You are on page 1of 50

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN DAN AUDIT LINGKUNGAN


DOSEN : Ir. Said Fadillah Alatas, M.Si
Manajemen Audit Departemen Penambangan
PT. Sumber Daya Mineral Site Bombana Sulawesi Tenggara

Oleh:
Eri Prabowo
Dedy Margianmoko
M. Qadafi M. Ali
Pasmika Sima

212.13.0001
212.13.0010
212.13.0028
212.13.0029

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
PT. Sumber Daya Mineral merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang
penambangan bijih emas dan dalam melaksanakan kegiatan penambangan, perusahaan
tersebut
membentuk suatudepartemen penambangan, dimana kegiatan utama
departemen ini berfokus pada kegiatan pembongkaran atau penggaian, pemuatan, dan
pengangkutan bahan galian dan waste.
Untukmewujudkan kegiatan penambangan yang baik dan benar (good mining
practice), maka departemen penambangan membuat perencanaan penambangan
berdasarkan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan
berpedoman kepada kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat Bombana Sulawesi
Tenggara yang merupakan lokasi penambangan.
Dalam menghadapi isu-isu tentang penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan
maka departemen penambanganPT. Sumber Daya Mineral membangun sistem dengan
menerapkan prinsip perencanaan, pelaksanaan, pengecekan dan tinjauan (Plan-DoCheck-Action /P-D-C-A) secara efektif dan efisien. Secara berkala sistem ini diperbarui
dan ditinjau kembali sejalan dengan kegiatan perusahaan.
Beberapa standar yang menjadi acuan dalam sistem ini adalah ISO 14001 dan
OHSAS 18001. Pelaksanaan dan pemantauan program yang mengacu kepada kedua
standar di ini juga dilakukan melalui kegiatan audit dan inspeksi demi tercapainya
peningkatan yang terus menerus (continuous improvement ).
1.1 Departemen Penambangan
1.1.1 Visi
Visi dari depatermen penambangan adalah menciptakan lingkungan kerja yang
aman dengan berkomitmen pada pedoman kesehatan, keselamatan kerja dan pengelolaan
lingkungan yang baik dan benar.
1.1.2

Misi
Misi yang ingin dicapai adalah :
Memberikan pelayanan terbaik guna mendukung kegiatan seluruh aktivitas
penambangan dan pengolahan.
Memberikan proses kerja terbaik berdasarkan posedur kerja yang telah ditetapkan
sehingga tercapai hasil kerja yang baik.
Meningkatkan profesionalisme karyawan.
Meningkatkan kesejahteraan karyawan, serta ikut berperan dalam kepedulian
lingkungan dan sosial.

1.2 Struktur Organisasi Departemen Penambangan


VICE PRESIDENT
Ir. Said F. Alatas, M.Si.

DEPARTEMEN PRODUKSI

MANAJER
M. Qadafi ST

Ka. Divisi I
Eri Prabowo, ST

Mine Engineer

Staf

Ka. Divisi II
Pasmika Sima, ST

Survey

Staf

Ka. Divisi III


Dedi Margianmoko, ST

Quality Controll

Staf

1.2.1 Tugas Msaing-Masing Bidang


1) Direktur
2) Manager Produksi :
Melaporkan perkembangan kegiatan Departemen Produksi kepada direktur
Menetapkan standard-standar K3L yang harus dipatuhi oleh semua
karyawan.
Melakukan pertemuan sebulan sekali dengan tiap-tiap kepala divisi
3) Divisi Mine Enginer
Mendesain Pit.
Membuat SOP mengenai prosedur pengambilan sampel bijih emas
Mengontrol kegiatan proses peledakan
Membuat laporan produksi harian bijih emas.
Menginput data karyawan pada divisi Mine enginer
4) Divisi Survey
Menyusun SOP Pemakaian Rambu Tambang.
3

Melakukan pangambilan data di lapangan kemudian melakukan Editing dan


rekonsiliasi data.
Memberikan support berupa petunjuk atau informasi kepada pelaksana dan
pengawas lapangan agar pekerjaan lapangan dapat dilaksanakan dengan
cepat dan akurat.
Menginput data karyawan pada divisi Survey
5) Divisi Quality Controll
Melakukan Pengawasan terhadap operasi penambangan
Menyusun SOP Loading Plan yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa
kualitas bijih emas yang dimuat sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.
Memastikan sampling dan sample prep sesuai prosedur
Membuat laporan kegiatan harian, mingguan dan bulanan
Menginput data karyawan pada divisi Quality Control.

1.2 RENCANA KERJA PENAMBANGAN


Kegiatan penambangan yang direncanakan oleh PT. SUMBER DAYA
MINERAL yaitu selama 11 tahun, dengan cadangan sebesar 11.167.297 ton dan telah
berjalan selama tiga tahun. Metode yang digunakan oleh PT. SUMBER DAYA
MINERAL dalam melakukan kegiatan penambangan yaitu dengan metode Open Pit.
Metode tersebut dipilih dengan melihat keadaan lapisan tanah penutup (Waste) yang
relatif tipis, dengan pertimbangan jumlah cadangan emas yang cukup besar, serta
mempertimbangkan kondisi ekonomis.
Kegiatan Penambangan PT. SUMBER DAYA MINERAL berada di diperkirakan
menggunakan front penambangan seluas 315 ha. Front penambangan berada di daerah
pesisir dan tutupan lahannya adalah pepohonan dan front penambangan PT. SUMBER
DAYA MINERAL berada 1 kilometer dari garis pantai. Lokasi penambangan dimulai
dari arah barat pit penambangan menuju ke arah timur, hal ini dilakukan dengan
pertimbangan daerah tersebut merupakan daerah dengan overburden paling sedikit
sehingga diharapkan produksi ore dapat dilakukan.
Kegiatan penambangan dilakukan secara bertahap setiap tahunnya, dengan
jumlah rata-rata 857.773ton/tahun hingga tahun 2012. Terdapat sekitar 70% Waste yang
keras, sehingga perlu dilakukan peledakan untuk membongkar material penutup tersebut.
Perbandingan atau striping ratio antara Waste dan bijih yang akan ditambang sekitar 5:1.
PT. SUMBER DAYA MINERAL memulai kegiatan penambangan pada tahun
2009 setelah diturunkan surat persetujuan peningkatan IUP Eksplorasi menjadi IUP
Operasi Produksi. Luas IUP Operasi Produksi sebesar 450 ha, dimana front
penambangan dalam rencana adalah 315 ha. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Pada Triwulan pertama 2008 hingga awal 2009, kegiatan land clearing, pembuatan
parit keliling dan stabilisasi lereng dilakukan.
2. Pada bulan februari tahun 2009, kegiatan produksi sudah dapat dilakukan dengan
jumlah tertambang 811.894 ton. Berikut tabel rekapitulasi bukaan tambang tahun
2009.

