You are on page 1of 11

SCB1603402

PTA

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

2014/2015

Drs. IMAM SANTOSO, M.Phil


Dra. SITARESMI, M.Sc

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


PEMERIKSAAN AIR

NAMA

: ROHMAD JONI PRANOTO

NPM

: 1206247240

KELOMPOK

:X

TANGGAL PRAKTIKUM

: 5 OKTOBER 2014

ASISTEN

: EVY WIDYANINGSIH
HARIS OKTAVIANTO

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
2014

PEMERIKSAAN AIR
I. TUJUAN
1.

Mengetahui cara pengambilan sampel.

2.

Mengetahui kualitas air

3.

Membuktikan keberadaan koliform dalam sampel air

II. HASIL PENGAMATAN


Hasil pengamatan dalam bentuk gambar dan tabel pada lampiran
III.PEMBAHASAN
Air merupakan salah satu senyawa paling vital yang diperlukan oleh organisme hidup .
Air juga merupakan medium yang dapat dihuni oleh mikroorganisme tertentu. Sebagai salah
satu kebutuhan manusia maka kondisi air yang digunakan untuk dikonsumsi tentunya harus
terbebas dari kondisi atau substansi yang dapat merugikan. Kondisi dimana air yang
digunakan oleh manusia untuk dikonsumsi mengandung kontaminasi senyawa toksik atau
mikroorganisme patogen sering disebut sebagai kondisi tercemar (Tortora dkk 2010: 779
781; Batzing 2002: 64).
Kondisi tercemarnya air oleh mikrooganisme dapat diketahui dengan melakukan
pendeteksian terhadap mikroorganisme indikator. Mikroorganisme indikator yang digunakan
dalam analisis air mengacu pada mikrooganisme jenis tertentu yang keberadaanya di dalam
air merupakan bukti bahwa air tersebut terpapar bahan feses manusia atau hewan berdarah
panas lainnya, sehingga semakin menambah peluang terdapatnya berbagai macam
mikroorganisme patogen yang berasal dari saluran pencernaan masuk ke dalam air (Pepper &
Gerba 2005: 115). Mikroorganisme indikator memiliki karakteristik tertentu, yaitu antara
lain:
1. Mikroorganisme indikator harus hanya ada di dalam air yang tercemar.
2. Mikroorganisme indikator harus sesuai untuk analisis segala jenis air, baik air sungai, air
limbah, air laut atau air tanah.
3. Mikroorganisme indikator harus ada apabila keberadaan mikroorganisme patogen ada.
4. Mikroorganisme indikator harus lebih mampu bertahan hidup dibanding mikroorganisme
patogen.
5. Mikroorganisme indikator harus bersifat tidak berbahaya bagi manusia dan nonpatogen.
6. Mikroorganisme indikator memiliki sifat seragam dan stabil.

7. Mikroorganisme indikator harus berjumlah lebih banyak dibanding mikroorganisme


patogen berbanding lurus dengan tingkat polusitas air.
8. Mikroorganisme indikator harus mudah dideteksi dengan metode uji yang sederhana.
9. Prosedur uji mikroorganisme indikator harus memiliki spesifisitas yang besar, yang
artinya prosedur tersebut memiliki sensitivitas tinggi dan mampu mendeteksi
mikroorganisme indikator meskipun dalam kadar rendah sekalipun.
(Prescott dkk. 1999: 876).
Mikroorganisme indikator yang dapat digunakan dalam pemeriksaan air adalah
bakteri koliform. Bakteri koliform didefinisikan sebagai bakteri aerobik atau anaerobik
fakultatif, gram negatif, tidak membentuk endospora, dan berbentuk batang atau basil yang
mampu memfermentasi laktosa untuk membentuk gas dalam tempo 48 jam di dalam medium
laktosa broth pada suhu 35o C (Tortora dkk 2010: 781). Bakteri koliform tidak semuanya
merupakan enteric bacteria namun dapat pula bakteri yang umum ditemukan pada sampel
tumbuhan atau tanah. Bakteri koliform yang berupa enteric bacteria berasal dari feses hewan
berdarah panas dan manusia disebut fecal coliform, sedangkan yang berasal dari lingkungan
alam lainnya disebut nonfecal coliform. Contoh bakteri fecal coliform yang utama yaitu
Eschericia coli yang menempati proporsi terbesar dalam usus manusia. Contoh bakteri
koliform lainnya yaitu Enterobacter, Citrobacter, dan Klebsiella (Pepper & Gerba 2005: 116;
Tortora dkk 2010: 781).
Secara umum dikenal tiga metode yang digunakan untuk melakukan uji kualitas air dan
mendeteksi adanya bakteri koliform. Ketiga metode tersebut yaitu metode Multiple-Tube
Fermentation (MTF) atau biasa dikenal juga dengan sebutan metode Most Probable Number
(MPN), kedua adalah metode filtrasi membran, yaitu metode langsung untuk menentukan
keberadaan dan jumlah koliform. Metode ketiga yaitu metode ONPG dan MUG yaitu metode
yang menggunakan medium yang mengandung dua substrat o-nitrophenyl--Dgalactopyranoside (ONPG) dan 4-methylumbelliferyl--D-glucuronid (MUG) (Tortora dkk
2010: 781).
Berbagai metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Metode MTF merupakan metode yang spesifik dan akurat untuk digunakan pada sampel air
yang bukan air minum (nonpotable) atau sampel air yang mempunyai turbiditas (kekeruhan)
tinggi. Kelemahan metode MTF adalah membutuhkan waktu relatif lama untuk mendapatkan
hasilnya, karena tahapannya yang cukup banyak (Black 1999: 747; Tortora dkk 2010: 781).
Metode filtrasi membran adalah metode yang umum diaplikasikan di Amerika Utara dan
Eropa. Hal tersebut berkaitan dengan keunggulannya yang cepat, dan dapat diaplikasikan
pada sampel air dengan volume lebih besar dibandingkan dengan uji MTF. Metode filtrasi

