You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN

HEMOFILIA

OLEH KELOMPOK 1 (A4-B):

1. I Gede Adisukma Purnawan

(10.321.0738)

2. I Kadek Mudiastra

(10.321.0742)

3. I Putu Adhi Mahawiguna

(10.321.0747)

4. I Wayan Kusuma Antara

(10.321.0749)

5. I Wayan Mahardyatmaja Putra

(10.321.0750)

6. Ni Kadek Netiari

(10.321.0763)

7. Ni Putu Siska Ambayati Dewi

(10.321.0776)

STIKES WIRAMEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2011/2012

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN PENYAKIT HEMOFILIA

a. Definisi
Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah yang diturunkan melalui
kromosom X. Karena itu, penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria karena mereka hanya
mempunyai kromosom X, sedangkan wanita umumnya menjadi pembawa sifat saja (carrier).
Namun, wanita juga bisa menderita hemofilia jika mendapatkan kromosom X dari ayah
hemofilia dan ibu pembawa carrier dan bersifat letal
Hemofilia adalah gangguan perdarahan bersifat herediter yang dengan defisiensi atau
kelainan biologik faktor VIII dan (antihemophilic globulin) dan faktor IX dalam plasma
(David Ovedoff, Kapita Selekta Kedokteran).
Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang disebabkan adanya kekurangan salah satu
faktor pembekuan darah. Hemofilia merupakan penyakit gangguan pembekuan darah dan
diturunkan oleh melalui kromoson X. Hemofilia di bedakan menjadi dua, yaitu Hemofilia A
yang ditandai karena penderita tidak memiliki zat antihemofili globulin ( faktor VIII),
Hemofilia B atau Penderita tidak memiliki komponen plasma tromboplastin.
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang sering
dijumpai. Hal ini bisa terjadi karena mutasi gen faktor pembekuan darah yaitu faktor VIII
atau faktor IX kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit
resesif. Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya mempunyai satu
kromosom X, sedangkan wanita umumnya sebagai pembawa sifat saja (carier). Namun
wanita juga bisa menderita hemofilia jika mendapatkan kromosom X dari ayah hemofilia dan
ibu pembawa carrier dan bersifat letal.Mekanisme pembekuan pada penderita hemofili
mengalami gangguan, dimana dalam mekanisme tersebut terdapat faktor pembekuan yang di
beri nama dengan angka romawi, I-XII

b. KLASIFIKASI
1) Hemofilia A (defisiensi factor VIII)
Sebagai kelainan resesif yang terkait dengan kromosom X dan terutama
mengenai laki-laki, penyakit hemofilia A ditandai oleh berkurangnya jumlah serta
aktivitas factor VIII. Gambaran klinisnya hanya terjadi jika terdapat defisiensi berat
(kadar factor VIII kurang dari 1% dari nilai normal). Derajat defisiensi yang ringan
atau sedang (kadar 1%-50% dari nilai normal) bersifat asimtomatik kendati dapat
terjadi pendarahan pasca trauma yang serius. Defisiensi protein prokoagulan factor
VIII yang berfariasi mengakibatkan berbagai tipe mutasi gen factor VIII. Secara
klinis, hemofilia berkaitan dengan keadaan berikut ini :
-

Perdarahan masih sesudah trauma atau tindakan bedah


Perdarahan spontan pada bagian tubuh yang mengalami trauma, khususnya
persendian (hemartrosis) , keadaan ini menimbulkan deformitas yang progresif

dan mengakibatkan deformitas.


Partial thromboplastin time yang memanjang dan waktu perdarahan yang normal.

