Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
SEPTIANDI AKHMAD PERDANA
115090700111012
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1
2.2
2.3
BAB III
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 10
3.2
3.3
3.4
3.5
3.5.1
Akuisisi Data....................................................................................... 12
3.5.2
Pengolahan Data.............................................................................. 15
3.5.3
BAB IV
INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN............................................................. 21
4.1
4.2
BAB V
iii
PENUTUP ............................................................................................................. 26
5.1
Kesimpulan ............................................................................................. 26
5.2
Saran ....................................................................................................... 26
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sketsa penjalaran gelombang seismik. Gelombang badan (atas) terdiri dari
gelombang P dan S. Gelombang permukaan (bawah) terdiri dari gelombang Rayleigh dan
gelombang Love (Refrizon, 2009) ...................................................................................... 4
Gambar 2. Lintasan gelombang bias untuk struktur dua lapis (Refrizon, 2009) ................ 6
Gambar 3. Kurva travel tme untuk pengukuran mode forward dan mode reverse. Titiktitik hitam adalah hasil ekstrapolasi (Refrizon, 2009) ........................................................ 8
Gambar 4. Cuplikan peta geologi lembar Probolinggo yang menjelaskan gelogi daerah
Tiris (Suharsono & Suwarti, 1992). .................................................................................... 9
Gambar 5. Lokasi Kecamatan Tiris kabupaten Probolinggo Jawa Timur ........................ 10
Gambar 6. Seismograf OYO McSeis 3 (kiri) dan geophone (kanan) ............................... 11
Gambar 7. Sledge hammer (kiri) dan palu godam (kanan) ............................................... 11
Gambar 8. Alur Penelitian ................................................................................................ 12
Gambar 9. Area penelitian Praktikum Workshop Geofisika ............................................ 13
Gambar 10. Skema pengambilan data seismik refraksi dengan alat OYO McSeis 3 ....... 13
Gambar 11. Data Sheet Line K-1 ...................................................................................... 17
Gambar 12. Kurva 2 array line K-1 forward (biru) dan reverse (merah) yang akan
diekstrapolasi .................................................................................................................... 17
Gambar 13. Kurva travel time tunggal line K-1 forward (biru) dan reverse (merah) ....... 17
Gambar 14. Hasil inversi line K-1 dengan metode Hagiwara-Masuda............................. 18
Gambar 15. Data sheet line K-3 ........................................................................................ 18
Gambar 16. Hasil ekstrapolasi line K-3 ............................................................................ 18
Gambar 17. Hasil inversi line K-3 dengan metode Hagiwara-Masuda............................. 19
Gambar 18. Hasil ekstrapolasi line K-2 ............................................................................ 19
Gambar 19. Hasil inversi line K-2 dengan metode Hagiwara-Masuda............................. 19
Gambar 20. Hasil interpolasi line K-4 .............................................................................. 19
Gambar 21. Hasil inversi line K-4 dengan metode Hagiwara-Masuda............................. 20
Gambar 22. Hasil ekstrapolasi line K-5 ............................................................................ 20
Gambar 23. Hasil inversi line K-5 dengan metode Hagiwara-Masuda............................. 20
Gambar 24.Hubungan antara kecepatan dan jenis batuan ................................................ 22
Gambar 25. Hasil pemodelan dengan refraction tomography (studi kasus) ..................... 24
Gambar 26. Hasil interpretasi berdasarkan model refraction tomography ....................... 24
Gambar 27. Interpretasi geologi penampang inversi 2D .................................................. 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
memiliki barisan gunung api yang masih aktif. Barisan gunung api ini
(busur cincin api) terbentuk akibat proses subduksi antara lempeng
samudera Indo-Australia yang menunjam lempeng benua Eurasia. Proses
subduksi ini mengakibatkan adanya pergesekan batuan yang ada di kerak
bumi. Gesekan batuan pada kerak bumi menghasilkan lelehan-lelehan
magma yang berusaha menerobos ke permukaan. Terobosan batuan ini
menghasilkan banyak manfaat, antara lain sistem mineralisasi yang
menjadi sumber logam-logam ekonomis dan sistem panas bumi yang dapat
dimanfaatkan sebagai energi alternatif yang dapat dijadikan pembangkit
listrik.
