You are on page 1of 16

ACARA V

PENENTUAN KANDUNGAN GLUKOSA DALAM DARAH MENGGUNAKAN


METODE O-TOLUIDINE
1.

TUJUAN PERCOBAAN
Dapat mengetahui dan memahami cara pengukuran kandungan glukosa dalam darah
dengan metode O-Toluidine

2. PENDAHULUAN

2.1. Dasar Teori


a. Tinjauan tentang Glukosa

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting


yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa
merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami
(D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.

HO

OH

OH

OH
OH

Gambaran proyeksi Haworth struktur glukosa (-D-glukopiranosa)

Glukosa (C6H12O6, berat molekul180.18) adalah heksosamonosakarida yang


mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus
CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut cincin
piranosa, bentuk paling stabil untuk aldosa berkarbon enam. Dalam cincin ini, tiap
karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hydrogen kecuali atom kelimanya,
yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus
CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih
reaktif, yang proporsinya 0,0026% pada pH 7.

Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat dimana-mana dalam biologi.


Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti
fruktosa, begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada
keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi system biokimia primitive. Hal
yang lebih penting bagi organism tingkat atas adalah kecenderungan glukosa,
dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara
nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikossilasi) mereduksi
atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini
dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang
reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan
kerusakan saraf peripheral (peripheral neuropathy), kemungkinan disebabkan oleh
glikosilasi protein.
Dalam respirasi perlu serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi
hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama
dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida. Glukosa
dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi sukrosa. Pati, selulosa, dan glikogen
merupakan polimer glukosa umum polisakarida. Dekstrosa terbentuk akibat larutan Dglukosa berotasi terpolarisasi cahaya ke kanan. Dalam kasus yang sama D-fruktosa
disebut levulosa karena larutan levulosa berotasi terpolarisasi cahaya ke kiri.
O

OH

HO
H

H
OH

OH

OH

Bentuk rantai D-Glukosa


Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang
menyediakan 4 kalori (17 kilojoule) energy pangan per gram. Pemecahan karbohidrat
(misalnya pati) menghasilkan mono dan disakarida, terutama glukosa. Melalui
glikolisis, glukosa segera terlibat dalam produksi ATP, pembawa energy sel. Di sisi
lain, glukosa sangat penting dalam produksi protein dan dalam metabolism lipid.
Karena pada system saraf pusat tidak ada metabolism lipid, jaringan ini sangat
tergantung pada glukosa.

Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluraan pencernaan.


Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan
yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen (pati hewan)
dan sel lemak, yang menyimpannya sebgai lemak. Glikogen merupakan sumber energi
cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih
banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi
cadangan, lemak tak pernah secara langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan
Galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung diangkat
ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa.
b. Tinjauan tentang o-toluidine
Isomer Toluidine
Nama Umum

o-toluidine

m-toluidine

p-toluidine

Nama lain

o-methylaniline
2-methylaniline

m-methylaniline
3-methylaniline

p-methylaniline
4-methylaniline

Nama Kimia

2-amino-1-

3-amino-1-

4-amino-1-

methylbenzene

methylbenzene

methylbenzene

Rumus Molekul

C7H9N

Massa Molekul

107.17 g/mol

Titik lebur

-23C

-30C

43C

Titik Didih

199-200C

203-204C

200C

Kerapatan

1.00 g/cm3

0.98 g/cm3

1.05 g/cm3

Nomor CAS

[95-53-4]

[108-44-1]

[106-49-0]

SMILES

CCl=C(N)C=CC=Cl

NCl=CC(C)=CC=Cl

NCl=CC=C(C)C=Cl

NH2

NH2

NH2

CH3

CH3

o-toluidine
(o-methylaniline)

m-toluidine
(m-methylaniline)

CH2

p-toluidine
(p-methylaniline)

Sifat-sifat kimia dari toluidine mirip dengan amin aryl yang lain. Karena gugus
amino pada toluidine mengikat cincin aromatic, maka toluidine mempunyai sifat basa
lemah. Tidak ada toluidine yang benar-benar larut dalam air murni, tapi toluidine larut
dalam larutan enceryang bersifat asam. Pada suhu dan tekanan ruang, meta dan ordo
toluidin berbentuk cairan sedangkan para toluidine berbentuk padat. Hal ini

dikarenakan para toluidine mempunyai struktur yang simetris dan mempunyai struktur
Kristal yang paling mudah. Toluidine banyak digunakan untuk pewarna. Toluidine
bersifat toksik dan karsinogenik.
c.