2) Hemofilia B (Defisiensi factor IX )


Penyakit Cristmas atau hemofilia B merupakan penyakit

resesif terkait

kromosom X yang disebabkan oleh defisiensi factor IX, penyakit ini secara klinis
tidak dapat dibedakan dengan hemofilia A. identifikasi hemofilia B memerlukan
pengukuran kadar factor IX.
c. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini bermanifestasi klinik pada laki-laki. Angka kejadian hemofilia A sekitar
1: 10.000 orang dan hemofilia B sekitar 1:25.000 30.000 orang. Belum ada data mengenai
angka keberapa di Indonesia, namun diperkirakan sekitar 20.000 kasus dari 200 juta
penduduk Indonesia saat ini. Kasus hemofilia A lebih sering dijumpai dibandingkan
hemofilia B, yaitu berturut-turut mencapai 80-85% dan 10-15% tanpa memandang ras,
geografi, dan keadaan social ekonomi. Mutasi gen secara spontan diperkirakan mencapai 2030% yang terjadi pada pasien tanpa riwayat keluarga.

Belum ada data penderita hemofilia di Indonesia dan data yang ada, baru di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta sebanyak 175 penderita. Salah satu kegiatan
yayasan hemofilia Indonesia adalah mengumpulkan data penderita hemofilia di Indonesia,
terutama yang ada di rumah sakit di seluruh Indonesia. Penyakit hemofilia merupakan
penyakit yang relatif langka dan masih perlu terus dipelajari untuk pemahaman yang lebih
baik dalam mendeteksi dan menanggulanginya secara dini (digilib. unsri. ac.id, 2006).
Penderita hemofilia di Indonesia yang teregistrasi di HMHI Jakarta tersebar hanya
pada 21 provinsi dengan jumlah penderita 895 orang, jumlah penduduk Indonesia:
217.854.000 populasi, prevalensinya 4,1/1 juta populasi (0,041/10.000 populasi), hal ini
menunjukkan masih tingginya angka undiagnosed hemofilia di Indonesia. Angka prevalensi
hemofilia di Indonesia masih sangat bervariasi sekali, beberapa kota besar di Indonesia
seperti DKI Jakarta, Medan, Bandung, dan Semarang angka prevalensinya lebih tinggi
(digilib. usu. ac.id, 2006).
d. ETIOLOGI
Penyebab utama dari penyakit hemofilia adalah adanya faktor keturunan atau genetik,
walaupun sekitar 30% dari kasus hemofilia tidak mempunyai riwayat keluarga, hal ini terjadi
akibat mutasi spontan. Hemofilia diturunkan oleh ibu sebagai pembawa sifat yang
mempunyai 1 kromosom X normal dan 1 kromosom X hemofilia.
Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah yang diturunkan secara X-linked
resesive. Oleh karena itu kebanyakan penderitanya adalah laki laki, sedangkan wanita
merupakan karier atau pembawa sifat. Sekitar 30% dari kasus hemofilia tidak mempunyai
riwayat keluarga, hal ini terjadi akibat mutasi spontan (hemofila. or. Id, 2006).
Hemofilia merupakan suatu penyakit dengan kelainan faal koagulasi yang bersifat
herediter dan diturunkan secara X - linked recessive pada hemofilia A dan B ataupun secara
autosomal resesif pada hemofilia C. Hemofilia terjadi oleh karena adanya defisiensi atau
gangguan fungsi salah satu faktor pembekuan yaitu faktor VIII pada hemofilia A serta
kelainan faktor IX pada hemofilia B dan faktor XI 1-4 pada hemofilia C. Biasanya
bermanifestasi pada anak laki-laki namun walaupun jarang, hemofilia pada wanita juga telah

dilaporkan. Wanita umumnya bertindak sebagai karier hemofilia. Secara imunologis,


