Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kromosom-kromosom yang berpasangan di saat profase meiosis sering
memperlihatkan konfigurasi menyilang. Tiap persilangan itu diinterprestasikan
sebagai suatu kiasma. Dalam hal ini kiasma mempunyai arti bahwa telah terjadi
pemutusan dan penyambungan kembali yang diikuti pertukaran resiprok antar
kedua kromatid dalam bentukan bivalen (satu kromatid bersifat maternal, sedang
yang lain bersifat paternal). (Rothwell, 1983) dalam Corebima, 2003).
Selama meiosis pada waktu pembentukan gamet-gamet kerap kali terjadi
proses pindah silang (crossing over). Pindah silang (crossing over) mempunyai
arti bahwa telah terjadi suatu pemutusan dan penyambungan kembali yang diikuti
oleh suatu pertukaran resiprok antara kedua kromatid di dalam bentukan bivalen
(Corebima, 1997). Bisa di simpulkan bahwa pindah silang (crossing over) ialah
proses pertukaran segmen dari kromatidkromatid bukan kakak beradik
(nonsister chromatids) dari sepasang kromosom homolog. Pindah silang terjadi
ketika meiosis I, yaitu pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua
kromatid. Tempat persilangan dua kromatid disebut chiasma. Kromatid-kromatid
yang bersilang itu melekat dan putus dibagian chiasma, kemudian tiap potongan
itu melekat pada kromatid sebelahnya secara timbal balik (Suryo, 2005).
Peristiwa pindah silang umumnya terjadi pada setiap gametogenesis pada
mahkluk hidup seperti tumbuhan, hewan dan manusia (Suryo, 1996). Dalam
Corebima (2003) menyatakan bahwa pindah silang menyebabkan terjadinya
rekombinasi gen-gen, sehingga hasil dari gametogenesis adalah gamet-gamet
rekombinan. Gamet-gamet rekombinan tersebut bila mengalami fertilisasi maka
akan menghasilkan fenotip rekombinan selain tipe parental.
Radiasi dapat meningkatkan pindah silang pada lalat buah dan mempunyai
efek meningkatkan pindah silang pada daerah-daerah yang secara normal
tereduksi; sebagai contoh adalah daerah dekat sentromer (Rothwell, 1983).
Dewasa ini telah diketahui berbagai gen penyebab mutasi salah satunya adalah
radiasi sinar ultraviolet (UV). Radiasi UV dapat menyebabkan terjadinya
perubahan materi genetik baik DNA maupun RNA. Sinar UV memiliki panjang
2.
Seluruh
kondisi
lingkungan
yaitu
suhu,
yang digunakan
2.
3.
6.
1.7 DEFINISI OPERASIONAL
1.
Fenotip
adalah
karakter yang dapat diamati pada suatu individu yang merupakan hasil
Pindah
silang
Frekuensi
pindah
Rekombinan
adalah
Chiasma
adalah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster merupakan salah satu jenis lalat buah. Menurut
Myers et al. (2008), sistematika Drosophila melanogaster yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Order
: Diptera
Suborder
: Brachycera
Familia
: Drosophilidae
Subfamily
: Drosopilinae
Genus
: Drosophila
Species
:Drosophila melanogaster
Jika dua gen atau lebih terletak pada kromosom yang sama, gen-gen
tersebut disebut bertautan. Gen-gen itu bisa bertautan menjadi satu pada salah satu
autosom atau dihubungkan menjadi satu di kromosom seks. Gen-gen pada
kromosom-komosom yang berbeda didistribusikan menjadi gamet-gamet secara
bebas satu sama lain (Hukum Mendel mengenai perpasangan bebas). Akan tetapi
gen-gen pada kromosom yang sama cenderung tetap bersama saat pembentukan
gamet. Dengan demikian, hasil uji silang atas individu-individu dihibrid akan
memberikan hasil yang berbeda-beda, bergantung pada tertaut-tidaknya gen-gen
itu ataukah terletak di kromosom yang berbeda-beda. Akan tetapi gen-gen yang
sehingga telah terbentuk empat kromatid untuk tiap pasang kromosom homolog;
Suryo (2010), pindah silang terjadi penukaran segmen dari nonsister chromatid
dari sepasang kromosom homolog ketika meiosis I, akhir profase I atau permulaan
metafase I), yaitu pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid.