Tinjauan tentang Metode Penetapan Kandungan Glukosa dalam Darah


Diagnosis diabetes ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa dalam
darah, bukan adanya glukosa dalam urin. Untuk menentukan diagnosis DM pertama
kali, dianjurkan pemeriksaan glukosa darah dengan bahan darah dari pembuluh darah
balik (disebut plasma vena). Hal ini berarti pengambilan darah dilakukan dengan
jarum suntik atau jarum kecil (wing needle) dengan tabung kaca, diperiksa dengan
mesin analisa yang relatif besar, terdapat di laboratorium.
Untuk tujuan pemantauan glukosa darah selanjutnya, dapat diperiksa dari
bahan darah pembuluh darah kapiler, biasanya dilakukan penusukan ujung jari tangan
dengan jarum lanset kecil yang otomatis. Setetes sampel darah sudah cukup untuk
ditempelkan pada ujung strip/carik reagen pemeriksa yang menempel pada alat
pemeriksa glukosa darah, portable seukuran telepon genggam atau lebih kecil lagi.
Para penyandang DM dapat memeriksa sendiri dirinya dengan cara ini tanpa bantuan
dari orang lain. Kadar gula darah sewaktu, jika DM adalah lebih besar atau sama
dengan 200 mg/dL. Kadar glukosa darah puasa, jika DM adalah lebih besar sama
dengan 126 mg/dL. Sumber://www.kalbenutritionals.com
Jenis Diabetes Melitus menurut sifatnya :
1. Diabetes mellitus tergantung insulin (diabetes mellitus tipe 1)
2. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita gemuk dan kurus
(diabetes melitus tipe 2)
3. Diabetes mellitus terkait malnutrisi
4. Diabetes melitus yang terkait keadaan atau gejala tertentu seperti penyakit
pankreas, penyakit hormonal, obat-obatan / bahan kimia, kelainan insulin /
reseptornya, sindrom genetik dll

Faktor Penyebab Diabetes Melitus


Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang
berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.

Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan


terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu
dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui

Gejala Penderita Diabetes Mellitus


Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu:
1.

banyak minum,

2.

banyak kencing,

3.

berat badan turun.


Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik.

Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila
keinginan minum kita terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat
badan yang pada awalnya terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus tanpa diet.
Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari,
gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka
yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan
Pengaturan besarnya konsentrasi glokosa darah pada orang normal
sangatlah sempit. Pada orang yang sedang berpuasa kadar glukosa darah ini
hanya diantara 80 dan 90 mg/dl darah yang diukur pada waktu sebelum makan
pagi. Konsentrasi ini meningkat menjadi 120-140 mg/dl sebelum jam pertama
atau lebih setelah makan, namun ada satu sistem umpan balik yang mengatur
kadar glukosa darah yang dengan cepat mengembalikan konsentrasi glukosa ke
nilai kontrolnya, biasanya ini terjadi pada waktu 2 jam sesudah absorpsi
karbohidrat yang terakhir. Sebaliknya pada waktu kelaparan adanya fungsi
glukoneogenesis dari hati menyebabkan terjadinya glukosa yang dibutuhkan
untuk menjaga tetapnya kadar glukosa darah sewaktu puasa. Segera setelah
makan makanan tinggi karbohidrat, glukosa yang diabsorpsi ke dalam darah
menyebabkan sekresi insulin dengan cepat. Insulin selanjutnya menyebabkan
ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa yang cepat oleh semua jaringan
tubuh. Tetapi terutama oleh otot jaringan adiposa dan hati.
Ada tiga cara untuk mengukur kadar gula darah:

Tes gula darah sewaktu. Tes ini mengukur glukosa dalam darah yang diambil
kapan saja, tanpa memperhatikan waktu makan.

