Professional Documents
Culture Documents
I. DEFINISI
Asesmen pasien adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja, sistematis
dan terencana untuk mendapatkan informasi, menganalisis, mengidentifikasi dan
menatalaksana keadaan yang membawa seorang pasien datang untuk berobat ke
rumah sakit. Proses ini berlangsung sejak dari fase pre-rumah sakit hingga
rumah sakit.
Asesmen tempat kejadian adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh paramedis
dan tulang belakang, menjaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
Asesmen segera-kasus trauma : dilakukan terhadap pasien yang mengalami
cedera signifikan untuk mengidentifikasi cedera yang berpotensi mengancam
nyawa. Perkirakan juga derajat keparahan cedera, tentukan metode transfer dan
pertimbangkan Bantuan Hidup Lanjut.
Yang dimaksud dengan cedera signifikan adalah tabrakan motor; tabrakan mobilpejalan kaki; penetrasi pada kepala, dada, atau perut; terjatuh melebihi jarak 6
mengancam nyawa.
Asesmen terfokus-kasus trauma : dilakukan terhadap pasien yang tidak
mengalami cedera signifikan, dan telah dipastikan tidak memiliki cedera yang
pasien.
Asesmen nyeri adalah pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui dan
lokasi dan posisi pasien bisa sangat membantu perencanaan tindakan yang akan
dilakukan.
Untuk itu, disusun suatu asesmen dalam memberikan pelayanan evakuasi
atau penjemputan pasien dari luar rumah sakit.
a) Amankan area
Saat tiba di tempat kejadian, segera amankan area sekitar lokasi pasien atau
korban. Pastikan paramedis mendapatkan area yang cukup luas untuk
melakukan tindakan dan hanya pihak-pihak yang dapat memberikan informasi
dan bantuan yang berguna yang diizinkan untuk berada di area tempat
kejadian.
b) Gunakan alat pelindung diri
Alat pelindung diri yang lengkap harus digunakan sebelum memberikan
bantuan kepada pasien atau korban. Alat pelindung diri digunakan harus
nyaman, ringan, aman dan dapat memberikan proteksi yang optimal. Alat
pelindung diri yang digunakan disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi.
Banyak paramedis yang mengalami cedera atau bahkan terbunuh karena
kurangnya perlindungan diri.
c) Kenali bahaya dan hindari cedera lebih lanjut
Amati lingkungan sekeliling. Berjalan dan bertindak dengan hati-hati. Kenali
kemungkinan-kemungkinan
yang
berbahaya,
yang
bisa
mengancam
ASESMEN AWAL
Asesmen awal adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani
Pastikan patensi jalan napas (head tilt dan chin-lift pada pasien kasus
ii.
iii.
iv.
c) Pernapasan:
i. Nilai ventilasi dan oksigenasi
ii. Buka baju dan observasi pergerakan dinding dada; nilai kecepatan dan
kedalaman napas
iii. Nilai ulang status kesadaran
iv. Berikan intervensi jika ventilasi dan atau oksigenasi tidak adekuat
(pernapasan < 12x/menit), berupa: oksigen tambahan, kantung pernapasan
(bag-valve mask), intubasi setelah ventilasi inisial (jika perlu). Jangan
menunda defibrilasi (jika diperlukan).
v. Identifikasi dan atasi masalah pernapasan lainnya yang mengancam
nyawa
d) Sirkulasi:
i. Nilai nadi dan mulai Resusitasi Jantung-Paru (RJP) jika diperlukan
1. Jika pasien tidak sadar, nilai arteri karotis
2. Jika pasien sadar, nilai arteri radialis dan bandingkan dengan arteri
karotis
3. Untuk pasien usia 1 tahun, nilai arteri brakialis3
ii. Atasi perdarahan yang mengancam nyawa dengan memberi tekanan
langsung (direct pressure) dengan kassa bersih.
iii. Palpasi arteri radialis : nilai kualitas (lemah/kuat), kecepatan denyut
(lambat, normal, cepat), teratur atau tidak.
iv. Identifikasi tanda hipoperfusi / hipoksia (capillary refill, warna kulit, nilai
ulang status kesadaran). Atasi hipoperfusi yang terjadi.
