You are on page 1of 16

PENGHITUNGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN PENGAMATAN

MORFOLOGINYA
LAPORAN

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah mikrobiologi


yang dibimbing oleh Dr. Endang Suarsini, M.S.

Disusun oleh:
Offering G
Kelompok 1
Afifah Nur Aini

(130342603484)

Ipraditya Langgeng Prayoga

(130342615328)

Khaizzatul Mufarrokhah

(130342615330)

Lailatul Qomariyah

(130342603489)

Muhammad Sholeh Al Qoyyim H.

(130342603485)

Try Yuni Andromeda

(130342603482)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
FEBRUARI 2014

A. Topik
Jumlah dan Morfologi Koloni Bakteri
B. Waktu Pelaksanaan
Hari: Selasa
Tanggal: 28 Januari 2014
Tempat: Laboratorium mikrobiologi Universitas Negeri Malang
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui jumlah koloni bakteri dari dari biakan murni berumur 24
jam.
2. Mempelajari morfologi koloni bakteri.
D. Dasar Teori
Bakteri
Bakteri adalah organisme bersel tunggal (uniseluler) yang hidup
bebas dan mampu bereproduksi sendiri. Bakteri tidak memiliki membran
inti sel (prokariotik). Sitoplasma bakteri dikelilingi oleh sebuah dinding sel
yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan.
Di dalam sitoplasma terdapat materi genetik, baik DNA maupun RNA, dan
struktur intrasel yang diperlukan untuk metabolisme energi (Corwin,
2009).

Pertumbuhan dan Perhitungan Koloni Bakteri


Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen
sel suatu makhluk hidup. Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan
sel. Pada makhluk hidup bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel
tidak akan menghasilkan penambahan jumlah individunya, tetapi hanya
mengakibatkan terbentuknya jaringan atau bertambah besarnya tubuh.
Pada makhluk hidup bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau
perbanyakan sel merupakan penambahan jumlah individu. Misalnya
pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan penambahan jumlah
bakteri itu sendiri. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus

dibedakan

antara

pertumbuhan

masing-masing

individu

sel

dan

pertumbuhan kelompok sel atau pertumbuhan populasi (Suharjono, 2006).


Fardiaz (1989) menyatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan
untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu
suspensi atau bahan, yang dapat dibedakan atas beberapa kelompok yaitu :
A. Perhitungan jumlah sel
1. Hitungan mikroskopik
2. Hitungan cawan
3. MPN (Most Probable Number)
B. Perhitungan massa sel secara langsung
1. Volumetrik
2. Gravimetrik
3. Kekeruhan (turbidimetri)
C. Perhitungan massa sel secara tidak langsung
1. Analisis komponen sel
2. Analisis produk katabolisme
3. Analisis konsumsi nutrien
Dari metode-metode tersebut, metode hitungan cawan paling
banyak digunakan. Metode cawan petri adalah metode perhitungan secara
tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang
dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu
indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel
(Penn, 1991).

Hal ini disebabkan metode hitungan cawan merupakan cara yang


paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba karena:
1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena
koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel dengan
penampakan pertumbuhan yang spesifik.
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel
mikrobia yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikrobia

tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1993).

Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri


Beberapa karakteristik utama bakteri adalah ukuran, bentuk,
struktur, dan penataan selnya. Menurut Darkuni (2001), ciri-ciri tersebut
termasuk ke dalam morfologi sel. Beberapa sifat morfologi bakteri sangat
penting dalam hubungannya dengan pertumbuhannya pada makanan dan
ketahanannya terhadap pengolahan makanan. Sifat-sifat tersebut misalnya
bentuk dan pengelompokan sel, susunan dinding sel, pembentukan kapsul,
flagella, dan endospora, serta sifat-sifat lainnya (Fardiaz, 1992).
Bakteri yang dapat diamati terbentuk oleh koloni. Koloni adalah
kumpulan dari mikrobia yang memilki kesamaan sifat-sifat seperti bentuk,
susunan, permukaan, dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menentukan
karakteristik individu dapat dilakukan dengan mengamati karakteristik
koloni.

Untuk

mengklasifikasi

suatu

mikroorganisme

sebaiknya

mengetahui karakteristik atau ciri-ciri dari mikroorganisme tersebut. Tentu


saja yang diteliti adlah karakteristik yang berasal dari biakan murni (pure
culture) yang hanya mengandung satu macam mikroorganisme (Darkuni,
2001).
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di
permukaan medium adalah (Dwidjoseputro, 1978) :
1. Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya serupa suatu titik,
namun ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.
2. Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang. Ada yang
tepinya rata, ada yang tidak rata.
3. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada pula yang timbul yaitu menjulang tebal di atas
permukaan medium.
4. Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada
yang permukaannya kasar dan tidak rata.

5. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada


yang permukaannya suram.
6. Warna. Kebanyakan koloni

bakteri

berwarna

keputihan

atau

kekuningan.
7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras dan
kering.

E. Alat dan Bahan


Alat:
Colony Counter
Bahan:
Biakan bakteri yang sudah berumur 24 jam

F. Cara Kerja
1. Menghitung jumlah koloni bakteri
Meletakkan cawan petri berisi biakan murni di atas plate count dengan
posisi terbalik.
Mengkalibrasi colony counter agar perhitungan kembali ke angka 0.

Menghitung jumlah koloni bakteri dengan menekankan pulpen khusus


di atas koloni pada cawan petri yang meninggalkan tinta hitam pada
koloni yang sudah dihitung.
Mencatat angka yang tertera pada layar colony counter sebagai jumlah
akhir dari koloni bakteri pada cawan petri itu.

2. Mengamati morfologi koloni bakteri


Mengambil cawan petri berisi biakan murni.
Menentukan satu koloni bakteri dalam cawan yang akan diamati
morfologinya.
Mengamati warna koloni, bentuk koloni dan tepi koloni dengan mata
telanjang.
Mengamati elevasi (kenaikan) koloni dengan memandang dari arah
samping cawan.
Mengarahkan cawan ke arah cahaya untuk melihat mengkilap atau
tidaknya permukaan koloni.
Mengamati kepekatan koloni dengan cara mengambil koloni dengan
jarum inokulasi yang sudah disterilkan.
Menghitung diameter koloni dengan menggunakan penggaris.
Mengulangi cara kerja di atas pada koloni lainnya.

G. Data
1. Menghitung jumlah koloni bakteri
Media 1 - Bakteri dari tangan
Asal
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
Kuadran V

1
179
166
34
17
0

2
226
61
157
54
3

Kelompok
3
4
104
607
80
356
35
293
16
125
2
44

5
334
394
200
45
3

6
107
92
356
17
1

Media 2 - Bakteri bebas


Asal
Kusen Kayu Jendela
(Lantai 1 Gedung O5)

Jumlah Koloni
74

2. Mengamati Morfologi Koloni Bakteri


Keterangan
Asal
Warna
Bentuk
Tepi
Elevasi
Mengkilat / Suram
Diameter
Kepekatan
Jumlah

Koloni Bakteri A
Kusen kayu jendela
Putih tulang
Bundar
Licin
Datar
Mengkilat
4 mm
Pekat
25

Koloni Bakteri B
Kusen kayu jendela
Putih tulang
Bentuk L
Berombak
Seperti tombol
Suram
5 mm
Tidak pekat
3

H. Analisis Data
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan bakteri biakan murni
berumur 1 x 24 jam pada dua media. Media 1 berisi lima kudran. Kuadran
I merupakan bakteri yang berasal dari ibu jari yang belum dicuci. Kuadran

II merupakan bakteri yang berasal dari telunjuk yang sudah dicuci dengan
sabun. Kuadran III merupakan bakteri yang berasal dari jari tengah yang
sudah diberi alkohol 70%. Kuadran IV merupakan bakteri yang berasal
dari jari manis yang sudah diberi lisol. Kuadran V tidak diberi perlakuan
(sebagai kontrol).
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan bakteri biakan murni
berumur 1 x 24 jam pada dua media. Media 1 berisi lima kudran. Kuadran
I merupakan bakteri yang berasal dari ibu jari yang belum dicuci. Kuadran
II merupakan bakteri yang berasal dari telunjuk yang sudah dicuci dengan
sabun. Kuadran III merupakan bakteri yang berasal dari jari tengah yang
sudah diberi alkohol 70%. Kuadran IV merupakan bakteri yang berasal
dari jari manis yang sudah diberi lisol. Kuadran V tidak diberi perlakuan
(sebagai kontrol).

Pada penghitungan jumlah koloni dengan colony counter, data dari


semua kelompok dikompilasi. Dari kelompok 1 didapatkan perhitungan
sebagai berikut: jumlah koloni terbanyak terdapat di kuadran I yakni 179
koloni, jumlah koloninya menurun di kuadran-kuadran selanjutnya, dan
tidak ditemukan lagi koloni bakteri di kuadran V.

Kel. 1
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV Kuadran V

Dari kelompok 2 didapatkan perhitungan sebagai berikut: jumlah


koloni terbanyak terdapat di kuadran 1 yakni 226 koloni, jumlah koloninya
menurun di kuadran II, IV dan V, terdapat kenaikan jumlah koloni di
kuadran III, dan jumlah koloni terkecil terdapat di kuadran V yakni 3
koloni.

