Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Eri Prabowo
Dedy Margianmoko
M. Qadafi M. Ali
Pasmika Sima
212.13.0001
212.13.0010
212.13.0028
212.13.0029
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
PT. Sumber Daya Mineral merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang
penambangan bijih emas dan dalam melaksanakan kegiatan penambangan, perusahaan
tersebut
membentuk suatudepartemen penambangan, dimana kegiatan utama
departemen ini berfokus pada kegiatan pembongkaran atau penggaian, pemuatan, dan
pengangkutan bahan galian dan waste.
Untukmewujudkan kegiatan penambangan yang baik dan benar (good mining
practice), maka departemen penambangan membuat perencanaan penambangan
berdasarkan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan
berpedoman kepada kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat Bombana Sulawesi
Tenggara yang merupakan lokasi penambangan.
Dalam menghadapi isu-isu tentang penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan
maka departemen penambanganPT. Sumber Daya Mineral membangun sistem dengan
menerapkan prinsip perencanaan, pelaksanaan, pengecekan dan tinjauan (Plan-DoCheck-Action /P-D-C-A) secara efektif dan efisien. Secara berkala sistem ini diperbarui
dan ditinjau kembali sejalan dengan kegiatan perusahaan.
Beberapa standar yang menjadi acuan dalam sistem ini adalah ISO 14001 dan
OHSAS 18001. Pelaksanaan dan pemantauan program yang mengacu kepada kedua
standar di ini juga dilakukan melalui kegiatan audit dan inspeksi demi tercapainya
peningkatan yang terus menerus (continuous improvement ).
1.1 Departemen Penambangan
1.1.1 Visi
Visi dari depatermen penambangan adalah menciptakan lingkungan kerja yang
aman dengan berkomitmen pada pedoman kesehatan, keselamatan kerja dan pengelolaan
lingkungan yang baik dan benar.
1.1.2
Misi
Misi yang ingin dicapai adalah :
Memberikan pelayanan terbaik guna mendukung kegiatan seluruh aktivitas
penambangan dan pengolahan.
Memberikan proses kerja terbaik berdasarkan posedur kerja yang telah ditetapkan
sehingga tercapai hasil kerja yang baik.
Meningkatkan profesionalisme karyawan.
Meningkatkan kesejahteraan karyawan, serta ikut berperan dalam kepedulian
lingkungan dan sosial.
DEPARTEMEN PRODUKSI
MANAJER
M. Qadafi ST
Ka. Divisi I
Eri Prabowo, ST
Mine Engineer
Staf
Ka. Divisi II
Pasmika Sima, ST
Survey
Staf
Quality Controll
Staf
Tahun
2009
Ore (Ton)
Overburden (BCM)
Ore (Ton)
5.254.031
832.039
5.103.845
811.894
3. Tahun 2010. kegiatan produksi diteruskan dengan arah bukaan pit ke timur.
Peningkatan jumlah produksi ore terus dilakukan dan pembongkaran overburden
lebih sedikit dibandingkan pada tahun 2009. Berikut tabel bukaan Pit Tahun 2010.
Tabel 2. Bukaan Pit Tahun 2010
Rencana Produksi
Realisasi Produksi
Tahun
Overburden (BCM) Ore (Ton) Overburden (BCM) Ore (Ton)
2010
4.623.257
856.295
4.739.405
858.951
4.751.249
910.865
4.728.195
902.475
Kegiatan penambangan ditargetkan selesai pada tahun 2019 dengan total ore
terjual 11.167.297 ton. Front penambangan berarah dari barat ke timur dengan total luas
bukaan 412 ha. Berikut tabel dan rencana bukaan Pit PT. SUMBER DAYA MINERAL.
Tabel 4. Rencana Bukaan Pit
Gambar 2.1
Contoh Tambang Terbuka (open pit)
Dengan berkembangnya teknologi dan teknik pertambangan, cadangan yang
dulunya dinilai tidak ekonomis, sekarang dapat berubah menjadi sumber yang layak
tambang. Hal ini juga didorong oleh meningkatnya permintaan akan bahan tambang
seiring dengan peningkatan konsumsi per kapita.
Secara umum, tambang terbuka dinilai lebih menguntungkan dibanding metode tambang
bawah tanah dalam hal recovery (mineral yang dapat ditambang dibanding dengan
banyak cadangan), grade control (pengendalian kadar), keluwesan operasi, keselamatan,
dan lingkungan kerja.
Namun, dalam situasi dimana deposit terlalu kecil, berbentuk tak teratur, atau terletak
terlalu dalam di bawah tanah, metode tambang bawah tanah akan lebih menguntungkan.
6
Suatu tambang terbuka pada satu titik mungkin saja perlu diubah menjadi tambang
bawah tanah ketika batuan penutup (waste rock) yang perlu dikupas menjadi terlalu
besar. Ini biasanya terjadi jika cadangan bijih berlanjut hingga sangat dalam.
Faktor teknologi, kondisi pasar, dan kebijakan pemerintah akhirnya juga akan turut jadi
pertimbangan dalam pemilihan metode tambang yang pas.
BAB II
MANAJEMEN LINGKUNGAN
Memberikan informasi dengan menjelaskan secara tepat dan akurat dan dapat
diverifikasi dari sistem pengelolaan lingkungan perusahaan dan kinerja lingkungan
itu sendiri;
2.
3.
Identifikasi aspek lingkungan organisasi, yang timbul pada saat kondisi operasi
normal, abnormal, dan keadaan darurat serta kecelakaan;
selain itu, kaji awal lingkungan dapat pula mempertimbangkan hal-hal berikut
ini:
Fungsi atau kegiatan Aystem organisasi yang dapat membantu atau menghambat
kinerja lingkungan.