Salah satu gunung api yang ada di Jawa Timur adalah Gunung
Lamongan. Walaupun aktivitas vulkaniknya sudah mulai stabil namun
dapur magma Gunung Lamongan masih menyimpan energi panas yang
biasa disebut energi panas bumi (geotermal). Energi panas bumi ini
apabila sudah dieksplorasi dan dikembangkan hingga menjadi pembangkit
listrik yang dapat menyuplai listrik rumah tangga dan juga industri. Maka
dari itu, potensi sumber daya panas bumi yang ada perlu diteliti dan
dieksplorasi agar dapat memberikan manfaat seluas-luasnya.
Tiris adalah suatu kecamatan di sekitar kaki Gunung Lamongan,
Kabupaten Probolinggo. Di kecamatan ini terdapat banyak manifestasi
panas bumi berupa mata air panas. Mata air panas ini hingga saat ini masih
dimanfaatkan sebagai rekreasi pemandian air panas, namun menurut
informasi dari warga sekitar pernah dilakukan penelitian terkait potensi
panas bumi oleh perusahaan energi. Apabila dilihat dari kondisi geologi,
dan banyaknya manifestasi serta temperatur air panas yang keluar dari
mata air di Tiis dapat diduga bahwa terdapat potensi panas bumi yang
masih tersembunyi yang perlu diteliti.
1
Perumusan Masalah
Rumusan masalah di dalam Praktikum Workshop Geofisika ini
adalah:
1. Bagaimana tahapan dari akuisisi data metode seismik refraksi?
2. Bagaimana tahapan dari prosesing data seismik refraksi?
3. Bagaimana hasil interpretasi dan gambaran bawah permukaan
berdasarkan data seismik refraksi?
4. Bagaimana kondisi geologi bawah permukaan daerah penelitian dan
perannya dalam sistem panas bumi?
1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah yang ada pada Praktikum Workshop Geofisika ini
adalah:
1. Daerah yang diteliti adalah sekitar kaki Gunung Lamongan di
Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur,
2. Lintasan (line) seismik refraksi yang digunakan masing-masing
berada pada lokasi yang berbeda,
3. Asumsi yang digunakan lapisan bawah permukaan terdiri dari 2
lapisan 1 refraktor, dan
4. Pemodelan bawah permukaan menggunakan metode HagiwaraMasuda dengan software Matlab, yang mana script programnya
dibuatkan oleh asisten praktikum.
2
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilaksanakannya Praktikum Workshop Geofisika ini
diantaranya:
1. Untuk mengaplikasikan metode seismik refraksi pada daerah
manifestasi panas bumi,
2. Untuk mengidentifikasi kondisi geologi bawah permukaan dangkal
pada daerah penelitian,
3. Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah wajib Praktikum Workshop
Geofisika yang ada di Program Studi Geofisika Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Brawijaya.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat dilaksanakannya Praktikum Workshop Geofisika ini
diantaranya:
1. Sebagai sarana implementasi ilmu yang didapatkan di kampus untuk
diaplikasikan di lapangan secara langsung,
2. Dapat memberikan pengalaman kerja di lapangan kepada praktikan,
3. Mendapatkan informasi terkait kondisi geologi bawah permukaan
dangkal daerah penelitian sebagai landasan penelitian yang lebih
lanjut di kemudian hari.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode seismik refraksi untuk
mengidentifikasi geologi bawah permukaan dangkal untuk daerah
manifestasi panas bumi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Gelombang Seismik
Gelombang seismik merupakan gelombang elastik yang dihasilkan
oleh sumber seismik. Sumber gelombang seismik dapat berasal dari
sumber alami (gempa bumi) maupun sumber buatan. Sumber gelombang
seismik buatan dapat berasal dari hantaman palu, ledakan dinamit,
tembakan air gun, weight drop, dan juga vibroseis. Gelombang seismik
disebut juga gelombang elastis karena perambatannya mengakibatkan
partikel-partikel medium berosilasi dengan memenuhi hukum-hukum
elastisitas. Dari interaksi ini menghasilkan gelombang longitudinal,
gelombang transversal dan kombinasi diantara keduanya sebagai
perpindahan (transportasi) energi (Triyoso, 1991).
