You are on page 1of 16

Pengaruh Pajak Terhadap Perekonomian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak adalah pungutan yang bersifat dipaksakan oleh negara kepada warga negaranya untuk
memenuhi berbagai macam tuntutan dan perkembangan dalam pembangunan. Peran pajak sangat
besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, termasuk di negara Indonesia yang termasuk
negara sedang berkembang, yang menggunakan pajak sebagai salah satu pendapatan utama untuk
membiayai segala macam kebutuhan. Apalagi, dari total penerimaan anggaran di tahun ini, pajak
ditargetkan menyumbang 70,9 persen, atau Rp 500 triliun lebih. Tidak terbayang, bila pajak yang
memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi, ternyata dimanipulasi unuk kepentingan
beberapa pihak dan merugikan negara hingga trilyunan rupiah. Perlahan tetapi pasti pengurangan
pajak yang dilakukan secara sengaja dan bersifat illegal tersebut akan banyak mempengaruhi
perkembangan ekonomi dan pertumbuhan pembangunan di Indonesia. Tingkat perkembangan
ekonomi akan berjalan di tempat bahkan mengalami kemunduran. Banyak pembangunan yang
tidak berjalan karena prediksi pendapatan dari pajak yang awalnya ditujukan untuk membiayai
pembangunan ternyata tidak sepadan karena penggelapan uang pajak.
Kepatuhan dalam mematuhi peraturan negara, khususnya untuk membayar pajak seharusnya
sudah menjadi budaya. Pajak bukan sekedar kewajiban semata, karena dari pajaklah semua
pembangunan yang ada di negara Indonesia ini dapat berlangsung. Kita seharusnya tidak selalu
menuntut hak akan fasilitas yang wajib disediakan oleh negara, tetapi hanya untuk sekedar

memberikan kontribusi pajak negara saja, kita memikirkan berbagai macam cara untuk
memanipulasinya. Saat inilah waktu yang tepat bagi kita bersama untuk memberikan kontribusi
bagi negara ini, hanya dengan kepatuhan akan menjalankan peraturan negara, kita dapat
membangun negara ini menjadi lebih baik lagi.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini disusun untuk membahas beberapa persoalan mendasar yang terkait dengan peran
pajak dalam perekonomian Indonesia, yaitu :
1. Bagaimana efek yang ditimbulkan pajak terhadap perekonomian ?
2. sebutkan dan jelaskan salah satu bentuk permasalahan yang terkait dengan perpajakan?
3. Bagaimana solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pajak
tersebut?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan pajak terhadap perekonomian.
2. Untuk mengetahui satu bentuk permasalahan yang terkait dengan perpajakan.
3. Untuk mengetahui solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pajak
tersebut.

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Penerimaan Pemerintah
A. Sumber-Sumber Penerimaan Negara
Penerimaan pemerintah kita artikan sebagai penerimaan pemerintah dalam arti yang seluasluasnya yaitu meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang
dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan oleh pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak uang, dan
sebagainya. Cara-cara yang dapat ditempuh pemerintah untuk mendapatkan uang pada intinya
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Pajak
2. Retribusi
3. Keuntungan dari Perusahaan-perusahaan Negara
4. Denda-denda
5. Sumbangan masyarakat
6. Pencetakan Uang Kertas
7. Hasil dari Undian Negara
8. Pinjaman
9. Hadiah
B. Distribusi Beban Pemerintah
Hal penting dari inventarisasi sumber-sumber keuangan pemerintah di atas adalah pemecahan
masalah mengenai prinsip-prinsip yang harus ditempuh untuk mendistribusikan beban pemerintah
kepada anggota-anggota masyarakat. Pajak di samping sebagai sumber penerimaan negara yang
utama (fungsi budget) juga mempunyai fungsi lain yaitu sebagai alat untuk mengatur dan
mengawasi kegiatan-kegiatan swasta dalam perekonomian (fungsi pengatur). Sebagai alat
anggaran (budgetary) pajak digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai

kegiatan-kegiatan pemerintah, terutama kegiatan-kegiatan rutin. Pajak dalam fungsinya sebagai