Tabel 2.1
NO
LOKASI
Pit
Pit
Pit
Jalan
Angkut
Kegiatan
DAMPAK
PEMBERSIHAN
TANAH PENUTUP
HILANGNYA BIODIVERSITAS
SPESIES TERTENTU,
PERUBAHAN IKLIM,
HILANGNYA SDA POTENSIAL,
POLUSI UDARA
PELEDAKAN
EKSPLOITASI
TAMBANG
PENGANGKUTAN
HASIL TAMBANG
MENGGANGGU HIDROLOGI
AIR TANAH, POLUSI UDARA
YG BERSAL DR GAS
BERACUN AKIBAT
PENGOPERASIAN ALAT ALAT
BERAT
POLUSI UDARA,
KEBISINGAN, GETARAN
10
TUJUAN
SASARAN
mengangulangi kebisingan
13
d. Mengawasi kondisi jenjang apabila ada jenjang yang sudah tidak sesuai
dengan standar.
e. Mengecek curah hujan, kondisi air tambang, system penyaliran, keadaan
sumuran dilokasi penambangan.
f. Meminimalisir area penambangan dari kotoran atau sampah.
g. Mengecek ph air dan membawa sampel air di kolam pengendapan.
h. Melakukan pengawasan k3.
i. Mengecek dan mengawasi area penambangan pasca peledakan.
PROGRAM PENCEGAHAN, PENGURANGAN, DAN PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA KENDARAAN
Tujuan
: Mencegah, Mengurangi, dan Mengendalikan Pencemaran Udara
Sasaran
:memenuhi baku mutu udara
NO
Area penerapan
T.jawaban
quality
kontrol
Area Penambangan
area penambangan
area penambangan
Maintance
quality
kontrol
area penambangan
quality
kontrol
area penambangan
,jalan angkut
quality
kontrol
15
Tangal
selesai
NO
1
AREA
PENERAPAN
TANGGUNG
JAWAB
PIT, JALAN
TAMBANG,
WASTE DUMP
Divisi Mine
enginering,geote
c
PIT, JALAN
TAMBANG,
WASTE DUMP
Divisi Mine
enginering,geote
c
PIT, JALAN
TAMBANG,
WASTE DUMP
Divisi Mine
enginering,geote
c
PIT, JALAN
TAMBANG,
WASTE DUMP
Divisi Mine
enginering,geote
c
PIT
Divisi Mine
enginering,geote
c
TGL
SELESAI
NO
16
AREA
PENERAPAN
TANGGUNG
JAWAB
PIT, PABRIK
PENGOLAHAN,
JALAN
TAMBANG
SAFETY OFFICER
OFFICE K3
SAFETY OFFICER
TGL
SELESAI
N
O
AREA
PENERAPA
N
TANGGUN
G JAWAB
PIT
Divisi quality
control,
PIT
Divisi quality
control,
PIT, DUMP
AREA
Divisi quality
control,
PIT, DUMP
AREA
Divisi quality
control,
enviro
DUMP AREA
Divisi Mine
enginering
DUMP AREA
Divisi Mine
enginering
DUMP AREA
Divisi quality
control,
enviro
TGL
SELESA
I
Berikut adalah faktor yang dijadikan acuan dalam perancangan scorecards :Tabel
1. Faktor-faktor yang dijadikan acuan dalam perancangan scorecards
No.
Aspek Kinerja
1.
Produktivitas
2.
Kualitas Kerjas
3.
Performa Peralatan
Yang Diukur
Efisiensi kerja, peningkatan utilisasi waktu
dan sumber daya personel, kepatuhan
(compliance) terhadap jadwal, dan
manajemen pekerjaan yang lebih baik
Efektivitas kerja, proaktiv, akuntabilitas,
dan sikap berusaha mencapai yang
terbaik (striving for excellence attitude)
Performa peralatan paling mendasar yang
diharapkan dicaai melalui kualitas kerja
dan team work personel pada level
department, seperti Availiability, MTBF,
dan MTTR
Bobot
35 %
35 %
30 %
dan ditinjau kembali serta disesuaikan setiap enam bulan untuk mengantisipasi
perubahan kondisi.
Langkah selanjutnya adalah penentuan target scorecard sebagai tolak ukur dari
kinerja setiap personel. Dalam proses ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain :
a. Disesuaikan dengan kondisi saat itu
b. Harus realistis
c. Transparan dan dikomunikasikan ke seluruh level organisasi
Setelah target scorecard ditentukan dan setiap personel melakukan pekerjaannya,
kemudian dilakukan proses pengukuran kinerja. Proses pengukuran kinerja ini dilakukan
oleh bagian yang independen, yaitu bagian Administrasi dan Manajemen Tenaga Kerja
(Manpower Management and Administration, MMA) untuk menjaga obejektivitas hasil
pengukuran kinerja.
Pada minggu pertama setiap bulan, staf MMA akan menjalankan program untuk
menarik data hasil pengukuran kinerja, kemudian menyerahkan laporan hasil scorecard
kepada penyelia dari personel bersangkutan sebagai input untuk menilai kinerja personel
tersebut.
Proses selanjutnya adalah peninjauan kinerja. Pada minggu kedua setiap bulannya,
masing-masing penyelia dari Departemen Produksi akan melakukan diskusi dengan
bawahannya untuk membahas kinerja personel bersangkutan pada bulan sebelumnya.
Dari diskusi ini, diharapkan umpan balik dapat dikomunikasikan dan rencana aksi
(action plan) bisa dirumuskan dan ditetapkan untuk memperbaiki kinerjanya.Dari hasil
diskusi tersebut, peneylia melengkapai feedback form kinerja personel bersangkutan dan
kemudian menyerahkannya ke MMA.
Langkah terakhir dari proses manajemen kinerja adalah pembandingan rating kinerja.
Setelah mendapatkan semua data kinerja personel, semua kepala seksi dari Departemen
Produksi akan bertemu pada minggu ketiga setiap bulannya. Pada pertemuan ini, diskusi
diarahkan untuk membandingkan dan menentukan rating setiap personel di Departemen
Produksi.
2.5 MENYIAPKAN SUMBERDAYA MANUSIA, TANGGUNG JAWAB DAN
PELATIHAN
Dalam penerapan dan pengendalian system manajemen, Departemen produksi
menyediakan sumberdaya yang penting, berupa manusia, keterampilan khusus,
tekhnologi dan keuangan.Hal ini dilakukan guna tercapainya kegiatan yang
mengedepankan aspek Kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan.Untuk mencapai
hal diatas, maka perlu dilakukan pelatihan-pelatihan sesuai dengan bidang kerja masingmasing karyawan baik bagi karyawan baru, karyawan pada tugas baru, maupun pelatihan
untuk menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran tahunan.