Tahun
2009

Tabel 1. Bukaan Pit Tahun 2009


Rencana Produksi
Realisasi Produksi
Overburden (BCM)

Ore (Ton)

Overburden (BCM)

Ore (Ton)

5.254.031

832.039

5.103.845

811.894

3. Tahun 2010. kegiatan produksi diteruskan dengan arah bukaan pit ke timur.
Peningkatan jumlah produksi ore terus dilakukan dan pembongkaran overburden
lebih sedikit dibandingkan pada tahun 2009. Berikut tabel bukaan Pit Tahun 2010.
Tabel 2. Bukaan Pit Tahun 2010
Rencana Produksi
Realisasi Produksi
Tahun
Overburden (BCM) Ore (Ton) Overburden (BCM) Ore (Ton)
2010

4.623.257

856.295

4.739.405

858.951

4. Tahun 2011. kegiatan produksi diteruskan dengan overburdenyang terbongkar


sebesar 4751249 BCM dan jumlah ore tertambang sebesar 910.865 ton.
Tabel 3. Bukaan Pit Tahun 2011
Rencana Produksi
Realisasi Produksi
Tahun
Overburden (BCM) Ore (Ton) Overburden (BCM) Ore (Ton)
2011

4.751.249

910.865

4.728.195

902.475

Kegiatan penambangan ditargetkan selesai pada tahun 2019 dengan total ore
terjual 11.167.297 ton. Front penambangan berarah dari barat ke timur dengan total luas
bukaan 412 ha. Berikut tabel dan rencana bukaan Pit PT. SUMBER DAYA MINERAL.
Tabel 4. Rencana Bukaan Pit

Metode Tambang terbuka (Open Pit)


Tambang terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat di permukaan tanah,
bertujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun
kembali) selama pengambilan bijih masih berlangsung.
Untuk mencapai badan bijih yang umumnya terletak di kedalaman, diperlukan
pengupasan tanah/batuan penutup (waste rock) dalam jumlah yang besar.Tujuan utama
dari operasi penambangan adalah menambang dengan biaya serendah mungkin sehingga
dicapai keuntungan yang maksimal.
Pemilihan berbagai parameter desain dan penjadwalan dalam pengambilan bijih
dan pengupasan batuan penutup melibatkan pertimbangan teknik dan ekonomi yang
rumit. Mesti diambil kompromi yang optimal antara memaksimalkan perhitungan
ekonomis dan adanya parameter pembatas karena faktor geologi dan pertimbangan
teknik lain.

Gambar 2.1
Contoh Tambang Terbuka (open pit)
Dengan berkembangnya teknologi dan teknik pertambangan, cadangan yang
dulunya dinilai tidak ekonomis, sekarang dapat berubah menjadi sumber yang layak
tambang. Hal ini juga didorong oleh meningkatnya permintaan akan bahan tambang
seiring dengan peningkatan konsumsi per kapita.
Secara umum, tambang terbuka dinilai lebih menguntungkan dibanding metode tambang
bawah tanah dalam hal recovery (mineral yang dapat ditambang dibanding dengan
banyak cadangan), grade control (pengendalian kadar), keluwesan operasi, keselamatan,
dan lingkungan kerja.
Namun, dalam situasi dimana deposit terlalu kecil, berbentuk tak teratur, atau terletak
terlalu dalam di bawah tanah, metode tambang bawah tanah akan lebih menguntungkan.
6

Suatu tambang terbuka pada satu titik mungkin saja perlu diubah menjadi tambang
bawah tanah ketika batuan penutup (waste rock) yang perlu dikupas menjadi terlalu
besar. Ini biasanya terjadi jika cadangan bijih berlanjut hingga sangat dalam.
Faktor teknologi, kondisi pasar, dan kebijakan pemerintah akhirnya juga akan turut jadi
pertimbangan dalam pemilihan metode tambang yang pas.

BAB II
MANAJEMEN LINGKUNGAN

2.1 KOMITMEN PERUSAHAAN


1. Berkomitmen untuk mematuhi peraturan perundang undangan yang berlaku dan
persyaratan lainnya yang dianut oleh perusahaan yang berhubungan dengan aspek
lingkungan;
2. Berkomitmen
untuk
terus
meningkatkan
kinerja
lingkungan
secara
berkesinambungan dengan melakukan pencegahan dan minimasi polusi udara, air dan
tanah serta beban pencemar air limbah dan juga berkomitmen mendapat pekerja yang
terlatih, terampil dan motivasi tinggi;
3. Berkomitmen untuk memanfaatkan sumber daya alam secara efisien, melakukan
program 3R (Reduce/ Mengurangi, Reuse/ Menggunakan kembali dan Recycle/
Mendaur ulang) baik terhadap Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) maupun
tidak Berbahaya dan Beracun (sampah).
4. Berkomitmen terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial dan turut mendorong
mitra kerja, para pemasok dan kontraktor untuk bertanggung jawab terhadap
lingkungan;
5. Berkomitmen untuk mengelola lingkungan, masalah kesehatan dan keselamatan
kerja sebagai bagian penting dari kegiatan usaha sehari hari;
6. Berkomitmen pada prinsip pemberdayaan masyarakat, dan secara aktif akan
mendukung dan berpartisipasi dalam program pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan yang mendorong swadaya masyarakat;
7. Berkomitmen untuk meninjau ulang sistem pengelolaan lingkungan secara berkala
untuk menentukan keefektifannya dan juga untuk memastikan kebijakan lingkungan,
tujuan serta sasaran kebijakan lingkungan tetap sesuai dengan kondisi bisnis.
Kami akan :
1.

Memberikan informasi dengan menjelaskan secara tepat dan akurat dan dapat
diverifikasi dari sistem pengelolaan lingkungan perusahaan dan kinerja lingkungan
itu sendiri;

2.

Memberikan pelatihan lingkungan yang sesuai dan mendidik karyawan untuk


bertanggung jawab terhadap lingkungan;

3.

Memastikan bahwa kebijakan lingkungan ini dikomunikasikan dan dimengerti


oleh semua karyawan dan kontraktor dan tersedia bagi pihak terkait

2.2 KAJIAN AWAL LINGKUNGAN


Kegiatan pengkajian awal dampak lingkungan sangat penting dilakukan agar kita
dapat mencegah dampak-dampak yang akan timbul dari kegiatan- kegiatan yang akan
kita laksanakan. Kajian Awal Lingkungan PT .SDM Adalah Dokument AMDAL.
Adapun perencanaan yang dilakukan guna mengetahui dampak-dampak yang akan
timbul yaitu meliputi :
Pengkajian dan penilaian meliputi seluruh kegiatan, produk, dan jasa organisasi
yang telah, sedang, dan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Evaluasi
dan penilaian terutama difokuskan pada penilaian terhadap empat hal sebagai berikut:

Identifikasi aspek lingkungan organisasi, yang timbul pada saat kondisi operasi
normal, abnormal, dan keadaan darurat serta kecelakaan;

Identifikasi persyaratan hukum lingkungan dan persyaratan lainnya yang


diberlakukan bagi organisasi;

Pengujian terhadap prosedur dan praktik manajemen lingkungan organisasi,


termasuk pengadaan barang/jasa;

selain itu, kaji awal lingkungan dapat pula mempertimbangkan hal-hal berikut
ini:

Evaluasi kinerja lingkungan organisasi saat ini, dibandingkan dengan standar


yang berlaku dan persyaratan lain yang dianut (peraturan pemerintah dan standar
korporat);

Seberapa jauh kesenjangan/gap yang terjadi antara Aystem pengelolaan dan


pengendalian lingkungan yang telah berjalan AystemAing dengan persyaratan
Standar ISO-14001;

Peluang untuk meraih keuntungan yang kompetitif;

Pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan;

Fungsi atau kegiatan Aystem organisasi yang dapat membantu atau menghambat
kinerja lingkungan.