Untuk pasien geriatri : Pada pasien geriatri seringkali dijumpai denyut nadi
yang irreguler. Hal ini jarang sekali berbahaya. Akan tetapi frekuensi nadi,
baik itu takikardi (terlalu cepat) maupun bradikardi (terlalu lambat) dapat
mengancam nyawa.
saat asesmen awal. Pasien yang mengalami cedera signifikan atau pasien medis
yang tidak sadar memerlukan asesmen segera dan hendaknya dilakukan di
Instalasi Gawat darurat. Pasien medis yang sadar atau pasien trauma yang tidak
mengalami cedera signifikan dilakukan asesmen terfokus di Instalasi Gawat
Darurat atau di Instalasi Rawat Jalan, bila memungkinkan.
a) Asesmen segera : dilakukan pada pasien yang mengalami mekanisme cedera
signifikan atau pasien medis yang tidak sadar sambil mempersiapkan transfer
pasien.
i. Kasus Medis Tidak Sadar
1. Pertahankan patensi jalan napas
2. Periksa kepala, leher, dada, abdomen, pelvis, anggota gerak, dan tubuh
bagian belakang
3. Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna
4. Nilai SAMPLE:
a. S = sign& symptoms - tanda dan gejala, keluhan utama
b. A = alergi
c. M = medikasi / obat-obatan
d. P = penelusuran riwayat penyakit terkait
e. L = last oral intake / menstrual period asupan makanan terkini /
5.
6.
7.
8.
ii. Kasus trauma : dilakukan pada pasien, baik sadar maupun tidak sadar,
yang mengalami mekanisme cedera signifikan untuk mengidentifikasi
cedera yang mengancam nyawa.
1. Imobilisasi spinal dengan collar-neck
2. Nilai status kesadaran dengan GCS
3. Nilai ventilasi dan oksigenasi
4. Periksa kepala, leher, dada, abdomen, pelvis, anggota gerak, dan
punggung belakang; menggunakan DCAP-BTLS:
7
a. D = deformitas
b. C = contusions kontusio / krepitasi
c. A = abrasi
d. P = penetrasi / gerakan paradoks
e. B = burns luka bakar
f. T = tenderness nyeri
g. L = laserasi
h. S = swelling bengkak
5. Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
6. Nilai SAMPLE
7. Inisiasi intervensi yang sesuai
8. Transfer sesegera mungkin
9. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
10. Lakukan asesmen berkelanjutan
b. Asesmen terfokus : dilakukan pada pasien medis yang sadar atau pasien yang
tidak mengalami mekanisme cedera signifikan, dengan fokus pada keluhan
utama pasien dan pemeriksaan fisik terkait.
i. Kasus Medis
1. Asesmen berfokus pada keluhan utama
2. Telusuri riwayat penyakit sekarang (onset, pemicu, kualitas, penjalaran
nyeri, derajat keparahan, durasi)
3. Nilai SAMPLE
4. Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
5. Inisiasi intervensi yang sesuai
6. Transfer sesegera mungkin
7. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
8. Lakukan asesmen berkelanjutan
ii. Trauma
1. Pemeriksaan berfokus pada area/ bagian tubuh yang mengalami cedera
2.
3.
4.
5.
6.
7.
4.
dilakukan
secara
menyeluruh
dan
sistematis
untuk
mengidentifikasi masalah yang tidak mengancam nyawa pada pasien tetapi dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
a) Nilai tanda vital
d) Dada:
i. Inspeksi adanya luka, pergerakan dinding dada, penggunaaan otot
bantu napas
ii. Palpasi adanya nyeri, luka, fraktur, krepitasi, ekspansi paru
iii. Perintahkan pasien untuk menarik napas dalam; inspeksi adanya nyeri,
kesimetrisan, keluarnya udara dari luka.
iv. Auskultasi: ronki, mengi (wheezing), penurunan suara napas pokok.
e) Abdomen:
i. Inspeksi: luka, hematoma, distensi
ii. Palpasi semua kuadran: nyeri, defans muscular
f) Pelvis dan genitourinarius:
i. Palpasi dan tekan kedua spina iliaka anterior superior (SIAS) secara
bersamaan untuk menilai adanya nyeri, instabilitas, atau krepitasi
ii. Inspeksi dan palpasi: inkontinensia, priapismus, darah di meatus uretra
iii. Palpasi denyut arteri femoralis
g) Anggota gerak:
i. Inspeksi: angulasi, penonjolan tulang abnormal (protrusion), simetris
ii. Palpasi: nyeri, krepitasi
iii. Nilai nadi distal : intensitas (kuat/lemah), teratur, kecepatan (lambat,
normal, cepat)
iv. Nilai sensasi (saraf sensorik)
v. Nilai adanya kelemahan / parese (jika tidak ada kecurigaan fraktur):
perintahkan pasien untuk meremas tangan pemeriksa
vi. Nilai pergerakan anggota gerak (jika tidak ada kecurigaan fraktur)
h) Punggung:
i. Imobilisasi jika ada kecurigaan cedera tulang belakang.