Adapun Pelatihan yang diberikan kepada karyawan pada Departemen
produksieyaitu :
- Pelatihan dasar, diantaranya :
20
5.5 inchi. Blasting dilakukan setiap satu hari sekali. Tujuan peledakan adalah untuk
membongkar material Waste yang keras dan menyediakan material untuk kegiatan
pemuatan
SOP untuk pekerjaan penimbunan ini adalah sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan
a. Daerah yang akan dijadikan disposal harus dicek ke planning tentang status
tanahnya.
b. Daerah timbunan harus di land clearing terlebih dahulu dan top soilnya
dikumpulkan untuk keperluan penanaman. tumpukan kayu - kayu hasil land
clearing ditempatkan tersendiri.
c. Bila ada cekungan (creek) harus dibuang lumpurnya. terutama 100 meter di
bagian terluar (prime) dari design.
d. Penimbunan harus mengikuti perencanaan dari bagian planning. pelaksanaan
penimbunan harus memperhatikan jenis materialnya. material yang bagus
diletakkan di daerah kemiringan (slope) akhir. sedang material jelek ditempatkan
di daerah dalam (100 meter kedalam dari batas terluar).
e. Penimbunan disisi terluar (prime) dilakukan maksimum per 2 (dua) meter dan
dipadatkan. sedang dibagian dalam dapat dilakukan maksimum per 5 (lima)
meter dengan asumsi truk yang digunakan jenis Heavy Dump Truck.
f. Penimbunan harus memperhatikan arah drainage. jangan sampai air akan
mengalir ke arah kemiringannya. sehingga akan merusak kemiringan (slope)
yang sudah jadi atau dibentuk.
2) Tahap Pelaksanaan
1. Petugas di disposal harus telah mendapatkan induksi sebelum bekerja. dan telah
mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) saat berada di lokasi kerja.
2. Jalan masuk menuju areal disposal harus diperhatikan drainage. grade. debu.
lebar dan bund wall bila diperlukan.
3. Areal dumping minimum harus bisa untuk manuver unit truck terbesar dan
bulldozer yang digunakan.
4. Kecepatan alat angkut truk di daerah kerja yang diizinkan maksimum 25 (dua
puluh lima) km/jam.
5. Bulldozer harus siap untuk melakukan pendorongan dan jika tidak mencukupi
sedangkan banyak tumpukan material yang belum dirapihkan. maka penimbunan
material harus dihentikan dan beroperasi kembali setelah tumpukan habis
terdorong sesuai dengan rencana.
6. Setiap pendorongan disisakan material diujungnya untuk keamanan unit truk saat
dumping.
7. Semua unit yang bergerak. harus memiliki sarana alaram mundur yang berfungsi
dengan baik.
8. Penerangan harus memadai untuk bekerja di malam hari.
9. Rambu peringatan untuk daerah rawan longsor atau informasi lain harus
terpasang di tempat yang tepat dan jelas terbaca.
10. Hasil timbunan diusahakan selalu dilewati truk untuk membantu pemadatan
11. Memperhatikan K3LH.
12.
23
3) Tahap Akhir
1. Sistem drainage harus mengikuti rencana yang sudah ada. kalau ada perubahan
harus segera melaporkan ke planning.
2. Pada proses pembentukan akhir disposal. keperluan konstruksidrainage harus di
koordinasikan ke seksi Environment.
3. Pada daerah kemiringan yang sudah selesai. segera dilapisi dengan material top
soil dari front penggalian dan diserahkan ke bagian Environment untuk dilakukan
revegetasi. pekerjaan ini tidak harus menunggu sampai selesainya seluruh
disposal tetapi bisa dilakukan secara bertahap.
Pembuatan Jalan Tambang/ Pionering
Fungsi utama jalan tambang yaitu sebagai sarana untuk mengangkut ore
ketempat pengolahan. serta top soil. dan waste. ke tempat penyimpanan atau waste
dump. Berdasarkan perbedaan kondisi jalan. dikenal dua macam jalan. yaitu jalan
tambang yang menghubungkan tempat penimbunan dan cabang jalan tambang yang
menghubungkan jalan tambang ke front penambangan.
Dalam melakukan kegiatan Pionering. terlebih dahulu dilakukan persiapan dan
perencanaan pembuatan jalan yang berlaku dilingkungan PT. SDM. yang meliputi
kegiatan di bawah ini :
1) Super elevasi : Peralihan kemiringan.
2) Bund wall : Tanggulan safety yang terbuat dari material tanah penutup.
3) Drainage : Paritan yang mengarahkan air secara gravitasi / alami.
4) Loading point : Permukaan area kerja.
Adapun Standart Operation Procedure yang diterapkan PT. SDM sebagai
berikut:
a) Pastikan lokasi jalan sesuai dengan rencana baik jalur ataupun elevasinya.
berikan tanda atau patok sebagai informasi.
b) Perhatikan kondisi jalur pada daerah cekungan. bersihkan jalur pada daerah
cekungan untuk mengindari terjadinya kecelakaan.
c) Lebar jalan aman untuk berpapasan dengan lebar minimum adalah 3.5 kali lebar
alat angkut terbesar yang digunakan.
d) Kemiringan jalan Maksimal 10 % dancukup aman untuk alat angkut yang
terbesar.
e) Kontrol target elevasisesuai design.
f) Gunakan material yang baik untuk pelapisan jalan dan lakukan pemadatan
supaya permukaan jalan selalu padat dan relatif rata.
g) Buat kemiringan melintang (cross fall) pada permukaan jalan sebesar 1 2 %
h) Buat drainage kanan kiri jalan harus bisa membuat permukaan jalan tidak
tergenang oleh air
i) Bundwall harus di buat di sisi jalan yang memiliki perbedaan ketinggian. dengan
ukuran 3/4 dari diameter roda alat angkut terbesar yang beroperasi di area
tersebut.
j) Buat super elevasi di daerah tikungan 1 4 %.
k) Perhatikan jarak pandang terutama pada jalan yang membelok. kalau ada tebing
atau bukit kecil yang menghalangi jarak padang (Blind Spot) harus dipotong.
24
Dokumen ini diterbitkan oleh bagian perencanaan ( Mine Plan Section ), yakni
berupa dokumen rencana penambangan dalam satu tahun dengan basis bulanan,
yang sekaligus menjadi panduan utama seorang pengawas tambang dalam
menjalankan operasional penambangan.