Tabel 2.1
NO

LOKASI

Pit

Pit

Pit

Jalan
Angkut

Kegiatan

DAMPAK

PEMBERSIHAN
TANAH PENUTUP

HILANGNYA BIODIVERSITAS
SPESIES TERTENTU,
PERUBAHAN IKLIM,
HILANGNYA SDA POTENSIAL,
POLUSI UDARA

PELEDAKAN

POLUSI UDARA, GETARAN


TANAH DAPAT MENGGANGGU SALURAN AIR, GAS,
TELEPON, KACA/DINDING
BAHKAN TANAH LONGSOR

EKSPLOITASI
TAMBANG

PENGANGKUTAN
HASIL TAMBANG

MENGGANGGU HIDROLOGI
AIR TANAH, POLUSI UDARA
YG BERSAL DR GAS
BERACUN AKIBAT
PENGOPERASIAN ALAT ALAT
BERAT
POLUSI UDARA,
KEBISINGAN, GETARAN

Dampak Pencemaran Kegiatan

10

2.3 KEBIJAKAN LINGKUNGAN


1. Mematuhi semua hal yang terkait dengan peraturan dan perundang-undangan
lingkungan yang berlaku, komitmen-komitmen lingkungan yang secara sukarela
diikuti, dan ketentuan kebijakan lingkungan.
2. Mengupayakan pencegahan pencemaran lingkungan
3. Mengupayakan
perbaikan
yang
berkesinambungan
dengan
mengimplementasikan system manajmen yang menetapkan tujuan dan sasaran
berdasarkan data yang abash dan berlandaskan ilmu pengetahuan yang tepat
dengan mengkaji ulang sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkunagn (RPL) serta melalui
audit internal maupun audit eksternal berkala.
4. Memastikan bahwa pertimbangan lingkungan menjadi bagian integral pada setiap
tahapan pengoperasian.
5. Bekerjasama dengan masyarakat di sekitar wilayah kerja dengan prinsip saling
menghormati dan mengembangkan kemitraan aktif.
6. Memfasilitasi dan mendukung penggunaan kembali daur ulang dan pembuangan
dari penggunaan spare part, BBM, dan pelumas yang bertanggung jawab dari
produk yang digunakan dalam operasional.
7. Memastikan bahwa kebijakan ini didokumentasikan, disampaikan kepada seluruh
karyawan dan semua orang yang bekerja mewakili perusahaan, dan terbuka untuk
semua pihak.
8. Melakukan, mempertahankan, meningkatkan dan up-grading Sistem Manajemen
Lingkungan dan kampanye secara terus menerus, berkomunikasi dan mendesak
bahwa semua karyawannya melakukan upaya tersebut.
9. Pemantauan, Pendataan dan pelaporan kondisi lingkungan yang
berkesinambungan dan menemukan dan menghormati lokal maupun nasional
peraturan yang efektif, serta sesuai dengan Standarts Lingkungan Internasional.
10. Secara teratur meninjau semua skema untuk mencapai tujuan-tujuan dalam kaitan
dengan lingkungan yang berkelanjutan.
11. Kebijakan Lingkungan ini merupakan komitmen nyata dari seluruh manajemen
dan karyawan untuk masalah ini.
2.4 TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan lingkungan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh organisasi untuk
memenuhi kebijakan lingkungan, sedangkan Sasaran lingkungan merupakan rincian
hal-hal yang ingin dicapai dalam tujuan lingkungan. Penetapan tujuan dan sasaran
lingkungan merupakan suatu proses transformasi dan penjabaran dari hal-hal yang
bersifat umum kepada sesuatu bentuk yang lebih jelas dan terarah. Oleh karenanya,
tujuan dan sasaran lingkungan harus memuat rencana dan dimensi waktu yang
realistik untuk memenuhi penaatan peraturan, mencegah pencemaran, dan
memperbaiki/ menyempurnakan secara berkelanjutan kinerja lingkungan.
Organisasi sebaiknya menetapkan tujuan dan sasaran lingkungan pada dua atau lebih
hirarki, yakni tingkat organisasi keseluruhan dan tingkat unit atau area kerja yang
relevan.Penyusunan dan perumusan tujuan dan sasaran sebaiknya berasal dari
11

masing-masing fungsi/tingkat organisasi (bottomup approach), untuk selanjutnya


dievaluasi dan disetujui pada tingkat manajemenorganisasi. Tujuan dan sasaran dapat
ditetapkan ke seluruh organisasi atau lebih sempit terhadap lokasi atau kegiatan
tertentu. Untuk itu, organisasi dapat menyusun tujuan dan sasaran sebagai berikut:
a. Hanya menyusun tujuan dan sasaran pada tingkat organisasi, dan digunakan oleh
setiap fungsi/tingkatan yang relevan; atau
b. Menyusun tujuan dan sasaran pada fungsi/tingkatan organisasi yang relevan dan
konsisten dengan tujuan dan sasaran organisasi.
Tujuan dan sasaran lingkungan dapat dikategorikan berdasarkan hasil yang ingin
dicapai (outcome), seperti yang dilakukan oleh British Telecom dengan
mengkategorikan setiap tujuan dan sasaran lingkungan ke dalam satu dari tiga
kategori berikut:
a. Sasaran strategik; mencakup tujuan jangka panjang.
b. Sasaran perbaikan/penyempurnaan; mencakup kemajuan secara bertahap
c. Sasaran proses; mencakup kegiatan penelitian dan pengembangan serta
pengkajian atas sesuatu hal.
Tujuan dan sasaran lingkungan dapat pula dikategorikan sebagai berikut:
a. Tujuan pemantauan (monitoring objective), digunakan bilamana suatu dampak
penting lingkungan berpotensi untuk disempurnakan, namun karena kendala
teknologi, dana, dan sumberdaya lain maka hal tersebut belum dapat terlaksana.
Sebagai contoh: memantau atau mengkaji sistem konsumsi air.
b. Tujuan pengelolaan (management objective), digunakan bilamana suatu dampak
lingkungan telah berhasil dikendalikan atau suatu penyempurnaan kinerja belum
dapat dilaksanakan. Selain itu juga untuk memastikan pengendalian suatu
dampak lingkungan khusus secara sistematik dapat terlaksana. Sebagai contoh:
memastikan seluruh personil mendapatkan pelatihan sehingga memahami tugas
dan perannya dalam pengelolaan dampak lingkungan.
c. Tujuan penyempurnaan (improvement objective), berkaitan dengan program
penyempurnaan pada area yang sedang melaksanakan pengelolaan terhadap satu
atau lebih dampak.
Tidak ada tujuan dan sasaran lingkugan yang berlaku sama bagi seluruh jenis
organisasi. Tujuan dan sasaran harus mencerminkan apa yang dilakukan oleh
organisasi, seberapa baik kinerja organisasi, dan apa yang ingin dicapai
organisasi.Organisasi tidak harus menyusun tujuan dan sasaran untuk semua aspek
lingkungan penting pada saat yang bersamaan, dan untuk seluruh area kerja
12

organisasi.Namun, perlu diberikan prioritas terhadap aspek lingkungan penting yang


berhubungan dengan penaatan terhadap peraturan lingkungan.Dalam menetapkan tujuan
dan sasaran lingkungan harus dipertimbangkan penggunaan teknologi terbaik yang
tersedia dan secara ekonomi terjangkau. Sasaran sedapat mungkin harus dapat terukur
(measurable), dapat dilaksanakan (workable) dan dapat dicapai (achievable), serta
sedapat mungkin selalu menggunakan pendekatan pencegahan (prevention).Bila sasaran
tidak dapat terukur berarti kita tidak dapat mengukurnya, berarti pula kita tidak dapat
mengelola atau mengendalikannya.Oleh karena itu, tujuan dan sasaran sebaiknya
menggunakan indikator-indikator yang kuantitatif atau dikenal dengan indikator kinerja
lingkungan, sebagai dasar organisasi mengevaluasi keberhasilan pencapaian tujuan dan
sasaran lingkungan dan memberikan informasi tentang efektifitas SML
organisasi.ngkungannya. Organisasi dapat menggunakan indikator kinerja lingkungan
untuk mengevaluasi kinerja penerapan SML ISO-14001. Terdapat tiga kategori indikator
kinerja lingkungan menurut ISO-14031 , yaitu:Indikator kondisi lingkungan (ECIenvironmental
conditions
indicator),
mencakup:
kondisi
lingkungan
regional/nasional/global dan kondisi lingkungan lokal. Indikator kinerja manajenem
(MPI-management performance indicator); mencakup: kinerja penerapan kebijakan dan
program, kesesuaian persyaratan, kinerja keuangan, dan hubungan masyarakat. Indikator
kinerja operasional (OPI-operational performance indicator), mencakup: bahan baku,
energi, jasa, peralatan, pasokan dan distribusi, produk, limbah, dan emisi.
Tabel 2.1
Tujuan dan Sasaran Manajemen Lingkungan