pengatur (regulatory), dimaksudkan terutama untuk mengatur perekonomian guna menuju pada
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, mengadakan redistribusi pendapatan serta stabilisasi
ekonomi.
2.2 Pajak
Pajak merupakan sumber anggaran pendapatan negara yang paling pokok. Perpajakan
menyangkut dua masalah pokok, yaitu bagaimanakah sistem administrasi membiayai pengadaan
dan penyediaan barang dan jasa kolektif yang sukar dapat disediakan melalui mekanisme pasar
serta bagaimanakah membiayai program-program yang dapat menghindarkan akibat sampingan
dalam mekanisme pasar.
Ada beberapa alasan mengapa kebutuhan akan perpajakan itu timbul. Alasan pertama adalah
bahwa sistem administrasi perlu menyediakan barang dan jasa kolektif. Alasan kedua, sistem
administrasi perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kegagalan-kegagalan tertentu dari
mekanisme pasar sehingga langkah-langkah yang diambil itu mencerminkan mekanisme
perencanaan. Alasan ketiga, berkaitan dengan pemerataan dalam pembagian pendapatan. Alasan
keempat, adanya ketidaksempurnaan pasar. Ada sumber lain dari pengeluaran yang dilaksanakan
oleh sistem administrasi yaitu yang berkaitan dengan campur tangan sistem administrasi yang
timbul dari kegagalan mekanisme perencanaan pasar.
Memberikan pengertian pajak akan berkaitan dengan masalah yang dapat menjelaskan fungsi dari
pajak dengan keyakinan bahwa pengartian tersebut mencakup segi-segi pokok yang terkandung di
dalamnya. Sistem administrasi melakukan penarikan pajak bukan semata-mata untuk memperoleh
dana akan tetapi juga dapat mengawasi pengeluaran dari sistem kegiatan sosial sehingga
permintaan konsumsi dan investasi dari sistem administrasi ditambah dengan permintaan

konsumsi dan investasi dari sistem kegiatan sosial akan sama dengan pendapatan pada tingkat
kesempatan kerja tertentu.
2.3 Tujuan Perpajakan
Sistem politik pada umumnya berfungsi dalam membuat keputusan dan menafsirkan nilai-nilai
yang ada dalam dan dibutuhkan oleh sistem kegiatan sosial untuk dapat mengatur pembagian
pendapatan yang lebih merata. Perpajakan diperlukan untuk membiayai berbagai pengeluaran
negara.
Tujuan dari perpajakan adalah untuk menekan konsumsi dan investasi dari sistem kegiatan sosial
sehingga sistem administrasi dapat menyediakan barang dan jasa publik, sosial atau kolektif dan
dapat memberikan subsidi kepada golongan miskin tanpa menimbulkan inflasi dan kesukaran
dalam neraca pembayaran.
Fungsi pokok dari perpajakan adalah untuk menekan berbagai permintaan akan kapasitas
produktif dari sistem kegiatan sosial. Dengan demikian, perpajakan mempunyai tujuan lain, di
samping sebagai sumber pendapatan negara. Perpajakan yang eifisien dilaksanakan dengan suatu
cara yang dapat membantu pembagian pendapatan yang lebih merata, dapat membantu untuk
memberikan dorongan tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat kebijaksanaan pengeluaran
anggaran yang dilaksanakan oleh sistem administrasi.

2.4 Prinsip Perpajakan


A. Prinsip Pengenaan Pajak
Soal prinsip pengenaan pajak yang baik telah dikemukakan oleh A. Smith dengan cannon of
taxation dan para ahli keuangan lainya. Suatu sistem pajak yang baik haruslah memenuhi kriteria,

diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Distribusi dari beban pajak harus adil, setiap orang harus membayar sesuai dengan bagiannya
yang wajar.
2. Pajak-pajak harus sedikit mungkin mencampuri keputusan-keputusan ekonomi.
3. Pajak-pajak haruslah memperbaiki ketidakefisienan yang terjadi di sektor swasta, apabila
instrumen pajak dapat melakukannya.
4. Struktur pajak haruslah mampu digunakan dalam kebijakan fiskal untuk tujuan stabilisasi dan
pertumbuhan ekonomi.
5. Sistem pajak harus dimengerti oleh wajib pajak.
6. Administrasi pajak dan biaya pelaksanaannya haruslah sesedikit mungkin.
7. Kepastian.
8. Dapat dilaksanakan.
9. Dapat diterima, Suatu sistem pajak yang baik adalah suatu sistem pajak yang adil. Konsep
keadilan ini sifatnya relatif, sehingga harus dijelaskan lebih lanjut. Dalam bidang perpajakan
konsep keadilan menjadi dua klasifikasi, yaitu keadilan datar (horizontal equity) dan keadilan
tegak (vertical equity). Yang dimaksud dengan keadilan datar adalah pengenaan pajak dimana
setiap orang yang kedaannya sama haruslah menderita beban pajak yang sama besarnya.
Sedangkan keadilan tegak adalah situasi dimana orang yang keadaannya berbeda adalah haruslah
menderita beban pajak yang berbeda pula.
B. Prinsip Pemanfaatan Dalam Perpajakan
Menurut prinsip ini,setiap orang haruslah membayar pajak sebesar manfaat yang dia terima dari
aktivitas pmerintah. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa prinsip manfaat sesuai dengan
insidens Keseimbangan Anggaran, kedua-duanya berdasarkan pertukaran model suka rela

(voluntary exchange model). Dalam hal ini pengenaan pajak dapat didasarkan pada kriteria
efisiensi, yaitu dimana tingkat produksi ditentukan pada biaya marginal sama dengan harga.
C. Prinsip Kemampuan Membayar
Menurut prinsip ini, setiap orang haruslah membayar bagiannya (pajak) sesuai dengan
kemampuannya untuk membayar. Prinsip ini tidak mempunyai dasar ilmiah karena didasarkan
pada sesuatu yang sangat abstrak. Untuk dijadikan suatu prinsip perpajakan yang operasional
maka prinsip ini juga harus menggunakan suatu ukuran operasional untuk mengukur kemampuan
seseorang untuk membayar pajak. Tiga ukuran yang biasanya dipakai untuk mengukur
kemakmuran seseorang (atau kemampuan seseorang membayar pajak) adalah:
1. Pendapatan
2. Pengeluaran konsumsi
3. Kekayaan

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Efek Perpajakan Dalam Perekonomian
Pajak merupakan suatu pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah untuk berbagai tujuan,
misalnya untuk membiayai penyediaan barang dan jasa publik, untuk mengatur perekonomian,
dapat juga mengatur konsumsi masyarakat. Karena sifatnya yang dipaksakan tersebut maka pajak
akan mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat atau seseorang. Pajak merupakan suatu
pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah untuk berbagai tujuan, misalnya untuk membiayai

penyediaan barang dan jasa publik, untuk mengatur perekonomian, dapat juga mengatur konsumsi
masyarakat. Karena sifatnya yang dipaksakan tersebut maka pajak akan mempengaruhi perilaku
ekonomi masyarakat atau seseorang.
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam menopang pembiayaan
pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar-kecilnya pajak akan menentukan
kapasitas anggaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun anggaran rutin. Pajak
sebagai instrumen fiskal yang merupakan penerimaan negara kemudian menjadi suatu investasi
pemerintah dan digunakan untuk memenuhi kemakmuran rakyat.
Dalam implementasinya, pemungutan pajak dapat berjalan baik bila prinsip-prinsip kebijakan
perpajakan dapat diterapkan. Smith dan Jones mengemukakan tentang prinsip kebijakan
perpajakan yang dikenal dengan istilah Smith's Canons. Prinsip-prinsip itu meliputi asas kesamaan
(equality and equity), asas kepastian hukum (certainty), asas tepat waktu (convenice), dan asas
ekonomi atau efisiensi (economy or efficiency). Jika prinsip itu diterapkan secara menyeluruh,
sistem perpajakan berjalan ideal.
Dalam menjalankan kebijakan perpajakan, pemerintah di setiap negara memiliki hak yuridis
secara eksklusif untuk memungut dari wajib pajak. Yurisdiksi itu tentunya berlandaskan undangundang yang dibuat bersama dengan legislatif. Hal itu dilakukan dengan memberi batasan-batasan
dari pengenaan dan besarnya pajak yang dibebankan pada subjek dan objek pajak. Atas dasar
uraian itu, jelas dapat dikatakan bahwa upaya perpajakan (tax effort) melalui yurisdiksi yang jelas
merupakan langkah strategis dalam upaya meningkatkan penerimaan negara dari sektor
perpajakan.
Sejalan dengan adanya yurisdiksi dan kepastian hukum, kebijakan perpajakan bertujuan
mendorong kemajuan ekonomi sebagai upaya peningkatan hasrat konsumsi masyarakat,

