Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Lina (1221011)
Teoritikal
Tegangan dapat didefiniskan sebagai energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu
muatan listrik (sebesar 1 Coulomb) dari sebuah kutub ke kutub lainnya yang berbeda potensial.
Dengan kata lain tegangan adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian
listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur energi potensial dari sebuah
medan listrik yang mengakibatkan adanya aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Ada lima
cara untuk menyatakan nilai magnituda dari tegangan, yaitu:
1.
3.
5.
Daya rata-rata yang dikirim oleh sumber ac adalah suku pertama pada persamaan
dimana suku kedua adalah nol karena nilai rata-rata dari gelombang kosinus adalah nol.
Sehingga daya rata-rata yang dikirim oleh sumber ac adalah sama dengan sumber dc
sebagai berikut:
Hubungan antara nilai maksimum dan nilai efektif (rms) sebagai berikut:
Praktikal
Sejauh ini kita tahu bahwa tegangan AC berubah-ubah polaritasnya dan arus AC
berubah-ubah arah arusnya. Dalam DC, dimana nilai tegangan dan arusnya secara umum adalah
konstan, adalah mudah untuk menyatakan nilai tunggal tegangannya. Tetapi dalam AC, kita
akan menemukan sedikit masalah saat akan menyatakan nilai arus atau tegangan dalam suatu
rangkaian.
Salah satu cara untuk menyatakan nilai AC, atau magnitudo (terkadang disebut juga
dengan amplitudo) dari suatu besaran AC adalah dengan mengukur tinggi puncak dari bentuk
gelombangnya. Nilai ini dikenal dengan peak atau crest dari gelombang AC.
Salah satu cara untuk menyatakan amplitudo dari bentuk gelombang yang berbeda dalam
bentuk yang lebih ekivalen adalah dengan cara menghitung nilai rata-rata matematis dari semua
titik pada grafik gelombang tersebut menjadi nilai yang tunggal.
Pengukuran amplitudo seperti ini dikenal dengan nama nilai rata-rata (average) dari
gelombang AC. Apabila kita menghitung rata-rata pada semua titiik pada grafik itu secara aljabar
(tanda posistif dan negatifnya diperhitungkan juga) maka nilai rata-rata ini secara teknis
kebanyakan bernilai nol, karena semua titik yang bertanda positif akan saling mengurangi
dengan semua titik yang bertanda negatif dalam satu gelombang penuh.
Gambar 8. Nilai rata-rata yang terbaca alat ukur, semua nilai dianggap bertanda positif
Alat ukur gerak mekanik yang tidak sensitif terhadap polaritas (alat ukur yang didesain
sehingga dapat merespon setengah siklus yang bernilai positif dan negatif secara sama pada
listrik AC) akan mampu membaca nilai rata-rata gelombang ini (rata-rata nilai yang absolut),
karena inersia dari jarum penunjuk akan melawan gaya pegas secara alami yang besarnya adalah
rata-rata dari nilai arus atau tegangan AC pada selang waktu tertentu. Sebaliknya, alat ukur gerak
mekanik yang sensitif terhadap polaritas akan menghasilkan pengukuran yang sia-sia apabila
digunakan untuk mengukur arus atau tegangan AC, jarum penunjuknya akan berosilasi secara
cepat disekitar angka nol, menunjukkan bahwa hasil pengukuran rata-ratanya sama dengan nol
(saat digunakan untuk mengukur gelombang AC yang simetris).
Metode lain untuk mendapatkan nilai rata-rata dari amplitudo suatu gelombang adalah
berdasarkan dari kemampuan gelombang untuk melakukan kerja yang berguna/efektif saat
dipasangkan pada suatu resistansi beban. Hanya saja pengukuran AC berdasarkan kerja yang
dapat dilakukan gelombang ini tidak sama seperti nilai rata-rata gelombang, karena
penyerapan daya oleh beban (kerja yang dilakukan per satuan waktu) tidak berbanding lurus
dengan magnitudo dari nilai arus dan tegangan pada beban itu. Tetapi, penyerapan daya oleh
beban itu berbanding lurus dengan kuadrat tegangan atau arus yang dipasangkan pada beban itu
(P = V2/R dan P = I2R).
Pengukuran amplitudo RMS adalah cara terbaik untuk menghubungkan nilai AC
terhadap nilai DC, atau hubungan antara berbagai macam gelombang AC, saat kita melakukan
pengukuran daya listrik. Untuk pertimbangan lain, terkadang pengukuran amplitudo secara peakto-peak (puncak ke puncak) lebih dibutuhkan. Misalkan, untuk menentukan ukuran kawat yang
tepat yang digunakan untuk mengkonduksikan daya listrik dari sumber menuju beban, lebih baik
menggunakan pengukuran nilai RMS, karena prinsip RMS berkaitan dengan arus yang dapat
memanaskan kawat (dissipasi daya ditentukan dari arus yang melewati resistansi kawat tersebut).
Namun, saat menentukan rating insulator yang akan digunakan pada peralatan AC bertegangan
tinggi, pengukuran nilai tegangan puncak (peak) lebih diprioritaskan, karena prinsip pengukuran
puncak ini berkaitan dengan nilai tegangan yang tidak bergantung dengan variabel waktu.
Pengukuran peak atau peak-to-peak mudah diterapkan apabila kita menggunakan
osiloskop, dimana alat ini dapat menangkap nilai puncak dari gelombang dalam keakuratan yang
tinggi karena kerja dari tabung cahaya-katoda nya yang cepat dalam merespon perubahan nilai
tegangan. Untuk pengukuran RMS, alat ukur analog seperti alat ukur gerak elektromekanik
(DArsonval, Weston, iron vane, elektrodinamometer) akan memberikan hasil pembacaan yang
telah dikalibrasikan dalam bentuk RMS. Karena inersia mekanik dan efek redaman pada meteran
gerak elektromekanik membuat simpangan pada jarum penunjuknya secara alamiah proporsional
dengan nilai rata-rata dari AC, bukan nilai RMS, alat ukur analog harus dikalibrasi secara khusus
(atau tanpa dikalibrasi, tergantung dari segi mana anda membacanya) untuk menampilkan nilai
tegangan atau arus AC dalam satuan RMS. Keakuratan dari kalibrasi ini bergantung dari bentuk
gelombang mana yang kita umpamakan, biasanya yang digunakan sebagai perumpamaan adalah
gelombang sinus.
Tegangan yang ditunjukkan pada meteran AC merupakan nilai RMS dari tegangan.
Dalam penggunaan sehari-hari, tegangan atau arus AC selalu diberikan dalam nilai RMS karena
ini memungkinkan perbandingan yang masuk akal yang harus dibuat dengan tegangan atau arus
DC stabil, seperti pada baterai.