hemofilia dapat memiliki varian-varian tertentu (digilib. unsri. ac. id, 2006).
Secara Umum Etiologi Hemophilia Ada 2 yaitu
1. Faktor Genetik
Hemofilia atau penyakit gangguan pembekuan darah memang menurun dari
generasi ke generasi lewat wanita pembawa sifat (carier) dalam keluarganya,yang
bisa secara langsung maupun tidak. Seperti kita ketahui, di dalam setiap sel tubuh
manusia terdapat 23 pasang kromosom dengan bebagai macam fungsi dan tugasnya.
Kromosom ini menentukan sifat atau ciri organisme, misalnya tinggi, penampilan,
warna rambut, mata dan sebagainya. Sementara, sel kelamin adalah sepasang
kromosom di dalam inti sel yang menentukan jenis kelamin makhluk tersebut.
Seorang pria mempunyai satu kromosom X dan satu kromosom Y, sedangkan wanita
mempunyai dua kromosom X. Pada kasus hemofilia, kecacatan terdapat pada
kromosom X akibat tidak adanya protein faktor VIII dan IX (dari keseluruhan 13
faktor), yang diperlukan bagi komponen dasar pembeku darah (fibrin). (Price &
Wilson, 2003.)
2. Faktor Epigenik
Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan
kekurangan faktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimana tingkat sirkulasi yang
fungsional dari faktor VIII ini tereduksi. Aktifasi reduksi dapat menurunkan jumlah
protein faktor VIII, yang menimbulkan abnormalitas dari protein.Faktor VIII menjadi
kofaktor yang efektif untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII aktif, faktor IX aktif,
fosfolipid dan juga kalsium bekerja sama untuk membentuk fungsional aktifasi faktor
X yang kompleks (Xase), sehingga hilangnya atau kekurangan kedua faktor ini
dapat mengakibatkan kehilangan atau berkurangnya aktifitas faktor X yang aktif
dimana berfungsi mengaktifkan protrombin menjadi trombin, sehingga jika trombin
mengalami penurunan pembekuan yang dibentuk mudah pecah dan tidak bertahan

mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan sulit dalam penyembuhan luka.


(Price &Wilson, 2003)

e. FAKTOR PREDISPOSISI
Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki,karena mereka hanya mempunyai satu
kromosom X, sedangkan wanita umumnya sebagai pembawa sifat saja (carier).
Seorang wanita diduga membawa sifat jika (hemofilia. or.id, 2006):
-

Ayahnya pengidap hemofilia


Mempunyai saudara laki-laki dan 1 anak laki-laki hemofilia
Mempunyai lebih dari 1 anak laki-laki hemofilia
f. PATOFISIOLOGI
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada jaringan yang

letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena gangguan pada tahap
pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama, dimana
tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang terdapat
pada hemofili A dan B. Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia, dikarenakan adanya
gangguan pembekuan, di awali ketika seseorang berusia 3 bulan atau saat akan mulai
merangkak maka akan terjadi perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan
keluhan-keluhan berikutnya.
Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat fatal.
Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada pembuluh darah
(yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh). Darah keluar dari pembuluh.
Pembuluh darah mengerut/ mengecil kemudian Keping darah (trombosit) akan menutup luka
pada pembuluh apabila kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan
anyaman ( Benang Fibrin) penutup luka tidak terbentuk sempurna, akibatnya darah tidak
berhenti mengalir keluar pembuluh. Sehingga terjadilah perdarahan.

g. PATHWAY

Faktor
keturunan

Gen

Kromosom X

Mutasi gen

Hemofilia

Hemofilia B

Hemofilia A

Faktor VII

Pendarahan spontan

Faktor IX

Inflamasi

Pendarahan sendi

Nyeri
Deformitas
Ansietas
Gg. Citra
diri

Kurang
pengetah
uan

Penyempitan ruang
sendi
Gerakan sendi
terbatas

Gg. aktifitas

h. GEJALA KLINIS
1. Terjadi perdarahan spontan pada sendi dan otot yang berulang disertai dengan rasa
nyeri dan terjadi bengkak.
2. Perdarahan sendi yang

berulang

menyebabkan

atropi

hemofilia

dengan

menyempitkan ruang sendi, Krista tulang dan gerakan sendi yang terbatas.
3. Biasanya perdarahan juga dijumpai pada Gastrointestinal, hematuria yang berlebihan
dan juga perdarahan otak
4. Terjadi hematoma pada extremitas
5. Keterbatasan dan nyeri sendi yang berkelanjutan pada perdarahan.
i. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Diagnosa hemofilia ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Misalnya terdapat riwayat biru pada kulit, perdarahan kulit dan sendi. Biasanya ditemukan
saat anak dikhitan, dan perdarahan tak kunjung berhenti (minimal usia 5 tahun), saat anak
imunisasi atau anak periksa darah.
Pemeriksaan penunjang
-

Pemeriksan kadar factor VIII dan IX


Pemeriksaan PT dan APPT

Pemeriksaan Lab. Darah :


a.