ii. Palpasi: luka, fraktur, nyeri
iii. Nilai ulang fungsi motorik dan sensorik pasien
5. ASESMEN BERKELANJUTAN
Merupakan bagian dari asesmen ulang. Dilakukan pada semua pasien saat
transfer ke rumah sakit atau selama dirawat di rumah sakit.
Tujuan:
ASESMEN PEDIATRIK
Penting untuk melakukan pemeriksaan sistematis karena anak sering tidak
dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.
Airway (Jalan napas) : Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas
(stridor)
a) Bila terjadi aspirasi benda asing : lakukan back blows, chest thrusts atau
perasat Heimlich. Evaluasi mulut anak apakah ada bahan obstruksi yang
bias dikeluarkan.
b) Bila tidak ada aspirasi benda asing
i.
Tidak ada dugaan trauma leher
Bayi/Anak sadar
Lakukan Head tilt dan Chin lift
Lihat rongga mulut dan keluarkan benda asing bila ada dan
bersihkan sekret dari rongga mulut
Biarkan bayi/anak dalam posisi yang nyaman
Bayi/Anak tidak sadar
Lakukan Head tilt dan Chin Lift
10
Lihat rongga mulut dan keluarkan benda asing bila ada dan
bersihkan sekret dari rongga mulut
Evaluasi jalan napas dengan melihat pergerakan dinding dada
ii.
Circulation (Sirkulasi) : Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 2 detik,
nadi cepat dan lemah.
Hentikan perdarahan
Berikan oksigen
Jaga anak tetap hangat
Bila tidak gizi buruk : Pasang infus dan berikan cairan secepatnya. Bila
akses iv perifer tidak berhasil, pasang intraoseus atau jugularis eksterna
Bila gizi buruk : Bila lemah atau tidak sadar, berikan glukosa iv dan
pasang infus serta berikan cairan. Bila tidak lemah atau tidak sadar (tidak
yakin syok), berikan glukosa oral atau per NGT. Lanjutkan segera untuk
pemeriksaan dan terapi selanjutnya.
Consciousness : Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)?
Apakah kejang (Convulsion) atau gelisah (Confusion)?
Bila kejang, berikan diazepam rectal.
Posisikan anak tidak sadar
11
Berikan glukosa iv
Untuk pasien anak-anak :
Respiratory
distress
(distress
pernapasan)
Restless, irritable, or lethargic
i.
ii.
iii.
b)
ASESMEN NEUROLOGIS
Dilakukan pada pasien dengan cedera kepala atau gangguan neurologis.
Pemeriksaaan status neurologi awal digunakan sebagai dasar untuk memantau
Terbuka spontan
Terbuka saat dipanggil/diperintahkan
Terbuka terhadap rangsang nyeri
13
4
3
2
Verbal
Pergerakan
Tidak merespons
Orientasi baik
Disorientasi / bingung
Jawaban tidak sesuai
Suara yang tidak dapat dimengerti (erangan, teriakan)
Tidak merespons
Mengikuti perintah
Melokalisasi nyeri
Menarik diri (withdraw) dari rangsang nyeri
Fleksi abnormal anggota gerak terhadap rangsang nyeri
Ekstensi abnormal anggota gerak terhadap rangsang nyeri
Tidak merespons
5
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
Skor 13 15
Skor 9 12
Skor 3 8
= ringan
= sedang
= berat
Verbal
Pergerakan
sko
Terbuka spontan
Terbuka terhadap suara
Terbuka terhadap rangsang nyeri
Terbuka spontan
Terbuka saat dipanggil
Terbuka terhadap rangsang nyeri
r
4
3
2
Tidak merespons
Tidak merespons
Orientasi baik
Disorientasi / bingung
Jawaban tidak sesuai
Suara yang tidak dapat dimengerti
Berceloteh
Menangis, gelisah
Menangis terhadap rangsang nyeri
Merintih, mengerang
5
4
3
2
(erangan, teriakan)
Tidak merespons
Mengikuti perintah
Melokalisasi nyeri
Tidak merespons
Pergerakan normal
Menarik diri (withdraw) terhadap
1
6
5
Menarik
dari
sentuhan
Menarik diri (withdraw) dari
rangsang nyeri
Fleksi abnormal anggota gerak
rangsang nyeri
Fleksi abnormal anggota gerak
diri
(withdraw)
14
8.