Dokumen AMDAL ( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ) yang terdiri
dari:
1. Dokumen ANDAL ( Analisis Dampak Lingkungan )
2. Dokumen RKL ( Rencana Pengelolaan Lingkungan )
3. Dokumen RPL ( Rencana Pemantauan Lingkungan )
Dokumen ini merupakan dokumen tambahan yang harus diperhatikan pula,
sehingga diharapkan operasional tambang adalah sebuah kegiatan yang
berwawasan lingkungan.
Kontrak Kerja
Apabila kita memberi pekerjaan kepada pihak lain, maka Kontrak Kerja
merupakan acuan yang harus diperhatikan. Pelajari kontrak kerja tersebut
dengan sebaik - baiknya.
Peraturan dan Standard Operating Procedure Safety, Health &
Environment
Dokumen in berupa : Company Policy, SOP SHE, Form Standard
Standard Operating Procedure Penambangan
PELAKSANAAN PENGAWASAN Dl LAPANGAN
Safety, Health & Environment
1) Filosofi : setiap pengawas lapangan adalah "Safety Officer", yang
bertanggung jawab terhadap Keselamatan Kerja dan Lingkungan di daerah
pengawasannya.
2) Janganlah menyerahkan pekerjaan pengawasan keselamatan sepenuhnya
kepada Departemen Safety & Environment. Tugas dari seorang pengawas
adalah memastikan semua manusia , peralatan dan lingkungan dalam kondisi
aman.
3) Kecelakaan terjadi disebabkan oleh :
1. 88 % akibat tindakan tidak aman dari manusia
2. 10 % akibat kondisi tidak aman tempat kerja
3. 2 % diluar kemampuan manusia.
4) Untuk mencegah kecelakaan , maka amatilah tindakan tidak aman dan
kondisi tidak aman di sekitar anda , kemudian lakukanlah pembenahan .
5) Pahami dan laksanakanlah peraturan - peraturan keselamatan kerja dan
Standard Operating Procedure ( SOP ).
Mine Plan & Target Produksi
a. Pahamilah rencana tambang tahunan yang tertuang dalam dokumen Annual
Mine Plan. Jika tidak mengerti atau ada masukan dari anda sebagai
pengawas lapangan, diskusikanlah hal tersebut dengan Mine Plan Engineer.
27
b. Penting untuk diingat adalah berapa target produksi dalam satu tahun, dalam
bulan berjalan, mingguan dan harian , baik volume pemindahan tanah
( overburden removal) mau pun tonase ORE , serta Stripping Ratio.
Rencana Pengawasan
1. Sebelum anda ke lapangan, perlu direncanakan dan disiapkan :
Hal - hal apa saja yang akan di amati di lapangan,
Jalur jalan yang akan di lalui,
Kesiapan kendaraan ,
Alat Pelindung Diri ( APD ),
Alat komunikasi
Makanan & minuman,
Alat penerangan (jika bekerja di malam hari).
Siapkan berkas - berkas yang mendukung pekerjaan anda :
Peta Mine Design,
laporan dari shift sebelumnya,
form-form pelaporan,
Notulen hasil meeting.
Tips 5 langkah pengawasan :
3. Memutuskan: putuskan lokasi mana yang akan anda tuju
4. Berhenti
: berhentilah pada lokasi yang anda tuju, parkirlah
mobil pada daerah yang aman.
5. Mengamati : amati objek yang anda lihat
6. Menganalisa : analisa objek yang anda lihat
7. Mengambil tindakan : lakukan tindakan perbaikan
Pelaksanaan Pengawasan
Berikut adalah hal - hal yang harus diawasi oleh seorang pengawas tambang.
1. Land Clearing
Telah diketahui bersama bahwa land clearing adalah kegiatan pembersihan lahan
yang akan ditambang terhadap pepohonan dan semak belukar. Namun demikian,
perlu diingat dan diperhatikan adalah : batas batas land clearing terhadap
kepemilikan lahan, jarak aman terhadap peralatan dan atau kegiatan manusia di
sekitarnya. Harus ada jarak aman antara batas pit terluar dengan batas daerah yang
diclearing , yakni anatar 20 - 25 meter. Hal ini untuk menghindari rebahnya
pepohonan di pinggir daerah operasi penambangan.
n
28
Gambar 2.1
Land Clearing Standar
2. Penanganan Tanah Humus ( Soil Handling )
Tanah yang subur adalah merupakan karunia dari yang Maha Kuasa sebagai tempat
tumbuhnya tanaman.Oleh karena itu, kita sebagai manusia wajib untuk
menyelamatkan tanah subur tersebut.
Pada lapisan teratas suatu penampang tanah terdapat lapisan yang sangat
subur. Istilah yang digunakan untuk tanah subur ini antara lain: humus, top
soil. Ketebalan top soil ini bervariasi pada tiap lokasi , namun pada umumnya
sangat tipis yakni 10-30 cm. Ciri - ciri lapisan ini adalah coklat atau merah ke
hitam -hitaman, gembur, banyak mengandung akar- akar pepohonan,
rerumputan. Penanganan top soil ini adalah dengan cara mendorong lapisan
tersebut perlahan - lahan dengan sebuah bulldozer ukuran 60 - 80 ton
( Komatsu D 65, D 85, Cat D6 ) untuk selanjutnya ditumpuk di suatu tempat.
Setelah dirasa cukup, tanah dapat dimuat dan diangkut ke waste dump pada
tempat yang tersendiri , atau ditebar sebagai lapisan teratas .
Di bawah top soil ini adalah lapisan sub soil atau tanah merah, yang kurang
subur namun masih layak untuk ditanami dengan perlakukan khusus
( pemupukan, netralisasi keasaman ). Ketebalan lapisan sob soil ini bervariasi
pula antara 0.5 - 1.5 meter. Ciri - ciri lapisan ini adalah kuning kemerah merahan, atau kuning kecoklat - coklatan, relatif lebih Hat , sudah jarang
ditemui akar - akar pohon, kecuali akar pohon besar.