meningkatkan investasi pemerintah, serta mentransmisikan sumber-sumber ekonomi masyarakat


menjadi penerimaan pemerintah.
Kesejahteraan merupakan perwujudan dari cita-cita pembangunan ekonomi suatu negara dan salah
satu tujuan dari pemungutan pajak. Bagi bangsa Indonesia, kesejahteraan sudah sangat jelas diatur
tersendiri dalam UUD 1945 Pasal 33. Pembangunan merupakan bentuk kristalisasi ide dan
kreativitas negara dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup masyarakat.
Ide dan kreativitas tersebut meliputi segala konsep dan program pembangunan yang merupakan
reprensentasi kehendak masyarakat dalam rangka mencapai kemakmuran. Pengurangan
kemiskinan, pemerataan pembangunan, peningkatan gizi, kesempatan kerja yang luas, dan
peningkatan kualitas pendidikan merupakan beberapa bentuk kesejahteraan yang diinginkan
masyarakat.
Dampak Ekonomi
Kebijakan perpajakan yang baik ikut menentukan jalannya perekomian di suatu negara. Dijelaskan
bahwa tarif pajak yang tinggi akan menurunkan investasi yang otomatis menekan pertumbuhan
ekonomi dan berdampak mengecilnya penerimaan pajak. Tarif pajak yang relatif kecil akan
berdampak sebaliknya, investasi melaju, pertumbuhan ekonomi membaik, dan penerimaan negara
membesar. Jadi, jelas setiap kebijakan perpajakan memiliki dampak ekonomi makro dan aspek
sosial lainnya.
Kajian perpajakan yang lebih mendalam dan terperinci meliputi tidak saja pemahaman aturan
perundang-undangan, tetapi juga membuat landasan teori ekonomi perpajakan. Pentingnya alokasi
pembiayaan pengeluaran pemerintah yang efisien dan distribusi yang adil merata menjadi kajian
menarik yang dapat ditemukan dalam buku ini.
Demikian juga mengenai pentingnya peranan pajak dalam ilmu ekonomi aspek ekonomi makro.

Lebih jauh lagi, dalam era desentralisasi fiskal, posisi pajak sebagai transfer dana perimbangan
memegang peranan sentral dalam pembangunan dan kesejahteraan daerah
3.2 Abstraksi Permasalahan
21 januari 2007, Majalah Tempo menelurkan sebuah judul, Kisah Pembobol. Judul ini
merupakan berita tentang usaha penggelapan pajak dengan cara memalsukan dokumen, data dan
pengakuan saksi, yang dilakukan oleh PT Asian Agri. Upaya ini berpotensi menimbulkan kerugian
Negara sebesar 1,3 triliun. Dugaan kasus ini merupakan kasus berat karena melibatkan 15
perusahaan milik Sukanto Tanoto.
Sukanto Tanoto adalah bos besar dari PT Raja Garuda Mas, sebuah holding yang menangani
sejumlah perusahaan yang salah satunya Adalah Asian Agri. Sedangkan kasus penggelapan pajak
Asian Agri sendiri merupakan kasus yang melibatkan 3 macam modus operandi. Pertama,
menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5 triliun. Kedua, mendongkrak kerugian
transaksi ekspor Rp 232 miliar. Ketiga, mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat ketiga
modus ini, Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan usaha senilai
total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan berasal dari SPT periode 20022005. hingga hitungan terakhir menyebutkan kerugian keuangan Negara sebesar 1,3 triliun.
Pada tanggal 26 januari 2007, Direktorat Jenderal Pajak sudah membentuk tim khusus yang
bertugas mengusut dugaan manipulasi pajak Asian Agri. Tim khusus itu bekerja sama dengan
Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.
Pengusutan itu berdasarkan pengaduan mantan Group Financial Controller Asian Agri Vincentius
Amin Sutanto kepada KPK.
Penyidikan aparat pajak telah menyimpulkan bahwa sepak terjang kelompok usaha milik Taipan
Sukanto Tanoto itu berpotensi merugikan negara dalam skala yang luar biasa. Nilai sementara

