Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
perencanaan
menu
disamping
evaluasi
dalam
rangka
proses
dalam
penyelenggaraan
makanan
sangat
teliti
agar
didapat
standar
porsi
sesuai
dengan
yang
telah
dengan
standar
porsi
yang
telah
ditentukan.
Hal
ini
dapat
struktur
organisasi,
tenaga
pembina
dan
2. Mengetahui
gambaran
sistem
penyelenggaraan
standar
porsi
yang
dihasilkan
pada
lingkup
penelitian
ini
meliputi
manajemen
mampu
mengembangkan
potensi
diri
dalam
dilakukan
hanya
dari
segi
kuantitas
saja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
anggaran
belanja
makanan,
perencanaan
menu,
4. Harga layak
5. Fasilitas cukup
6. Standar kebersihan dan sanitasi yang tinggi
2.2 Klasifikasi Pelayanan Gizi Institusi
Macam pelayanan gizi institusi berdasarkan klasifikasinya dapat
dibagi menjadi :
1. Pelayanan gizi institusi industri (tenaga kerja)
Pelayanan gizi ini lebih dikenal dengan pelayanan gizi untuk
pekerja, termasuk golongan pabrik, perusahaan industri kecil diatas
100 orang karyawan.
2. Pelayanan gizi institusi sosial
Pelayanan gizi institusi sosial adalah pelayanan gizi yang dilakukan
oleh pemerintah atau swasta yang berdasarkan azas sosial dan
bantuan. Seperti, panti asuhan, panti jompo, dll.
3. Pelayanan gizi institusi asrama
Pelayanan gizi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat golongan tertentu yang tinggal di asrama pelajar,
mahasiswa, ABRI, kursus, dan sebagainya.
4. Pelayanan gizi institusi sekolah
Pelayanan gizi yang dipersiapkan untuk memberikan makanan bagi
anak sekolah, selama berada di sekolah, baik sekolah pemerintah
maupun swasta.
5. Pelayanan gizi institusi rumah sakit
Pelayanan gizi institusi rumah sakit diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan gizi dalam keadaan sakit atau sehat selama
mendapat perawatan.
masyarakat
yang
makan
diluar
rumah,
dengan
bersifat
bila
komersial,
dipandang
memeperhitungkan
perlu
dan
terletak
laba-rugi
ditengah
penyediaan
makanan
lebih
diarahkan
untuk
penularan
penyakit
melalui
makanan
serta
meningkatkan
moril
prajurit
dengan
dampak
akhir
meningkatnya
kinerja
prajurit
kesatuan,
sehingga
tugas
10
yang
mencakup
perencanaan
belanja
makanan,
anggaran
belanja
diperlukan
untuk
11
terdiri
dari
pihak
penyelenggara,
bagian
zat
gizi
yang
telah
ditetapkan
oleh
variasi
pelayanan
pilihan
dan
makanannya,
perbedaan
konsumen
macam
mempunyai
12
j.
Membuat inventarisasi menu yaitu mengumpulkan namanama masakan dari berbagai bahan makanan sehingga
akan ada variasi hidangan dalam penyusunan menu.
13
kebutuhan
bahan
makanan
adalah
usulan
anggaran
dan
kebutuhan
bahan
perhitungan
kebutuhan
bahan
dalam
makanan adalah :
a. Menentukan jumlah klien
b. Menetukan standar porsi tiap bahan makanan dan buat
berat kotor
c. Menghitung berapa kali pemakaian makanan setiap siklus
menu
d. Cara perhitungan menggunakan cara jumlah klien x berat
kotor x frekuensi (Depkes RI, 2003).
2.3.4 Pembelian
Pembelian
bahan
makanan
adalah
proses
14
hanya
menggunakan
negosiasi
kompetitif
dimana
ada
prosedur-
2.3.5 Penerimaan
Dalam
penyelenggaraan
makan
telah
ditetapkan
suatu
proses
kegiatan
memeriksa,
meneliti,
15
bahan
makanan
adalah
proses
2.3.7 Persiapan
Persiapan bahan makanan dalah suatu proses
kegiatan dalam rangka mempersiapkan bahan makanan dan
bumbu-bumbu sebelum kegiatan pemasakan. Tujuan dari
proses persiapan adalah tersedianya bahan makanan dan
bumbu-bumbu yang siap untuk dimasak sesuai dengan
resep yang telah ditentukan. Dalam proses persiapan
diharuskan memisahkan antara persiapan masing-masing
bahan makanan, hal ini bertujuan untuk menghindari
kontaminasi antar bahan makanan (Depkes RI, 2006).
