i

0,5
i

0,5

.....

1 poise = 1dyne-det/cm2
= 1 gr/(det) (cm)
= 100 centipoise
= 6,72 x 10-2 lbm/(ft) (det)
= 2,09 x 10-3 lbf-det/ft2
dimana :
g

= viskositas gas alam

gi

= viskositas gas murni

Carr, Kobayashi dan Burrows, membuat grafik korelasi pada Gambar 3.8.

(3-25)

Gambar 3.8.

Grafik Viskositas Gas pada 1 atm vs Berat Molekul dan Gas Gravity(1)
3.2.3.4. Faktor Volume Formasi Gas
Faktor volume formasi gas (Bg) didefinisikan sebagai besarnya perbandingan
volume gas pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir dengan volume gas pada
kondisi standar (60 F, 14,7 psia), atau sebagai volume dalam barrel yang ditempati oleh
satu SCF gas pada tekanan dan temperatur standar bila dikembalikan pada tekanan dan
temperatur reservoirnya.
Bila satu standar cubic feet ditempatkan dalam reservoir dengan tekanan Pr dan
temperatur Tr, maka rumus-rumus gas dapat digunakan untuk mendapatkan hubungan
antara kedua keadaan dari gas tersebut, yaitu :
P1 V1
P V
r r
Z r Tr
Z r Tr

.....

(3-26)

Untuk harga P1 dan T1 dalam keadaan standar, maka diperoleh :


Vr = 0,0283

Z r Tr
cuft
Pr

.....................................................

(3-27)

Untuk keadaan standar, maka Vr (cuft) harus dibagi dengan 1 scf untuk mendapatkan
volume standar. Jadi faktor volume formasi gas (Bg) adalah :
Bg = 0,0283

Z r Tr
cuft/scf
Pr

.....

(3-28)

Dalam satuan bbl/scf, besarnya Bg adalah :


Bg = 0,00504

Z r Tr
bbl/scf
Pr

.....

(3-29)

3.3. Mekanisme Pendorong


Ada dua macam tenaga pendorong yang dapat menyebabkan terproduksinya gas
dari dalam reservoir gas, yaitu :
1. Depletion Drive
2. Water Drive
3.3.1. Depletion Drive

Reservoir dengan mekanisme produksi depletion drive mempunyai sifat dimana


volume reservoir gas tersebut tetap dan biasanya merupakan suatu unit reservoir yang
tertutup. Karena itu reservoir jenis ini sering juga disebut sebagai reservoir volumetrik.
Pada reservoir jenis ini, gas mengalir (terproduksi) hanya karena pengembangan gas itu
sendiri bila tekanan reservoirnya berkurang.
Pada reservoir jenis ini, gas dapat diproduksi mulai dari saat diketemukan
sampai pada suatu tekanan tertentu yang disebut Abandonment Pressure yaitu batas
tekanan minimum reservoir dimana gas masih dapat diproduksi pada laju produksi
terendah. Perilaku reservoir depletion drive dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Karakteristik dari reservoir depletion drive adalah :
-

Penurunan tekanan reservoir cepat

Produksi air hampir tidak ada atau relative kecil dan dapat diabaikan

Recovery faktornya relatif lebih besar jika dibandingkan dengan mekanisme


pendorong lainnya, yaitu dapat melebihi 80% dari initial gasnya.

Gambar 3.9. Perilaku Reservoir Depletion Gas Drive(1)

3.3.2. Water Drive


Reservoir water drive adalah reservoir yang mempunyai tenaga pendorong air.
Apabila suatu reservoir water drive diproduksikan, maka akan terjadi penurunan
tekanan reservoir, sehingga air dari dalam aquifer akan merembes ke dalam reservoir .
Air yang merembes masuk ke dalam reservoir tersebut mendesak gas keluar pori-pori
batuan reservoir. Perilaku reservoir water drive dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10. Perilaku Reservoir Water Drive(1)

Karakteristik dari reservoir water drive adalah :


-

Penurunan tekanan reservoir sangat lamban. Hal tersebut disebabkan oleh air yang
masuk ke dalam reservoir akan menggantikan tempat yang ditinggalkan oleh gas.

Harga Productivity Index relative konstan. Hal ini disebabkan oleh karena
penurunan tekanan reservoir sangat lambat selama produksi.