ditaksir mencapai Rp 1,3 triliun. Jika kelak terbukti, kasus ini akan dicatat sebagai salah satu
manipulasi pajak terbesar dalam sejarah Republik Indonesia.
3.2 Upaya Penyelesaian Kasus Oleh Kejaksaan Agung Dan Ditjen Pajak
Kejaksaan Agung mulai ikut menangani kasus dugaan manipulasi pajak perusahaan Asian Agri
Group, milik Taipan Sukanto Tanoto. Kejaksaan sedang melakukan penelitian atas kasus yang
berpotensi menghilangkan pendapatan pajak sekitar Rp 1,1 triliun itu. Pihaknya, kata Hendarman,
hingga kini masih menilai kasus itu sebagai tindak pidana perpajakan. Seperti diberitakan
sebelumnya, Direktorat Jenderal Pajak sudah membentuk tim khusus yang bertugas mengusut
dugaan manipulasi pajak Asian Agri. Vincent memberikan setumpuk dokumen yang
mengindikasikan adanya praktek manipulasi pajak Asian Agri selama rentang waktu 2001Oktober 2006. Sumber Tempo membisikkan, manipulasi itu secara garis besar menggunakan tiga
modus, yaitu transfer profit (transfer pricing), transaksi lindung nilai (hedging) fiktif, dan
pembuatan biaya fiktif.
Pada awal Desember 2007 lalu, kejaksaan telah meminta Dirjen Imigrasi Departemen Hukum dan
HAM melakukan pencekalan terhadap delapan karyawan Asian Agri yang telah ditetapkan sebagai
tersangka.
Pada 3 Desember 2007 kejaksaan telah membuat surat Nomor Kep-407/D/Dsp.3/12/2007 tentang
permohonan cekal bagi delapan karyawan Asian Agri. Mereka berinisial TBK (warga negara
Malaysia) dan tujuh warga negara Indonesia, yakni And, WT, ST, LA, EL, SL dan LBH.
Sejak awal November 2007 tim penyidik pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum
Kejaksaan Agung telah menetapkan mereka sebagai tersangka dalam kasus dugaan penggelapan
pajak PT Asian Agri sekitar Rp 1,34 triliun.
Setelah melalui pengintaian selama empat bulan, tim investigasi pajak berhasil menemukan dan