Tes gula darah puasa. Tes ini memakai contoh darah yang diambil saat kita
tidak makan atau minum apa pun (kecuali air putih) selama sedikitnya
delapan jam.

Tes toleransi glukosa. Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa, kemudian
kita diberikan minuman yang manis yang mengandung gula dengan ukuran
tertentu. Kadar gula darah lalu diukur dengan memakai beberapa contoh darah
yang diambil pada jangka waktu yang tertentu. Di Indonesia, yang lebih
sering dilakukan adalah tes gula darah setelah makan. Juga dimulai dengan tes
gula darah puasa, kemudian kita diminta untuk makan seperti biasa, dan darah
kita akan diperiksa lagi dua jam kemudian.
Hati berfungsi sebagai suatu sistem penyangga darah glukosa yang
sangat penting. Jadi apabila sesudah makan, kadar glukosa darah meningkat
sampai konsentrasinya tinggi sekali yang juga akan disertai dengan
meningkatnya sekresi insulin yakni sebanyak 2/3 dari glukosa yang diabsorpsi
dari usus itu dalam waktu yang singkat disimpan di dalam hati dalam bentuk
glikogen. Lalu selama beberapa jam berikutnya bila konsentrasi glukosa darah
dan kecepatan sekresi insuln berkurang maka hati melepaskan konsentrasi
glukosa darah sampai kira-kira 3x lipat. Ternyata pada penderita penyakit hati
yang parah hampir tidak mungkin menjaga tetapnya konsentrasi glukosa
darah dalam batas yang sempit.
Fungsi insulin dan glukosa sangat penting dan fungsi ini terpisah
dari sistem pengatur umpan balik yang menjaga tetap normalnya konsentrasi
gula darah. Bila konsentrasigula darah meningkat sangat tinggi, maka timbul
sekresi insulin dimana insulinnya sendiri sebaliknya mengurangi konsentrasi
gula darah itu agar kembali ke nilai normalnya. Sebaliknya berkurangnya
kadar glukosa darah merangsang timbulnya sekresi glukagonini akan
berfungsi berlawanan. yakni akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah
itu kembali ke nilai normalnya. Pada sebagian besar kondisi yang normal
mekanisme umpan balik insulin ini jauh lebih berguna daripada mekanisme
glukagon kurang atau pada bekerja dimana ada pemakaian glukosa secara
berlebihan dan pada keadaan yang sangat menegangkan maka mekanisme
glukagon ini sangat penting.

Pada keadaan hipoglikemi ada efek langsung dari kadar glukosa


darah dalam hipotalamus yang dapat merangsang sistem saraf simpatis.
Sebaliknya, hormon epinefrin disekresikan oleh kelenjar adrenal.

2.2. Rumusan Masalah


2.2.1. Bagaimana cara mengukur kandungan glukosa darah dengan pereaksi OToluidine?
3.

BAHAN DAN METODE


1.1. Bahan dan alat
Bahan :

Cairan darah

TCA (Trichloro Aetic Acid)

Aquadest

Larutan O-Toluidine

Alat :

Tabung reaksi

Kertas saring

Pipet volume

Beker glass

Corong

Spektrofotometer UV-Vis

Hot plate

Vorteks

Mikro pipet

1.2. Cara kerja


3.2.1 Pembuatan filtrate bebas protein
Masukkan 0,5 ml darah dalam tabung lalu divortex

Tambahkan 3 ml larutan glukosa lalu divortex lagi

Tambahkan 1,5 ml 1% TCA lalu divortex dan didiamkan selama


10 menit
Siapkan 2 tabung dan masukkan masing-masing 1 ml campuran
larutan diatas kedalamnya
Tambahkan masing-masing 5 ml o-toluidin

