Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah
menggunakan zat aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara
ilmiah, zat aditif makanan di definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan
dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Disini
zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap,
antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti gumpal
(Anonymous, 2008).
Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni
pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai
penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur
melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai
bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan
pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna
untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan.Hal ini jelas
sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat
pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan
oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan
disamping itu harga zat pewarna untuk industry jauh lebih murah
dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. (Hamdani, 2011).
Bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan terdiri
dari pewarna sintetis (buatan) dan pewarna natural (alami). Pewarna sintetis
terbuat dari bahan-bahan kimia, seperti tartrazin untuk warna kuning atau
allura red untuk warna merah.Kadang-kadang pengusaha yang nakal
menggunakan pewarna bukan makanan (non food grade) untuk memberikan
warna pada makanan. Demi mengeruk keuntungan, mereka menggunakan
pewarna tekstil untuk makanan. Ada yang menggunakan Rhodamin B
pewarna tekstil untuk mewarnai terasi, kerupuk dan minuman sirup. Padahal,
penggunaan pewarna jenis itu dilarang keras, karena bisa menimbulkan kanker
dan penyakit-penyakit lainnya. Pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk
makanan (food grade) pun harus dibatasi penggunaannya.
Hal ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka
terutama perkembangan otak. Karena kandungan bahan tambahan berbahaya
selain dapat merusak tubuh juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan sel otak bagi anak-anak. Pengaruh buruk dari adanya bahan
tambahan makanan berbahaya juga berdampak bagi orang dewasa. Jika orang
dewasa mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung zat
tambahan berbahaya dalam jangka waktu yang cukup lama maka akan
menimbulkan resiko timbulnya penyakit mematikan seperti kanker.
Dengan demikian praktikum ini di lakukan mahasiswa dan mahasiswi
untuk melakukan praktikum Pengawasan Mutu Pangan untuk melakukan
praktikum Identifikasi Zat Pewarna dalam makanan dan minuman karena
kandungan bahan tambahan pangan sangat berbahaya bagi siapa saja yang
mengkonsumsi dan tersebar dimana-mana.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa(i) dapat melakukan analisis zat pewarna dalam makanan
dan minuman.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat mempersiapkan alat dan bahan dalam melakukan uji pewarna
dalam minuman secara subjektif.
b. Mempraktekkan cara atau prosedur pengujian zat pewarna dalam
sampel minuman
c. Menginterpretasikan hasil pengujian zat pewarna dalam sampel
minuman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bahan Tambahan Makanan
Bahan Tambahan Makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan
sengaja
ke
dalam
makanan
dalam
jumlah
sedikit,
yaitu
untuk
Pewarna Alami
Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari hewan
dan tumbuh-tumbuhan seperti: karamel, coklat, daun suji, daun pandan dan
kunyit. Jenis-jenis pewarna alami tersebut antara lain:
1. Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang terdapat pada daun
2. Mioglobulin dan Hemoglobin; zat warna merah pada daging
3. Karotenoid; kelompok pigmen yang berwarna orange, merah orange
dan larut dalam lipid.
4. Anthosiamin dan Anthoxanthim; warna pigmen merah, biru violet
terdapat pada buah dan sayur-sayuran.
2.
Pewarna Buatan
Pewarna buatan memiliki kelebihan yaitu warnanya homogen dan
penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah yang
sangat sedikit. Akan tetapi kelemahannya adalah jika pada saat proses
terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya.
4. Reaksi Kimia
Cara reaksi kimia dilakukan dengan cara menambahkan pereaksipereaksi berikut :
a. HCL pekat
b. H2SO4 pekat
c. NaOH 10%
d. NH4OH 10%
e. Matriks
Keunggulan teknik analisa sederhana ini adalah :
1. Cara ini praktis untuk mengecek atau mengidentifikasi zat warna dalam
kemasan yang akan digunakan untuk mengolah makanan secara spesifik.
Bila akan menganalisis zat warna yang terdapat dalam makanan, harus
diekstraksi dulu sehingga mendapatkan larutan dengan konsentrasi 1 g/l
zat pewarna.
2. Para teknisi laboratorium dan lembaga konsumen, bahkan siswa SMA
serta konsumen awam, kini dapat dengan mudah, cepat dan sederhana
mendeteksi zat warna tekstil tersebut, bila diinginkan.
Keunggulan
lain
dari
metoda
sederhana
ini
adalah
tidak
C. Zat Pewarna
Aneka jenis pewarna ini ada yang berupa bubuk, pasta atau cairan. ada
dua jenis zat pewarna yaitu certified color dan unceretified color. Certified
color merupakan zat pewarna sintetik yang terdiri dari dye dan lake, sedangkan
uncertified color adalah zat pewarna yang berasal dari bahan alami (Setiawan,
1992).
