You are on page 1of 15

Dasar, Prinsip, dan Teknik

dalam Bedah Plastik

Epidermis

Anatomi Kulit
1. Berlapis, berkeratin, dan avaskular
2. Stratum korneum: Lapisan keratin yang hampir aseluler
3. Stratum lusidum: Lapisan sel-sel mati tanpa inti sel
4. Stratum granulosum: Sitoplasma mengandung granula
yang akan berkontribusi dalam pembentukan keratin
5. Stratum spinosum: Desmosom menghubungkan sel-selnya
sehingga tampak seperti duri
6. Stratum germinativum (lapisan basal)
a. Hemidesmosom menghubungkan sel-sel basal dengan
membran basal
b. Melanosit menghasilkan melanin, yang akan difagosit
oleh keratinosit di sekitarnya

Dermis

1. Papila dermis: lapisan tipis superfisial yang terdiri atas


jaringan vaskular longgar
2. Retikula dermis: lapisan tebal yang lebih dalam, kurang
vaskular
3. Mengandung fibroblas, adiposit, makrofag, kolagen, dan
substansi dasar
4. Terdapat kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar
sebasea, ujung saraf, dan pembuluh darah
5. Pembuluh darah berasal dari aa. perforator keluar dari otot
menembus fascia atau langsung sebagai pembuluh arteri
kulit direkta

Adneksa

A. Folikel rambut
1. Adanya pertumbuhan sel-sel epidermis ke dalam
jaringan dermis dan subkutan di sekeliling rambut
2. Kelenjar sebasea yang berdekatan bersekresi ke folikel
rambut
3. Dipertahankan pada thick split-thickness skin graft;
dapat mengubah diri menjadi epitel kulit permukaan
B. Kelenjar keringat ekrin
1. Struktur sekretori bentuk kumparan pada jaringan
subkutan, dengan satu saluran yang menuju permukaan
2. Berkurang atau tidak ada pada skin graft, sehingga kulit
menjadi kering; ada pada kulit hasil skin graft
C. Kelenjar keringat apokrin
1. Ditemukan di daerah aksila dan inguinal
2. Bersekresi ke folikel rambut
3. Aktif saat pubertas

GS

Gambar 1. Penampang kulit, terdiri atas: (1) stratum korneum , (2) epidermis,
(3) dermis, (4) kelenjar sebasea, (5) folikel rambut, (6) pleksus papila dermis,
(7) arteri kutaneus direkta, (8) a. Perforator yang menghidupi satu area, (9)
fascia dan otot, (10) kelenjar keringat, (11)korpus Paccini
D. Semua struktur adneksa menjadi sumber epitelisasi pada
luka partial-thickness

Kolagen pada
kulit

A. Terdapat 13 tipe, dengan tipe predominan sebagai berikut:


1. Tipe I: kulit, tendon, dan parut yang matang (4:1 tipe I-III)
2. Tipe II: Tulang rawan
3. Tipe III: Pembuluh darah dan parut yang belum matang
4. Tipe IV: membran basal
B. Terdapat prokolagen yang merupakan rantai asam amino
tunggal
C. Tropokolagen adalah tiga rantai prokolagen dihubungkan
oleh ikatan disulfida, membentuk triple helix
1. Disekresi sel, dan bergabung membentuk filamen
2. Filamen bergabung membentuk fibril, yang kemudian
bergabung membentuk serat
D. Vitamin C (asam askorbat): koenzim dalam hidroksilasi
prolin dan lisin, yaitu asam-asam amino yang membantu
cross-linking kolagen

Penyembuhan
Luka
Normal

Luka dan
Penyembuhannya
A. Penutupan luka
I. Penutupan primer: luka ditutup segera setelah ada luka
II.