Skor 13 15
Skor 9 12
Skor 3 8
= ringan
= sedang
= berat
ASESMEN NUTRISI
A. Kaji status gizi pasien dengan metode skrining, sebagai berikut :
1. Menanyakan identitas pasien ( nama, umur, jenis kelamin )
2. Menanyakan riwayat penyakit pasien :
a. Penyakit sekarang, penyakit yang pernah di derita
b. Hamil ; berat badan menyimpang dari normal
c. Anorexia
d. Mual, muntah
e. Keadaan yang memerlukan penambahan/pengurangan zat gizi
tertentu, seperti ; kanker, mal absorbs, diare
3. Menanyakan riwayat gizi pasien :
a. Gangguan mengunyah /menelan, nafsu makan
b. Sering jajan/makan di luar rumah
c. Intake makanan
d. Berdiet yang memungkinkan terjadinya defisiensi gizi, seperti ;
makan cair lebih dari 3 hari, berdiet ketat
4. Tanyakan riwayat sosial pasien ( pendidikan, pekerjaan, penghasilan )
5. Antropometri :
a. Status nutrisi pada dewasa dapat dinilai dengan cara :
Ukur tinggi badan dengan alat pengukur tinggi badan
Timbang berat badan dengan timbangan berat badan
Hitung berat badan ideal
- BB Ideal ( Kg ) = ( Tinggi Badan dalam cm 100 10 % )
atau
BB Relatif ( % ) = BB
x 100 %
( TB-100 )
IMT = Berat Badan ( kg )
Tinggi Badan ( m )
BB Ideal
> 20 %, Obesitas
> 11 %, Over Weight
9 11 %, Ideal
7 9 %, Under Weight
< 7 %, Severe Under Weight
BB Relatif
>120 %, Obesitas
15
Pengukuran alternative
Jika tinggi badan dan berat badan tidak diketahui, untuk memperkirakan IMT,
dapat menggunakan pengukuran lingkar lengan atas ( LLA )
Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90o terhadap siku, dengan lengan
atas paralel di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu (akromion)
dengan siku (olekranon). Tandai titik tengahnya.
Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar lengan
atas di titik tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu menempel terlalu
ketat
mendalam/lanjut
untuk
mengidentifikasikan
pasien
yang
16
9.
ASESMEN NYERI
Nyeri Merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata
atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan. Dan bersifat
subyektif dimana individu mempelajari apa itu nyeri, melalui pengalaman
yang langsung berhubungan dengan luka, yang dimulai dari awal masa
kehidupannya.
Asesmen nyeri dilakukan kepada setiap pasien baik di Instalasi Gawat
Darurat, Instalasi Rawat Jalan maupun Instalasi Rawat Inap.
Tatalaksana asesmen nyeri :
17
1. Indikasi: Digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 7 tahun
yang dapat menilai intensitas nyerinya sendiri dengan melihat mistar
nyeri yang diberikan petugas.
2. Instruksi: Perawat meminta pasien menentukan intensitas nyeri yang
dirasakannya dengan mistar nyeri gambar wajah yang bisa
dilambangkan dengan angka antara 0 -10.
10
Metode NRS dan VAS tidak dapat digunakan untuk semua pasien karena
skala tersebut tidak efektif pada pasien yang memiliki gangguan kognitif
atau motorik, pasien yang tidak responsif, anak usia muda, pasien umur
tua. Untuk pasien-pasien tersebut bisa digunakan skala nyeri Wong Baker
Faces Pain Scale.