Pada waktu kromosom-kromosom hendak memisah (anafase I), kromatidkromatid yang bersilang itu melekat dan putus di bagian kiasma, kemudian tiap
potongan itu melekat pada kromatid disebelahnya secara timbal balik. Saat
profase I, kromosom-kromosom homolog membentuk pasangan-pasangan yang
disebut sinapsis dengan bantuan protein-protein pada kompleks-kompleks
diduga
berfungsi
sebagai
mesin
rekombinasi
multienzim
yang
gen-gen
yang
bertautan.
Sebuah
DNA
polimerase
bisa
terbentuk hanya dari tipe parental saja, tipe rekombinan saja, tipe parental dan
rekombinan yang terbentuk akibat pindah silang tunggal.
Gardner (1984) menyatakan bahwa semakin jauh jarak antara dua lokus
gen pada suatu kromosom, maka kemungkinan terjadinya pindah silang juga akan
semakin besar. Sebaliknya apabila semakin dekat jarak antara dua lokus gen pada
suatu kromosom, maka kemungkinan terjadinya pindah silang akan makin turun.
C. Radisi Sinar Ultraviolet (UV)
Secara alami, matahari merupakan sumber radiasi sinar ultraviolet yang
kuat. Namun demikian, tidak seluruhnya bisa sampai di Bumi karena sebagian
diserap oleh lapisan atmosfer. Sumber radiasi sinar ultraviolet secara buatan yang
sering digunakan adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium. Sinar ultraviolet
merupakan jenis gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh sel-sel
sensitif mata (Almaco, 1990 dalam Saadah, 2000), memiliki panjang gelombang
berbeda-beda (150-3800 ), tidak menimbulkan ionisasi dan memiliki daya
tembus rendah (Crowder, 1990 dalam Saadah, 2000).
Sinar ultraviolet(UV) memiliki daya tembus yang sangat rendah, dan
karena itu dapat secara efektif digunakan hanya pada materi genetik yang dekat
dengan permukaan luar dari organisme. Sinar UV, radiasi non pengionisasi,
menyebabkan timin-timin yang bersebelahan pada seuntai DNA membentuk
ikatan (dimer timin) yang mengakibatkan struktur yang harus diperbaiki agar
replikasi DNA dapat terus berlangsung, perbaikan yang tidak efisien dapat
menyebabkan mutasi titik (Elrod & Stanfield, 2007).
Radiasi sinar ultraviolet merupakan agen penyebab mutasi yang bersifat
fisik. Berkaitan dengan daya tembus (penetrasi) sinar ultraviolet, tentu saja pada
hewan dan tumbuhan tingkat tinggi, sinar ultraviolet hanya dapat menembus
lapisan sel-sel permukaan saja dan tidak mencapai gonad. Berkenaan dengan
potensinya sebagai mutagenic potencitero(Crowder, 1990 dalam Saadah, 2000),
menyebutkan bahwa panjang gelombang yang paling efektif untuk membuat
mutasi adalah 2600 , pada panjang gelombang tersebut terjadi penyerapan
maksimum oleh DNA. Mengenai bagaimana terjadinya mutasi memang belum
diketahui dengan pasti karena kejadiannya memang bersifat kebetulan, tidak
terarah serta acak (Ayala dkk, 1984 dalam Saadah, 2000). Menurut Russel (1992)
dalam Saadah (2000) menyebutkan bahwa purin dan pirimidin pada DNA
menyerap cahaya sangat kuat pada gelombang 254-260 nm (rentang panjang
gelombang sinar ultraviolet) sehingga dapat menyebabkan terjadinya mutasi sebab
panjang gelombang ini sinar ultraviolet menginduksi mutasi gen terutama
menyebabkan perubahan fotokimia pada DNA.
Crowder (1990) dalam Saadah (2000) menegaskan bahwa pengaruh
radiasi sinar ultraviolet akan berbeda pada setiap bagian tertentu dari tubuh
organisme. Pada sel yang sedang aktif tumbuh dan membelah lebih sensitif
terhadap radiasi. Dalam hal ini terbentuknya embrio akan lebih sensitif terhadap
radiasi sinar ultraviolet daripada individu yang dewasa.
Hubunganya dengan molekul DNA dinyatakan bahwa senyawa yang
paling digiatkan adalah purin dan pirimidin karena kedua macam senyawa ini
menyerap cahaya pada panjang gelombang 254 260 nm yang merupakan
rentang panjang gelombang sinar UV ( Gardner,dkk, 1991; Russel,1992 dalam
Corebima 2000).