Penutupan primer tertunda

1. Luka dibiarkan terbuka beberapa hari (sampai 3 hari)


sebelum ditutup
2. Mengurangi risiko infeksi pada luka yang terkontaminasi
berat, pada luka yang tidak mampu dilakukan
debridement dengan baik, atau karena perdarahan yang
tidak dapat dikuasai
III. Penutupan sekunder
1. Luka menutup sendiri setelah ada epitelisasi dari
samping
2. Sesuai untuk luka yang terinfeksi atau terkontaminasi
3. Memungkinkan drainase eksudat
4. Memungkinkan debridement saat penggantian penutup
luka
5. Proses inflamasinya memanjang, meningkatkan
terjadinya parut yang hipertrofik dan kontraktur
IV. Penutupan pada kehilangan epitel kulit misalnya pada
luka bakar derajat 2 atau luka donor split thickness skin
graft
B. Penutupan luka dari I sampai IV dikenali dengan keringnya
bekas luka, karena telah ada epitel yang menutupi luka
tersebut. Luka biasanya mengering antara 7 hari sampai
beberapa minggu. Luka yang kering bukan berarti sembuh,
yang dimaksud dengan sembuh adalah bila telah melalui
proses remodelling antara 6 bulan sampai 1 tahun, bahkan
bisa mencapai 2 tahun lamanya.
C. Luka telah benar-benar sembuh apabila dijumpai halhal sebagai berikut:
1. Gatal sangat berkurang
2. Warna kemerahan tidak ada lagi
3. Lebih rata dan menipis
4. Bila ditekan teraba lemas/ lunak
Fase penyembuhan luka
A. Fase inflamasi
1. Dimulai saat mulai terjadi luka, bertahan 2 hingga 3 hari
2. Diawali dengan vasokonstriksi untuk mencapai
hemostasis (epinefrin dan tromboksan)
3. Trombus terbentuk dan rangkaian pembekuan darah
diaktifkan, sehingga terjadi deposisi fibrin

4. Keping darah melepaskan platelet-derived growth factor


(PDGF) dan transforming growth factor (TGF-) dari
granula alfa, yang menarik sel-sel inflamasi, terutama
makrofag
5. Setelah hemostasis tercapai, terjadi vasodilatasi dan
permeabilitas pembuluh darah meningkat (akibat
histamin, platelet-activating factor, bradikinin,
prostaglandin I2, prostaglandin E2, dan nitrit oksida),
membantu infiltrasi sel-sel inflamasi ke daerah luka
6. Jumlah neutrofil memuncak pada 24 jam dan membantu
debridement
7. Monosit memasuki luka, menjadi makrofag, dan
jumlahnya memuncak dalam 2 hingga 3 hari
8. Sejumlah kecil limfosit juga memasuki luka, akan tetapi
perannya tidak diketahui
9. Makrofag menghasilkan PDGF dan TGF- , akan menarik
fibroblas dan merangsang pembentukan kolagen
B. Fase proliferasi
1. Dimulai pada hari ke-3, setelah fibroblas datang, dan
bertahan hingga minggu ke-3
2. Fibroblas: ditarik dan diaktifkan PDGF dan TGF- :
memasuki luka pada hari ke-3, mencapai jumlah
terbanyak pada hari ke-7
3. Terjadi sintesis kolagen (terutama tipe III),
angiogenesis, dan epitelisasi
4. Jumlah kolagen total meningkat selama 3 minggu,
hingga produksi dan pemecahan kolagen mencapai
keseimbangan, yang menandai dimulainya fase
remodelling
C. Fase remodelling
1. Peningkatan produksi dan penyerapan kolagen
berlangsung selama 6 bulan hingga 1 tahun
2. Kolagen tipe I menggantikan kolagen tipe III hingga
mencapai perbandingan 4:1 (seperti pada kulit normal
dan parut yang matang)
3. Kekuatan luka meningkat sejalan dengan reorganisasi
kolagen sepanjang garis tegangan kulit dan terjadinya
cross-link kolagen
4. Penurunan aktivitas pembuluh darah
5. Fibroblas dan miofibroblas menyebabkan kontraksi luka
selama fase remodelling