16
2.3.8 Pengolahan
Pengolahan
adalah
suatu
proses
mengurangi
resiko
kehilangan
zat
gizi
bahan
2.3.9 Pendistribusian
Pendistribusian
makanan
adalah
serangkaian
dengan
cara
sentralisasi,
yaitu
17
2.3.10 Evaluasi
Evaluasi terbagi mejadi 2, yaitu evaluasi eksternal dan
evaluasi internal. Evaluasi eksternal meliputi evaluasi dari
konsumen terhadap hidangan yang disajikan, sedangkan
evaluasi internal meliputi evaluasi terhadap menu, anggaran
belanja,
jumlah
dan
standar
porsi,
kerusakan
dan
terhadap
jumlah
porsi.
Standar
porsi
yang
dilakukan
dengan
membandingkan
perencanaan
porsi
adalah
banyaknya
makanan
yang
makanan.
Dalam
suatu
penyelenggaraan
kelebihan
dalam
kuantitas
dari
makanan
yang
dilakukan pada
saat
18
pada
penyelenggaraan
makanan
institusi
(Mukrie, 1990).
Pengawasan
besar
porsi
dibutuhkan
untuk
19
20
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
penyelenggaraan
makanan,
standar
porsi
yang
GAMBAR 3.1
KERANGKA KONSEP
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH BAHAN MAKANAN YANG DIPRODUKSI
DENGAN STANDAR PORSI YANG DIHASILKAN PADA
PENYELENGGARAAN MAKANAN SIANG DI PUSAT PENDIDIKAN
ARTILERI MEDAN (PUSDIK ARMED) CIMAHI TAHUN 2011
Keterangan:
1. Variabel independent : Jumlah bahan makanan yang diproduksi
2. Variabel dependent : standar porsi yang dihasilkan
21
3.2 Hipotesis
3.2.1 Ada hubungan antara jumlah bahan makanan yang diproduksi
dengan standar porsi yang dihasilkan
yang
digunakan
untuk
diproduksi,
kemudian
dikategorikan.
Kategori :
1. Sesuai, jika jumlah BM yang dipesan
= jumlah BM yang
22
dengan
BAB IV
METODE PENELITIAN
23
24
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah hidangan untuk menu
makan siang yang disajikan untuk peserta pendidikan (siswa)
dan diambil secara simple random sampling. Sampel minimal
yang digunakan, ditentukan dengan memakai rumus :
n=
N
1 + N (d)2
n=
12
1 + 12 (0,05)2
n = 11,65 = 12 sampel
N = besar populasi seluruh hidangan untuk peserta
pendidikan
d = tingkat kepercayaan (95% atau = 0,05)
n = besar sample minimal yang akan diteliti, yaitu
sebesar sample
(Notoatmodjo, 2005)
Teknik pengambilan sample:
a. Sampel diambil menggunakan metode simple random
sampling dengan melakukan pengocokan pada siklus
menu makan siang 7 hari
25
jumlah
bahan
makanan
diperoleh
dengan
26
rata-rata
persentase
yang
didapat
dan
wawancara
dan
dikategorikan.
b. Data sekunder
Data
sekunder
diperoleh
melalui
pengamatan langsung.
27
gambaran
umum
sistem
penyelenggaraan
pengadaan
(cara
pembelian
bahan
28
Keterangan :
X
: Nilai Chi-Square
Oij
Eij
) (
) (
Keterangan :
p
A+B
= nilai baris ke 1
= nilai kolom ke 1
B+D
= nilai kolom ke 2
) (
29
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
dua yaitu
penyelenggaraan
sistem
makanan
swakelola
di PUSDIK
dimana
seluruh
ARMED
kegiatan
30
Bahan Makanan
Penukar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Makanan Pokok
Lauk Hewani
Lauk Nabati
Sayur
Buah
Minyak
Gula
Jumlah
10P
3P
1 P
3P
1P
2P
1P
E
1750
150
112,5
75
50
100
50
2287,5
Nilai Gizi
P
L
40
0
21
6
7,5
4,5
3
0
0
0
0
10
0
0
71,5
20,5
KH
400
0
10,5
15
12
0
12
449,5
31
5.2.2 Menu
Penyelenggaraan
makanan
di
PUSDIK
ARMED
komandan
detasemen
markas
(Dandema)
serta
32
telah
menggunakan
ditunjuk
bon
oleh
koperasi
pemesanan
bahan
PUSDIK
ARMED
makanan.