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangaka Konseptual
Kerangka konseptual yang dapat disusun berdasarkan uraian diatas adalah
sebagai berikut:
pindah silang (crossing over) ialah proses pertukaran
segmen dari kromatidkromatid bukan kakak beradik
(nonsister chromatids) dari sepasang kromosom homolog.
Faktor eksternal:
Radiasi sinar ultraviolet
Faktor internal :
Macam Strain
10
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimen
karena
3. Variabel kontrol
11
13
Fenotip
Sex
ke 7
1
total
N>< bdp
N>< bdp
N>< bcl
N>< bcl
6. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara rekonstruksi
kromosom, persentase pindah silang dan analisis statistik. Adapun analisis
14
= parental
X 100%
rekombinan
Frekuensi Rekombinan =
rekombinan
X100%
BAB V
DATA DAN ANALISIS DATA
A. DATA
1. Data Hasil Pengamatan Fenotip
Strain Drosophila melanogaster yang digunakan dalam penelitian ini adalah
strain N, bdp, dan bcl dengan ciri ciri sebagai berikut:
Nama
Ciri-ciri
Gambar
Strain
15
Bdp
ujung
Bcl
Warna
mata
merah
-
Dp
Warna
mata
merah
-
coklat
kekuningan
16
NXbdp N
N X bcl N
NX bcl N
UV 2
NXbdp N
NXbdp N
N X bcl N
N X bcl N
UV 4
NXbdp N
NXbdp N
N X bcl N
N X bcl N
UV 6
NXbdp N
NXbdp N
N X bcl N
NX bcl N
UV 8
NXbdp N
NXbdp N
N X bcl N
NX bcl N
17
Ulangan
1
2
9
11
21
28
Total
30
39
69
UV 0
P1
NX
bdp
P2
N(F1)
X bdp
Fenotip
N
bdp
b
dp
N X
N(F1)
bcl
X bcl
N
bcl
b
cl
UV 2
N X
N(F1)
bdp
X bdp
N
bdp
b
dp
N X
N(F1)
bcl
X bcl
N
bcl
b
cl
UV 4
N X
N( F1)
bdp
X bdp
N
bdp
b
dp
Jenis
kelamin
Ulangan
3
1
2
3
1
1
3
0
6
11
7
5
4
4
1
4
18
Jumlah
Total
9
12
9
8
5
5
4
4
21
17
10
8
N X
N(F1)
bcl
X bcl
N
bcl
b
cl
UV 6
N X
N( F1)
bdp
X bdp
N
bdp
b
dp
N X
N(F1)
bcl
X bcl
N
bcl
b
cl
UV 8
N X
N(F1)
bdp
X bdp
N
Bdp
b
dp
N X
N(F1)
bcl
X bcl
N
bcl
B
Cl
B. ANALISIS DATA
Pada penelitian, jika data yang diperoleh memenuhi ulangan secara
lengkap dan mencapai F2, maka data dianalisis dengan menggunakan
rekontruksi
penelitian belum memenuhi ulangan secara lengkap baik F1 maupun F2, maka
19
belum bisa diuji menggunakan statistik dengan RAK dan hanya dilakukan
dengan rekontruksi kromosom
1. Analisis rekostruksi
Rekonstruksi kromosom pada persilangan N x bdp
a.