Lapisan ini dapat langsung digali dengan excavator (direct digging) dan
diangkut ke waste dump area. Namun demikian pada saat penggalian harus
dicermati agar JANGAN SAMPAI TERCAMPUR DENGAN BATUAN
DASAR yang akan menghilangkan kesuburannya. Dalam pelaksanaan
kegiatan soilremoval ini harus terjalin kerjasama yang baik antara berbagai
pihak: pengawas front loading, pengawas dumping point, operator excavator,
29
supir dump truck. Usahakan penggalian soil hanya dilakukan pada gilir kerja
siang saja ( day shift) dan hindari penggalian pada malam hari (night shift).
Jika top soil dan sub soil ini diletakkan pada areal waste dump tersendiri, maka areal
tersebut harus disurvey untuk mengetahui : koordinat batas - batas penimbunan,
volume timbunan, tanggal penimbunan.
3. Posisi alat
Perhatikan posisi alat, apakah alat tersebut menggali pada daerah yang sesuai
dengan rencana (Seam , Blok , Elevasi) ? Apakah alat tersebut bekerja dengan aman
(terhindar dari potensi kelongsoran, banjir, kegiatan peledakan dan lain - lain) ?
4. Kerapihan Front
Perhatikan kerapihan front ; baik front penggalian ( front loading ) di Pit , mau pun
front pembuangan ( front dumping ) di Waste Dump / Disposal area.
Front yang baik adalah : rata ( tidak berundulasi ), cukup padat , bersih dari
tumpukan spoil - spoil, tidak tergenang air.
Front yang tidak rapih akan menurunkan produkstivitas alat. Jika anda melihat front
tidak rapih , segera instruksikan untuk merapihkannya.
5. Geometri Jalan
Perhatikan dimensi jalan lebarjalan, grade jalan, permukaan jalan, Lebar jalan
ideal adalah 3,5 - 4 kali lebar alat angkut terbesar ( tidak termasuk tanggul jalan
dan parit).Grade jalan umumnya adalah 8 %. Perhatikan pula " super elevasi"
dan radius jalan pada daerah belokan, apakah cukup aman bagi alat angkut atau
tidak ?Permukaan jalan yang berundulasi akan memperlambat laju kendaraan,
yang akhirnya menurunkan produktifitas alat.Perawatan Jalan AngkutDemi
kelancaran lalu lintas pengangkutan , maka jalan angkut wajib
dipelihara.Pemeliharaan jalan ini meliputi:Penimbunan, perataan permukaan
jalan yang berlubang atau cekung. Untuk kegiatan ini akan diperlukan alat berat
antara lain : excavator untuk memuat material, dump truck untuk mengangkut
material, bulldozer untuk meratakan material, motor grader dan compactor
untuk finishing permukaan jalan.Penyiraman rutin untuk mencegah debu
.Kegiatan penyiraman jalan untuk mencegah debu beterbangan di udara, akan
bermanfaat selain untuk mencegah penyakit pernafasan, juga untuk mencegah
terjadinya kecelakaan akibat terbatasnya atau tertutupnya pandangan. Namun
perlu diperhatikan pula bahwa penyiraman tidak boleh berlebihan sehingga
menyebabkan jalan menjadi licin. Penyiraman jalan yang baik adalah aliran air
yang keluar dalam bentuk spray (dalam hal ini diperlukan pompa kecil) dan
bukan dalam bentuk kucuran air yang mengalir deras.
30
Gambar 2.2
Gambar Pola Penyiraman Jalan Tambang
Perbaikan dan perapihan tanggul - tanggul pengaman dan parit.Tanggu
pengaman perlu dirawat
agar fungsinya selalu terjaga. Selain itu biasanya
spoil - spoil hasil perapihan jalan akan menumpuk di pinggir tanggul akan
mengakibatkan jalan menjadi sempit. Bila hal ini terjadi , maka material spoil
tersebut harus dipindahkan dengan cara diangkut. Perawatan parit perlu
31
H
W
A
U
Gambar 2.3
Sketsa Penampang Lereng
8. Drainage & Dewatering
Drainage adalah mekanisme penanganan air permukaan yang akan masuk
ke dalam pit. Adalah lebih baik mencegah air masuk ke dalam pit daripada
memompa air keluar pit.
Kegiatan paling penting dari pengaturan drainase ini adalah pembuatan
parit pengelak (PERIMETER DITCH) di sekeliling batas terluar dari pit .
Buatlah perimeter ditch sesuai disain dan layout yang tercantum pada annual
mine plan. Jika hal ini tidak tercantum dalam mine design, segera tanyakan
kepada mine plan engineer. Selama melakukan pengawasan di lapangan,
jangan segan segan untuk berjalan kaki menelusuri daerah - daerah yang
berpotensi masuknya air ke dalam pit boundary.
Dewatering adalah proses pengeringan pit terhadap air yang telah berada
di dalam pit, yakni dengan melakukan pemompaan. Hal penting yang perlu
dicermati adalah lokasi sump atau sumuran tempat seluruh air akan terkumpul
untuk kemudian dipompa keluar pit. Sump harus dibuat pada daerah terrendah
dari lantai pit, dan selama operasional penambangan , upayakan kemiringan
lantai pit selalu mengarah ke lokasi sump, sehingga air tidak tergenang dimana
mana.
9. Penimbunan Waste Dump / Disposal
Jangan sekali - kali menyepelekan metoda penimbunan waste dump ,
karena waste dump yang tidak terbentuk dengan baik akan menjadi masalah
dikemudian hari, terutama potensi terjadinya longsoran.
JANGANLAH SEKALI - SEKALI menimbun waste dump langsung dari atas
dengan ketinggian lebih dari 3 meter , apalagi daerah yang ditimbun berupa
lembah atau rawa - rawa.
Bentuklah waste dump sesuai disain yang tertuang pada mine design
SELAPIS DEMI SELAPIS dengan ketinggian tumpukan maksimum TIGA
Gambar2.4
Cara Penimbunan Material
10. Peledakkan
Kegiatan peledakan di tambang bijih emas umumnya difokuskan untuk
pemberaian (breaking & loosening) batuan . Secara garis besar, rangkaian kegiatan
peledakan adalah sebagai berikut: Pemboran lubang ledak, pekerjaan ini dapat
dilakukan oleh pemilik KP, oleh subkontraktor tambang atau oleh subkontraktor khusus
pemboran lubang ledak. Pada kegiatan pemboran ini, peran seorang pengawas tambang
yaitu : Memastikan bahwa areal yang akan dibor telah sesuai dengan rencana.