mengambil 1.133 kardus atau sekitar sembilan truk dokumen Asian Agri yang disembunyikan di
sebuah toko lampu di kawasan pertokoan Duta Merlin, Jakarta Barat. Belakangan, 258 kardus
dikembalikan ke Asian Agri.
Dari sinilah tim Pajak akhirnya menyimpulkan ada indikasi penggelapan pajak oleh Asian Agri
selama 2002-2005 dengan total kerugian negara Rp 1,3 triliun. Lima belas pejabat Asian Agri
ditetapkan sebagai tersangka. Namun, rencana penyerahan berkas ke Kejaksaan terganjal garagara dokumen sitaan yang hendak dijadikan barang bukti dipersoalkan pengadilan.
Pada 29 Agustus 2008, Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, telah menolak mengirimkan
permohonan kasasi Ditjen Pajak atas putusan praperadilan penyidikan pajak Asian Agri Group.
Surat yang diteken Wakil Ketua Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan Syahrial Sidik
menyatakan, permohonan kasasi itu tak memenuhi syarat formal. Menurut Syahrial, karena upaya
kasasi itu bertentangan dengan pasal 45 A ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang
MA. Pasal ini menyatakan putusan praperadilan tak bisa dikasasi. Djoko pun menegaskan masih
ada upaya hukum lain. Namun Djoko menyerahkan sepenuhnya keputusan untuk mengajukan PK
itu pada Ditjen Pajak. Direktorat Jenderal (Ditjen Pajak) tidak perlu berkecil hati. Mahkamah
Agung (MA) membuka peluang bagi Ditjen Pajak untuk mengajukan upaya hukum berupa
peninjauan kembali (PK) guna membatalkan putusan praperadilan yang memenangkan PT Asian
Agri Group. Ditjen Pajak bisa mengajukan peninjauan kembali apabila bersikukuh vonis
praperadilan yang membatalkan penyidikan penyelewengan pajak PT Asian Agri Group itu keliru.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengungkapkan ada dua opsi yang akan dipilih untuk
menindaklanjuti penolakan kasasi DJP oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, terkait dengan
gugatan praperadilan PT Asian Agri Grup (AAG) pada Juli 2008. Opsi pertama adalah

melanjutkan proses hukum melalui pengajuan Peninjauan Kembali (PK), sedangkan opsi kedua
adalah menghentikan proses hukum dan melakukan penyitaan ulang. Direktur Jenderal Pajak
Darmin Nasution mengatakan meski ada hakim agung Mahkamah Agung (MA) yang
menyarankan bahwa DJP bisa mengajukan PK, sebenarnya yurisprudensi yang paling banyak
ditempuh adalah pengajuan kasasi. Meski manajemen Asian Agri Group menolak penyitaan ulang
dokumen oleh aparat pajak, Direktorat Jenderal Pajak jalan terus. Menurut Direktur Intelijen dan
Penyidikan Pajak Direktorat Jenderal Pajak Mochamad Tjiptardjo, kasus hukum dugaan
manipulasi pajak senilai Rp 1,3 triliun oleh perusahaan milik Sukanto Tanoto ini akan terus
dilanjutkan, dengan telah berlangsungnya proses pengembalian dan sita ulang dokumen-dokumen
Asian Agri, proses hukum berikutnya dapat diteruskan. Diharapkan sebelum tahun 2008, kasus
penggelepan pajak ini sudah dapat dimulai.
Solusi Alternatif: Pembayaran Kekurangan Pajak
Pasal 44B dalam UU 9/2004 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang lantas
diperbaharui UU 28/2007, menyatakan bahwa demi kepentingan penerimaan negara dan atas
permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan. Menteri Keuangan
dan Kejaksaan Agung bisa menghentikan penyidikan kasus kekurangan pembayaran Asian Agri
jika perusahaan sanggup membayar tunggakan pokok dan penalti 400% dari tunggakan pokoknya.
Dalam catatan Media Indonesia, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk pernah diduga melakukan
penggelapan pajak valuta asing yang menyebabkan negara dirugikan Rp339 miliar. Sayangnya,
untuk kasus kekurangan pembayaran pajak yang sudah masuk ke proses penyidikan tidak bisa
dihentikan langsung oleh Direktorat Jenderal Pajak. Karena hal itu dipegang oleh Menteri
Keuangan dan Kejaksaan Agung. Untuk itu, kedua pihak harus berkonsultasi bila wajib pajak