TUJUAN

SASARAN

Mengurangi Penggunaan Energi secara


berlebihan

Mengurangi penggunaan solar listrik


sebesar 10%

Meningkatkan Kepedulian Karyawan


terhadap Masalah Lingkungan

Melaksanakan pelatihan kepedulian


lingkungan setiap bulan

mengurangi Etensitas debu pertambangan

melakukan penyimaran secara


berkala,membuat greenbelt

mengangulangi kebisingan

Memastikan semua karyawan pada area


tambang memakai air plug

meminimalisir pencemaran air

air memenuhi baku mutu yang ada


Meningkatkan sumber daya manusia
dibidang geotek,melakukan pemantauan
secara berkala

Mencegah terjadinya longsor

Meningkatkan Penaatan terhadap Ijin


Pembuangan Limbah Cair

Tidak terjadi lagi penyimpangan terhadap ijin


pembuangan limbah air pada akhir tahu

menjaga kualitas tanah pucuk dan tanah


penutup

Tingkat kesuburan tanah dapat ditanami


tumbuhan,

13

mengurangi batuan terbang,getaran tanah


yang kuat
mengurangi limbah padat

Fly rock dan getaran tanah sesuai standar


yang ditentukan
Area penambangan bersih dari sampah dan
kotoran

PROGRAM MANAJEMEN LINGKUNGAN


Program manejemen lingkungan yang dilakukan oleh departemen produksi
disesuaikan dengan tugas masing-masing divisi. Program unuk memanejemn lingkungan
pada departemen produksi adalah sebagai berikut :
1. Divisi Mine Planning
a. Dalam pembuatan pit, harus diketahui besarnya target produksi tanah penutup
(OB) dan ORE yang akan diambil. Sehingga luasan design pit yang dibuat tidak
keluar dari pit limit yang telah ditentukan yang pada akhirnya tidak menggangu
daya dukung lingkungan dan aman terhadap kegiatan penambangan
b. Dapat mendesain arah dan pola peledakan sehingga ketika batuan diledakan
tidak menggangu ekosistem lain yang tidak terkena dampak peledakan
c. Membuat disain
pit yang sesuai standart geotektenik yang telah
direkomendasikan dan selalu bekerja sama
d. Merancang system penyaliran yang sesuai dengan kondisi tambang, merancang
sumuran,dan kolam pengendapan.
e. Melalukan penghematan listrik dengan cara mematikan arus pada saat barang
tidak digunakan.
f. Merancangan penempatan tanah pucuk dan overburden.
2. Divisi survey
a. Merencanakan program pemantauan lingkungan terhadap kawasan yang terkena
dampak akibat dari kegiatan peledakan dengan cara menyisir setiap lokasi untuk
mendeteksi kemungkinan buruk yang terjadi terhadap lingkungan
b. Mengumpulkan informasi yang mengkaji mengenai lokasi yang akan di ledakan
mengenai rona awal lingkungan, hidrologi ataupun hidrogeologi.
c. Melaporkan kepada petugas yang bertanggung jawab atas pekerjaan penggalian
dari tempat-tempat yang mempunyai potensi bahaya seperti kantong-kantong
air, gas-gas berbahaya, semburan batu (rock burst), dan permukaan tanah atau
penyangga-penyangga yang dapat membahayakan penggalian tersebut
3. Divisi Quality Control
a. Mengawasi kondisi kegiatan di area penambangan .
b. Mengawasi

pembongkaran top soil dan overburden serta memantau

penempatanya sesuai atau tidak..


c. Mengawasi aktifitas pengisian bahan bakar peralatan .agar bahan bakar tidak
tumpah kepermukaan tana
14

d. Mengawasi kondisi jenjang apabila ada jenjang yang sudah tidak sesuai
dengan standar.
e. Mengecek curah hujan, kondisi air tambang, system penyaliran, keadaan
sumuran dilokasi penambangan.
f. Meminimalisir area penambangan dari kotoran atau sampah.
g. Mengecek ph air dan membawa sampel air di kolam pengendapan.
h. Melakukan pengawasan k3.
i. Mengecek dan mengawasi area penambangan pasca peledakan.
PROGRAM PENCEGAHAN, PENGURANGAN, DAN PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA KENDARAAN
Tujuan
: Mencegah, Mengurangi, dan Mengendalikan Pencemaran Udara
Sasaran
:memenuhi baku mutu udara
NO

uraian kegiatan program

Area penerapan

T.jawaban
quality
kontrol

Identifikasi kualitas udara dan


pengambilan sampel

Area Penambangan

Uji emasi gas buang peralatan

area penambangan

Penyiraman Area Penambangan Secara


berkala

area penambangan

Maintance
quality
kontrol

perkerasan dan peningkatan stabilitas


jalan

area penambangan

quality
kontrol

penanaman pohon sebagai


penghalang penyebaran debu dan
meninggikan tanl di pinggirjalan
angkutggu

area penambangan
,jalan angkut

quality
kontrol

15

Tangal
selesai

PROGRAM PENCEGAHAN, PENGURANGAN, DAN PENGENDALIAN


LONGSOR
Tujuan
: Mencegah terjadinya longsor
Sasaran
:Meningkatkan sumber daya manusia dibidang geotek,melakukan
pemantauan secara berkala
URAIAN KEGIATAN PROGRAM

NO
1

Melakukan penyelidikan pada saat dan


setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara
penaggulangannya
Melakukan studi geotek

melakukan pemantauan di daerah rawan


bencana
Membuat desain pit yang sesuai

AREA
PENERAPAN

TANGGUNG
JAWAB

PIT, JALAN
TAMBANG,
WASTE DUMP

Divisi Mine
enginering,geote
c

PIT, JALAN
TAMBANG,
WASTE DUMP

Divisi Mine
enginering,geote
c

PIT, JALAN
TAMBANG,
WASTE DUMP

Divisi Mine
enginering,geote
c

PIT, JALAN
TAMBANG,
WASTE DUMP

Divisi Mine
enginering,geote
c

PIT

Divisi Mine
enginering,geote
c

Melakukan Disain Geometri Pedakan


yang Sesuai berdasarkan studi dan
penelitan yang akan diterapakn

TGL
SELESAI

PROGRAM PENCEGAHAN, PENGURANGAN, DAN PENGENDALIAN KEBISINGAN


Tujuan
: Menangulangi Kebisingangan
Sasaran
:Memastikan semua karyawan pada area tambang memakai air plug

NO

URAIAN KEGIATAN PROGRAM

Melakukan penanganan terhadap


sumber-sumber kebisingan
Melakukan pengadaan ear plag yang
berstandar

16

AREA
PENERAPAN

TANGGUNG
JAWAB

PIT, PABRIK
PENGOLAHAN,
JALAN
TAMBANG

SAFETY OFFICER

OFFICE K3

SAFETY OFFICER

TGL
SELESAI

PROGRAM MEMELIHARA KUALITAS TANAH PUCUK DAN TANAH PENUTUP


Tujuan
: menjaga kualitas tanah pucuk dan tanah penutup
Sasaran
:Tingkat kesuburan tanah terpelihara dapat ditanami tumbuhan,