Gambar 1. Sketsa penjalaran gelombang seismik. Gelombang badan (atas) terdiri dari
gelombang P dan S. Gelombang permukaan (bawah) terdiri dari gelombang Rayleigh dan
gelombang Love (Refrizon, 2009)
(1)
Gambar 2. Lintasan gelombang bias untuk struktur dua lapis (Refrizon, 2009)
(2)
(3)
Dengan kedalaman lapisan pada titik A (hA) dan pada titik B (hB).
Dalam persamaan 5, v1 dapat diperoleh dari kurva travel-time dari
gelombang langsung dekat titik tembak. TAP, TBP, dan TAB diperoleh
dengan cara observasi. Tetapi cos i tidak dapat dicari, karena v2 biasanya
tida diketahui. Jika harga v2 dapat diketahui, kedalaman hp dan titik
penerima P dapat diperoleh dari :
(6)
Sperti pada gambar 3 harga dari TAP atau TBP yang berhubungan
dengan TAP atau TBP dapat dubaca dari ekstensi (memperpanjang) kurva
TAP atau TBP. Jadi nilai kedalaman hp dapat dihitung dari persamaan 7
dan 8.
(7)
atau
(8)
Gambar 3. Kurva travel tme untuk pengukuran mode forward dan mode reverse. Titiktitik hitam adalah hasil ekstrapolasi (Refrizon, 2009)
2.3
Gambar 4. Cuplikan peta geologi lembar Probolinggo yang menjelaskan gelogi daerah Tiris
(Suharsono & Suwarti, 1992).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
3.2
Peralatan Penelitian
Peralatan penelitian yang digunakan dalam Praktikum Workshop
Geofisika ini meliputi:
1. Seismograf OYO McSeis 3digunakan untuk menampilkan trace
(rekaman) gelombang seismik,
2. Palu Godam digunakan sebagai pembuat sumber seismik,
3. Trigger Piezoelectric dipasang pada palu godam untuk
mengaktifkan geophone,
10
3.3
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari
akuisisi data langsung di lapangan. Data-data tersebut meliputi:
1. Data waktu tiba first break tiap station,
2. Posisi setiap titik station, dan
3. Panjang offset tiap pengambilan data.
11
3.4
Alur Penelitian
Alur pelaksanaan penelitian di dalam Praktikum Workshop
Geofisika ini digambarkan pada diagram alir berikut:
3.5
Prosedur Penelitian
Penelitian dalam Praktikum Workshop Geofisika ini terdiri dari 3
tahapan utama, yaitu Akuisisi Data, Pengolahan Data, dan Interpretasi
Data.
3.5.1
Akuisisi Data
Akuisisi data seismik refraksi dilakukan dengan membentangkan
lintasan pengukuran dengan satu titik sumber seismik (shot point) dan tiga
geophone (receiver). Gambar di bawah merupakan area survei Praktikum
Workshop Geofisika (kotak kuning) beserta line akuisisi (garis lurus
merah).
12
Penentuan area survei didasarkan pada sesar yang memotong sungai, yang
mana sesar tersebut diindikasikan memiliki peran dalam sistem panas bumi sekitar
Gunungapi Lamongan. Pengolahan data dan interpretasi dilakukan di kampus
Universitas Brawijaya.
Gambar 10. Skema pengambilan data seismik refraksi dengan alat OYO McSeis 3
13
Pemindahan titik shot ponit ini bertujuan untuk dapat menjangkau seluruh station
sepanjang line, karena panjang maksimum kabel yang ada hanya menjangkau 30
meter. Data yang didapatkan dari hasil akuisisi adalah wakt tiba first break untuk
mode forward (Tf) dan mode reverse (Tr).