Direbus selama 10 menit

Diencerkan 10x lalu dianalisis menggunakan spektrofotometer


3.2.2 Pembuatan standar glukosa dan sampel
Sediakan tabung reaksi 6 buah, dikerjakan seperi pada tabel

Lar. Glukosa

Lar. 3%

Filtrat protein

standar (ml)

TCA (ml)

bebas

1,0

0,2

0,8

0,4

0,6

0,6

0,4

0,8

0,2

1,0

No. Tabung

Lar. O-toluidine

Tabung direbus pada air mendidih selama 10 menit

Tabung didinginkan,diukur dengan spektrofotometer pada


panjang gelombang 620 nm
Dibuat persamaan regresi untuk standar glukosa, dihitung
kandungan glukosa pada sampel dengan menggunkan persamaan
regresi yang didapat
2.

HASIL PERCOBAAN
Uji Spektroskopi UV-Vis
Larutan baku standar
Larutan glukosa

Absorbansi

standar (ml)
0
0,02

r = 0,998
a = 0,030

0,030
0, 077

b = 2,411

0,04

0, 126

y = bx + a

0,06

0, 177

y = 2,411x + 0,030

0,08

0, 231

0,10

0, 265

Larutan Sampel darah


Kelompok
1
2
3
4

Absorbansi (y)
0,358
0,304
0,485
0,455
0,236
0,234
0,223
0,218

Konsentrasi (x) mg/dl


1360
1140
376
352
85,4
84,6
80
77,8

Keterangan:
Kelompok 1 dan 2 : Sampel darah + Larutan Glukosa
Kelompok 3 dan 4 : Sampel darah non Larutan glukosa
Perhitungan:
Kelompok 1

Tabung I
(Abs: 0,358)
y = 2,411x + 0,03
0,358 = 2,411x + 0,03
2,411x = 0,328
x = 0,136 mg/ml
Faktor pengencer:
Dalam 10 ml

0,136 mg/ml x 10 = 1,36 mg/ml

Dalam 5 ml

1,36 mg/ml x 5 = 6,8 mg/ml

Dalam 1 ml

6,8 mg/ml x 2 = 13,6 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 1360 mg/dl

Tabung II
(Abs : 0,304)
y = 2,411x + 0,030
0,304 = 2,411x + 0,030
2,411x = 0,274
x = 0,114 mg/ml
Faktor pengencer
Dalam 10 ml

0,114mg/ml x 10 = 1,14 mg/ml

Dalam 5 ml

1,14 mg/ml x 5 = 5,7 mg/ml

Dalam 1 ml

5,7 mg/ml x 2 = 11,4 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 1140 mg/dl

Kelompok 2
Tabung I
(Abs: 0,485)
y = 2,411x + 0,03
0,485 = 2,411x + 0,03
x = 0,188 mg/ml
Faktor pengencer:
Dalam 5 ml

0,188 mg/ml x 2 x 5 = 1,88 mg/ml

Dalam 1 ml

1,88 mg/ml x 2

Konversi ke mg/dl : 376 mg/dl

Tabung II
(Abs : 0,455)

= 3,76 mg/ml

y = 2,411x + 0,030
0,455 = 2,411x + 0,030
x = 0,176 mg/ml
Faktor pengencer:
Dalam 5 ml

0,176 mg/ml x 2 x 5 = 1,76 mg/ml

Dalam 1 ml

5,7

mg/ml x 2

= 3,52 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 352 mg/dl

Kelompok 3
Tabung I
(Abs: 0,236)
y = 2,411x + 0,03
0,236 = 2,411x + 0,03
x = 0,0854 mg/ml
Faktor pengencer:
Dalam 5 ml

0,0854 mg/ml x 5 = 0,427 mg/ml

Dalam 1 ml

0,427 mg/ml x 2 = 0,854 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 85,4 mg/dl