Selama produksi, jumlah saturasi air yang terproduksi akan terus meningkat.

Recovery factor berkisar antara 35%-75%.


Untuk reservoir jenis water drive ini, energi pendesakan yang mendorong gas

untuk mengalir adalah berasal dari air yang terperangkap bersama-sama dengan gas
pada batuan reservoirnya.
3.4. Tekanan dan Temperatur Reservoir
3.4.1. Tekanan Reservoir
Dalam perhitungan untuk menentukan cadangan gas secara Material Balance,
tekanan reservoir yang digunakan adalah tekanan pada kondisi stabil. Reservoir gas
yang mempunyai permeabilitas rendah memerlukan waktu yang lama (beberapa hari
atau lebih lama lagi) untuk mencapai tekanan dalam kondisi stabil, setelah sejumlah gas
diproduksikan. Akibatnya harus dilakukan studi terhadap karakteristik hasil uji tekanan
(well test) dari sumur-sumur individual sebagaimana halnya distribusi tekanan di
seluruh reservoir.
Perkiraan perilaku tekanan (plot test tekanan vs waktu) diperlukan untuk
menentukan harga tekanan rata-rata untuk tiap-tiap waktu. Tekanan rata-rata diplotkan
dengan produksi kumulatif gas per waktu (tiap tahun) akan didapatkan suatu persamaan

trendline secara linearnya adalah y = ax + b, dengan a,b adalah konstanta, sumbu x


sebagai Gp dan sumbu y adalah tekanan uji sumur. Dari persamaan dapat dihitung
tekanan rata-rata reservoir pada setiap pertambahan produksi kumulatif gas atau setiap
pertambahan waktu dengan :
Pave = aGp + b

.....

(3-30)

dimana :
Pave

= tekanan rata-rata, psi

Gp

= produksi kumulatif gas, SCF

Pab

= tekanan abandonment, psi

Data tekanan lainnya yang diperlukan berkenaan dengan perhitungan cadangan


gas adalah tekanan abandonment, Pab yaitu batas tekanan minimum reservoir dimana gas
masih dapat diproduksi pada laju produksi terendah.
3.4.2. Temperatur Reservoir
Berdasarkan anggapan bahwa bumi berisi magma yang sangat panas, maka
dengan bertambahnya kedalaman temperatur juga akan naik. Besar kecilnya kenaikan
temperatur akan tergantung pada gradient temperaturnya. Gradien temperatur ini disebut
juga dengan gradient geothermal, yaitu bilangan yang menunjukkan besarnya kenaikan
temperatur tiap turun ke dalam bumi secara tegak lurus sedalam satu ft. Gradien
geothermal ini biasanya berkisar 1,6 F tiap 100 ft. Temperatur reservoir biasanya
diambil dari data DST (Drill Steam Test). Namun jika data temperature tidak terlampir
pada data kondisi reservoir, pada setiap gradien kedalaman, persamaan empiris
temperatur reservoir dapat dihitung dengan :
Tf = 74 + (GT) (Fm)

.....

(3-31)

Untuk mendapatkan nilai temperatur reservoir, maka diplotkan temperatur dan tekanan
dari data uji sumur. Kemudian dicari trendline linear, yang menghasilkan persamaan y =
ax + b dengan a,b adalah konstanta, sumbu y sebagai temperatur dan sumbu x adalah

tekanan uji sumur. Dari persamaan dapat dihitung tekanan rata-rata reservoir pada setiap
tekanan :
Tave = aPave + b .....

(3-32)