Observer Report:
Tanggal
12 November 2014
Lokasi
Kondisi geologi
Cuaca
Cerah berawan
Jumlah station
25
2m
Panjang lintasan
50 m
Filter geophone
250 Hz
Gain
100 200 X
Laju pencuplikkan
500 s
Dugaan noise
14
3.5.2
Pengolahan Data
Secara umum, tahapan pengolahan data seismik refraksi yang
dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
15
16
Gambar 12. Kurva 2 array line K-1 forward (biru) dan reverse (merah) yang akan diekstrapolasi
Gambar 13. Kurva travel time tunggal line K-1 forward (biru) dan reverse (merah)
17
18
19
3.5.3
Interpretasi Data
Interpretasi data adalah tahapan setelah dilakukan pengolahan data.
Pada tahap interpretasi data-data yang berupa model 2 dimensi (2D)
bawah permukaan diterjemahkan menjadi suatu kondisi geologi yang
mendekati keadaan sebenarnya. Penampang 2D hasil inversi terdiri dari
bagian offset pada sumbu horisontal, kedalaman pada sumbu vertikal,
warna biru untuk lapisan pertama, warna merah untuk lapisan kedua, dan
keterangan kecepatan gelombang seismik pada masing-masing lapisan.
20
BAB IV
INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN
4.1
Interpretasi Kuantitatif
Hasil inversi dengan metode Hagiwara-Masuda menampilkan
gambaran kondisi perlapisan bidang lapuk (biru) dan lapisan bedrock
(merah) yang diplot dengan sumbu horizontal merupakan panjang offset
dan sumbu vertikal sebagai kedalaman.
Penampang bawah permukaan untuk line K-1 menunjukkan tren
bahwa ketebalan lapisan lapuk relatif merata di sepanjang offset, namun
terdapat sedikit perbedaan pada titik-titik tertentu. Hal yang sama juga
ditemui pada line K-3, yaitu ketebalan lapisan lapuk cenderung merata di
sepanjang offset. Ketebalan lapisan lapuk pada kedua ofeset ini berkisar
antara 3 s/d 5 m, dengan kecepatan rambat sebesar 984 m/s dan 995 m/s.
Dibawah lapisan lapuk pada kedua line ini terdapat bedrock dengan
kecepatan rambat 3681 m/s dan 4024 m/s. Lapisan bedrock ini belum
diketahui ketebalannya dikarenakan pengambilan data dan pemodelan
mengasumsikan 2 lapisan saja.
Sedangkan pada penampang bawah permukaan line K-2, K-4 dan
K-5 diperoleh struktur bawah permukaan yang identik. Hal ini disebabkan
karena pada waktu akuisisi di lapangan terkendala dengan alat yang error,
sehingga pengambilan data tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Maka
dari itu, untuk pengolahan data kelompok yang mendapati alatnya rusak
menggunakan data kelompok lain yang dapat melaksanakan akuisisi
sampai selesai. Setelah itu, penentuan titik breakpoint saat pemodelam
Hagiwara-Masuda juga pada titik yang sama.
Penampang bawah permukaan line K-2, K4, dan K-5 terdiri atas
lapisan lapuk (biru) dengan kecepatan rambat sekitar 1500 km/s dan
lapisan bedrock dengan kecepatan rambat sekitar 1700 km/s. Menurut
penampang bawah permukaan, lapisan bedrock tersingkap pada offsetoffset awal yaitu 0 m hingga 5,5 m. Kemudian, lapisan bedrock mengalami
21
menentukan litologi
Line
K-1
984
3681
K-2
1526
1713
K-3
995
4024
K-4
1521
1709
K-5
1523
1708
22
4.2
Interpretasi Kualitatif
Berdasarkan referensi tersebut dapat diprediksi litologi sebagai
penyusun lapisan bawah permukaan yang ada pada area survei adalah
lapisan lempung (mud) sebagai lapisan lapuk dan lapisan batupasir sebagai
bedrock. Dengan mempertimbangkan kondisi geologi di lapangan maka
litologi yang diidentifikasi adalah lapisan lapuk berupa tanah lempung dan
lapisan bedrock berupa batupasir dengan sisipan kerikil-kerikil, yang mana
endapan batupasir ini penulis duga berasal dari endapan fluvial, mengingat
lokasi penelitian berada tidak jauh dari bantaran sungai. Ketebalan lapisan
lapuk untuk line K-1 dan K-3 setebal 3 s/d 5 meter dan untuk line K-2, K4, dan K-5 setebal mulai dari 0 meter hingga 20 meter.