Penyembuhan di jaringan tertentu


A. Kulit
1. Selain pembentukan jaringan penyambung dan kontraksi
luka, terjadi epitelisasi
2. Selapis sel tumbuh dari tepi luka (dan struktur adneksa
pada luka partial-thickness), kemudian membentuk
lapisan-lapisan setelah lapisan pertama lengkap
3. Luka partial-thickness mengalami reepitelisasi selama
satu hingga beberapa minggu, bergantung pada
kedalaman luka dan banyaknya struktur adneksa yang
tersedia.
4. Bila epitelisasi menjadi lebih panjang, misalnya pada
penyembuhan sekunder atau pada luka partial-thickness
dalam atau luka bakar, fase inflamasi bertahan lebih
lama sehingga produksi kolagen dan kontraksi luka
meningkat
B. Tulang
1. Pada lokasi fraktur terjadi fase inflamasi dengan adanya
invasi neutrofil dan makrofag
2. Osteoinduksi: sel-sel prekursor di endosteum,
periosteum, dan jaringan sekitarnya menjadi osteoblas
3. Osteokonduksi: Osteoblas memasuki daerah fraktur
4. Pembentukan kalus yang mengandung fibroblas,
osteoblas, dan sel-sel lainnya
5. Kondroblas menghasilkan substansi dasar, fibroblas
menghasilkan kolagen, dan osteoblas menghasilkan
hidroksi apatit
6. Aposisi tulang dan penulangan endokondral terjadi
7. Pada awalnya kalus terdiri atas anyaman tulang yang
tidak terorganisir, kemudian terjadi remodelling oleh
osteoklas dan osteoblas menjadi tulang lamelar
8. Semakin fraktur terfiksasi kaku dan tereduksi,
pembentukan kalus dan osifikasi endokondral semakin
sedikit, penyembuhan selanjutnya berlangsung terutama
dengan aposisi
9. Setelah remodelling selesai, struktur tulang yang telah
menyembuh sama dengan tulang normal, tanpa parut
pada tulang
C. Tendon
1. Tendon mengalami penyembuhan melalui kombinasi dua
mekanisme, yaitu penyembuhan intrinsik dan ekstrinsik
2. Penyembuhan intrinsik:
a. Fase inflamasi minimal

b. Sel-sel epitenon berpindah ke lokasi cedera dan mulai


menghasilkan kolagen, seperti fibroblas
c. Penyembuhan intrinsik meningkat dengan adanya
pergerakan tendon
3. Penyembuhan ekstrinsik
a. Terjadi fase inflamasi, proliferasi, dan remodelling
b. Setelah hemostasis, sel-sel inflamasi memasuki luka
c. Fibroblas tertarik dan menghasilkan kolagen, yang
kemudian mengalami remodelling
d. Terjadi adhesi antara daerah yang cedera dengan
daerah sekitarnya, dan berfungsi sebagai jalur migrasi
sel dan revaskularisasi
e. Adhesi yang terjadi pada penyembuhan ekstrinsik
meningkat dengan imobilisasi
D. Saraf
1. Akson di distal cedera akan difagosit oleh makrofag dan
sel Schwann (terjadi degenerasi Wallerian)
2. Akson proksimal menghasilkan satu atau lebih serat
regenerasi bermielin dengan pusat pertumbuhan pada
ujung masing-masing serat, secara keseluruhan serat
regenerasi tersebut disebut unit regenerasi saraf
3. Unit regenerasi tumbuh ke arah distal, diarahkan oleh
faktor-faktor kimiawi lokal
E. Hati
1. Hati adalah satu-satunya organ dewasa yang mengalami
regenerasi
2. Seluruh sel di hati, termasuk hepatosit, sel bilier, dan
sel-sel lainnya, terlibat dalam menciptakan kembali
susunan hati yang normal secara histologis tanpa
terbentuk parut
3. Parut (sirosis) terjadi pada kerusakan kronik atau parah
Kekuatan Mekanik Bekas Luka
A. Luka memiliki kekuatan yang kecil pada 2-3 minggu
pertama (fase inflamasi dan proliferasi)
B. Pada minggu ke-3, kekuatan luka meningkat karena adanya
remodelling
C. Luka memiliki 50% kekuatannya pada saat 6 minggu, dan
sisanya dalam beberapa minggu setelahnya
D. Kekuatan terus bertambah perlahan hingga 6-12 bulan
E. Kekuatan maksimal adalah +75% jaringan biasa

Penyembuhan luka pada janin


A. Kulit umumnya mengalami regenerasi tanpa parut, hal ini
terbatas pada dua trimester pertama
B. Banyak aspek jaringan pada janin dan lingkungan yang
dapat berkontribusi pada penyembuhan tanpa parut
1. Lingkungan bayi (cairan amnion) steril
2. Cairan amnion mengandung faktor pertumbuhan dan
molekul matriks ekstrasel
3. Fase inflamasi minimal, makrofag diduga sebagai sel
pengorganisasi utama upada proses penyembuhan fetus
4. Faktor pertumbuhan dan sitokin berbeda pada fetus,
meski maknanya tidak diketahui