Tabung II
(Abs : 0,234)
y = 2,411x + 0,030
0,234 = 2,411x + 0,030
x = 0,0846 mg/ml
Faktor pengencer
Dalam 5 ml

0,0846 mg/ml x 5 = 0,423 mg/ml

Dalam 1 ml

0,423 mg/ml x 2 = 0,846 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 84,6 mg/dl

Kelompok 4
Tabung I
(Abs: 0,223)
y = 2,411x + 0,03
0,223 = 2,411x + 0,03
x = 0,080 mg/ml
Faktor pengencer:

Dalam 5 ml

0,080 mg/ml x 5 = 0,4 mg/ml

Dalam 1 ml

0,4

mg/ml x 2 = 0,8 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 80 mg/dl

Tabung II
(Abs : 0,218)
y = 2,411x + 0,030
0,218 = 2,411x + 0,030
x = 0,0779 mg/ml
Faktor pengencer
Dalam 5 ml

0,0779 mg/ml x 5 = 0,389 mg/ml

Dalam 1 ml

0,389 mg/ml x 2 = 0,778 mg/ml

Konversi ke mg/dl : 77,8 mg/dl


Pengamatan setelah pemanasan:

(kelompok 1 dan kelompok 2), Kadar glukosa dalam darah tinggi ditambah reagen

dan dididihkan 10 menit warna kuning berubah menjadi biru kehijauan.


(kelompok 3 dan kelompok 4) Kadar glukosa dalam darah normal ditambah reagen
dan dididihkan 10 menit warna kuning bening (tidak terjadi perubahan warna).

4. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kandungan glukosa dalam darah,
dengan menggunakan metode O-toluidine. Metode o-toluidine atau biasa disebut Metode
Kondensasi Gugus Amino merupakan metode yang mudah dilakukan untuk penentuan
kandungan glukosa dalam darah. Metode ini merupakan metode non enzimatis yaitu tidak
menggunakan enzim melainkan dengan hanya menambahkan larutan o-toluidine pada sampel
darah. Prinsip penetapan kadar gula darah ini berdasarkan pengendapan protein darah dengan
asam trikloroasetat yang pada saat divortex terlihat bagian yang mengendap (protein darah)
dan cairan yang ada di atas mengandung gula yang akan diperiksa dengan menambahkan otoluidine dalam asam asetat glasial. Saat dipanaskan, gula akan berkonjugasi dengan otoluidine dalam asetat panas dengan memberikan warna biru hijau. (I Made Bakta, 2006)
Penetapan kadar glukosa dalam sampel darah dengan menggunakan metode o-toluidine
dilakukan dengan cara sampel darah ditambah dengan 1.5 ml larutan TCA 10%, dicampur dan
kemudian didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang. Adapun tujuan dari penambahan TCA
adalah untuk mengendapkan dan mendenaturasi protein yang terkandung di dalam darah
secara sempurna. Berat jenis protein lebih besar daripada berat jenis glukosa yang akan
dianalisis,

maka pemisahan selanjutnya dilakukan dengan sentrifugasi. Sentrifugasi

digunakan untuk memisahkan endapan dan supernatan, dimana endapan yang terbentuk
mengandung protein dan komponen-komponen lain yang dapat mengganggu proses
pengukuran kadar glukosa.
Supernatan selanjutnya ditambah dengan larutan o-toluidine dengan konsentrasi tertentu
lalu direbus selama 10 menit. Warna larutan berubah dari coklat menjadi hijau. Hal ini
dikarenakan glukosa bereaksi dengan O-toluidine acetic acid panas dan menghasilkan
senyawa berwarna hijau.
Selanjutnya dilakukan pengenceran agar konsentrasi glukosa dalam sampel tidak terlalu
besar sehingga bisa dianalisis menggunakan spektrofotometer. Tapi sebelum diukur
menggunakan spektrofotometer, terlebih dahulu dibuat larutan standar glukosa dan sampel.
Kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm. Panjang
gelombang ini merupakan panjang gelombang maksimum pada pengukuran kandungan
glukosa dalam darah. Dengan pemakaian panjang gelombang maksimum ini, maka kesalahan
dapat diminimalkan karena glukosa sensitif dan selektif pada panjang gelombang 620 nm.
Setelah itu, hasil dari pengukuran spektrofotometri dibuat persamaan regresi untuk standar
glukosa.
Dari hasil pengukuran larutan standar menggunakan spektrofotometer didapatkan hasil
yaitu r = 0,998, a = 0,030, b = 2,411. Sehingga dari data tersebut diperoleh persamaan