N
O

URAIAN KEGIATAN PROGRAM

AREA
PENERAPA
N

TANGGUN
G JAWAB

Melakukan Pengupasan tanah


berdasar lapisan/horizon semula

PIT

Divisi quality
control,

Melakukan Pengupasan tanah tidak


dalam kondisi basah

PIT

Divisi quality
control,

Melakukan Pengambilan Tanah sesuai


dengan lapisan semula

PIT, DUMP
AREA

Divisi quality
control,

Mengisolasi bahan pencemar

PIT, DUMP
AREA

Divisi quality
control,
enviro

Merancang tempat pembuangan


overburden

DUMP AREA

Divisi Mine
enginering

merancang tempat pembuangan tanah


pucuk

DUMP AREA

Divisi Mine
enginering

Melakukan penanaman tanaman


penutup tanah

DUMP AREA

Divisi quality
control,
enviro

TGL
SELESA
I

Umumnya sering terjadi kelalaian terutama pada manejemen K3 untuk itu


departemen produksi, apalagi produksi ORE dilakukan dengan menggunakan
peledakan oleh sebab itu perlu dilakukan pembinaan keselamatan kerja teradap
keryawan oleh masing-masing divisi agar dapat meniadakan keadaan berbahaya
di tempat kerja. Pada umumnya banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan
untuk membina keselamatan kerja karyawan, baik yang bersifat di dalam
ruangan (in-door safety development) atau raktik di lapangan (out door safety
development). Perusahaan harus memiliki safet officer sebagai personil atau
bagian yang bertanggung jawab terhadap pembinaan keselamatan kerja
karyawan maupun tamu perusahaan. Usaha-usah adapat dilakukan dalam
membina keselamtan kerja antara lain :
1. Penyuluhan singkat (safety talk)
a. Memotivasi singkat tentang keselamatan kerja yang umumnya dilakukan
setiap mulai kerja atau pada hari-hari tertentu selama 10 menit sebelum
bekerja dimulai
b. Pemaangan poster keselamatan kerja
17

c. Pemutaraan film atau slide tentang keselamtan kerja


2. Safety committee
a. Menguahakan terciptanya suasana kerja yang aman
b. Menanamkan rasa kesadaran atau disiplin yang sangat tinggi tentang
pentingnya keselamtan kerja
c. Pemberian informasi entang tekni-tekni keselamtan kerja serta peralatan
kerja
3. Pendidikan dan pelatihan
1. Melaksanakan kursus keselamatan kerja baik dengan cara mengirimkan
karyawan ke tempat-tempat diklat keselamtan kerja atau mengundang ahli
keselamatan kerja dari luar perusahaan untuk memberikan pelatihan di dalam
perusahaan
2. Latihan menggunakan peralatan keselamatan kerja
4. Menyediakan alat-alat keselamatan kerja, diman alat-alat tersebut berupa alat
proteksi diri yang diperlukan sesuai dengan kondisi kerja .
Apabila pernah terjadi kecelakaan tambang maka perlu dilakukan control untuk
mencegah agar tidak terjadi kecelakaan yang serupa dengan cara pemeriksaan atau
mencari penyebab kecelakaan tersebut. Tujuan dari dilakukannya pemeriksaan tersebut
adalah :
1. Sebagai tindakan pencegahan
Memperkecil bahaya, mengurangi atau meniadakan bagian-bagian yang
berbahaaya
Perlatan dan perlengkapan yang perlu diberi pengaman
Bagian-bagian yang dapat mendatangkan kecelakaan perlu diberi pengaman,
seperti bagian yang berputar dari suati mesin, pipa panas dan sebagainya
Tanda-tanda peringatan pada tempat yang berbahaya seperti peralatan listrik
tegangan tinggi, lubang bahaya, bahan peledak, lalulintas, tempat penggali batu
dan sebagainya
2. Dasar pencegahan kecelakaan
Menciptakan dan memperbaiki kondisi kerja
Membuat tindakan berdasarkan fakta yang ada
dan untuk meniadakan penyebab suatu kecelakaan atau mencegah timbulnya
kecelakaan perlu adanya control bahaya terhadap :
1.
2.
3.
4.

Mesin atau peralatan yang tidak bekerja secara normal


Perbuatan manusia yang ceroboh atau tidak hati-hati
Metode krja yang tidak tepat
Material yang digunakan
Langkah pertama dari implementasi manajemen kinerja adalah merancang dan
menerapkan scorecards untuk mengukur dan mendorong perbaikan kinerja karyawan
sesuai Pipeline Process, terutama pada penyelia langsung (front line supervisor) Karena
posisi ini memiliki pengrauh yang paling besar terhadap kinerja departemen produksi.
Scorecard ini merupakan indicator yang digunakan untuk menganalisis kinerja personel
secara individu dan departemen produksi secara kelompok.
18

Berikut adalah faktor yang dijadikan acuan dalam perancangan scorecards :Tabel
1. Faktor-faktor yang dijadikan acuan dalam perancangan scorecards
No.

Aspek Kinerja

1.

Produktivitas

2.

Kualitas Kerjas

3.

Performa Peralatan

Yang Diukur
Efisiensi kerja, peningkatan utilisasi waktu
dan sumber daya personel, kepatuhan
(compliance) terhadap jadwal, dan
manajemen pekerjaan yang lebih baik
Efektivitas kerja, proaktiv, akuntabilitas,
dan sikap berusaha mencapai yang
terbaik (striving for excellence attitude)
Performa peralatan paling mendasar yang
diharapkan dicaai melalui kualitas kerja
dan team work personel pada level
department, seperti Availiability, MTBF,
dan MTTR

Bobot
35 %

35 %

30 %

Sedangkan alur proses manajemen kinerja digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Proses Manajemen Kinerja


Proses manajemen kinerja dimulai dari penentuan visi, misi, dan strategi oleh
Departemen Produksi melalui implementasi system manajemen kinerja yang andal.
Selanjutnya dilakukan penetapan tujuan dan ukuran kinerja. Penetapan tujuan dan
ukuran ini dilakukan oleh Kepala Departemen produksi dan biasanya akan dievaluasi
19

dan ditinjau kembali serta disesuaikan setiap enam bulan untuk mengantisipasi
perubahan kondisi.
Langkah selanjutnya adalah penentuan target scorecard sebagai tolak ukur dari
kinerja setiap personel. Dalam proses ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain :
a. Disesuaikan dengan kondisi saat itu
b. Harus realistis
c. Transparan dan dikomunikasikan ke seluruh level organisasi
Setelah target scorecard ditentukan dan setiap personel melakukan pekerjaannya,
kemudian dilakukan proses pengukuran kinerja. Proses pengukuran kinerja ini dilakukan
oleh bagian yang independen, yaitu bagian Administrasi dan Manajemen Tenaga Kerja
(Manpower Management and Administration, MMA) untuk menjaga obejektivitas hasil
pengukuran kinerja.
Pada minggu pertama setiap bulan, staf MMA akan menjalankan program untuk
menarik data hasil pengukuran kinerja, kemudian menyerahkan laporan hasil scorecard
kepada penyelia dari personel bersangkutan sebagai input untuk menilai kinerja personel
tersebut.
Proses selanjutnya adalah peninjauan kinerja. Pada minggu kedua setiap bulannya,
masing-masing penyelia dari Departemen Produksi akan melakukan diskusi dengan
bawahannya untuk membahas kinerja personel bersangkutan pada bulan sebelumnya.
Dari diskusi ini, diharapkan umpan balik dapat dikomunikasikan dan rencana aksi
(action plan) bisa dirumuskan dan ditetapkan untuk memperbaiki kinerjanya.Dari hasil
diskusi tersebut, peneylia melengkapai feedback form kinerja personel bersangkutan dan
kemudian menyerahkannya ke MMA.
Langkah terakhir dari proses manajemen kinerja adalah pembandingan rating kinerja.
Setelah mendapatkan semua data kinerja personel, semua kepala seksi dari Departemen
Produksi akan bertemu pada minggu ketiga setiap bulannya. Pada pertemuan ini, diskusi
diarahkan untuk membandingkan dan menentukan rating setiap personel di Departemen
Produksi.
2.5 MENYIAPKAN SUMBERDAYA MANUSIA, TANGGUNG JAWAB DAN
PELATIHAN
Dalam penerapan dan pengendalian system manajemen, Departemen produksi
menyediakan sumberdaya yang penting, berupa manusia, keterampilan khusus,
tekhnologi dan keuangan.Hal ini dilakukan guna tercapainya kegiatan yang
mengedepankan aspek Kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan.Untuk mencapai
hal diatas, maka perlu dilakukan pelatihan-pelatihan sesuai dengan bidang kerja masingmasing karyawan baik bagi karyawan baru, karyawan pada tugas baru, maupun pelatihan
untuk menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran tahunan.
Adapun Pelatihan yang diberikan kepada karyawan pada Departemen
produksieyaitu :
- Pelatihan dasar, diantaranya :
20