18
0
1
10
SCORE
KATEGORI
WAJAH
ANGGOTA
GERAK BAWAH
(LOWER
EXTREMITAS)
AKTIVITAS
MENANGIS
Ekspresi wajah
normal
Tidak menangis
(tenang)
Mengerang atau
merengek, kadangkadang mengeluh
Menangis terus-menerus,
menjerit, sering kali
mengeluh
19
Sering meringis,
menggertakkan gigi
menahan sakit
Anggota gerak bawah
(lower ekstremitas)
menendang - nendang
BICARA ATAU
BERSUARA
Bicara atau
bersuara
normal,sesuai usia
Tenang setelah
dipegang, dipeluk,
digendong atau diajak
bicara
1-3
: Kurang nyaman
4-6
: Nyeri sedang
7-10
Menangis
0 : Tidak menangis atau menangis dengan nada tinggi (melengking)
2 : Menangis dengan nada tinggi namun bayi mudah ditenangkan
3 : Menangis dengan nada tinggi tetapi bayi tidak dapat ditenangkan
Kebutuhan O2 untuk SaO2 < 95%
0 : Tidak memerlukan oksigen
1 : Oksigen yang diperlukan < 30%
2 : Oksigen yang diperlukan > 30%
Peningkatan tanda-tanda vital (TD dan HR)
0 : Nadi atau tekanan darah tidak berubah atau dibawah nilai normal
1 : Nadi atau tekanan darah meningkat tetapi masih dibawah < 20% nilai dasar
2 : Nadi atau tekanan darah meningkat diatas > 20% nilai dasar
Ekspresi Wajah
0 : Tidak ada ekspresi wajah meringis
1 : Wajah meringis
2 : Wajah meringis, menangis tanpa bersuara
Tidur
0 : Bayi tidur nyenyak
1 : Bayi kadang terbangun
2 : Bayi seringkali terbangun
TOTAL SCORE
20
Perawat
menanyakan
mengenai
faktor
yang
memperberat
dan
Pada pasien dalam pengaruh obat anastesi atau dalam kondisi sedasi
sedang, asesmen dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien
menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh atau verbal akan rasa nyeri.
Asesmen ulang nyeri : dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari
beberapa jam dan menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut :
a. Lakukan asesmen nyeri yang komprehensif setiap kali melakukan
pemeriksaan fisik pada pasien.
b. Dilakukan pada : pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah
tatalaksana nyeri, setiap empat jam (pada pasien yang sadar/bangun),
pasien yang menjalani prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien,
dan sebelum pulang dari rumah sakit.
c. Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen
ulang setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat obat
intravena.
d. Pada nyeri akut lakukan asesmen ulang tiap 30 menit 1 jam setelah
pemberian obat.
Manajemen nyeri :
21
Perawat di rawat inap harus melapor ke dokter yang merawat bila ada pasien
rawat inap yang mengeluh nyeri setelah melakukan asesmen nyeri. Berikan
analgesik sesuai dengan anjuran dokter.
Pada pasien yang kesakitan (nyeri hebat) segera laporkan ke dokter yang merawat
atau dokter jaga ruangan untuk segera mendapatkan terapi dan asesmen lebih
lanjut oleh dokter .
Perawat secara rutin (setiap 4 jam) mengevaluasi tatalaksana nyeri kepada pasien
yang sadar/bangun.
Tatalaksana nyeri diberikan pada intensitas nyeri 4. Pada nyeri akut asesmen
dilakukan tiap 30 menit -1 jam setelah tatalaksana sampai intensitas nyeri 3.
Bila nyeri tidak berkurang laporkan kembali ke dokter yang merawat.
Sebisa mungkin, berikan analgesik melalui jalur yang paling tidak menimbulkan
nyeri.
b.
c.
d.
Distraksi/pengalih perhatian.
22
f) Tatalaksana nyeri
g) Anjurkan untuk segera melaporkan kepada petugas jika merasa nyeri
sebelum rasa nyeri tersebut bertambah parah.
10. ASESMEN RESIKO JATUH
a. Asesmen Awal / Skrining
-
Nama Pasien :
Tanggal
RM
Pukul
:
Faktor Risiko
Skala
Poin
Ya
25
Tidak
Ya
Tidak
Berpegangan pada perabot
Tongkat/alat penopang
Tidak ada/kursi roda/perawat/tirah
baring
Ya
Tidak
15
0
30
15
Gaya berjalan
Terganggu
20
10
0
Status mental
Lemah
Normal/tirah baring/imobilisasi
Sering lupa akan keterbatasan
yang dimiliki
Sadar akan kemampuan diri
sendiri
Alat bantu
Terpasang infus
skor pasien
0
20
0
15
0
Tota
l
23
Kategori:
Resiko tinggi = 45
Resiko sedang = 25 44
Resiko rendah = 0 24
Nama Perawat :..
Tanda Tangan :.