Memastikan bahwa areal yang akan dibor telah dilokalisir dengan diberi batas - batas
agar tidak dilalui oleh alat atau orang yang tidak berkepentingan. Memastikan lahan
yang akan dibor telah dipersiapkan dengan sebaik -baiknya, sehingga aktivitas
pemboran berjalan lancar.
Pengisian lubang ledak
Agar dalam pelaksanaan nantinya dapat terkontrol dengan baik, aman dri resiko
gagal ledak ( mis fire) dan didapatkan hasil sesuai dengan harapan yang
ditentukan.Sebagai petunjuk pelaksanaan pengisian bahan peledak baik mulai proses
primining, gharging, stemming dan Tie-up (merangkai ) sehingga proses peledakan bisa
berjalan dengan lancar sesuai dengan prosedur. Adapun Standart Operation Procedure
yang diterapkan oleh PT. SDM, Tbk adalah :
1) Pastikan area bebas dari peralatan produksi atau drilling kecuali unit MMU yang
akan melakukan pengisian.
2) Pastikan kondisi lubang, apakah memenuhi syarat untuk dilakukan Pengisian /
priming.
3) Tandai perbedaan antara lubang basah dan lubang kering.
4) Untuk lubang kering ANFO bisa langsung dimasukan kedalam lubang.
5) Untuk lobang berair bias pakai plastik linier ( Condom).
6) Masukan detonator dan inhole delay kedalam booster (Dodol), dan ikat booster
dengan inhole delay atau karet agar tidak terlepas di lobang tembak
7) Masukan primer ke dalam lubang ledak dengan hati-hati dan ujung inhole delay di
ikatkan dengan batu di permuaan lobang tembak, dan jangan sampai terlindas oleh
ANFO Truck (MMU)
8) Simpan kembali Inhole Delay dan Booster (Dodol ) pada tempatnya jika tersisa
akibat bermasalah pada lobang tembak.
9) Pastikan lokasi aman sebelum unit MMU masuk lokasi peledakan, dan loading
ANFO mulai dari lobang terjauh dari jalan masuk area, serta MMU parkir di
sebelah lobang dan sejajar dengan arah memanjang design lobang tembak.
10) Lakukan pengisian ANFO ke lobang tembak (lihat WI Pegisian ANFO ke lobang)
11) Tarik terlebih dahulu dan injak ujung Inhole Delay untuk memastikan bahwa lubang
ledak sudah diisi dengan Anfo, dan tidak terjatuh pada waktu penutupan lobang
tembak.
12) Tutup lobang tembak (stemming) dengan material yang agak keras terlebih dahulu
disekitar lubang ledak, kemudian disusul dengan cutting bor yang ada, (Lihat WI
Penutupan lobang tembak / Stemming).
13) Lakukan perangkaian Inhole Delay sesuai design peledakan.
14) Kontrol ulang kesiapan lobang tembak dan rankaian peledakan.
15) Pastikan titik penyalaan tidak disambung terlebih dahulu dengan electric detonator
sebelum semua orang keluar dari lokasi peledakan.
11. Operasional Malam Hari
Operasional pada malam hari mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi,
mengingat keterbatasan pandangan pada daerah sekitar kita.Oleh karena itu faktor
keselamatan kerja adalah di atas segala - galanya.Agar Operasional penambangan
dapat tetap berjalan, maka sistem penerangan yang memadai mutlak diperlukan,
yakni dengan menyediakan lampu - lampu penerangan yang mencukupi.
Selain lampu penerangan tambang, perlengkapan keselamatan kerja lainnya
akan sangat diperlukan terutama pemakaian bahan - bahan yang dapat memantulkan
cahaya (reflektif), misalnya : rambu lalu lintas , helmet, reflective vest atau rompi
pantul cahaya . Bagi alat berat atau pun kendaraan ringan harus dilengkapi dengan
lampu rotari. Sebagai seorang pengawas tambang, pastikan bahwa di areal tambang
telah tersedia lampu penerangan (tower lamp) yang cukup menerangi front - front
penggalian atau penimbunan, atau dipersimpangan jalan angkut. Khusus
penambangan ORE (coal-yetting) pada malam hari harus dipastikan tersedianya
lampu penerangan khusus di front penggalian ORE. Hal ini berkaitan dengan kontrol
kualitas ORE.
2.8 KOORDINASI
Betapa pun baiknya perencanaan yang dibuat, betapa pun baiknya alat berat
yang digunakan, semuanya menjadi tidak berguna untuk mencapai target yang
ditetapkan tanpa adanya KOORDINASI. Dalam mengelola kegiatan penambangan
tidaklah dibutuhkan seorang SUPERMAN, melainkan sangat diperlukan
pembentukan sebuah SUPER TEAM , yang hanya akan terwujud dalam sebuah
koordinasi yang baik.
A. PERTEMUAN ( MEETING ) RUTIN
Pokok bahasan dalam suatu meeting adalah melakukan EVALUASI
terhadap PELAKSAAN rencana terdahulu dan membuat RENCANA kegiatan
selanjutnya.Pihak yang terkait adalah pihak PEMBERI KERJA dengan pihak
PENERIMA KERJA. Setiap meeting harus dibuatkan NOTULEN MEETING atau
MINUTES OF MEETING yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Meeting
terbagi atas :
1. Meeting Bulanan
2. Meeting Mingguan
3. Meeting Marian
Meeting Bulanan dan Mingguan dilaksanakan secara berkala , yang
waktunya ditentukan sesuai kesepakatan pihak - pihak yang terkait. Materi yang
dibahas adalah merupakan rincian dari Annual Mine Plan. Sedangkan Meeting
harian dapat dilaksanakan di lapangan atau pun di kantor, difokuskan pada
rencana pada hari berjalan untuk dilaksanakan pada hari tersebut hingga
keesokan harinya.
B. INSTRUKSI TERTULIS
Suatu kegiatan tidak akan terlaksana dengan tepat sasaran, jika informasi
tentang kegiatan tersebut disampaikan secara lisan. Hal ini dapat menimbulkan
persepsi atau pengertian yang berbeda pada setiap orang yang menerima
informasi. Disisi lain informasi yang disampaikan secara lisan tidak dapat
dipertanggung jawabkan.