Genotip
b+dp+
bdp
b+db+
b dp
b dp
Gamet
b+dp+ , b dp
F1
b+dp+ (N heterozigot)
b db
P2
Genotip
b+dp+
b dp
b dp
b dp
b+dp+ (N)
b dp (bdp)
b dp
b dp
b+
b+
b-
b-
dp+
dp+
dp-
dp-
b+
b+
b+
dp+
dp+
dp dp
dp+
gamet : b+db+
b+dp
F2
bdp
: b+dp+ (N)
b+
dp dp+
b dp+
b dp
, b dp+ (b)
, b+dp (dp)
20
, b dp (bdp)
dp
b dp
b dp
b dp
b dp
Genotip
b+dp+
bdp
b+dp+
b dp
b dp
Gamet
b+dp+ , b dp
F1
b+dp+ (N heterozigot)
b dp
P2
Genotip
b+dp+
b dp
b dp
Gamet
F2
b dp
b dp
(N) ,
b dp
b dp (bdp)
b dp
bcl
Genotip
b+cl+
b+cl+
b cl
b cl
Gamet
b+cl+
F1
b+cl+ (N heterozigot)
, b cl
b cl
P2
(F1)
bcl (stok)
Genotip
b+cl+
b cl
b cl
Gamet
F2
b+cl+
: b+cl+ (N)
b cl
, b cl
, b cl (bcl)
, b+cl+ (N)
21
, b cl (bcl)
b cl
b cl
b cl
b cl
Genotip
b+cl+
bcl
b cl
b+cl+
b cl
Gamet
b+cl+
F1
b+cl+ (N heterozigot)
, b cl
b cl
P2
(F1)
bcl (stok)
Genotip
b+cl+
b cl
b cl
b+
b cl
b-
b+
b+
replikasi
cl+
b+
ro+
pindah silang
cl-
cl+
cl+
cl
cl
b+
b-
b-
b+
b+
ro+
ro-
ro+
cl+
cl
cl+
cl
: b+cl+ (N)
b cl
, b cl+ (b)
b cl
, b+cl (bl)
b cl
22
, b cl (bcl)
b cl
BAB VI
PEMBAHASAN
Peristiwa pindah silang yang terjadi pada saat meiosis tersebut merupakan
peristiwa penting untuk pemisahan kromosom homolog, yang mana secara fisik
menghubungkan kromosom-kromosom homolog.Peristiwa pindah silang terjadi
ketika F1 disilangkan dengan induk jantan resesif. Ketika dilakukan test cross,
yakni F1 yang heterozigot disilangkan dengan induk jantan resesif, maka betina
heterozigot bisa mengalami crossing over dan menghasilkan F2 dengan fenotip
parental dan fenotip baru, yakni fenotip rekombinan. Keturunan bertipe parental
memiliki fenotip yang sama dengan induknya karena dihasilkan dari kromatid
yang tidak terlibat dalam pindah silang, sedangkan keturunan yang bertipe
rekombinan memiliki fenotip yang berbeda dari induknya karena dihasilkan dari
kromatid yang mengalami pindah silang. Pada penelitian ini, kami menyilangkan
N >< bdp beserta resiproknya, serta N >< bcl beserta resiproknya.
A. Pengaruh Lama Penyinaran Sinar UV terhadap Frekuensi Pindah Silang
pada Drosophila melanogaster Strain bdp dan bcl
Radiasi sinar UV merupakan agen mutasi fisik berenergi rendah, dimana
pada tumbuhan dan hewan tingkat tinggi hanya dapat menembus lapisan sel sel
permukaan saja (Corebima, 2000). Radiasi ultraviolet mengeksitasi atau
menggiatkan atom-atom yang dijumpainya, sehingga atom-atom ini lebih reaktif
daripada molekul yang atom-atomnya dalam keadaan stabil. Reaktivitas yang
meningkat merupakan efek mutagenik radiasi sinar (Gardner, dkk, 1991).
Reaktivitas ini menyebabkan aktivitas enzimatik menjadi meningkat sehingga
enzim Synaptonemal complex yang merupakan enzim yang berperan dalam
23
peristiwa pindah silang menjadi lebih aktif. Meningkatnya aktivitas enzimatik ini
menyebabkan frekuensi pindah silang menjadi lebih besar.
Radiasi sinar ultraviolet dapat menyebabkan perubahan struktur materi
genetik pada sel yang ditembusnya. Gardner, et al., (1991) menjelaskan bahwa
sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 254 nm dapat diserap oleh basa
pirimidin yang menyebabkan pirimidin tersebut menjadi lebih reaktif. Gardner, et
al., (1991) dua produk utama dari absorpsi ultraviolet pada pirimidin adalah
terbentuknya hidrat dan dimer pirimidin. Menurut Nickerson (1990) dalam
Sa`adah (2000) bahwa ikatan yang abnormal tersebut umumnya terbentuk antara
dua timin sehingga dikenal sebagai dimer timin. Bentuk dimer tersebut dapat
menyebabkan terjadinya semacam bonggol atau loop yang menganggu dupleks
pada tapak dimer unting dan perlengkapan sintesis unting DNA maupun RNA
menjadi terhalang dengan adanya tapak-tapak yang ditempati oleh dimer tadi.
Dengan adanya dimer timin, replikasi DNA akan terhalang pada posisi terjadinya
dimer timin tersebut sehingga terjadi mutasi dalam kromosom.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penyinaran pada telur Drosophila
melanogaster untuk mengetahui pengaruh radiasi sinar ultraviolet terhadap
frekuensi pindah silang, digunakan lama penyinaran ultraviolet yang berbedabeda, yaitu 0, 2, 4, 6, dan 8 untuk mengetahui pengaruh lama penyinaran
ultraviolet terhadap frekuensi pindah silang. Namun dari penelitian ini, kami
belum dapat menjelaskan pengaruh lama penyinaran ultraviolet terhadap frekuensi
pindah silang, dikarenakan kami belum memenuhi ulangan secara lengkap. Oleh
karena itu, penentuan pengaruh radiasi sinar ultraviolet terhadap frekuensi pindah
silang hanya berdasarkan kajian literatur.