PETUNJUK PENGGUNAAN ASESMEN RESIKO JATUH MORSE
Riwayat jatuh :
Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau terdapat riwayat
kejadian jatuh fisiologis dalam 12 bulan terakhir ini seperti pingsan atau gangguan gaya
berjalan, berikan skor 25. Jika pasien tidak mengalami jatuh, berikan skor 0.
Diagnosis sekunder :
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan skor 15; jika tidak, berikan
skor 0.
Alat bantu :
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30. Jika pasien
menggunakan tongkat / alat penopang, berikan skor 15. Jik pasien dapat berjalan tanpa
alat bantu, berikan skor 0.
Terapi intravena (terpasang infus) :
Jika pasien terpasang infus, berikan skor 20; jika tidak, berikan skor 0.
Gaya berjalan :
Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan; mengalami kesulitan untuk bangun
dari kursi, menggunakan bantalan tangan kursi untuk mendorong tubuhnya, kepala
menunduk, pandangan mata terfokus pada lantai, memerlukan bantuan sedang
total untuk menjaga keseimbangan dengan berpegangan pada perabot, orang, atau
Status mental :
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya untuk
berjalan. Jika pasien mempunyai over-estimasi terhadap kemampuan fisiknya, berikan
skor 15. Jika asesmen pasien sesuai dengan kemampuan sebenarnya, berikan skor 0.
b. Asesmen Ulang
24
- Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang Resiko Jatuh setiap 2 kali sehari,
saat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanya kejadian
jatuh pada pasien.
- Penilaian resiko jatuh akan diperbaharui sesuai dengan hasil asesmen ulang.
- Untuk mengubah kategori dari resiko tinggi ke resiko rendah, diperlukan
skor < 25 dalam 2 kali pemeriksaan berturut turut
c. Tatalaksana
1. Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori):
a.Pastikan posisi pagar pengaman tempat tidur terpasang dengan baik
pada pasien yang ditransfer dengan brancard/tempat tidur
b.Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
c.Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi
pegangan tempat tidur tepasang dengan baik
d.Pastikan ruangan rapi, jalur ke kamar kecil bebas hambatan dan
terang
e.Pastikan bel tempat tidur berfungsi dan dalam jangkauan pasien.
Memanggil petugas dengan bel.
f. Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam, air
minum, kacamata)
g.Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien)
h.Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)
i. Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan
bersih dan berfungsi)
j. Pantau efek obat-obatan
k.Anjurkan kepada pasien memakai alas kaki anti selip.
l. Amati lingkungan yang berpotensi tidak aman dan segera laporkan
untuk perbaikan.
m. Sediakan dukungan emosional dan psikologis
n.Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga
2. Kategori risiko tinggi : lakukan tindakan pencegahan umum dan halhal berikut ini.
a.Beri tulisan di depan kamar pasien Pencegahan Jatuh
b.Beri penanda berupa gelang berwarna kuning yang dipakaikan di
pergelangan tangan pasien
c.Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot setiap 2
jam (saat pasien bangun), dan secara periodik (saat malam hari)
d.Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam oleh petugas medis
e.Pasang aling-aling di kedua sisi pagar pengaman tempat tidur
25
26
Skor
Penilaian
bepergian)
Atau tidak mampu melakukan sama sekali kecuali dalam keadaan emergensi
dengan pengaturan khusus seperti menggunakan ambulans
Dapatkah anda pergi berbelanja kebutuhan rumah tangga atau pakaian..
Tanpa bantuan (dapat berbelanja seluruh keperluan sendiri)
Dengan bantuan (membutuhkan seseorang untuk menemani berbelanja)
Atau tidak mampu berbelanja sama sekali
Dapatkan anda minum obat sendiri..
Tanpa bantuan (dengan dosis yang tepat dan waktu yang tepat)
Dengan bantuan (mampu minum obat sendiri jika ada seseorang yang
menyiapkan dan/atau mengingatkan anda untuk minum obat)
Atau tidak mampu minum obat sendiri sama sekali
Dapatkah anda mengelola keuangan anda sendiri..