Untuk mencegah hal tersebut di atas, maka INSTRUKSI atau INFORMASI
harus disampaikan secara TERTULIS. Terlebih lagi jika instrukstini
akandisampaikan kepada pihak eksternal, misalnya Kontraktor. Instruksi tertulis
dapat dibuat dalam bentuk : SURAT , untuk instruksi yang bersifat mendasar , dan
instruksi model RAPID MEMO untuk instruksi operasional .
C. KOMUNIKASI DI LAPANGAN DENGAN KONTRAKTOR
Dapat dipastikan seorang pengawas lapangan dalam melaksanakan tugas
pengawasannya akan selalu berkomunikasi dengan pihak lain khususnya
konraktor. Dalam hal ini pengawas produksi akan berhubungan dengan pengawas
produksi dari kontraktor.
Sebagaimana telah disebutkan 5 langkah pengawasan, jika seorang
pengawas lapangan menemukan adanya hal yang harus diperbaiki, maka ia akan
menghubungi pengawas produksi dari kontraktor. Beberapa cara untuk
menyampaikan atau memberi instruksi kepada kontraktor adalah melalui radio
komunikasi, telepon, tertulis atau lisan.
Namun demikian , untuk menyelesaikan suatu masalah di lapangan, yang
paling efektif adalah BERTEMU LANGSUNG di lokasi yang dimaksud. Radio
komunikasi atau telepon hanya dipakai untuk menyepakati waktu dan tempat
pertemuan di lapangan.
Pembicaraan melalui radio komunikasi atau telepon hanya efektif untuk
menyampaikan masalah yang sederhana, pesan singkat, atau hal yang memang
belah pihak. Nantinya catatan harian ini akan menjadi dasar perhitungan kumulatif
bulanan atau tahunan, atau seumur kontrak kerja.
2.10 PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Kegiatan pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh Departemen Produksi
merupakan Program jangka panjang pemantauan lingkungan hidup, mengevaluasi
potensi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan dengan secara rutin dilakukan.Program
tersebut menjamin agar senantiasa memiliki data ilmiah yang diperlukan untuk
membuat keputusan manajemen terhadap kegiatan dalam upaya meminimalisasi dan
mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup. Dengan dilakukannya pemantauan
lingkungan secara dini maka dampak-dampak yang akan ditimbulkan akibat kegiatan
pada departemen Produksi ini dapat diketahui sehingga pencegahan dan
pengelolaannya dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam memprakirakan dampak
digunakan metoda formal dan informal. Metoda formal berupa model matematik,
sedangkan metoda informal berupa analog, penilaian para ahli dan penggunaan bahan
baku lingkungan. Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai
parameter/komponen lingkungan antara sebelum ada kegiatan dan setelah ada
kegiatan.
Dari data rona lingkungan hidup awal, selanjutnya dilakukan penentuan skala
kualitas parameter lingkungan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.5. Skala Kualitas Parameter Lingkungan
Kualitas
No
Parameter
Skala
Kriteria Yang Digunakan
Lingkungan
1. Kualitas Udara
(Debu)
2. Kebisingan
(Pemukiman)
Kebisingan
(Lingkungan Kerja)
Sangat Baik
< 46 g/m3
Baik
46 - < 92 g/m3
Sedang
Buruk
Sangat Buruk
Sangat Baik
< 35 dB(A)
Baik
35 - < 45 dB(A)
Sedang
45 - < 55 dB(A)
Buruk
55 dB(A)
Sangat Buruk
>55 dB(A)
Sangat Baik
< 55 dB(A)
Baik
55 - < 70 dB(A)
Sedang
70 - < 85 dB(A)
Buruk
85 dB(A)
Sangat Buruk
> 85 dB(A)
3. Laju Erosi
4. Sedimentasi
5.
Kualitas Air
Permukaan
(TSS)
6. Flora/Vegetasi
Sangat Baik
Sangat Ringan
Baik
Ringan
Sedang
Sedang
Buruk
Berat
Sangat Buruk
Sangat Berat
Sangat Baik
Baik
4,5-18 ton/ha/tahun
Sedang
18-54 ton/ha/tahun
Buruk
54-144 ton/ha/tahun
Sangat Buruk
Sangat Baik
< 10 mg/l
Baik
10 - < 25 mg/l
Sedang
25 - < 50 mg/l
Buruk
Sangat Buruk
200 mg/l
Sangat Baik
Baik
Sedang
Semak Belukar
Buruk
Rumput/semak
Sangat Buruk
Terbuka
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk
Sangat Buruk
<
50%
8. Kesehatan &
keselamatan kerja
(K3)
9. Kesehatan
Masyarakat
11. Keselamatan
Masyarakat
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk
Sangat Buruk
Sangat Baik
Nihil
Baik
Sedang
ISPA
Buruk
Gejala silicocis
Sangat Buruk
Silicosis kronis
Sangat Baik
Tanpa kemacetan
Baik
Sedang
Terhenti sesaat
Buruk
Sangat Buruk
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk
Sangat Buruk
Kecelakaan mengakibatkan
kematian
No.
1.
Sangat Buruk
2.
Buruk
3.
Sedang
4.
Baik
5.
Sangat Baik
Dampak
Lingkungan
1.
Kecil
2.
Sedang
3.
Besar
Dimana :
eu
Si =
Waktu pengukuran
s =
Dimana :
Q = Debit aliran permukaan (M3/hari-hujan).
Cp = Koefisien air larian pada lahan rona akhir (dengan proyek).
Ch = Koefisien air larian pada lahan rona awal (tanpa proyek).
I
Dampak zat pencemar dalam sungai akibat proyek dapat diprakirakan dengan
menggunakan model prakiraan cepat WHO (1982) yang dikutip oleh
Soemarwoto, O. (1989) dengan menganggp pencampuran sempurna antara air
sungai dengan limbah, kadar masing-masing zat pencemar dalam sungai dapat
dihitung dengan rumus :
Qo C o
( Q1 ) j J ( Q1 ) j
j 1
Qo
j 1
( Q1 ) j
j 1
dimana :
C = kadar zat pencemar dalam sungai di sebelah hilir
5. Metoda informal
Metode informal didasarkan pada intuisi, analogi dan pengalaman untuk
memprakirakan parameter-parameter lingkungan yang sangat sulit didekati dengan
model matematik.