Pengenalan terhadap terhadap lingkungan dan manusia, serta pencegahannya


Peralatan peindung, menyangkut kegunaan dan penggunaannya.
Pelatihan untuk keadaan darurat, meliputi kebakaran, ledakan, tumpahan, dan
sebaginya.
- Pertolongan pertama pada kecelakaan
- Peralatan keselamatan kerja
- Peraturan perundang-undangan tentang pengolahan limbah B3
- Pelatihan khusus
- Pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan penunjangnya
- Pengoperasian alat pengolahan dan peralatan penunjangnya
- Dokumentasi dan pelaporan
- Prosedur penyimpanan dokumentasi dan pelaporan
2.6 STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)
Pembersihan lahan
Adapun Standart Operation Procedure yang diterapkan PT. SUMBER DAYA
MINERAL dalam melakukan kegiatan land Clearing adalah sebagai berikut :
- Tahap Persiapan
a. Petugas melaksanakan tugas di lapangan. harus mengikuti induksi dan
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
b. Cek status tanah areal yang akan dikerjakan kepada seksi Planning. dan batasnya
harus jelas dengan tanda-tanda.
c. Hasil land clearing di tempatkan dalam satu tempat yang tidak mengganggu.
d. Topsoil yang tergali harus dikumpulkan dan dikoordinasikan ke bagian
Enviromental.
- Tahap Pelaksanaan
1. Selalu melakukan Pemeriksaan Perawatan Harian (P2H). terhadap alat dozer
yang digunakan.
2. Waspada terhadap arah tumbangnya pohon yang besar.
3. Usahakan dozer bergerak dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.
4. Waspada terhadap bahaya lain ( orang lain. sarang lebah dll).
5. Untuk daerah tambang setelah di land clearing. pastikan pengangkutan topsoil ke
disposal area di tempatkan sesuai dengan desain.
6. Kalau tidak tersedia lokasi pembuangan topsoil. maka meterial tersebut harus
disimpan di stock area.
7. Untuk daerah disposal. pisahkan antara tumpukan tanaman dan tumpukan
topsoil.
8. Koordinasikan ke bagian enviromental untuk mengangkut sisa top soil ke daerah
disposal.
9. Daerah yang mempunyai daya dukung lemah. misalnya lembah atau rawa. maka
pekerjaan hanya dilakukan sebatas tepi dari bidang lemah tersebut. selanjutnya
digunakan excavator untuk mengeruk top soil tersebut.
- Tahap Akhir
- Pastikan pekerjaan land clearing sudah dikerjakan sesuai rencana.
- Drainage harus diperhatikan terutama yang alirannya ke perairan umum. atau
arahkan ke settling pond yang ada untuk menghindari dampak.
21

Koordinasikan ke geologi bila dijumpai alat eksplorasi (monitoring).


Koordinasi ke kompensasi bila ada orang mengaku yang punya tanah dilokasi
yang sedang diclearing.
Pengupasan tanah penutup/ Stripping Overburden & Pembongkaran
Adapun Standart Operation Procedure yang diterapkan PT. SUMBER DAYA
MINERAL adalah sebagai berikut :
a) Melakukan pengecekan terhadap status yang areal yang akan di tambang.
b) Berkordinasi dengan pihak survey untuk pemasangan patok batas areal. tinggi
jenjang. lebar jenjang dan kemiringan jenjang. serta daerah yang akan ditambang
sesuai dengan perencanaan.
c) Sebelum dilakukan kegiatan penggalian. terlebih dahulu dilakukan pembersihan
lahan (land clearing).
d) Membangun jalan angkut dari loading point ke disposal. meliputi grade. lebar.
super elevasi. bund wall dan drainage. sesuai dengan perencanaan.
e) Permukaan penggalian dibentuk sesuai arah drainage yang ditetapkan oleh
planning.
f) Front penggalian dan pemuatan bisa untuk manuver unit. yang beroperasi di area
tersebut.
g) Pada waktu pemuatan. putaran bucket alat muat tidak melalui posisi kabin alat
angkut. dan pengemudi alat angkut tidak dibenarkan keluar kabin.
h) Lakukan pemilahan material (Top soil. dan waste) untuk keperluan reklamasi
dan kestabilan lereng disposal serta koordinasikan dengan bagian Enviromental.
i) Penerangan yang memadai pada saat bekerja di malam hari.
j) Hasil penggalian harus dirapikan baik bench.slope. dandrainagenya. sesuai
dengan plan.
k) Memperhatikan K3LH
Penanganan tanah penutup berupa top soil berbeda dengan penangan Waste yang
terdiri andesit dan claystone. Disediakan tempat penimbunan untuk lapisan tanah
penutup agar pada saat penambangan di pit telah selesai maka lapisan penutup ini akan
dikembalikan guna melakukan reklamasi.
- Direct digging
Batuan penutup yang lunak (nilai kekerasan 1-3 Skala Mohs) digali langsung
dengan alat gali mekanis Excavator Backhoe Komatsu PC 1250 maupun PC 400 lalu
diangkut oleh Dump Truck Komatsu 465-7
- Ripping and Dozing
Waste agak keras (nilai kekerasan 3-6 Skala Mohs) yang masih sulit digali
dilakukan penggaruan (ripping) terlebih dahulu. sedangkan dozing dilakukan untuk
perataan permukaan kerja. baik di frontORE. Waste dan permukaan area blasting yang
dilakukan oleh Bulldozer-Ripper Komatsu D 375A.
- Drilling and Blasting
Kegiatan pemboran dilakukan untuk menyediakan lubang tembak pada proses
peledakan. Kegiatan pemboran dan peledakan dikerjakan oleh kontraktor PT. Avocet
Bolaang Mongondow. Alat bor yang digunakan Drilling Machine Caterpillar Tamrock
Pantera1100 . Kedalaman lubang bor antara 3-9 meter dengan diameter lubang bor
22

5.5 inchi. Blasting dilakukan setiap satu hari sekali. Tujuan peledakan adalah untuk
membongkar material Waste yang keras dan menyediakan material untuk kegiatan
pemuatan
SOP untuk pekerjaan penimbunan ini adalah sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan
a. Daerah yang akan dijadikan disposal harus dicek ke planning tentang status
tanahnya.
b. Daerah timbunan harus di land clearing terlebih dahulu dan top soilnya
dikumpulkan untuk keperluan penanaman. tumpukan kayu - kayu hasil land
clearing ditempatkan tersendiri.
c. Bila ada cekungan (creek) harus dibuang lumpurnya. terutama 100 meter di
bagian terluar (prime) dari design.
d. Penimbunan harus mengikuti perencanaan dari bagian planning. pelaksanaan
penimbunan harus memperhatikan jenis materialnya. material yang bagus
diletakkan di daerah kemiringan (slope) akhir. sedang material jelek ditempatkan
di daerah dalam (100 meter kedalam dari batas terluar).
e. Penimbunan disisi terluar (prime) dilakukan maksimum per 2 (dua) meter dan
dipadatkan. sedang dibagian dalam dapat dilakukan maksimum per 5 (lima)
meter dengan asumsi truk yang digunakan jenis Heavy Dump Truck.
f. Penimbunan harus memperhatikan arah drainage. jangan sampai air akan
mengalir ke arah kemiringannya. sehingga akan merusak kemiringan (slope)
yang sudah jadi atau dibentuk.
2) Tahap Pelaksanaan
1. Petugas di disposal harus telah mendapatkan induksi sebelum bekerja. dan telah
mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) saat berada di lokasi kerja.
2. Jalan masuk menuju areal disposal harus diperhatikan drainage. grade. debu.
lebar dan bund wall bila diperlukan.
3. Areal dumping minimum harus bisa untuk manuver unit truck terbesar dan
bulldozer yang digunakan.
4. Kecepatan alat angkut truk di daerah kerja yang diizinkan maksimum 25 (dua
puluh lima) km/jam.
5. Bulldozer harus siap untuk melakukan pendorongan dan jika tidak mencukupi
sedangkan banyak tumpukan material yang belum dirapihkan. maka penimbunan
material harus dihentikan dan beroperasi kembali setelah tumpukan habis
terdorong sesuai dengan rencana.
6. Setiap pendorongan disisakan material diujungnya untuk keamanan unit truk saat
dumping.
7. Semua unit yang bergerak. harus memiliki sarana alaram mundur yang berfungsi
dengan baik.
8. Penerangan harus memadai untuk bekerja di malam hari.
9. Rambu peringatan untuk daerah rawan longsor atau informasi lain harus
terpasang di tempat yang tepat dan jelas terbaca.
10. Hasil timbunan diusahakan selalu dilewati truk untuk membantu pemadatan
11. Memperhatikan K3LH.
12.
23

