Professional Documents
Culture Documents
TUJUAN PERCOBAAN
Dapat mengetahui dan memahami cara pengukuran kandungan glukosa dalam darah
dengan metode O-Toluidine
2. PENDAHULUAN
HO
OH
OH
OH
OH
OH
HO
H
H
OH
OH
OH
o-toluidine
m-toluidine
p-toluidine
Nama lain
o-methylaniline
2-methylaniline
m-methylaniline
3-methylaniline
p-methylaniline
4-methylaniline
Nama Kimia
2-amino-1-
3-amino-1-
4-amino-1-
methylbenzene
methylbenzene
methylbenzene
Rumus Molekul
C7H9N
Massa Molekul
107.17 g/mol
Titik lebur
-23C
-30C
43C
Titik Didih
199-200C
203-204C
200C
Kerapatan
1.00 g/cm3
0.98 g/cm3
1.05 g/cm3
Nomor CAS
[95-53-4]
[108-44-1]
[106-49-0]
SMILES
CCl=C(N)C=CC=Cl
NCl=CC(C)=CC=Cl
NCl=CC=C(C)C=Cl
NH2
NH2
NH2
CH3
CH3
o-toluidine
(o-methylaniline)
m-toluidine
(m-methylaniline)
CH2
p-toluidine
(p-methylaniline)
Sifat-sifat kimia dari toluidine mirip dengan amin aryl yang lain. Karena gugus
amino pada toluidine mengikat cincin aromatic, maka toluidine mempunyai sifat basa
lemah. Tidak ada toluidine yang benar-benar larut dalam air murni, tapi toluidine larut
dalam larutan enceryang bersifat asam. Pada suhu dan tekanan ruang, meta dan ordo
toluidin berbentuk cairan sedangkan para toluidine berbentuk padat. Hal ini
dikarenakan para toluidine mempunyai struktur yang simetris dan mempunyai struktur
Kristal yang paling mudah. Toluidine banyak digunakan untuk pewarna. Toluidine
bersifat toksik dan karsinogenik.
c.
banyak minum,
2.
banyak kencing,
3.
Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila
keinginan minum kita terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat
badan yang pada awalnya terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus tanpa diet.
Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari,
gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka
yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan
Pengaturan besarnya konsentrasi glokosa darah pada orang normal
sangatlah sempit. Pada orang yang sedang berpuasa kadar glukosa darah ini
hanya diantara 80 dan 90 mg/dl darah yang diukur pada waktu sebelum makan
pagi. Konsentrasi ini meningkat menjadi 120-140 mg/dl sebelum jam pertama
atau lebih setelah makan, namun ada satu sistem umpan balik yang mengatur
kadar glukosa darah yang dengan cepat mengembalikan konsentrasi glukosa ke
nilai kontrolnya, biasanya ini terjadi pada waktu 2 jam sesudah absorpsi
karbohidrat yang terakhir. Sebaliknya pada waktu kelaparan adanya fungsi
glukoneogenesis dari hati menyebabkan terjadinya glukosa yang dibutuhkan
untuk menjaga tetapnya kadar glukosa darah sewaktu puasa. Segera setelah
makan makanan tinggi karbohidrat, glukosa yang diabsorpsi ke dalam darah
menyebabkan sekresi insulin dengan cepat. Insulin selanjutnya menyebabkan
ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa yang cepat oleh semua jaringan
tubuh. Tetapi terutama oleh otot jaringan adiposa dan hati.
Ada tiga cara untuk mengukur kadar gula darah:
Tes gula darah sewaktu. Tes ini mengukur glukosa dalam darah yang diambil
kapan saja, tanpa memperhatikan waktu makan.
Tes gula darah puasa. Tes ini memakai contoh darah yang diambil saat kita
tidak makan atau minum apa pun (kecuali air putih) selama sedikitnya
delapan jam.
Tes toleransi glukosa. Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa, kemudian
kita diberikan minuman yang manis yang mengandung gula dengan ukuran
tertentu. Kadar gula darah lalu diukur dengan memakai beberapa contoh darah
yang diambil pada jangka waktu yang tertentu. Di Indonesia, yang lebih
sering dilakukan adalah tes gula darah setelah makan. Juga dimulai dengan tes
gula darah puasa, kemudian kita diminta untuk makan seperti biasa, dan darah
kita akan diperiksa lagi dua jam kemudian.