Pada umumnya metode informal yang digunakan adalah :
Berdasakan Analogi.
Metode ini menganalisa masalah-masalah lingkungan yang timbul disuatu lokasi
sebagai akibat beberapa kegiatan akan dikaji sebagai dasar pertimbangan untuk
memprakirakaan dampak yang akan timbul di lokasi lain yang mempunyai
prilaku ekosistem yang sama. Dengan cara ini dampak yang telah terjadi di
daerah sejenis dikaji dan digunakan sebagai analogi untuk memprakirakan
dampak pada studi ini.
Kebisingan
1) Dampak penting dan sumber dampak penting
a) Komponen atau parameter lingkungan yang dikelola Kebisingan
b) Sumber Dampak
Kegiatan Operasional Produksi di Lokasi Penambangan Bijih Emas.
2) Tolok Ukur Dampak
Kep.Men LH No.48/1996 tentang kebisingan
3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menjaga agar kebisingan tidak melebihi buku mutu kebisingan
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Menyelenggarakan program K3 dengan menganjurkan Penggunaan ear
plug atau ear muff khususnya bagi karyawan selama di lokasi tambang
Pemasangan rambu lalu lintas dan pengaturan kecepatan maksimum bagi
kendaraan pengangkut bijih Emas.
Pemeliharaan mesin pengolahan secara rutin termasuk melakukan setting
mesin pengolahan sehingga tidak menimbulkan bunyi dengan tingkat
kebisingan yang tinggi.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Dilakukan di kawasan tapak pengolahan bijih Emas.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama kegiatan operasional pertambangan bijih Emas PT. Sumber Daya Mineral
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pe l a ksa na
:
PT. Sumber Daya Mineral
Pengawas
:
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup
Pelaporan
Kab. Bombana
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup
Kab. Bombana.
Peningkatan Erosi
1) Dampak penting dan sumber dampak penting
a) Komponen atau parameter lingkungan yang dikelola
Komponen dan parameter yang dikelola pada terhadap erosi adalah
komponen tanah dengan parameter erosi seperti dan penutupan
vegetasi serta teknik konservasi tanah yang dilaksanakan.
b) Sumber Dampak
Pembukaan lahan (Land clearing) dan proses penambangan yang
menyebabkan vegetasi penutupan lahan berkurang bahkan hilang,
sehingga lahan menjadi terbuka.
2) Tolok Ukur Dampak
Perbandingan erosi aktual dengan erosi yang diperbolehkan (erosi wajar):
a) Jika erosi aktual (EA) 5 erosi wajar (EW), maka hal itu menunjukkan
bahwa keadaan tataguna lahan (land use) di daerah tersebut sudah
sesuai dari segi bahaya erosinya. Bahkan jika EA jauh di bawah EW
peluang untuk meninkatkan intensitas pengelolaan lahannya.
b) Jika EA > EW, maka perlu dilakukan perubahan tataguna lahan yang
dapat menurunkan nilai indeks C atau P atau kedua-duanya.
3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah dan mengurangi laju erosi
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Penentuan blok penambangan
Membuat buffer zone dengan membuat saluran drainase sekeliling
tapak lokasi penambangan, pembangunan bangunan utama dan sarana
sarananya.
Pengaturan kemiringan lereng sesuai dengan kondisi tanah
Pengendalian air larian
Tebing dibuat berteras
Sesegera mungkin menanami rumput pioner (leguminose) pada
pembangunan tambang
Sesegerah mungkin melakukan reklamasi pada daerah yang selesai
ditambang
Mempersiapkan pembibitan tanaman penghijauan minimal 6 bulan
sebelum selesai ditambang pada setiap blok penambangan. Dan setiap
blok yang selesai di tambang serega dilakukan reglamasi dan refgetasi.
Mengupayakan pengamanan tanah pucuk (top soil) dan
mengembalikannya di bagian atas pada saat penutupan
blokpenambangan yang telah selesai di tambang.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Pada seluruh kawasan areal penambangan dan pengolahan bijih Emas dan
pembangunan sarana pasarana penambangan PT. Sumber Daya Mineral.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Periode pengelolaan lingkungan dilakukan secara periodik 3 bulan sekali,
selama kegiatan operasional pengolahan bijih Emas berlangsung
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pe l a ksa na
Pengawas
:
:
Pelaporan
2)
3)
4)
5)
6)
Sanitasi Lingkungan
1) Dampak penting dan sumber dampak penting
a) Parameter lingkungan yang dikelola
Kesehatan masyarakat yaitu akibat adanya penurunan kualitas sanitasi
lingkungan
b) Sumber Dampak
Kegiatan Operasional produksi bijih Emas
2) Tolok Ukur Dampak
Terdapat limbah domestik di sembarang tempat
Kab. Bombana.
Penurunan Tingkat Kesehatan dan Keseiamatan Kerja
1) Dampak penting dan sumber dampak penting
a) Parameter lingkungan yang dikelola
Kesehatan masyarakat dan Keselamaan kerja bagi karyawan tambang.
b) Sumber Dampak
Kegiatan Operasional produksi bijih Emas
2) Tolok Ukur Dampak
Adanya kecelakaan kerja
Adanya beberapa lokasi yang rawan menimbulkan bencana
kecelakaan kerja yang menyebabkan kesehatan terganggu.
3) Tujuan rencana penghelolaan lingkungan hidup
untuk menghindari kecelakaan kerja terutama yang merugikan pekerja
tambang
4) Pengelolaan Lingkungan
Membentuk organisasi K3
Menyelenggarakan Program K3
Memasang alat monitoring pada daerah-daerah yang rawan
bencana
Membuat analisa keselamatan kerja
Membuat manual safety
Penerapan sangsi
Safety training
Penerapan safety tools
lnspeksi rutin
Dan analisa kecelakaan
HASIL AUDIT
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
KEGIATAN PENAMBANGAN
Pembongkarn Overburden
pengambilan Bijih
pegelolaan lokasi untuk penempatan overburden
pengelolaan drainase
Kegiatan Peledakan
KEGIATAN PENGANGKUTAN BIJIH
Metode pengangkutan
Geometri jalan
Drainase Jalan
HASIL AUDIT
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP
HASIL AUDIT
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP
dengan
dengan
dengan
dengan
SOP
SOP
SOP
SOP