Kel. 2
250
200
150
100
50
0
Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV Kuadran V

Dari kelompok 3 didapatkan perhitungan sebagai berikut: jumlah


koloni terbanyak terdapat di kuadran I yakni 104 koloni, jumlah koloninya
menurun di kuadran-kuadran selanjutnya, dan jumlah koloni terkecil
terdapat di kuadran V yakni 3 koloni.

Kel. 3
120
100
80
60
40
20
0
Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV Kuadran V

Dari kelompok 4 didapatkan perhitungan sebagai berikut: jumlah


koloni terbanyak terdapat di kuadran I yakni 607 koloni, jumlah koloninya
menurun di kuadran-kuadran selanjutnya, dan jumlah koloni terkecil
terdapat di kuadran V yakni 44 koloni.

Kel. 4
700
600
500
400
300
200
100
0
Kuadran I

Kuadran II Kuadran III Kuadran IV Kuadran V

Dari kelompok 5 didapatkan perhitungan sebagai berikut: jumlah


koloni terbanyak terdapat di kuadran II yakni 394 koloni, terjadi
penurunan jumlah koloni menuju kuadran III, IV dan V, terjadi kenaikan
jumlah koloni menuju kuadran II, dan jumlah koloni terkecil terdapat di
kuadran V yakni 3 koloni.

Kel. 5
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Kuadran I

Kuadran II Kuadran III Kuadran IV Kuadran V

Dari kelompok 6 didapatkan perhitungan sebagai berikut: jumlah


koloni terbanyak terdapat di kuadran III yakni 356 koloni, terjadi
penurunan jumlah koloni menuju kuadran II, IV dan V, terjadi kenaikan
jumlah koloni menuju kuadran III, dan jumlah koloni terkecil terdapat di
kuadran V yakni 1 koloni.

Kel. 6
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Kuadran I

Kuadran II Kuadran III Kuadran IV Kuadran V

Media 2 merupakan bakteri tangkapan dari kusen kayu jendela


yang ada di lorong lantai 1 gedung O5. Setelah dihitung dengan colony
counter, koloni bakteri berjumlah 74 koloni.

Pengamatan morfologi bakteri meliputi warna koloni, bentuk


koloni, tepi koloni, elevasi koloni, mengkilap atau tidaknya permukaan
koloni, diameter koloni, kepekatan koloni, dan jumlah koloni. Untuk
mengamati morfologi ini dipilih dua koloni yang akan diamati dari media
2 yang berisi bakteri tangkapan dari kusen kayu jendela. Pada koloni A
ditemukan ciri-ciri sebagai berikut: warn putih tulang, bentuk bundar, tepi
licin, elevasi datar, permukaan mengkilat, diameter 4 mm, saat diambil
dengan jarum inokulasi yang suudah disterilkan koloninya pekat, dan
berjumlah 25 koloni dalam satu cawan. Pada koloni B ditemukan ciri-ciri
sebagai berikut: warna putih tulang, bentuk L, tepi berombak, elevasi
seperti tombol, permukaan suram, diameter 5 mm, saat diambil dengan
jarum inokulasi yang suudah disterilkan koloninya tidak pekat, dan
berjumlah 3 koloni dalam satu cawan.

I. Pembahasan
Dalam praktikum ini sebagian besar data menunjukkan bahwa
jumlah koloni bakteri semakin berkurang pada daerah dengan nomor

kuadran yang lebih besar. Lima dari enam data yang membandingkan
kuadran I dengan kuadran II menunjukkan bahwa jumlah koloni bakteri
pada kuadran II lebih sedikit daripada kuadran I. Hal ini disebabkan
tangan yang sudah dicuci dengan sabun memiliki lebih sedikit bakteri
dibandingkan tangan yang belum dicuci.
Sabun

antiseptik

memiliki

komposisi

khusus

yang

dapat

menghambat perkembangan bakteri. Hal ini didukung oleh pernyataan


Ngan (2005) bahwa antiseptic merupakan bahan kimia yang mencegah
multiplikasi organisme pada permukaan tubuh, dengan cara membunuh
mikroorganisme tersebut atau menghambat pertumbuhan dan aktivitas
metaboliknya. Triclosan dan triclocarban merupakan senyawa yang paling
umum digunakan sebagai antiseptik pada sabun. Menurut Heath et al
(1999), triclosan menghambat biosintesis asam lemak pada bakteri dengan
cara menghambat kerja enzim enoyl-acyl carrier protein reductase.
Terhambatnya biosintesis asam lemak mengakibatkan membrane barkteri
kehilangan kekuatan dan fungsinya.
Tetapi, data dari kelompok 5 menunjukkan bahwa jumlah koloni
pada kuadran II lebih banyak dibandingkan kuadran I. Salah satu
kemungkinan yang menyebabkan hal itu adalah kurang lama dan kurang
meratanya pencucian tangan dengan sabun.
Empat dari enam data yang membandingkan kuadran II dengan
kuadran III menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada kuadran III lebih
sedikit daripada kuadran II. Hal ini disebabkan tangan yang diberi alkohol
70% memiliki lebih sedikit bakteri dibandingkan tangan yang hanya dicuci
dengan sabun.