membran sesuai digunakan pada sampel air yang mempunyai turbiditas (kekeruhan) rendah
yang tidak menyumbat filter, serta pada air yang hanya mempunyai sedikit bakteri non
koliform (Black 1999: 747; Tortora dkk 2010: 781). Metode ONPG dan MUG memiliki
kelebihan dalam hal deteksi E.coli dengan menggunakan paparan UV. Hal tersebut lebih
akurat dibandingkan dengan metode MTF yang menggunakan indikator terbentuknya gas
(Tortora dkk 2010: 781).
Metode MTF meliputi tiga tahapan utama yaitu uji penduga (Presumptive test), uji
penguat (Confirm test), dan uji pelengkap (Completed test). Uji penduga meliputi proses
inokulasi sampel air ke dalam tabung berisi medium lauryl sulfate tryptose (LST) lactose
broth ganda dan tunggal. Lauryl sulfate merupakan deterjen aktif permukaan yang
menghambat tumbuhnya bakteri gram positif dan mendukung tumbuhnya koliform. Tabung
tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 35o C dan dilakukan pengamatan pada tempo 24 dan
48 jam inkubasi. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi
kehijauan akibat asam yang terbentuk dan terbentuknya gas. Gas yang terbentuk dapat
diamati dengan menggunakan tabung Durham. Adanya gas tersebut dapat pula disebabkan
oleh bakteri nonkoliform, misalnya Clostridium perfringens yang merupakan bakteri gram
positig. Oleh karena itu, diperlukan tes konfirmasi untuk memastikannya. Uji penguat
dilakukan dengan menggunakan medium selektif seperti Levines eosin methylene blue
(EMB) agar , Endo agar , atau Brilliant Green Lactose Bile (BGLB) Broth (Pepper & Gerba
2005: 117).
Metode MTF yang kami gunakan sedikit dimodifikasi, medium broth yang digunakan
yaitu fluorocult broth. Sampel air yang kami gunakan yaitu air sumur dari salah satu anggota
kelompok kami, Habsari Ingesti Widati. Cara pengambilan sampel dilakukan dari keran air.
Pertama, keran dibuka lalu air dibiarkan mengalir selama 2 3 menit, kemudian keran
ditutup kembali. Keran kemudian kembali dibuka dan dibiarkan air mengalir beberapa saat
lalu air ditampung dalam botol sebanyak 100200 ml lalu botol ditutup. Hal tersebut, tidak
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa sebelum keran dibuka kembali keran harus
dibersihkan dengan alkohol 70% begitu pula dengan mulut botol sebelum digunakan
seharusnya dilewatkan pada nyala api. Cara pengambilan sampel tersebut pada tiap sumbersumber diperolehnya sampel dilakukan secara berbeda-beda (Gandjar dkk 1992: 67).
Sampel air tersebut kemudian diinokulasi secara aseptis ke dalam lima tabung berisi
medium fluorocult broth ganda sebanyak 5 ml, lalu ke dalam sepuluh tabung berisi medium
fluorocult broth tunggal sebanyak 0,5 ml untuk lima tabung pertama dan 0,05 ml untuk
tabung kedua. Inokulum tersebut kemudian diinkubasi dalam suhu 35o C. Sampel air hasil
inkubasi setelah 24 jam menunjukkan bahwa pada semua tabung baik itu tabung ganda