y = 2,411x + 0,030. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi


glukosa dalam sampel darah. Sampel darah pada kelompok 1 dan kelompok 2 yang ditambah
dengan glukosa memiliki nilai konsentrasi rata-rata sebesar 1250 mg/dl dan 364 mg/dl.
Sedangkan untuk sampel darah pada kelompok 3 dan kelompok 4 yang tidak dilakukan
penambahan glukosa memiliki nilai konsentrasi rata-rata sebesar 85 mg/dl dan 78,9 mg/dl.
Pada darah orang normal kandungan glukosa saat puasa adalah sekitar < 110 mg/dL
dan pada saat setelah makan sekitar < 140 mg/dL atau kadar normal glukosa dalam darah
yaitu 60-100 mg/dL (Lhitasha, 2009). Sehingga dari data yang kami peroleh dapat digunakan
sebagai parameter untuk orang yang kadar gula dalam darahnya normal dan untuk orang
dengan kadar gula dalam darahnya di atas normal yang biasa kita sebut dengan penderita
Diabetes Melitus.
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolisme. Penyakit ini disebabkan
kurangnya insulin baik secara absolut maupun relatif. Gangguan dari hormon peptida ini
terutama berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat. Diabetes melitus terdapat dalam dua
bentuk. Pada diabetes tipe I tergantung insulin (IDDM). Sel-sel yang memproduksi insulin
sudah terganggu pada usia lebih dini karena adanya reaksi auto immune. Diabetes tipe II
adalah bentuk yang tidak tergantung insulin (NIDDM). Kebanyakan terjadi pada usia lanjut
disebabkan sekresi insulin yang kurang atau gangguan pada fungsi reseptor. (Aru W. Sudoyo,
2009)
6.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kita lakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,
antara lain.
a. Metode o-toluidine merupakan metode yang mudah dilakukan untuk penentuan
kandungan glukosa dalam darah.
b. Metode toluidine bersifat non enzimatis yaitu tidak menggunakan enzim melainkan
dengan hanya menambahkan larutan o-toluidine pada sampel darah TCA digunakan
untuk mengendapkan dan mendenaturasi protein yang terkandung di dalam darah
secara sempurna.
c. Kadar gula dalam darah orang normal berbeda secara signifikan dengan kadar gula
pasien Diabetes melitus.
d. Pasien Diabetes melitus dapat didiagnosa dengan cara melihat konsentrasi/kandungan
glukosa dalam darah yang melebihi batas normal yaitu diatas rentang 60-100 mg/dL.

7.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, N,Arief W, Sugeng W. Study of Enzymatic Hydrolysis of Rice for Hidrogen
Production Using Mixed Cellulases. Surabaya : ITS
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC Anggota IKAPI
K. Robert, murray,K. Daryd, Granner, A.Peter W. Victor Mayes,Rodwell. 1999. Biokimia
Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lhitasha. 2009. Darah. http://filzahazny.wordpress.com/2009/07/10/darah/ ( 28 April
2012)
Sudoyo, Aru.W,Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi Kelima, Jilid III. Jakarta Pusat : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Interna Publishing
Hudiyono, Sumi.2004.Diktat Kuliah Biokimia.Depok:Dept kimia FMIPA UI

LAMPIRAN
Sampel darah + Glukosa

(Sampel darah + 1% TCA)

(Supernatan+Reagen o-toluidine)

(Setelah Pemanasan)

You might also like