Gangguan
Penyembuhan
Luka

Faktor lokal
A. Insufisiensi arteri
1. Iskemia lokal menyebabkan terhambatnya produksi
kolagen dan terjadi infeksi
2. Pemeriksaan ankle-brachial index harus dilakukan pada
pasien dengan luka di tungkai bawah dan pada pasien
dengan risiko insufisiensi vaskuler
3. Koreksi kelainan yang mendasari iskemi dengan graft
pintas atau penggunaan stent sebelum penyembuhan
cedera iskemik dapat berlangsung
B. Insufisiensi vena
1. Peningkatan tekanan vena menyebabkan ekstravasasi
protein dan mengurangi difusi oksien
2. Peningkatan tekanan vena dapat menyebabkan edema
C. Edema
1. Menyebabkan iskemi dengan cara meningkatkan volume
ekstrasel, mengurangi difusi dan konsentrasi oksigen
2. Penting untuk melakukan kompresi dan elevasi
D. Infeksi
5

1. Infeksi invasif terjadi bila kuantitas bakteri lebih dari 10


per gram jaringan

a. Penyembuhan terganggu akibat berbagai mekanisme,


termasuk peningkatan pemecahan kolagen dan
berkurangnya epitelisasi
b. Pembentukan parut hipertrofi meningkat
c. Penutupan menggunakan graft atau flap sulit berhasil
d. Luka terinfeksi yang terbuka harus ditangani dengan
antibiotik yang tepat dan dilakukan debridemen
5
hingga konsentrasi bakteri kurang dari 10 sebelum

Faktor sistemik
A. Diabetes mellitus
1. Gangguan mikrovaskular dan makrovaskular yang
berhubungan dengan diabetes mellitus dapat
menyebabkan iskemi lokal
2. Hemoglobin terglikosilasi memiliki afinitas terhadap
oksigen lebih tinggi dari normal, sehingga pengantaran
oksigen terganggu
3. Fungsi neutrofil terganggu, sehingga kemungkinan
mendapat infeksi meningkat
4. Neuropati perifer menyebabkan peningkatan lama dan
kuat tekanan pada jaringan karena sinyal untuk
mengurangi nyeri dan tekanan berkurang atau tidak ada
5. Bila luka memiliki vaskularisasi yang baik dan gula darah
terkendali (<180 mg/dL), luka operasi pada pasien
diabetes dapat sembuh secara baik
B. Malnutrisi
1. Persediaan protein yang cukup penting pada
penyembuhan luka
a.Kadar albumin normal lebih dari 3,5 g/dL
b.Usia paruh albumin adalah 20 hari, sehingga tidak
menggambarkan perubahan nutrisi protein akut
c.Pengukuran kadar prealbumin lebih baik untuk
mengetahui perubahan nutrisi protein akut karena
usia paruhnya lebih singkat (2-3 hari)
d.Kadar prealbumin kurang dari 17 g/dL (normal 17-45)
menandakan adanya malnutrisi protein
2. Orang dewasa sehat tanpa luka memerlukan 35 kcal per
kg per hari untuk mempertahankan berat badan, dan
memerlukan 0,8-2 gram protein per kg per hari
3. Kebutuhan kalori dan protein meningkat pada penderita
luka kronik, cedera yang luas, dan luka bakar
4. Secara umum penutupan luka kronik tidak boleh
dilakukan kecuali kadar albumin pasien di atas normal
C. Defisiensi vitamin dan mineral
1. Vitamin C, Cu, zat besi, tiamin, dan zinc penting dalam
penyembuhan luka
2. Pemberian suplemen vitamin atau mineral jarang
diperlukan dan tidak memperbaiki penyembuhan luka
kecuali jika diketahui ada defisiensi yang spesifik
a. Defisiensi vitamin C menyebabkan skorbut, dan
gangguan penyembuhan luka karena berkurangnya
cross-linking kolagen