maupun tunggal satu (T1, 0,5 ml) dan tunggal dua (T2, 0,05 ml) terjadi perubahan warna
yang semula bening menjadi kehijauan. Hal tersebut mengindikasikan adanya koliform dalam
sampel yang kami gunakan. Bakteri koliform dapat digolongkan pula menjadi bakteri
koliform E.coli dan bakteri koliform non E.coli. Bakteri koliform E.coli dan non E.coli dapat
dibedakan dengan memaparkannya di bawah sinar UV, bakteri koliform E.coli akan
menunjukkan perpendaran warna (fluoresence) menjadi biru (Tortora dkk 2010: 117). Setelah
dilakukan pemaparan sinar UV, dari kelima belas tabung menunjukkan positif fluoresence
berwarna biru sebagaimana yang dijelaskan dalam literatur. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa kelima belas tabung mengandung bakteri koliform E.coli. Bakteri koliform pada
tabung ganda kemudian diambil dua tabung yang paling pekat dan banyak terjadi perubahan
warnanya. Kedua tabung tersebut kemudian diisolasi ke dalam medium Chromocult agar
secara terpisah menggunakan metode four quadrant streak. Hal tersebut dilakukan untuk
memastikan lagi apakah benar dalam tabung tersebut mengandung bakteri koliform E.coli.
Medium Chromocult agar digunakan karena dapat mendeteksi total koliform melalui
produksi warna koloni yang spesifik, yaitu warna koloni ungu untuk bakteri koliform E.coli
dan warna koloni merah untuk bakteri non E.coli (Ossmer dkk --- : 2). Setelah diinkubasi
kembali selama 24 jam, pada medium Chromocult agar mulai ditumbuhi koloni bakteri yang
berwarna merah dan ungu kebiruan. Warna koloni bakteri yang merah tersebut menujukkan
koloni bakteri koliform non E.coli, sedangkan yang berwarna ungu-kebiruan adalah koloni
bakteri koliform E.coli. Kedua hal tersebut sesuai dengan literatur.
Berdasarkan kelima belas tabung yang positif koliform tersebut, lima ganda semua
positif, lima tunggal satu (T1, 0,5 ml) semua positif, dan lima tunggal dua (T2, 0,05 ml)
semua positif, dapat ditentukan Most Probable Number (MPN) mikroorganisme yang
terkandung dalam sampel. Oleh karena jumlah tabung positif pada 5 ml; 0,5 ml; 0,05 ml
adalah 5; 5; 5 maka berdasarkan tabel MPN, nilai MPN sampel tersebut yaitu > 1600
(Gandjar dkk 1992: 8486).
Data yang kami peroleh selanjutnya dibandingkan dengan data kelompok lain dalam
kelas B praktikum mikrobiologi. Perbandingan data dapat dilihat dalam lampiran 1.
Berdasarkan data tersebut yaitu kelompok 7 memiliki sampel air kosan di Pondok Cina,
kelompok 8 memiliki sampel air sumur di Beji, kelompok 9 memiliki sampel air sumur di
Rumah Naylah Muna di Jakarta Selatan, dan kelompok 10 memiliki sampel air sumur rumah
Habsari Ingesti Widati di daerah Jakarta Selatan, kami menentukan kondisi fisik sampel yang
tiap sampel relatif sama untuk bau dan kejernihannya, yaitu tidak berbau dan berwarna jernih.
Setelah dilakukan uji pemeriksaan air diperoleh dengan metode MPN diperoleh nilai MPN

masing-masing sampel pada tiap kelompok yaitu kelompok 7 bernilai 0 dan 0, kelompok 8
bernilai 920 dan 0, kelompok 9 bernilai 350 dan 350, kelompok 10 bernilai > 1600 dan >
1600. Setelah dilakukan uji deteksi koliform E.coli diperoleh kelompok 7 negatif, kelompok
8 negatif koliform E.coli, kelompok 9 negatif koliform E.coli, dan kelompok 10 positif
koliform E.coli. Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa sampel tiaptiap kelompok memiliki kualitas air yang berbeda-beda denga kualitas air terbaik yaitu air
sampel yang dibawa oleh kelompok 7, sedangkan kualitas air terburuk yaitu air sampel yang
dibawa oleh kelompok 10.