Untuk mendapatkan informasi geotermal yang didapat dari metode
seismik refraksi penulis mencoba untuk studi pustaka dengan penelitian
lain yang juga menggunakan metode seismik refraksi pada kawasan
geotermal. Penulis mencoba studi kasus dari (Sultan, Lantu, Sabrianto, &
Hasanuddin, 2011), dengan judul Aplikasi Metode Seismik Refraksi Untuk
Menentukan Ketebalan Lapisan Penutup (Overburden) Lapangan Panas
Bumi Panggo Kabupaten Sinjai.
Hal yang sama antara praktikum workshop ini dengan studi kasus
tersebut adalah metode yang sama, asumsi 2 lapisan yang sama, ketebalan
lapisan lapuk yang sama dan prediksi litologi yang sama, yaitu lapisan
lempung sebagai weathering zone dan batupasir sebagai lapisan bedrock.
Perbedaan yang ada adalah studi kasus menggunakan pemodelan
refraction tomography. Dengan menggunakan pemodelan refraction
tomography,
distribusi
kecapatan
pada
bawah
permukaan
dapat
23
24
25
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Area survei memiliki kondisi litologi berupa lempung sebagai lapisan
lapuk dan batupasir sebagai bedrock. Ketebalan lapisan lapuk sebesar 3 meter s/d
5 meter untuk line K-1 dan K-3, dan 0 meter hingga 20 meter untuk line K-2, K-4,
dan K-5. Diduga keberadaan batupasir pada lapisan bedrock terjadi pada
lingkungan pengendapan fluvial. Lapisan lempung diduga menjadi lapisan
penutup dan lapisan batupasir sebagai lapisan akuifer. Metode seismik refraksi
dapat digunakan pada kawasan geotermal, namun perlu didukung dengan metodemetode lain, seperti resistivity, MT, atau sample coring.
5.2
Saran
Alat dipersiapkan lebih matang agar ketika di lapangan tidak terjadi error
pada alat sehingga akuisisi berjalan dengan lancar dan mendapatkan data semua
line.
26
DAFTAR PUSTAKA
Aki, K. I., & Richard, P. G. (1980). Quantitative Seismology. New York: W. H.
Freeman and CO.
Asisten, P. W. (2014). Modul Praktikum Workshop Geofisika. Malang:
Universitas Brawijaya.
Lillie, R. J. (1999). Whole Earth Geophysics. United State of America: PrenticeHall.
Refrizon. (2009). Visualisasi Struktur Bawah Permukaan Dengan Metode
Hagiwara. Jurnal Gradien.
Sismanto. (2006). Dasar-Dasar Akuisisi dan Pengolahan Data Seismik.
Yogyakarta: Laboratorium Geofisika FMIPA UGM.
Suharsono, & Suwarti, T. (1992). Peta Geologi Lembar Probolinggo, Jawa.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Sultan, R., Lantu, Sabrianto, A., & Hasanuddin. (2011). Aplikasi Metode Seismik
Refraksi Untuk Menentukan Ketebalan Lapisan Penutup (Overburden)
Lapangan Panasbumi Pango Kabupaten Sinjai. Jurnal Skripsi Geofisika.
Telford. (1990). Applied Geophysics. Cambridge: Cambridge University Press.
Triyoso, W. (1991). Konsep-Konsep Dasar Seismologi. Karya Ilmiah Universitas
Hasanudin.
27