10

b. Tidak ada bukti bahwa pemberian vitamin C


meningkatkan penyembuhan luka pada pasien tanpa
skorbut
3. Pemberian vitamin A dapat menguntungkan meski tanpa
defisiensi. Pemberian vitamin A baik secara oral maupun
topikal (bersama dengan antimikroba topikal) dapat
mengurangi beberapa efek merugikan glukokortikoid
pada penyembuhan luka
D. Kemoterapi
1. Dengan menghambat kemampuan sumsum tulang untuk
menghasilkan sel-sel inflamasi, fase inflamasi pada
penyembuhan luka terhambat
2. Infeksi luka juga meningkat
E. Merokok
1. Merokok meningkatkan karboksihemoglobin, sehingga
mengurangi pengantaran oksigen ke jaringan perifer
2. Nikotin, termasuk patch dan permen karet nikotin,
menyebabkan vasokonstriksi perifer
3. Nikotin dapat menghambat penerimaan flap dan skin
graft, di mana sangat dibutuhkan vaskularisasi
4. Agar hasil optimal, pasien harus berhenti merokok
setidaknya 2 minggu sebelum pembedahan dan tidak
merokok hingga luka sembuh
5. Kadar kotinin pada urin dapat diukur praoperasi untuk
melihat kepatuhan pasien
F. Penuaan
1. Berkurangnya fase inflamasi pada orang tua
menghambat proses penyembuhan
2. Baik kulit yang sehat maupun luka berkurang
kekuatannya
3. Penuaan saja tidak menghambat penyembuhan luka,
tapi dapat berkontribusi pada gangguan penyembuhan
luka bila dikombinaiskan dengan faktor lainnya
4. Mengingat fase inflamasi berkurang, parut hipertrofik
jarang terjadi
G. Glukokortikoid
1. Menghambat fase inflamasi pada penyembuhan luka
2. Menghambat sintesis kolagen oleh fibroblas,
mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka
3. Penyembuhan dapat diperbaiki dengan pemberian
vitamin A

11

Luka Kronik

I. Luka kronik adalah luka yang tidak menyembuh dalam


waktu kurang lebih 3 bulan, contohnya adalah ulkus
dekubitalis, ulkus diabetik, luka yang mengalami desikasi
(pengeringan) lama, ulkus stasis vena, ulkus radiasi, luka
traumatik atau luka operasi lama
II. Penatalaksanaan:
A. Debridement yang adekuat: luka kronik umumnya
memiliki banyak jaringan parut, debris, dan jaringan
nekrotik yang menghambat penyembuhan
B. Penanganan infeksi:
1. Pada luka kronik harus dicurigai adanya infeksi
2. Kultur jaringan dan perhitungan kuantitatif sebaiknya
dilakukan
C. Penutupan luka yang baik
1. Desikasi adalah faktor yang seringkali menyebabkan
gangguan penyembuhan luka dan epitelisasi pada
luka kronik
2. Penutup luka harus dapat menjaga luka tetap lembab
dan tidak terjadi desikasi
3. Penutup luka juga dapat digunakan untuk melakukan
debridement, memberikan antibiotik, atau menyerap
eksudat sesuai keadaan luka
D. Penanganan faktor lokal dan sistemik yang dapat
menghambat penyembuhan luka, misalnya gangguan
vaskular, edema, diabetes, malnutrisi, tekanan lokal, dan
gravitasi
E. Penggunaan vacuum assisted closure (VAC)
1. VAC adalah suatu pendekatan noninvasif yang
bertujuan membantu penutupan luka melalui
pemberian secara topikal tekanan sub-atmosferik atau
tekanan negatif ke permukaan luka
2. Mekanisme kerja VAC adalah mengurangi eksudat,
merangsang angiogenesis, mengurangi kolonisasi
bakteri, dan meningkatkan pembentukan jaringan
granulasi
3. Keuntungan menggunakan VAC adalah kita dapat
menutup luka dengan lebih cepat, bahkan pada luka
yang kecil dapat epitelisasi sendiri

12

Keloid

Definisi

Keloid adalah jaringan parut yang tumbuh melebihi area luka/


cedera pada kulit yang menyembuh. Keloidosis adalah keloid
multipel atau pertumbuhan berulang keloid meski tidak pada
tempat yang sama.

Etiologi

Dapat timbul pada luka/cedera pada kulit, pada pembedahan,


luka traumatik, daerah vaksinasi, terbakar, cacar, jerawat atau
goresan kecil sekalipun. Terdapat peran growth factor pada
pembentukan keloid, yaitu peningkatan kadar TGF-.

Insiden

Lebih sering pada wanita muda dan ras afroamerika.


Kebanyakan awalnya berbentuk datar dan kurang diperhatikan
selama beberapa tahun/ periode awal keloid. Risiko terjadinya
keloid pada kulit berwarna 15x daripada kulit putih.

Predileksi

Predileksi pada dada, deltoid dan lobulus telinga. Iritasi karena


garukan atau gesekan baju, bisa memperluas keloidnya.
Paparan matahari selama tahun pertama pembentukan keloid
menyebabkan warna lebih gelap pada daerah sekitarnya di
kulit. Warna gelap dapat menjadi permanen.