1. Radiasi sinar ultraviolet dapat mempengaruhi frekuensi pindah silang
pada Drosophila melanogaster Strain bdp dan bcl.
Radiasi sinar ultraviolet dapat mempengaruhi frekuensi pindah silang pada
Drosophila melanogaster Strain bdp dan bcl presentase munculnya anak tipe
rekombinan dari perlakuan ultraviolet berbeda dengan presentase munculnya
anak tipe rekombinan pada persilangan kontrol. Menurut Rothwell (1983:229),
radiasi menunjukkan efek pada beberapa peristiwa pindah silang dan berperan
untuk menstimulasi atau meningkatkan frekuensi pindah silang pada lalat buah
(Drosophila melanogaster). Perlakuan lama waktu penyinaran ultraviolet diduga
24
26
27
BAB VII
PENUTUP
Kesimpulan
Dari kajian literatur yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik kesimpulan
sementara sebagai berikut:
1. Ada pengaruh lama penyinaran UV terhadap frekuensi pindah silang pada
persilangan strain N><bdp, N><bcl dikarenakan radiasi ultraviolet
mempunyai efek meningkatkan pindah silang pada daerah-daerah yang
secara normal terinduksi, sebagai contoh adalah daerah dekat sentromer.
2. Ada pengaruh macam strain terhadap frekuensi pindah silang pada
Persilangan Strain N><bdp, N><bcl beserta resiproknya, dikarenakan
jarak lokus pada tiap strain berbeda, semakin panjang jarak antar lokus maka
akan semakin tinggi frekuensi pindah silang, dan sebaliknya.
3. Belum dapat diketahui adanya pengaruh interaksi antara macam persilangan
dengan lama UV terhadap frekuensi pindah silang pada Persilangan Strain
N >< bdp, N>< bcl beserta resiproknya.
Saran
Sebaiknya penelitian dilakukan dengan penuh kecermatan, ketelitian dan
kesungguhan agar hasil penelitian sesuai dengan harapan. Keberhasilan dan
keamanan sebaiknya ditingkatkan untuk menjaga stok dan hasil persilangan dari
hal hal yang dapat mengganggu penelitian, seperti kutu, gabus dan larva dari
serangga lain. Hendaknya didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai
sehingga hasilnya bias maksimal. Dan kami menyarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan semangat, tidak putus asa, dan
teliti sehingga memperoleh data yang lebih akurat agar dapat membuktikan ada
tidaknya pengaruh dari perlakuan tertentu terhadap fen
28
DAFTAR RUJUKAN
Agustin, Dwi Anik.1996. Efek Sitoplasma terhadap Frekuensi Pindah Silang
pada Individu Betina D.melanogaster Strain ered dan ero. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: IKIP Malang.
Boyd JB, Presley JM. 1974. Repair replication and photorepair of DNA in larvae
of Drosophila melanogaster. PubMed.
Campbell, Neil A.1996. Biology Fourth Edition. California: Cumming Publishing
Company, INC.
Corebima, AD. 2000. Genetika Mutasi dan Rekombinasi. Malang: Jurusan Biologi
FMIPA UM
Corebima, A. D. 2003. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.
Elrod, S. & Stanfield, W. 2007. Teori dan Soal-soal Genetika Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Gardner, Eldon J., dkk. 1984. Prinsiples of Genetics. New York: John
Wiley&Sons.
Rothwell, Norman V. 1983. Understanding Genetics, Third Edition. New York:
Oxford University Press.
Saadah, K. 2000. Pengaruh Radiasi Sinar Ultraviolet terhadap Penetasan Telur
dan Kestabilan Genetik D. melanogaster strain N dan b dalam
Kaitannya dengan Mutasi Gen.Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
UM
Strickberger, Monroe. W. 1985. Genetics. New York: Macmillan Publishing
Company
Suryo.2005. Genetika Manusia.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Suryo. 2010. Genetika untuk Strata I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Stanfield, William D. 1991. GENETIC 3/ed USA: McGraw-Hill, Inc.
29
30