Hati berfungsi sebagai suatu sistem penyangga darah glukosa yang
sangat penting. Jadi apabila sesudah makan, kadar glukosa darah meningkat
sampai konsentrasinya tinggi sekali yang juga akan disertai dengan
meningkatnya sekresi insulin yakni sebanyak 2/3 dari glukosa yang diabsorpsi
dari usus itu dalam waktu yang singkat disimpan di dalam hati dalam bentuk
glikogen. Lalu selama beberapa jam berikutnya bila konsentrasi glukosa darah
dan kecepatan sekresi insuln berkurang maka hati melepaskan konsentrasi
glukosa darah sampai kira-kira 3x lipat. Ternyata pada penderita penyakit hati
yang parah hampir tidak mungkin menjaga tetapnya konsentrasi glukosa
darah dalam batas yang sempit.
Fungsi insulin dan glukosa sangat penting dan fungsi ini terpisah
dari sistem pengatur umpan balik yang menjaga tetap normalnya konsentrasi
gula darah. Bila konsentrasigula darah meningkat sangat tinggi, maka timbul
sekresi insulin dimana insulinnya sendiri sebaliknya mengurangi konsentrasi
gula darah itu agar kembali ke nilai normalnya. Sebaliknya berkurangnya
kadar glukosa darah merangsang timbulnya sekresi glukagonini akan
berfungsi berlawanan. yakni akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah
itu kembali ke nilai normalnya. Pada sebagian besar kondisi yang normal
mekanisme umpan balik insulin ini jauh lebih berguna daripada mekanisme
glukagon kurang atau pada bekerja dimana ada pemakaian glukosa secara
berlebihan dan pada keadaan yang sangat menegangkan maka mekanisme
glukagon ini sangat penting.
Cairan darah
Aquadest
Larutan O-Toluidine
Alat :
Tabung reaksi
Kertas saring
Pipet volume
Beker glass
Corong
Spektrofotometer UV-Vis
Hot plate
Vorteks
Mikro pipet
Lar. Glukosa
Lar. 3%
Filtrat protein
standar (ml)
TCA (ml)
bebas
1,0
0,2
0,8
0,4
0,6
0,6
0,4
0,8
0,2
1,0
No. Tabung
Lar. O-toluidine
HASIL PERCOBAAN
Uji Spektroskopi UV-Vis
Larutan baku standar
Larutan glukosa
Absorbansi
standar (ml)
0
0,02
r = 0,998
a = 0,030
0,030
0, 077
b = 2,411
0,04
0, 126
y = bx + a
0,06
0, 177
y = 2,411x + 0,030
0,08
0, 231
0,10
0, 265
Absorbansi (y)
0,358
0,304
0,485
0,455
0,236
0,234
0,223
0,218
Keterangan:
Kelompok 1 dan 2 : Sampel darah + Larutan Glukosa
Kelompok 3 dan 4 : Sampel darah non Larutan glukosa
Perhitungan:
Kelompok 1
Tabung I
(Abs: 0,358)
y = 2,411x + 0,03
0,358 = 2,411x + 0,03
2,411x = 0,328
x = 0,136 mg/ml
Faktor pengencer:
Dalam 10 ml
Dalam 5 ml
Dalam 1 ml
Tabung II
(Abs : 0,304)
y = 2,411x + 0,030
0,304 = 2,411x + 0,030
2,411x = 0,274
x = 0,114 mg/ml
Faktor pengencer
Dalam 10 ml
Dalam 5 ml
Dalam 1 ml
Kelompok 2
Tabung I
(Abs: 0,485)
y = 2,411x + 0,03
0,485 = 2,411x + 0,03
x = 0,188 mg/ml
Faktor pengencer:
Dalam 5 ml
Dalam 1 ml
1,88 mg/ml x 2
Tabung II
(Abs : 0,455)
= 3,76 mg/ml
y = 2,411x + 0,030
0,455 = 2,411x + 0,030
x = 0,176 mg/ml
Faktor pengencer:
Dalam 5 ml
Dalam 1 ml
5,7
mg/ml x 2
= 3,52 mg/ml
Kelompok 3
Tabung I
(Abs: 0,236)
y = 2,411x + 0,03
0,236 = 2,411x + 0,03
x = 0,0854 mg/ml
Faktor pengencer:
Dalam 5 ml
Dalam 1 ml
Tabung II
(Abs : 0,234)
y = 2,411x + 0,030
0,234 = 2,411x + 0,030
x = 0,0846 mg/ml
Faktor pengencer
Dalam 5 ml
Dalam 1 ml
Kelompok 4
Tabung I
(Abs: 0,223)
y = 2,411x + 0,03
0,223 = 2,411x + 0,03
x = 0,080 mg/ml
Faktor pengencer:
Dalam 5 ml
Dalam 1 ml
0,4
Tabung II
(Abs : 0,218)
y = 2,411x + 0,030
0,218 = 2,411x + 0,030
x = 0,0779 mg/ml
Faktor pengencer
Dalam 5 ml
Dalam 1 ml
(kelompok 1 dan kelompok 2), Kadar glukosa dalam darah tinggi ditambah reagen
4. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kandungan glukosa dalam darah,
dengan menggunakan metode O-toluidine. Metode o-toluidine atau biasa disebut Metode
Kondensasi Gugus Amino merupakan metode yang mudah dilakukan untuk penentuan
kandungan glukosa dalam darah. Metode ini merupakan metode non enzimatis yaitu tidak
menggunakan enzim melainkan dengan hanya menambahkan larutan o-toluidine pada sampel