Tanda dan
Gejala

Pada lesi kulit: warna keloid seperti otot, kemerahan atau


merah muda. Berbentuk nodular atau berkelompok. Dapat
gatal dan nyeri selama pertumbuhannya. Benjolannya lebih
besar dari luka awal sehingga berbentuk seperti bunga kol.

Pemeriksaan

Diagnosis berdasarkan penampakan pada kulit atau bekas


luka. Biopsi kulit bisa diperlukan untuk menyingkirkan
kelainan pertumbuhan kulit lainnya (tumor).
GS

GS

Gambar 2. Kiri: Keloid residif di dada perlu dikecilkan dengan operasi, Kanan:
Setelah operasi pengecilan massa dilanjutkan terapi kombinasi lainnya, bisa dipilih
injeksi steroid intralesi, krim anti keloid, salep steroid, lembar silikon, atau penekanan.

13

Manajemen

Dapat dikecilkan ukurannya dengan pembedahan, setelah


itu diberikan salep anti keloid selama 2-3 bulan. Atau dapat
dilanjutkan dengan injeksi kortikosteroid lokal. Pada keloid
yang besar dapat dikombinasi dengan radiasi. Keloid bisa
muncul kembali setelah pembedahan.
Perubahan warna karena paparan matahari dapat dicegah
dengan 'patch atau bandage' atau penggunaan tabir surya
(sun block) ketika aktivitas siang hari/di luar ruangan.
Perlindungan sekurangnya 6 bulan setelah pembedahan
pada orang dewasa atau sampai usia 18 tahun pada anak.

GS

GS

GS

Gambar 3. Penatalaksanaan keloid residif pada daun telinga dengan melakukan


pengecilan dengan sayatan intralesi dan dilanjutkan krim anti keloid sebagai
kombinasi. Pada kasus ini sukar dilakukan penekanan ataupun pemakaian lembar
silikon pada permukaan yang tidak rata dan tipis. Suntikan steroid intralesi juga
dapat diaplikasikan dengan tidak terlalu sakit pasca pengecilan benjolannya.

Prognosis

Komplikasi

14

Bukan hal berbahaya secara medis, namun dapat berefek


pada penampilan. Pada beberapa kasus dapat mengecil
sendiri namun dapat juga bersifat permanen. Pada
pembedahan dapat menimbulkan bekas luka keloid lebih
besar sehingga operasi pengecilannya dengan menyayat
bukan pada kulit yang normal.
Perlu ditekankan pada pasien bahwa terapi kombinasi lebih
memberi harapan pada hasilnya.

Gangguan psikologis dapat terjadi jika keloid besar dan


menonjol atau tampak jelas, rekuren. Pasien juga dapat
merasa tidak nyaman dan iritasi.

Parut Hipertrofik

Definisi

Pertumbuhan jaringan parut berlebihan yang tidak melebihi


batas luka aslinya. Tidak seperti keloid, parut hipertrofik dapat
mencapai ukuran tertentu dan kemudian stabil atau mengecil
karena proses pertumbuhannya berhenti/ matur.

Etiologi

Parut hipertrofik dihubungkan dengan penyembuhan luka yang


tidak normal misalnya tegangnya tepi luka ketika ditautkan,
adanya infeksi, benang jahit yang mengiritasi, epitelisasi yang
terjadi lama setelah kehilangan lapisan kulit (seperti pada luka
bakar).

Tanda
Pemeriksaan

Manajemen

Parut lebar yang menebal, tampak tidak baik dan dapat


mengganggu rasa percaya diri pasiennya.
Pemeriksaan dibawah mikroskop memberi hasil minimal,
sehingga tampilan klinis serta pengamatan pertumbuhannya
lebih penting.
Parut hipertrofik biasanya membaik dengan terapi. Injeksi
intralesi 5-FU atau kortikosteroid aman dan efektif pada terapi
dan pencegahan parut hipertrofik dan beberapa keloid. Terapi
dapat dilanjutkan dengan menggunakan penutup silikon dan
dilakukan penekanan selama 6 bulan atau lebih.

GS

GS

Gambar 4. Kiri: Parut hipertrofik pasca luka bakar, tampak seperti keloid.
Kanan: Pasca eksisi 3 minggu, ternyata tidak kambuh, demikian pula pada
kontrol 1 tahun.

15

You might also like