dimana :
Tf

= temperatur reservoir, F

GT

= gradien temperatur, F/100ft

Fm

= kedalaman formasi, ft

Tave

= temperatur rata-rata, F

3.5. Penentuan Cadangan Gas dengan Metode Material Balance


Adalah suatu metode perkiraan cadangan hidrokarbon berdasarkan konsep
kesetimbangan materi dalam suatu reservoir. Persamaan material balance diturunkan
berdasarkan setiap perubahan volume yang terjadi setiap zone yang ditempati oleh
setiap jenis fluida dalam reservoir. Adapun anggapan atau asumsi yang digunakan
dalam metode material balance, yaitu :
1. Reservoir dianggap sebagai model satu tanki bervolume tetap.
2. Perubahan tekanan yang terjadi akan tersebar secara merata keseluruh reservoir
(kesetimbangan tekanan berlaku didalam reservoir). Implikasinya adalah tidak
ada gradien tekanan besar yang melalui reservoir tersebut setiap saat.
3. Data pressure-volume-temperature (PVT) dari laboratorium diaplikasikan untuk
reservoir gas pada tekanan rata-rata.
4. Tersedia data sejarah produksi, pengukuran tekanan dan injeksi.
5. Perubahan saturasi air sisa dan volume air konat aleh tekanan, perubahan
porositas terhadap tekanan, dan evolusi gas terlarut dalam air konat dengan
turunnya tekanan diabaikan.
Konversi massa pada reservoir gas untuk menghasilkan kesetimbangan massa dan mol,
yaitu :
mp = mi n

.....

(3-33)

np = ni n

.....

(3-34)

dan

Untuk reservoir gas yang mempunyai volume tetap sehingga komposisi gas
terproduksi adalah konstan, maka volume gas dalam standart cubic feet (keduanya,
terproduksi dan tersisa di reservoir) adalah berbanding langsung dengan massa dan mol.
Dengan menggunakan konsep tanki bervolume konstan, dipandang Vi sebagai volume
reservoir hidrokarbon awal (bbl) pada tekanan awal Pi. Diasumsikan bahwa pada suatu
tekanan P, sejumlah Gp standart cubic feet gas dan air sebanyak Wp stock tank barrel
telah terproduksi dipermukaan, sejumlah We reservoir barrel air telah merembes ke
dalam reservoir, dan volume gas sisa di reservoir adalah V barrel. Karena reservoir
diasumsikan konstan, maka dihasilkan :
Vi = V + We WpBw .....

(3-35)

V = Vi We + WpBw .....................................................

(3-36)

atau
Vi, V,We dan WpBw dalam reservoir barrel; Bw adalah faktor volume formasi air dalam
reservoir barrel per stock tank barrel.
Dari hukum gas :
n=
np =

PV
ZRT

Pb G p
Z b RTb

.....

(3-37)

.....

(3-38)

Substitusikan Persamaan (3-35) ke Persamaan (3-38), menghasilkan :


Pb G p
Z b RTb

P(Vi - We Wp B w )
Pi Vi

ZRT
Z i RT

5,615

Gp = 5,615

Z b Tb
Pb T

Pi Vi P(Vi - We Wp B w )

Z
Z
i

.....

(3-39)

.....

(3-40)

Selanjutnya, dengan menyatakan Vi ke dalam term Gi (SCF gas awal di tempat)


dan mensubstitusikan faktor volume formasi gas Bgi dan Bg pada tekanan Pi dan P, maka
Persamaan (3-40) menjadi :

Gp =

G i (B g - B gi ) We - Wp B w
Bg

.....

(3-41)

Persamaan untuk reservoir tanpa water influx dan tanpa produksi air,
Persamaan (3-40) dan Persamaan (3-41) menjadi :
Gp = 5,615

Z b Tb Vi
Pb T

Pi P


Zi Z

.....

(3-42)

.....

(3-43)

dan
Gp =

G i (B g - B gi )
Bg

Persamaan untuk reservoir volumetris (tertutup) dapat dituliskan sebagai :


Pb TG p
P
P

i
Z
5,615 Z b Tb Vi Z i

.........................................

(3-44)

Plot antara P/Z vs Gp akan memberikan garis linear untuk reservoir gas
volumetrik. Perpotongan P/Z = 0 memberikan nilai Initial Gas In Place :
IGIP =

5,615 Z b Tb Vi Pi
Pb TZ i

P/Z = a Gp + b

.....

(3-45)

.....

(3-46)

Jika harga P/Z = 0, maka IGIP :


IGIP =

b
a

.....

(3-47)

Eksplorasi garis linier yang diberikan oleh persamaan diatas dapat dilihat pada
Gambar 3.11.
3.5.1. Penentuan Cadangan Gas dengan Metode P/Z versus Gp
Jika data kumulatif produksi dan tekanan reservoir cukup tersedia, cadangan gas
(OGIP) dapat ditentukan tanpa harus mengetahui terlebih dahulu harga A, h, , dan S w.
Ini dibentuk dengan membuat kesetimbangan massa atau mol dari gas.
Mol produksi = mol awal ditempat mol sisa
Aplikasi hukum gas (PV = Z n RT), maka didapat persamaan sebagai berikut :

Psc G p
Tsc Z sc

Pi Vi PVi

Tf Z i Tf Z

.........................................