1. Certified Color (pewarna sintesis)
Ada 2 macam yang tergolong Certified Color yaitu Dye dan Lake.
Keduanya adalah zat pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan
dye telah melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang telah ditetapkan
oleh Food and Drug Administration (FDA). Sedangkan zat pewarna lake
yang hanya terdiri dari 1 warna dasar, tidak merupakan warna campuran,
juga harus mendapat sertifikat. Dalam certified color terdapat spesifikasi
yang mencantumkan keterangan penting mengenai zat pewarna tertentu,
misalnya berbentuk garam, kelarutan dan residu yang terdapat didalamnya
(Sumarlin, 2010).
a. Dye
Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan
larutannya dapat mewarnai. Pelarut yang dapat digunakan selain air
adalah gliserin, alkohol dan propilenglikol. Dye juga dapat diberikan
dalam bentuk kering apabila proses pengolahan produk tersebut
kemudian ternyata menggunakan air. Dye terdapat dalam bentuk bubuk,
butiran, pasta maupun cairan yang penggunaannya tergantung dari
kondisi bahan, kondisi proses dan zat pewarnanya sendiri ((Sumarlin,
2010).
10
air
11
asetat, tetapi agak luntur oleh cahaya agak tahan terhadap HCl 10%,
tetapi menjadi berwarna kehijauan, sedangkan dalam HCl 30% akan
membentuk warna merah anggur(Jana, 2007).
a) FD&C Green No 3 (Fast Green) No Indeks 42053
Tepung zat warna ini berwarna ungu kemerahan atau ungu
kecoklatan dan bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau
kebiruan. Zat ini juga larut dalam alkohol 95%, tetapi lebih mudah
larut dalam campuran air dan alkohol. Zat ini juga larut dalam gliserol
dan glikol. Fast Green agak mudah luntur dengan adanya cahaya dan
tidak tahan terhadap HCl 30%, bila ditambahkan alkali, akan
berwarna ungu. kontak dengan Cu akan menjadikan warna coklat.
b) FD&C Violet No 1 (Benzylviolet 4B)
Zat pewarna ini berbentuk tepung berwarna ungu, larut dalam
air, gliserol, glikol dan alkohol 95%. Menghasilkan warna ungu cerah,
tidak larut dalam minyak dan eter. Zat pewarna ini mudah luntur oleh
cahaya, sedangkan terhadap asam asetat agak tahan(Jana, 2007).
3) Fluorescein
a) FD&C Red No 3 (Erytrosine) No Indeks 45430
Zat pewarna ini termasuk golongan Fluorescein. Berupa tepung
coklat larutannya dalam alkohol 95% menghasilkan warna merah
yang berfluoresensi sedangkan larutannya dalam air berwarna merah
cherry tanpa fluoresensi. Larut dalam gliserol dan glikol, bersifat
kurang tahan terhadap cahaya dan oksidator, tetapi tahan terhadap
reduktor dan NaOH 10% (Jana, 2007).
4) Sulfonated Indigo
a) FD&C Blue No 2 (Indigotin/Indigo Carmine) No Indeks 73015
Indigotine merupakan tepung berwarna biru, coklat, kemerahmerahan, mudah laut dalam air dan larutannya berwarna biru. Larut
dalam gliserol dan glikol, sedikit larut dalam alkohol 95%. Zat warna
ini sangat tidak tahan terhadap cahaya, karena itu warnanya cepat
menghilang (Jana, 2007).
12
b. Lake
FD&C
Lake
diizinkan
pemakainnya
sejak
tahun
1959,
dan
Indeks Warna
41000
75520
11020
13
27755
77491
11270
14270
12156
13015
42085
13065
12100
12170
11380
11390
16230
15980
15970
16155
14700
16290
45170
12055
14815
42640
Tabel 2. Jenis pewarna sintesis pada produk makanan dan batas maksimum
penggunaannya
No.
Nama BTM
1.
Biru berlian
Coklat HT
Eritrosin
Batas Maksimum
penggunaan
Kapri kalengan, ercis
100 mg 300 mg /
kalengan, es krim, jem, acar
kg
ketimun dalam botol, saus
apel kalengan, makanan lain,
jeli
Minuman ringan, makanan 70 mg 300 mg /
lain, makanan cair
kg
Es krim, buah pir
15 mg 300 mg /
14
Hijau FCF
Hijau S
Indigotin
Karmiosin
Kuning FCF
Kuning kuinolin
10
Merah Alura
kg
100 mg 300mg /
kg
70 mg 300 mg /
kg
6 mg 300 mg /
kg
57 mg 300 mg /
kg
12 mg 300 mg /
kg
50 mg 300 mg /
kg
70 mg 300 mg /
kg
30 mg 300 mg /
kg
18 mg 300 mg /
kg
15
Gambar .Rhodamin B
Molekul C28H31ClN2O3. Bobot Molekul (BM) 479. Titik Lebur 1650C.