bersedia membayar kekurangan pajaknya. Jadi bisa saja Asian Agri bayar kekurangan pajaknya
dan proses penyidikannya dihentikan, tapi semuanya harus sesuai prosedur.
Sebelumnya, Asian Agri siap membayar kekurangan pembayaran pajak setelah Ditjen Pajak
keluarkan surat ketetapan pajak kurang bayar (SK-PKB). Perusahaan Asian Agri siap membayar
jika ditemukan kekurangan pembayaran pajak dan meminta agar persoalan ini bisa diselesaikan
dengan baik-baik dan Asia Agri bersedia membayar kekurangan apabila terdapat temuan pajak
kurang bayar.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sektor penerimaan keuangan negara yang pokok salah satunya adalah pajak yang sangat berperan
besar dalam pertumbuhan ekonomi di negara kita. Perpajakan yang eifisien dilaksanakan dengan
suatu cara yang dapat membantu pembagian pendapatan yang lebih merata, dapat membantu
untuk memberikan dorongan tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat kebijaksanaan
pengeluaran anggaran yang dilaksanakan oleh sistem administrasi.
Karena begitu pentingnya pajak, apabila pajak ternyata dimanipulasi unuk kepentingan beberapa
pihak sehingga merugikan negara baik dilakukan secara sengaja maupun bersifat illegal maka
secara tidak langsung akan banyak mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pertumbuhan

pembangunan di Indonesia. Pertama, seperti pengaruhnya pada produksi sebagai keseluruhan


berlangsung melalui pengaruh-pengaruhnya terhadap kerja, tabungan, dan investasi. Apabila
investasi dapat diarahkan dengan baik, maka akan dapat membuat pekerjaan lebih produktif.
Investasi berupa materiil memberikan kepada para pekerja alat-alat materiil untuk dapat bekerja
lebih produktif dan lebih efisien. Sedangkan investasi dalam bentuk sumber daya manusia dapat
dalam bentuk tingkat kesehatan yang lebih baik, skill, pengetahuan khusus dan sebagainya. Kedua
investasi tersebut hanya mungkin terjadi bila ada tabungan dalam masyarakat.
Pengaruh yang kedua adalah pajak dapat mengakibatkan adanya penyimpangan dalam
penggunaan faktor produksi, yaitu penggunaan yang seharusnya dapat menghasilkan produksi
yang maksimum menuju kearah penggunaan yang menghasilkan produksi yang lebih sedikit.
Ketiga, pada pajak perseorangan yaitu yang dikenakan pada suatu kelompok tertentu tanpa
mengingat aktivitasnyab berpengaruh terhadap pendapatan (yang menjadi berkurang setelah
pembayaran pajak), tabungan, atau kedua-duanya. Pajak ini pada akhirnya mempengaruhi
kepuasan seseorang untuk melakukan konsumsi dan menabung.
Di negara kita dalam prakteknya, baik sistem maupun administrasi perpajakan seringkali menemui
permasalahan-permasalahan. Seperti kasus pada PT. Asian Agri Group yang terbukti merugikan
negara sebesar 1,3 trilyun rupiah secara otomatis akan berdampak pada perekonomian nasional.
Yaitu yang seharusnya dari pajak tersebut dapat memberikan sumbangan pembangunan
masyarakat menjadi tidak jelas akibat penggelapan pajak penghasilan untuk badan usaha dari
SPTnya. Prosesi hukum tentunya harus dijalankan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Karena bagaimanapun juga pertanggungjawaban pajak ini harus adil dan transparan.
Apabila terjadi kesalahan maka pihak yang berkaitan harus membayar ganti rugi untuk negara dan

demi kepentingan nasional bangsa.


4.2 Saran
Kasus yang terjadi pada PT. Asian Agri Group perlu segera diselesaikan oleh pemerintah. Karena
hal ini akan menunjukkan kredibilitas pemerintah menegakkan keadilan. Jangan sampai
penundaan penyelesaian permasalahan ini terkesan diskriminatif akibat dari keputusan pengailan
yang menyatakan bahwa kasus bisa diselesaikan di luar pengadilan hanya dengan perusahaan
membayar ganti rugi sebesar 400% dari nilai penggelapannya. Walaupun keputusan tersebut
memang telah sesuai berdasarkan UU No. 28 tahun 2007 yaitu demi kepentingan penerimaan
negara, penyidikan kasus dapat dihentikan jika perusahaan sanggup membayar tunggakan
tersebut. Dalam pikiran kami, selain melalui jalur hukum itu seharusnya pemerintah pun harus
tegas untuk memenjarakan tersangka Vincent agar diharapkan nantinya bila ada tindakan serupa,
tidak ada celah kemudahan bagi seseorang atau badan yang terbukti melakukan kejahatan negara.

You might also like