3) Tahap Akhir
1. Sistem drainage harus mengikuti rencana yang sudah ada. kalau ada perubahan
harus segera melaporkan ke planning.
2. Pada proses pembentukan akhir disposal. keperluan konstruksidrainage harus di
koordinasikan ke seksi Environment.
3. Pada daerah kemiringan yang sudah selesai. segera dilapisi dengan material top
soil dari front penggalian dan diserahkan ke bagian Environment untuk dilakukan
revegetasi. pekerjaan ini tidak harus menunggu sampai selesainya seluruh
disposal tetapi bisa dilakukan secara bertahap.
Pembuatan Jalan Tambang/ Pionering
Fungsi utama jalan tambang yaitu sebagai sarana untuk mengangkut ore
ketempat pengolahan. serta top soil. dan waste. ke tempat penyimpanan atau waste
dump. Berdasarkan perbedaan kondisi jalan. dikenal dua macam jalan. yaitu jalan
tambang yang menghubungkan tempat penimbunan dan cabang jalan tambang yang
menghubungkan jalan tambang ke front penambangan.
Dalam melakukan kegiatan Pionering. terlebih dahulu dilakukan persiapan dan
perencanaan pembuatan jalan yang berlaku dilingkungan PT. SDM. yang meliputi
kegiatan di bawah ini :
1) Super elevasi : Peralihan kemiringan.
2) Bund wall : Tanggulan safety yang terbuat dari material tanah penutup.
3) Drainage : Paritan yang mengarahkan air secara gravitasi / alami.
4) Loading point : Permukaan area kerja.
Adapun Standart Operation Procedure yang diterapkan PT. SDM sebagai
berikut:
a) Pastikan lokasi jalan sesuai dengan rencana baik jalur ataupun elevasinya.
berikan tanda atau patok sebagai informasi.
b) Perhatikan kondisi jalur pada daerah cekungan. bersihkan jalur pada daerah
cekungan untuk mengindari terjadinya kecelakaan.
c) Lebar jalan aman untuk berpapasan dengan lebar minimum adalah 3.5 kali lebar
alat angkut terbesar yang digunakan.
d) Kemiringan jalan Maksimal 10 % dancukup aman untuk alat angkut yang
terbesar.
e) Kontrol target elevasisesuai design.
f) Gunakan material yang baik untuk pelapisan jalan dan lakukan pemadatan
supaya permukaan jalan selalu padat dan relatif rata.
g) Buat kemiringan melintang (cross fall) pada permukaan jalan sebesar 1 2 %
h) Buat drainage kanan kiri jalan harus bisa membuat permukaan jalan tidak
tergenang oleh air
i) Bundwall harus di buat di sisi jalan yang memiliki perbedaan ketinggian. dengan
ukuran 3/4 dari diameter roda alat angkut terbesar yang beroperasi di area
tersebut.
j) Buat super elevasi di daerah tikungan 1 4 %.
k) Perhatikan jarak pandang terutama pada jalan yang membelok. kalau ada tebing
atau bukit kecil yang menghalangi jarak padang (Blind Spot) harus dipotong.
24

l) Pasang rambu-rambu sesuai rekomendasi safety. terutama didaerah persimpangan


perlu dipasangi cermin (TrafficMirror).

Gambar 1. Traffic Mirror


m) Pasang penerangan yang cukup dimalam hari.
n) Pastikan jalan selalu dilakukan perawatan yang rutin dandisiram untuk
mengurangi debu yang timbul.
o) Bila kondisi berkabut atau berdebu dan jarak pandang tidak layak segera hentikan
operasi sampai kondisi normal kembali.
Penggalian dan Pemuatan ore
Kegiatan penambangan yang dilakukan PT. SUMBER DAYA MINERAL.
menggunakan alat berat berupa Excavator Backhoe Komatsu PC 300 serta
BackhoeCaterpillar 354D untuk pembongkaran dan pemuatan emas ke Dump Truck
Nissan CWB 520 berkapasitas 20 ton.
Kegiatan Penggalian dan Pemuatan mencakup pekerjaan persiapan dan
pelaksanaan penggalian dan pemuatan ore.
Adapun Standart Operation Procedure yang diterapkan PT. SUMBER DAYA
MINERAL dalam melakukan kegiatan Penggalian dan Pemuatan. adalah sebagai
berikut :
a) Pastikan lokasi penggalian ore telah di bersihkan (clean up) dan sesuai dengan
rencana serta kualitas yang diinginkan.
b) Pastikan Drainage pada lokasi penambangan telah dibuat dan dijaga.
c) Pastikan peralatan yang akan digunakan untuk aktivitas penambangan telah
bersih dari segala jenis kotoran. lumpur. tanah liat dan material yang
kemungkinan melekat pada track atau bucket.
d) Merencanakan dan menjaga posisi alat pada saat melakukan kegiatan penggalian
dan pemuatan. sesuai dengan rencana dan keselamatan kerja.
e) Merencanakan dan menjaga loading point yang mempunyai luas minimal untuk
berputar / manuver alat angkut yang ada.
f) Gali dan kumpulkan ore sebelum atau pada saat menunggu alat angkutnya
g) Pada saat menggali / memuat ore ke truck. upayakan diameter ore< dari 30 cm.
h) Pastikan isi bucket selalu dalam keadaan bersih pada saat memuat ore ke dump
truck.
i) Upayakan alat yang ada berproduktivitas optimal (match factor mendekati 1)
untuk alat muat dan angkut serasi.
j) Tandai bila ada parting koordinasikan dengan geologi/engineering dan Quality
Control.
k) Upayakan ore yang tertinggal pada floor tidak terlalu banyak.
25

l) Pada saat melakukan penggalian. pastikan permukaannya rata mengikuti


crossfall yang ada.
m) Apabila kondisi tidak memungkinkan untuk menggali dan mengangkut ore
karena masih ada pengotor. maka kegiatan penggalian harus dihentikan untuk
sementara.
n) Penerangan pada malam hari harus ada. baik di front penggalian maupun pada
alat gali dengan intensitas cahaya yang cukup.
o) Dilarang mengotori area tambang. khususnya diarea loading poin.
p) Perhatikan K3LH.
Pengangkutan ore
Adapun Standart Operation Procedure yang diterapkan PT. SUMBER DAYA
MINERAL dalam melakukan kegiatan pengangkutan. adalah sebagai berikut:
Truck kosongan melalui pos didekat pit. checker PT. SUMBER DAYA
MINERAL menyerahkan kupon ke driver8 (delapan) Rangkap.
Setelah diberikan kupon 8 (delapan) rangkap truk memasuki areal tambang untuk
diisi ore.
Setelah diisi ore. truk kembali ke posdidekat pit untuk menyerahkan kupon ke 7
(tujuh).
Di km 4. melewati checker. kupon lembar ke 6 diambil oleh juru jaga.
sedangkan orang PT. SUMBER DAYA MINERAL melakukan rekap di kertas.
Sampai didekat pos jalan propinsi kupon lembar ke 5 diserahkan ke orang PT.
SUMBER DAYA MINERAL.
Saat ditimbangan. supir menyerahkan kelima sisa kupon ke petugas timbangan.
Setelah ditulis kapasitas berat dari truk oleh petugas timbangan. lalu diberikan
lembar ke 4 ke supir sebagai pengantar di stockpile.
Setelah menyerahkan lembar ke 4 ke petugas stockpile lalu truk kosongan
kembali ke timbangan untuk di timbang dan ditulis berat kosongannya. dan
selanjutnya lembar 1 diberikan ke supir untuk sebagai dasar penagihan.
Lembar ke 8 . 2 dan 3 di tinggal di timbangan untuk petugas timbangan.
Setelah itu truk kembali ke pit untuk kegiatan sama seperti diatas.