Alkohol merupakan zat yang efektif dan dapat diandalkan untuk


sterilisasi dan disinfeksi. Hal ini didukung oleh pernyataan oleh Zaldi
(2009) bahwa alkohol mendenaturasikan protein dengan jalan dehidrasi
dan juga merupakan pelarut lemak, sehingga membrane sel bakteri akan

rusak dan enzim-enzim akan dinonaktifkan oleh alkohol. Dalam


praktikum ini, alkohol yang digunakan tidak murni, melainkan hanya
berkadar 70%. Konsentrasi alkohol ini cocok untuk menjadi disinfektan.
Sesuai dengan pernyataan lain oleh Zaldi bahwa etanol murni kurang daya
bunuhnya terhadap mikroba. Jika dicampur dengan air murni, efeknya
menjadi lebih baik.
Tetapi, jumlah koloni pada kuadran III lebih banyak dibandingkan
kuadran II berdasarkan data dari kelompok 2, dan lebih banyak
dibandingkan kuadran I dan II berdasarkan data dari kelompok 6. Salah
satu kemungkinan yang menyebabkan hal itu adalah kurang meratanya
pemberian alkohol terhadap tangan.
Keenam data yang membandingkan kuadran III dengan kuadran IV
menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada kuadran IV lebih sedikit
daripada kuadran III. Hal ini disebabkan tangan yang yang diberi lisol
memiliki lebih sedikit bakteri dibandingkan tangan yang diberi alkohol
70%.
Sama seperti alkohol, lisol juga dapat membunuh bakteri. Hal ini
didukung oleh Volk dan Wheeler (1992) bahwa mekanisme kerja lisol
dalam membunuh mikroorganisme adalah dengan merusak dinding dan
membran sitoplasma serta menyebabkan denaturasi protein sel. Daya
antimikrobial lisol lebih tinggi daripada alkohol. Sebagaimana Natalia
(2002) menyatakan bahwa pemakaian 2% lisol saja sudah dapat
memberikan hasil yang bagus sebagai desinfektan.

J. Kesimpulan
1. Dalam pengamatan dan penghitungan jumlah koloni bakteri dalam
praktikum ini digunakan metode plate count. Jumlah koloni bakteri
paling sedikit terdapat pada kuadran I, dimana bakterinya berasal dari

tangan yang belum dicuci. Dengan tidak memperhitungkan kuadran V,


jumlah koloni bakteri paling sedikit terdapat pada kuadran IV, dimana
bakterinya berasal dari tangan yang sudah diberi lisol.
2. Pengamatan morfologi bakteri meliputi warn koloni, bentuk koloni,
tepi koloni, elevasi koloni, mengkilat atau tidaknya permukaan koloni,
diameter koloni, kepekatan koloni, dan jumlah koloni.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Darkuni. 2001. Mikrobiologi. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz, Srikandi. 1989. Penuntun Praktik Mikrobiologi Pangan. Bogor: IPB
Press.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Fardiaz, Srikandi. 1993. Anlisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Heath, R.J.; Rubin, J.R.; Holland, D.R.; Zhang, E.; Snow, M.E.; Rock, C.O. 1999.
Mechanism of Triclosan Inhibition of Bacterial Fatty Acid Synthesis.
Natalia, Lily. 2002. Proteksi Vaksin Hidup Pasteurella multocida B:3,4 terhadap
Penyakit Septicaemia epizootic pada Sapi.
Ngan, V. 2005. Antiseptics. New Zaeland Dermatological Society Inc.
Penn, C. 1991. Handling Laboratory Microorganism. Milton Keynes: Open
University.
Suharjono. 2006. Komunitas Kapang Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS
Brantas pada Musim Kemarau. Malang: Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Brawijaya.
Volk, Wesley A.; Wheeler, Margaret F. 1992. Mikrobiologi Dasar. Jakarta:
Airlangga.
Zaldi. 2009. Faktor Lingkungan Abiotik dan Biotik yang Mempengaruhi Mikroba.
Pontianak:

Fakultas

Perikanan

Muhammadiyah Pontianak.

dan

Ilmu

Kelautan

Universitas

You might also like