(3-48)
Volume reservoir gas, Vi dapat diubah dalam satuan SCF dengan membaginya dengan
Bgi.
Vi = G Bgi

.....

(3-49)

Kombinasi antara persamaan diatas dapat diturunkan sebagai berikut :


Tf Psc G p
P
P
i
Z Zi
Tsc B gi G

.....

(3-50)

Gambar 3.11. Plotting P/Z versus Gp(4)


Langkah-langkah untuk penentuan cadangan gas dengan kurva P/Z versus G p adalah
sebagai berikut :

Menghitung produksi kumulatif gas (tiap tahun) mulai pertama kali berproduksi
hingga terakhir kali berproduksi.

Dari Persamaan (3-30), dapat ditentukan tekanan rata-rata reservoir dari setiap
poduksi kumulatif atau dapat menggunakan data tekanan actual (hasil pengukuran).
Pave = aGp + b

Menentukan nilai Tpc dan Ppc dari Persamaan (3-10) dan (3-11) (Persamaan
Standing dan Katz) :
Tpc = 168 + 325 g 12,5 g
Ppc = 667 + 15 g - 37,5 g

Harga Tpc dan Ppc dikoreksi dengan Metode Wichert-Aziz dari Persamaan (3-13)Persamaan (3-15) :
Tpc = Tpc
Ppc =

Ppc T' pc
Tpc ( B - B 2 )

= 120 (A0,9 A1,6) + 15 (B0,5 B4)

Harga dari Ppr dan Tpr dihitung dengan Persamaan (3-16).


Ppr = P/Ppc
Tpr = T/Tpc

Dari harga Ppr dan Tpr dicari harga faktor kompresibilitas gas (Z) dari grafik
Standing dan Katz.

Harga Z digunakan untuk menentukan nilai P/Z dari tekanan rata-rata (tekanan hasil
pengukuran).

Kemudian harga dari P/Z diplotkan dengan produksi kumulatif Gp setiap bulan.
Dicari trendline-nya yang akan memberikan persamaan linier seperti (Persamaan 346). Dengan memberikan harga P/Z = 0, maka akan memberikan harga Initial Gas
In Place :
IGIP =

5,615 Z b Tb Vi Pi
Pb TZ i

P/Z = a Gp + b
IGIP =

b
a

karena P/Z = 0

3.5.2. Penentuan Ultimate Recovery


Ultimate recovery adalah perkiraan jumlah cadangan gas yang dapat
diproduksikan ke permukaan sampai batas ekonominya dari total Initial Gas In place.
Jumlah cadangan yang dapat diproduksikan ke permukaan tergantung dari tekanan
abandonment-nya.

Tekanan abandonment ditetntukan dengan menggunakan persamaan :


psi

ppg = 0,052 xTVDSS

.....

(3-51)
dimana :

ppg

= tekanan dalam point per galon

psi

= tekanan dalam satuan psi

TVDSS

= kedalaman dari log

Dari tekanan abandonment reservoir, dicari Za, dengan langkah seperti diatas.
Selanjutnya dihitung Pa/Za, masukkan ke Persamaan (3-46), didapatkan Ga,
yang merupakan Ultimate Recovery.
Pa

UR G a

Za
a

...

(3-52)

atau, perkalian antara intial gas in place dengan recovery factor.


EUR = OGIP x RF

...

3.5.3. Penentuan Faktor Perolehan (Recovery Factor)

(3-53)

Recovery Factor dapat diartikan sebagai persentase jumlah gas yang dapat
diproduksikan ke permukaan.

Recovery Factor dapat ditentukan dengan persamaan :


RF

UR
x 100%
IGIP

....

(3-54)

3.5.4. Penentuan Cadangan Sisa


Cadangan gas yang masih tertinggal di reservoir dan masih dapat diproduksikan
(remaining recoverable reserve) dihitung dengan persamaan :
Gsisa = UR - GP(Maret 2006) .
55)

(3-

You might also like