Hemofilia A :
1)

Defisiensi factor VIII

2)

PTT (Partial Thromboplastin Time) amat memanjang

3)

PT (Prothrombin Time/ waktu protombin) memanjang

4)

TGT (Thromboplastin Generation Test)/ diferential APTT dengan plasma


abnormal

5)

Jumlah trombosit dan waktu perdarahan normal

b. Hemofilia B :
1)

Defisiensi factor IX

2)

PTT (Partial Thromboplastin Time) amat memanjang

3)

PT (Prothrombin Time)/ waktu protombin dan waktu perdarahan normal

4)

TGT (Thromboplastin Generation Test)/ diferential APTT dengan serum


abnormal

j. PROGNOSIS
Pada tahun-tahun terakhir ditemukan bahwa, pasien dengan hemophilia mempunyai
resiko tinggi menderita AIDS akibat transfuse dan komponen darah yang pernah diterima.
Semua darah yang di donorkan sekarang diperiksa terhadap adanya antibody virus AIDS.
Konsetrat factor komersial biasanya sudah dipanaskan sehingga kemungkinan penularan
penyakit infeksi melaui transfusi dapat diturunkan.
k. TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN
1. Terapi Suportif
Pengobatan rasional pada hemofilia adalah menormalkan kadar factor anti
hemophilia yang kurang.Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
-

Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan


Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar aktivitas

factor pembekuan sekitar 30-50%


Untuk mengatasi perdarahan akut yang terjadi maka dilakukan tindakan pertama

seperti rest, ice, compression, elevation (RICE) pada lokasi perdarahan.


Kortikosteroid, pemberian kortikosteroid sangat membantu untuk menghilangkan
proses inflamasi pada sinovitis akut yang terjadi setelah serangan akut
hemartrosis. Pemberian prednisone 0,5-1 mg/kg BB/hari selama 5-7 hari dapat
mencegah terjadinya gejala sisa berupa kaku sendi(artrosis) yang menggangu

aktivitas harian serta menurunkan kualitas hidup pasien hemophilia.


Analgetika. Pemakaian analgetika diindikasikan pada pasien hemartrosis dengan
nyeri hebat, dan sebaiknya dipilih analgetika yang tidak mengganggu agregasi

trombosit (harus dihindari pemakaian aspirin dan antikoagulan)


Rehabilitasi medic

2. Terapi pengganti Faktor pembekuan


Pemberian factor pembekuan dilakukan 3 kali seminggu untuk menghindari
kecacatan fisik (terutama sendi) sehingga pasien hemophilia dapat melakukan
aktivitas normal. Namun untuk mencapai tujuan tsb dibutuhkan factor anti
hemophilia (AHF) yang cukup banyak dengan biaya yang tinggi.
Terapi pengganti factor pembekuan pada kasus hemophilia dilakukan dengan
memberikan FVIII atau FIX, baik rekombinan, konsentrat maupun komponen darah
yang mengandung cukup banyak factor-faktor pembekuan tsb. Pemberian biasanya
dilakukan dalam beberapa hari sampai luka atau pembengkakan membaik, serta
khususnya selama fisioterapi.
l. PENATALAKSANAAN
Tranfusi untuk perdarahan dan gunakan kriopresipitat faktor VIII dan IX, tranfusi di
lakukan dengan teknik virisidal yang di ketahui efektif membunuh virus-virus yang dapat
menyebabkan infeksi lain akibat tranfusi, dan di sebut sebagai standar terbaru tatalaksana
hemofilia yaitu FVIII rekombinan sehingga dapat menghilangkan resiko tertular virus.
1. Aspirasi hemartosis dan hindari imobilitas sendi
2. Konsultasi genetic.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


HEMOFILIA

5)

1.
2.
3.
4.
5.
6.