Kelarutan sangat larut dalam air dan alkohol; sedikit larut dalam asam
hidroklorida dan natrium hidroksida (Trestiati, 2003).
Rhodamin B adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk kristal
berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada
konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah
(Trestiati, 2003). D & C Red 19 termasuk golongan pewarna xanthene basa.
Rhodamin B dibuat dari meta-dietilaminofenol dan ftalik anhidrid. Kedua
bahan baku ini bukanlah bahan yang boleh dimakan. Rhodamin B dapat
digunakan untuk pewarna kulit, kapas, wool, serat kulit kayu, nilon, serat
asetat, kertas, tinta dan vernis, sabun, dan bulu (Trestiati, 2003).
Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B antara lain warna
kelihatan cerah (berwarna-warni) sehingga tampak menarik, ada sedikit rasa
pahit (terutama pada sirup atau limun), muncul rasa gatal di tenggorokan
setelah mengkonsumsinya, dan baunya tidak alami sesuai makanannya.
Sedangkan tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B secara
langsung yaitu jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran
pernapasan, jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit, jika
terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, jika tertelan dapat
menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah
muda (Trestiati, 2003)..
16
17
2
3
4
Nama BTM
Anato
-Apo-8
karotenal
Etil -Apo-8
karotenoat
Kantaxantin
Karamel,
ammonia sulfit
process
Karamel
Karmin
-karoten
8
9
10
Klorofil
Klorofil tembaga
Batas Penggunaan
Maksimun
100 mg 600 mg /
kg
100 mg 200 mg /
kg
100 mg 200 mg /
kg
30 mg 60 mg / kg
150 mg 3 g / kg
150 mg 300 mg /
kg
20 mg / kg
100 mg / kg
200 mg / kg
100 mg 300 mg /
18
11
12
13
Complex
Kurkumin
Riboflavin
Titanium
Dioksida
Sumber : SNI, 1992.
kg
500 mg / kg
50 mg 300 mg /
kg
Secukupnya
19
20
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Erlenmeyer
Cawan petri
Corong
Neraca Analitik
Hot Plate
Labu ukur
Gelas ukur
Gelas beker
Pipet tetes
Kertas PH
3.1.2 Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
Aquades
NaOH 10 %
HCL 0,05 N
HCL pekat
H2SO4
21
f. NH4OH 12 %
g. Tissue
22
Pewarna
Rhodamin B
Amaranth
HCL pekat
Orange
Lebih gelap
H2SO4 pekat
Kuning
Ungu kecoklatan
NaOH 10 %
Lebih biru
Coklat keruh
NH4OH 12%
Lebih kebiruan
Sedikit berubah
Eritrosine
Tartrazine
Fast green FCF
Aniline yellow
Orange G
Orange-kuning
Lebih gelap
Orange
Violet-merah
Sedikit berubah
Orange-kuning
Lebih gelap
Hijau-coklat
Orange-kuning
Orange
kemerahan
Tidak berubah
Sedikit berubah
biru
Sedikit berubah
Coklat kusam-
Tidak berubah
Sedikit berubah
Biru
Tidak berubah
Tidak berubah
Acid violet 6B
Kuning
Kuning
merah
Kuning
Lebih kebiruan
Azoflavine
Acid yellow
Methyl violet
kecoklatan
Merah violet
Merah
kekuningan
kecoklatan gelap
Merah Violet
Orange
kekuningan
Coklat kusam
Sedikit berubah
decolorized
Sedikit berubah
Sedikit berubah
Almost
orange
decolorized
orange
Tumeric
Merah
Coklat
kemerahan
Tabel 1 Uji Identifikasi Zat Pewarna Sintetis
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
A. Hasil
Sampel minuman
Corong
Gelas beker
Pipet
Benang wol
Cawan Petri
Gelas ukur
25
B. Pembahasan
Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki
atau memberi warna pada makanan. Zat warna adalah senyawa organik
berwarna yang digunakan untuk memberi warna suatu objek (Jana, 2007).
Pewarna
buatan
memiliki
kelebihan
yaitu
warnanya
homogen
dan
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum Identifikasi zat pewarna sintetis bahwa Hasil yang
didapatkan pada praktikum tidak terjadi perubahan warna pada tiap benang wol
yang menunjukkan kemungkinan pada minuman tersebut tersebut terlihat jelas
bahwa produk minuman tersebut terdapat penambahan pewarna di dalam proses
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,2008. Mengenal sekilas tentang zat aditif pewarna makanan.
http://smk3ae.wordpress.com/20/08/10/16/mengenal-sekilas-tentang-za-aditifpewarna-makanan. Diaskes tanggal 11 desember 2013 pukul 18.00 wib
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta.
28
29