Bon
33
Lauk nabati
Hidangan
BM
Nasi
Beras
8,3
Rendang daging
Dg. Sapi
Ayam goreng
Dg. Ayam
16,7
16,7
33,3
Tahu goreng
Tahu kuning
Tempe goreng
Tempe
Sayur nangka
Nangka muda
Buncis
kol
Sayur asem
Kol
Kc.panjang
Sayur
Labu siam
Sayur bobor
Bayam
Kangkung
Tauge
Sayur sop
Wortel
makaroni
Kentang
Buncis
34
Makaroni
Buah
Pisang
Jeruk
Semangka
Pisang
Jeruk
Semangka
Jumlah
25
12
100
bahan
makanan
sumber
nabati
pada
35
dan
harganya
terjangkau.
Selain
itu,
mudah
dalam
36
Hidangan
BM
Jumlah
Jumlah
dipesan
digunakan
Kategori
Nasi
Beras
61,25 kg
61,25 kg
Sesuai
Rendang
Dg. Sapi
12,5 kg
10,4 kg
Tidak
daging
Sesuai
Ayam goreng
Dg. Ayam
20,5 kg
20,5 kg
Sesuai
Tahu goreng
Tahu
14 kg
245 ptg
Sesuai
Tempe goreng
Tempe
4,9 kg
245 ptg
Sesuai
Sayur nangka
Nangka
20 kg
17 kg
Tidak
muda
Sayur asem
Sesuai
Buncis
12,5 kg
9 kg
kol
20 kg
16 kg
Kol
25 kg
19 kg
Tidak
Kc.panjang
20 kg
15 kg
Sesuai
Labu siam
15 kg
15 kg
Jagung
15 kg
15 kg
15 kg
15 kg
muda
8
Sayur bobor
Bayam
Sesuai
37
10
Kangkung
15 kg
15 kg
Tauge
15 kg
15 kg
Sayur sop
Wortel
15 kg
13 kg
Tidak
makaroni
Buncis
25 kg
19 kg
Sesuai
Kentang
15 kg
13 kg
Makaroni
3 kg
3 kg
Pisang
24,5 kg
19 kg
Pisang
Tidak
Sesuai
11
Jeruk
Jeruk
27 kg
20 kg
Tidak
Sesuai
12
Semangka
Semangka
60 kg
56,7 kg
Tidak
Sesuai
38
Sesuai
41,7
Tidak sesuai
58,3
Jumlah
12
100
di
atas
dapat
disebabkan
karena
saat
39
produksi pada kelompok sayur yaitu 86,7 %. Data dapat dilihat pada
lampiran 4.
dengan
didapat.
rata-rata
Kemudian membandingkan
persentase
yang
didapat
dan
40
Tabel 5.5
PENILAIAN STANDAR PORSI YANG DIHASILKAN PADA
PENYELENGGARAAN MAKAN DI PUSDIK ARMED CIMAHI TAHUN
2011
No
Hidangan
BM
Standar
Standar
porsi
porsi
yang
yang
Kategori
ditetapkan dihasilkan
1
Nasi
Beras
Rendang
Dg. Sapi
daging
3
Ayam
Dg. Ayam
goring
4
Tahu
Tahu
goring
5
Tempe
Tempe
goring
6
Sayur
Nangka
nangka
muda
Buncis
400 gr
398,4 gr
99,6
Baik
35 gr
29 gr
82,85
Kurang
40 gr
44,6 gr
111,5
Baik
55 gr
65,9 gr
119,8
Baik
20 gr
20 gr
100
Baik
75 gr
65,8 gr
87,7
Kurang
100 gr
63,3 gr
63,3
Kurang
75 gr
54,8 gr
73,06
Kurang
Kol
7
Sayur
Kol
asem
Kc.panjang
Labu siam
Jagung
muda
Sayur
Bayam
bobor
Kangkung
Tauge
41
Sayur sop
Wortel
makaroni
Buncis
Kentang
75 gr
60,5 gr
80,7
Kurang
Makaroni
10
Pisang
Pisang
100 gr
131
131
Baik
11
Jeruk
Jeruk
110 gr
80,8 gr
73,5
Kurang
12
Semangka
Semangka
100 gr
102, 6 gr
102,6
Baik
kurang
baik.