IV. KESIMPULAN
1. Pengambilan sampel dari air keran dilakukan dengan membiarkan air mengalir selama
2-3 menit lalu mematikan keran, kemudian mulut keran dibersihkan dengan alkohol
70%. Keran kembali dibuka dan airnya dibiarkan mengalir beberapa saat kemudian
ditampung dalam botol yang telat disterilnkan.
2. Kualitas air ditentukan dari kondisi fisiknya yang ber-pH netral, tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak mengandung kontaminasi mikroorganisme patogen yang ditandai
adanya bakteri koliform.
3. Keberadaan koliform dalam sampel air dapat diketahui dengan melakukan uji
pemeriksaan air, salah satunya dengan metode MTF.
V. DAFTAR ACUAN
Batzing, B. L. 2002. Microbiology: An introduction. Thomson Learning, Inc., Stamford: xx +
780 hlm.
Black, J.G. 1999. Microbiology: Principles and explorations. 4th ed. John Wiley & Sons,
Inc., New York: xxiv + 786 hlm.
Gandjar, I. , I. R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992. Pedoman praktikum
mikrobiologi dasar. Fakultas Matematika Universitas Indonesia, Depok: 87 hlm.
Ossmer, R. W. Schmidt dan U. Mende. ---. Chromocult coliform agar, influence of membrane
filter quality on performance. Merck. Germany: 15 hlm.
Pepper, I.L. dan C.P. Gerba. 2005. Environmental microbiology: a laboratory manual.
Elsevier Academic Press. California: xv + 197 hlm.

Prescott, L.M. , J.P. Harley & D.A. Klein. 1999. Microbiology. Ed. Ke-4. McGraw-Hill,
Boston: xxvi + 962 hlm.
Tortora, G.J., B.R. Funke dan C.L. Case. Microbiology: an introduction. 10th Ed. Pearson
Education Inc,. California: xxxi + 810 hlm.

LAMPIRAN 1
I.

Hasil pengamatan

A. Tabel
Tabel 1. Kondisi fisik sampel

Kel.

Sumber air
Kosan di
Pocin
Sumur Beji
Sumur
Rumah
Naylah
(Jakarta
Selatan)
Keran
Rumah
Habsari

7
8

9
10

Bau / tidak
bau

Jernih / tidak
jernih

Tidak bau
Tidak bau

Jernih
Jernih

Tidak
dicek

Tidak Bau

Jernih

Tidak
dicek

Tidak Bau

Jernih

pH
Tidak
dicek
7

Tabel 2. Hasil pengamatan uji tahap satu


K
el.
7
8

10

Sumbe
r Air
Kosan
di
Pocin
Sumur
Beji
Sumur
Rumah
Naylah
Jakarta
Selatan
Keran
Rumah
Habsar
i

Hasil
Positi
f

+
-

+
-

+
-

+
-

+
+

+
+

+
+

+
+

+
+

+
+

Tunggal II (0,06
ml)
1 2 3 4 5

Hasil
Positi
f

MPN /
100 ml

Hasil
Positi
f

0
0

0
0

0
0

+
-

5
0

+
-

+
-

+
-

+
-

+
-

5
0

+
-

+
-

+
-

3
0

920
-

+
+

+
+

5
5

+
+

+
+

+
+

+
+

+
+

5
5

+
+

1
1

350
350

+
+

+
+

5
5

+
+

+
+

+
+

+
+

+
+

5
5

+
+

+
+

+
+

+
+

+
+

5
5

>1600
>1600

Ganda (6 ml)

Tunggal I (0,6 ml)

Keterangan :
+/+ : terjadi perubahan warna medium dan medium berpendar di UV
+/- : terjadi perubahan warna medium tetapi medium tidak berpendar di UV
-/- : tidak terjadi perubahan warna medium dan medium tidak berpendar di UV

Tabel 3. Hasil pengamatan uji lanjutan (tahap dua)


Kelompok Karakter koloni pada medium

Koloni mikroorganisme tidak tumbuh, tidak ada warna pink ataupun ungu
Koloni mikroorganisme tumbuh, namun tidak didapatkan warna ungu hanya
warna pink
Koloni mikroorganisme tumbuh, namun tidak didapatkan warna ungu hanya
warna pink
Koloni mikroorganisme tumbuh serta didapatkan warna ungu maupun warna
pink

8
9
10

LAMPIRAN 2
II.

Gambar

Gambar 1. Koloni koliform E.coli


[Sumber: dokumentasi pribadi]

Gambar 2. Hasil pada tabung tunggal 1

Gambar 3. Hasil pada tabung tunggal 2

Gambar 4. Hasil pada tabung ganda

[Sumber: dokumentasi pribadi]

[Sumber: dokumentasi pribadi]

Gambar 5. Hasil pemaparan sinar UV

Gambar 6. Hasil pemaparan sinar UV

[Sumber: dokumentasi pribadi]

[Sumber: dokumentasi pribadi]

[Sumber: dokumentasi pribadi]

LAMPIRAN 3

Gambar 7. Tabel MPN


[Sumber: Gandjar dkk 1992: 8486]

You might also like