Tanpa bantuan (bayar tagihan, menghitung uang, dan lain-lain)
Dengan bantuan (mampu mengurus keuangan sehari-hari
tetapi
2
1
0
Catatan :
Beri penilaian berdasarkan apa yang mereka mampu lakukan sekarang. Dalam mengkaji kemampuan,
perhitungkan bukan hanya fungsi secara fisik saja tetapi juga fungsi kognitif (seperti masalah yang ditimbulkan
karena dementia atau ketidakmampuan intelektual) dan perilaku (seperti perilaku agresif yang tidak dapat
diprediksi). Pada pasien yang hanya bisa menyelesaikan suatu pekerjaan secara verbal saja tidak bole dianggap
mandiri (hanya diberikan skor 1). Dalam memberikan penilaian terhadap hal yang irrelevant (sebagai contoh
tidak ada toko yang dekat atau tidak sedang mengkonsumsi obat), berikan penilaian sesuai kemampuan mereka
jika hal-hal tersebut terjadi pada mereka.
Nomor 6 (berjalan). Pasien yang menggunakan kursi roda diberi skor 1 jika mereka bisa menggunakannya
secara mandiri atau skor 0 jika tidak mampu mandiri.
Penilaian
skor
27
d. Perilaku
Jika :
28
Orang tua
kehamilan
Pasien dengan kelainan emosional
Sakit terminal
Pasien kesakitan dan sakit kronis
dan intens
Pasien dengan infeksi atau penyakit
menular
Pasien yang daya imunnya
direndahkan
Asesmen populasi khusus dapat dilihat dalam pedoman tersendiri
14. ASESMEN KEPERAWATAN
Untuk asesmen keperawatan, dapat dilihat dalam panduan asuhan
keperawatan tersendiri
15. ASESMEN ULANG
29
Dokter melakukan asesmen ulang dengan visite rutin setiap hari pada
seluruh kasus baik akut maupun tidak.
30
31
d. Asesmen menyeluruh
e. Asesmen berkelanjutan
2. Intervensi medis dilakukan sesuai dengan hasil asesmen yang diperoleh.
Intervensi medis harus dilakukan secara cepat dan tepat.
3. Setelah keadaan gawat daruratnya diatasi, pasien ditentukan apakah bisa
menjalani perawatan rawat jalan atau harus mendapatkan pelayanan
rawat inap
C. ASESMEN PASIEN RAWAT JALAN
Rumah Sakit Santa Maria dengan berdasarkan peraturan perundangundangan menyusun dan menetapkan suatu kebijakan asesmen dan prosedur
yang menegaskan asesmen informasi yang harus diperoleh dari pasien rawat
jalan serta menyusun suatu pedoman yang diharapkan dapat mengarahkan
pihak-pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Santa
Maria secara lebih tepat dan akurat.
Pedoman asesmen untuk rawat jalan dilakukan pada pasien medis yang
sadar atau pasien trauma yang tidak mengalami mekanisme cedera signifikan,
dengan fokus pada keluhan utama pasien dan pemeriksaan fisik terkait
Prosedur dan pedoman asesmen pasien rawat jalan Rumah Sakit Santa
Maria adalah sebagai berikut :
1. Identitas pasien rawat jalan harus selalu dikonfirmasi pada awal
pemberian pelayanan kesehatan.
2. Dokter melakukan asesmen awal dan menentukan apakah pasien bisa
dilayani di Instalasi Rawat Jalan atau seharusnya mendapatkan pelayanan
segera di Instalasi Gawat Darurat. Pasien yang harus mendapatkan
pelayanan segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat.
3. Dokter melakukan asesmen terfokus kasus medis atau trauma sesuai
dengan kondisi pasien.
4. Dokter melakukan anamnesa dengan menanyakan atau meminta pasien
untuk menceritakan keluhan yang dirasakan sehingga membuat pasien
datang untuk berobat. Dokter menambahkan atau memberikan pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan keluhan pasien sehingga keluhan
pasien menjadi lebih lengkap dan terperinci.
5. Dokter menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat alergi
atau pemakaian obat sebelumnya.
32
33
34
asesmen
yang
dilakukan,
DPJP memberikan
oleh
pasien.
DPJP
dapat
melakukan
pemeriksaan-
35
36
37
didokumentasikan di rekam medis dalam tempat yang sama, aman dan mudah
diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan sewaktu-waktu.
F. KUALIFIKASI PELAKSANA ASESMEN
Asesmen awal dan asesmen ulangan dilakukan oleh tenaga medis di dalam
lingkungan RS Santa Maria di Pekanbaru yang telah mempunyai
38
instrumen yang ada yang digunakan dalam proses asesmen terhadap pasien terlampir
dalam buku panduan ini.
Dr. Arifin
39