Tidak
dipertimbangkan
penyusutan
atau
berat
bersih
dan
berat
dapat
dimakan
(BDD)
porsi
yang
dihasilkan
pun
akan
berkurang.
Dalam
42
Table 5.6
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL STANDAR PORSI YANG
DIHASILKAN PADA PENELITIAN BERDASARKAN HASIL PENILAIAN
BESAR PORSI HIDANGAN PADA PENYELENGGARAAN MAKANAN
DI PUSDIK ARMED CIMAHI TAHUN 2011
Kategori
Baik
50
Kurang
50
Jumlah
12
100
43
JUMLAH
BAHAN
BAIK
KURANG
TOTAL
MAKANAN
SESUAI
80,00
20
100
TIDAK SESUAI
28,6
71,4
100
TOTAL
25
75
`12
100
44
45
Hal ini menyebabkan jumlah porsi bertambah dari jumlah porsi yang
telah ditentukan saat proses perencanaan. Selain itu pada
pemasakan
tidak
diperhatikan
penyusutan,
proses
pengembangan,
6.1 SIMPULAN
1. Kegiatan penyelenggaraan makanan di PUSDIK ARMED
menggunakan sistem swakelola.
2. Penyelenggaraan makanan dilaksanakan oleh unit bagian dapur
umum yang dikepalai oleh kepala dapur.
3. Siklus menu yang digunakan yaitu siklus menu 7 hari. Dalam
format menu ditulis jenis bahan makanan yang digunakan,
standar makanan, dan kandungan energi 2287,5 kalori.
4. Biaya makan peserta didik sebesar Rp. 24.000/peserta didik
untuk 3x makan dalam sehari.
5. Pola makan yang diterapkan adalah makan pagi, makan siang,
snack siang dan makan malam
6. Pola menu yang digunakan adalah pola menu lengkap yang
terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan
buah. Buah hanya disajikan pada makan siang saja. Hidangan
sayur sudah bervariasi, untuk lauk hewani dan lauk nabati
masih belum bervariasi dari segi jenis bahan makanan dan cara
pengolahan.
7. Sistem
pendistribusian
desentralisasi.
makanan
menggunakan
sistem
46
8. Sampel yang diteliti yaitu hidangan makan siang menu hari ke1 sampai menu hari ke 4.
9. Sampel sebanyak 12 hidangan terdiri dari makanan pokok (1
sampel), lauk hewani (2 sampel), lauk nabati (2 sampel),
sayuran (4 sampel), dan buah (3 sampel).
10. Hasil penilaian jumlah bahan makanan, dari 12 sampel
hidangan, terdapat 7 (58,3%) sampel dengan kategori tidak
sesuai. Hal ini disebabkan karena saat proses persiapan teknik
memotong dan mengupas bahan makanan kurang baik
sehingga banyak bahan makanan yang terbuang.
11. Hasil penilaian standar porsi yang dihasilkan, dari 12 sampel
hidangan, terdapat 6 (50%) sampel dengan kategori kurang. Hal
ini disebabkan saat proses pemasakan terjadi kehilangan atau
rusak dan proses pemorsian yang kurang tepat sehingga
standar porsi berkurang
12. Dari 7 sampel terdapat 5 (71,4%) jumlah bahan makanan yang
tidak sesuai menghasilkan standar porsi yang kurang. Hal ini
disebabkan saat pemorsian dilakukan oleh petugas pemorsian
kurang terampil sehingga besar porsi menjadi tidak merata.
13. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan fisher exact dengan
=0,05 menunjukan bahwa secara statistik tidak ada hubungan
yang bermakna antara jumlah bahan makanan dengan standar
porsi yang dihasilkan p=0,242.
6.2 SARAN
1. Saat proses pengolahan banyak bahan makanan yang kurang
terutama pada kelompok sayur. Dalam melakukan perencanaan
bahan makanan sebaiknya ditentukan persentase berat yang
dapat dimakan (%bdd)
bahan
makanan.
Dalam
menentukan
kebutuhan
bahan
47
jumlah
konsumen
yang
dilayani
pada
standar
porsi
disesuaikan
dengan
jumlah
48
49