PENGKAJIAN
Identitas pasien
Keluhan utama
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit keluarga
Data focus
- Data subyektif
- Data obyektif

Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan


1) Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas
Tanda : kelemahan otot
2) Sirkulasi
Gejala : palpitasi
Tanda : kulit dan membran mukosa pucat, deficit saraf serebral/tanda perdarahan
serebral.
3) Eliminasi
Gejala : hematuria
4) Integritas Ego
Gejala : perasaan tak ada harapan, tak berdaya ,
Tanda : depresi menarik diri, ansietas
5) Nutrisi
Gejala : anoreksia, penurunan BB
6) Nyeri
Gejala : nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot.
Tanda : perilaku berhati-hati, gelisah, rewel

7) Kemanan
Gejala : riwayat trauma ringan, perdarahan spontanTanda : hematoma

6)

DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan pasien terlihat meringis
2. Gangguan aktivitas berhubungan dengan gerakan sendi terbatas ditandai dengan
pasien mengatakan kesulitan dalam bergerak
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan deformitas
4. Ansietas berhubungan dengan deformitas
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ansietas ditandai dengan pasien terlihat
gelisah

7)

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa
1

Dx 1

Tujuan dan Kriteria


Hasil
Setelah diberikan
asuhan keperawatan

Intervensi
- Kaji

skala

Rasional
nyeri - Untuk

dengan PQRST.

mengetahui

nyeri

klien

dan

diharapkan nyeri klien

mempermudah

berkurang/ hilang

menentukan

dengan KH :
a. Skala nyeri 0-3
b. Wajah klien tidak
meringis .

- Berikan

kompres

hangat/lembab

pada

tempat yang terjadi


inflamasi selama 20

untuk
dalam

intervensi

selanjutnya.
- Kompres
hangat
menyebabakan
dan

skala

dapat

vasodilatasi

menimbulkan

rasa

nyaman

menit
- Teknik
relaksasi
dan
- Ajarkan klien teknik
distraksi yang diajarkan
relaksasi
dan
kepada
klien,
dapat
distraksi.
membantu
dalam
mengurangi persepsi klien
terhadap

nyeri

yang

analgetik

dapat

dideritanya.
-Obat

-Kolaborasi

dalam

pemberian

obat

analgetik.

mengurangi
menghilangkan

Dx 2

Setelah diberikan

nyeri yang

diderita oleh klien.


-teknik

atau

menghemat

-intruksikan

klien

asuhan keperawatan

tentang

teknik

energy

diharapkan klien

penghematan

energi

keseimbangan antara suplai

menunjukkan

misalnya , melakukan

peningkatan

aktivitas

kemampuan

perlahan.
-Tingkatkan

bertoleransi aktivitas
dengan KH :
pasien dapat
memperlihatkan
peningkatan
kemampuan
bertoleransi dengan
gerakan sendi

aktivitas
latihan

rentang gerak sendi


dorongan

untuk

melakukan

aktifitas

/perawatan

bertahap

dapat
Berikan

,juga

membantu

dan kebutuhan oksigen.


- Tirah

melakukan

diri

penggunaan

dengan

sesuai toleransi , bantu

aktif/pasif
-Berikan

mengurangi

energy

jika

ditoleransi.
bantuan

baring

lama

dapat

menurunkan kemampuan .
Ini

dapat

terjadi

karena

keterbatasan aktivitas yang


mengganggu periode istirahat
- Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja
jantung

tiba-tiba.

Memberikan bantuan hanya


sebatas

kebutuhan

mendorong

akan

kemandirian

dalam melakukan aktivitas.

sesuai kebutuhan.
- Reaksi umum terhadap tipe
-Diskusikan tanda dan
3

Dx 3

Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama x jam
diharapkan dapat
memperbaiki citra
tubuh dan harga diri
klien dengan KH:

gejala

depresi

prosedur dan kebutuhan ini

dikenali dan di ukur


pasien /orang terdekat - Respon
negative
yang
-Yakinkan
diharapkan pada pasien dapat
perasaan/masalah
secara actual menyatakan
pasangan sehubungan
masalah pasangan tentang
dengan aspek seksual,
sedih pasien
dan
memberikan