darah. Prinsip penetapan kadar gula darah ini berdasarkan pengendapan protein darah dengan
asam trikloroasetat yang pada saat divortex terlihat bagian yang mengendap (protein darah)
dan cairan yang ada di atas mengandung gula yang akan diperiksa dengan menambahkan otoluidine dalam asam asetat glasial. Saat dipanaskan, gula akan berkonjugasi dengan otoluidine dalam asetat panas dengan memberikan warna biru hijau. (I Made Bakta, 2006)
Penetapan kadar glukosa dalam sampel darah dengan menggunakan metode o-toluidine
dilakukan dengan cara sampel darah ditambah dengan 1.5 ml larutan TCA 10%, dicampur dan
kemudian didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang. Adapun tujuan dari penambahan TCA
adalah untuk mengendapkan dan mendenaturasi protein yang terkandung di dalam darah
secara sempurna. Berat jenis protein lebih besar daripada berat jenis glukosa yang akan
dianalisis,
digunakan untuk memisahkan endapan dan supernatan, dimana endapan yang terbentuk
mengandung protein dan komponen-komponen lain yang dapat mengganggu proses
pengukuran kadar glukosa.
Supernatan selanjutnya ditambah dengan larutan o-toluidine dengan konsentrasi tertentu
lalu direbus selama 10 menit. Warna larutan berubah dari coklat menjadi hijau. Hal ini
dikarenakan glukosa bereaksi dengan O-toluidine acetic acid panas dan menghasilkan
senyawa berwarna hijau.
Selanjutnya dilakukan pengenceran agar konsentrasi glukosa dalam sampel tidak terlalu
besar sehingga bisa dianalisis menggunakan spektrofotometer. Tapi sebelum diukur
menggunakan spektrofotometer, terlebih dahulu dibuat larutan standar glukosa dan sampel.
Kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm. Panjang
gelombang ini merupakan panjang gelombang maksimum pada pengukuran kandungan
glukosa dalam darah. Dengan pemakaian panjang gelombang maksimum ini, maka kesalahan
dapat diminimalkan karena glukosa sensitif dan selektif pada panjang gelombang 620 nm.
Setelah itu, hasil dari pengukuran spektrofotometri dibuat persamaan regresi untuk standar
glukosa.
Dari hasil pengukuran larutan standar menggunakan spektrofotometer didapatkan hasil
yaitu r = 0,998, a = 0,030, b = 2,411. Sehingga dari data tersebut diperoleh persamaan
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kita lakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,
antara lain.
a. Metode o-toluidine merupakan metode yang mudah dilakukan untuk penentuan
kandungan glukosa dalam darah.
b. Metode toluidine bersifat non enzimatis yaitu tidak menggunakan enzim melainkan
dengan hanya menambahkan larutan o-toluidine pada sampel darah TCA digunakan
untuk mengendapkan dan mendenaturasi protein yang terkandung di dalam darah
secara sempurna.
c. Kadar gula dalam darah orang normal berbeda secara signifikan dengan kadar gula
pasien Diabetes melitus.
d. Pasien Diabetes melitus dapat didiagnosa dengan cara melihat konsentrasi/kandungan
glukosa dalam darah yang melebihi batas normal yaitu diatas rentang 60-100 mg/dL.
7.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, N,Arief W, Sugeng W. Study of Enzymatic Hydrolysis of Rice for Hidrogen
Production Using Mixed Cellulases. Surabaya : ITS
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC Anggota IKAPI
K. Robert, murray,K. Daryd, Granner, A.Peter W. Victor Mayes,Rodwell. 1999. Biokimia
Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lhitasha. 2009. Darah. http://filzahazny.wordpress.com/2009/07/10/darah/ ( 28 April
2012)
Sudoyo, Aru.W,Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi Kelima, Jilid III. Jakarta Pusat : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Interna Publishing
Hudiyono, Sumi.2004.Diktat Kuliah Biokimia.Depok:Dept kimia FMIPA UI
LAMPIRAN
Sampel darah + Glukosa
(Supernatan+Reagen o-toluidine)
(Setelah Pemanasan)