- Pasien menunjukkan
gerakan kearah
penerimaan diri
dalam situasi

informasi

dan

dukungan
-Rujuk ke

pelayanan

- Pendekatan

sosial ,konseling dan


kelompok pendukung
sesuai kebutuhan

Setelah diberikan
asuhan keperawatan
4

Dx 4

selama x jam

dan teratasi dengan


KH:
Klien menyatakan

Dx 5

kerahasiaan

dalam

batasan situasi tetentu


-Berikan

lingkungan

terbuka dimana pasien


akan

merasa

aman

untuk mendiskusikan

perasaan dan cara sehat

menahan diri untuk

untuk menghadapi

berbicara
-Berikan
terapiutuk

asuhan keperawatan

klien

selama x jam

klien.
- Berikan

mengetahui tentang
penyakit yang diderita
oleh klien dengan
criteria hasil :
a. Klien dan keluarga
klien dapat

atau

memenuhi

kebutuhan

pasien

hati

untuk

tingkahlaku

lebih

kesempatan

penentraman
lanjut
bagi

dan
pasien

dan

merasa diterima pada kondisi


sekarang

tanpa

perasaan

dihakimi dan meningkatkan


perasaan

harga

diri

dan

kepada
keluarga

- Memudahkan
melakukan

dalam
prosedur

terapiutik kepada klien.

health - Klien dan keluarga klien

education
penyakitnya
klien

pada situasi yang diantisipasi


- Membantu pasien untuk

control
komunikasi

Setelah diberikan

keluarganya dapat

membantu

untuk memecahkan masalah

perasaan

diharapkan klien dan

dapat

koping
-Jamin pasien tentang - Memberikan

kesadaran tentang

penyakitnya

komprehensif

memelihara

diharapkan ansietas
klien dapat berkurang

secara

dan

klien.
-Diskusikan

mengenai
kepada

dapat mengetahui penyakit


yang diderita oleh klien.

keluarga
aturan - Meningkatkan

kerjasama

obat-obatan, interaksi,

dengan/

dan efek samping

kemungkinan untuk sukses

memahami proses
-Tekankan

peningkatan

dengan aturan terapeutik


perlunya - Memberi kesempatan untuk

penyakit klien.
b. Klien dan keluarga
klien mendapatkan

melanjutkan
perawatan

mengubah
kesehatan

dan evaluasi

memenuhi

aturan

kebutuhan

perubahan/individual

informasi yang
jelas tentang
penyakit yang
diderita oleh klien.
c. Klien dan keluarga
klien dapat
mematuhi proses
terapiutik yang
akan dilaksanakan.
8)

IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan

9)

EVALUASI
1.
2.
3.
4.

Nyeri berkurang, pasien tampak lebih rileks


Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan beraktivitas
Pasien terlihat lebih tenang dengan keadaanya
Pasien Menyadari Tentang Perasaan Dan Cara Sehat Untuk Menghadapi
Penyakitnya

5. Terpenuhinya pengetahuan tentang penyakit pasien

untuk

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary, dkk. 2008. Teori Askep Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
M. Lawrence Tierney, dkk. 2003. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2.
Jakarta: SalembaMedika.
Joyce M. Black & Hawks. 2005. Medical Surgical Nursing . Missouri Elsevier inc.
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi Anatomi Buku (1). PenerbitBukuKedokteran EGC:
Jakarta.
Budi, Santosa. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.
Wiliams Lippincott. 2003. Clinical Nurse 3 Minute. USA : Wolters Kluwer Company.
www.Purnama87.blogspot.com/2008_0501_archive.hml, diakses tanggal 30 Oktober 2011
www.hemofilia.or.id/koate.php, diakses tanggal 30 Oktober 2011
www.dr-heru-spa.co.cc/wordpress/?tag=koate, diakses tanggal 30 Oktober 2011
www.sigalayan.blogspot.com/2009/.../terapi-koate-harus-tepat.html,
Oktober 2011

diakses

tanggal

30

You might also like