2.7 PENGAWASAN TAMBANG


- PANDUAN PENGAWASAN PERTAMBANGAN
Dalam melaksanakan operasional penambangan, mutlak diperlukan adanya acuan
-acuan pelaksanaan yang menjadi pedoman dalam menjalankan kegiatan
penambangan.
Acuan - acuan tersebut antara lain sebagai berikut:
o Dokumen Annual Mine Plan ( Rencana Tambang Tahunan )
26

Dokumen ini diterbitkan oleh bagian perencanaan ( Mine Plan Section ), yakni
berupa dokumen rencana penambangan dalam satu tahun dengan basis bulanan,
yang sekaligus menjadi panduan utama seorang pengawas tambang dalam
menjalankan operasional penambangan.
Dokumen AMDAL ( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ) yang terdiri
dari:
1. Dokumen ANDAL ( Analisis Dampak Lingkungan )
2. Dokumen RKL ( Rencana Pengelolaan Lingkungan )
3. Dokumen RPL ( Rencana Pemantauan Lingkungan )
Dokumen ini merupakan dokumen tambahan yang harus diperhatikan pula,
sehingga diharapkan operasional tambang adalah sebuah kegiatan yang
berwawasan lingkungan.
Kontrak Kerja
Apabila kita memberi pekerjaan kepada pihak lain, maka Kontrak Kerja
merupakan acuan yang harus diperhatikan. Pelajari kontrak kerja tersebut
dengan sebaik - baiknya.
Peraturan dan Standard Operating Procedure Safety, Health &
Environment
Dokumen in berupa : Company Policy, SOP SHE, Form Standard
Standard Operating Procedure Penambangan
PELAKSANAAN PENGAWASAN Dl LAPANGAN
Safety, Health & Environment
1) Filosofi : setiap pengawas lapangan adalah "Safety Officer", yang
bertanggung jawab terhadap Keselamatan Kerja dan Lingkungan di daerah
pengawasannya.
2) Janganlah menyerahkan pekerjaan pengawasan keselamatan sepenuhnya
kepada Departemen Safety & Environment. Tugas dari seorang pengawas
adalah memastikan semua manusia , peralatan dan lingkungan dalam kondisi
aman.
3) Kecelakaan terjadi disebabkan oleh :
1. 88 % akibat tindakan tidak aman dari manusia
2. 10 % akibat kondisi tidak aman tempat kerja
3. 2 % diluar kemampuan manusia.
4) Untuk mencegah kecelakaan , maka amatilah tindakan tidak aman dan
kondisi tidak aman di sekitar anda , kemudian lakukanlah pembenahan .
5) Pahami dan laksanakanlah peraturan - peraturan keselamatan kerja dan
Standard Operating Procedure ( SOP ).
Mine Plan & Target Produksi
a. Pahamilah rencana tambang tahunan yang tertuang dalam dokumen Annual
Mine Plan. Jika tidak mengerti atau ada masukan dari anda sebagai
pengawas lapangan, diskusikanlah hal tersebut dengan Mine Plan Engineer.

27

b. Penting untuk diingat adalah berapa target produksi dalam satu tahun, dalam
bulan berjalan, mingguan dan harian , baik volume pemindahan tanah
( overburden removal) mau pun tonase ORE , serta Stripping Ratio.
Rencana Pengawasan
1. Sebelum anda ke lapangan, perlu direncanakan dan disiapkan :
Hal - hal apa saja yang akan di amati di lapangan,
Jalur jalan yang akan di lalui,
Kesiapan kendaraan ,
Alat Pelindung Diri ( APD ),
Alat komunikasi
Makanan & minuman,
Alat penerangan (jika bekerja di malam hari).
Siapkan berkas - berkas yang mendukung pekerjaan anda :
Peta Mine Design,
laporan dari shift sebelumnya,
form-form pelaporan,
Notulen hasil meeting.
Tips 5 langkah pengawasan :
3. Memutuskan: putuskan lokasi mana yang akan anda tuju
4. Berhenti
: berhentilah pada lokasi yang anda tuju, parkirlah
mobil pada daerah yang aman.
5. Mengamati : amati objek yang anda lihat
6. Menganalisa : analisa objek yang anda lihat
7. Mengambil tindakan : lakukan tindakan perbaikan
Pelaksanaan Pengawasan
Berikut adalah hal - hal yang harus diawasi oleh seorang pengawas tambang.
1. Land Clearing
Telah diketahui bersama bahwa land clearing adalah kegiatan pembersihan lahan
yang akan ditambang terhadap pepohonan dan semak belukar. Namun demikian,
perlu diingat dan diperhatikan adalah : batas batas land clearing terhadap
kepemilikan lahan, jarak aman terhadap peralatan dan atau kegiatan manusia di
sekitarnya. Harus ada jarak aman antara batas pit terluar dengan batas daerah yang
diclearing , yakni anatar 20 - 25 meter. Hal ini untuk menghindari rebahnya
pepohonan di pinggir daerah operasi penambangan.
n

28

Gambar Sketsa Penentuan Batas Land Clearing

Gambar 2.1
Land Clearing Standar
2. Penanganan Tanah Humus ( Soil Handling )
Tanah yang subur adalah merupakan karunia dari yang Maha Kuasa sebagai tempat
tumbuhnya tanaman.Oleh karena itu, kita sebagai manusia wajib untuk
menyelamatkan tanah subur tersebut.
Pada lapisan teratas suatu penampang tanah terdapat lapisan yang sangat
subur. Istilah yang digunakan untuk tanah subur ini antara lain: humus, top
soil. Ketebalan top soil ini bervariasi pada tiap lokasi , namun pada umumnya
sangat tipis yakni 10-30 cm. Ciri - ciri lapisan ini adalah coklat atau merah ke
hitam -hitaman, gembur, banyak mengandung akar- akar pepohonan,
rerumputan. Penanganan top soil ini adalah dengan cara mendorong lapisan
tersebut perlahan - lahan dengan sebuah bulldozer ukuran 60 - 80 ton
( Komatsu D 65, D 85, Cat D6 ) untuk selanjutnya ditumpuk di suatu tempat.
Setelah dirasa cukup, tanah dapat dimuat dan diangkut ke waste dump pada
tempat yang tersendiri , atau ditebar sebagai lapisan teratas .
Di bawah top soil ini adalah lapisan sub soil atau tanah merah, yang kurang
subur namun masih layak untuk ditanami dengan perlakukan khusus
( pemupukan, netralisasi keasaman ). Ketebalan lapisan sob soil ini bervariasi
pula antara 0.5 - 1.5 meter. Ciri - ciri lapisan ini adalah kuning kemerah merahan, atau kuning kecoklat - coklatan, relatif lebih Hat , sudah jarang
ditemui akar - akar pohon, kecuali akar pohon besar.
Lapisan ini dapat langsung digali dengan excavator (direct digging) dan
diangkut ke waste dump area. Namun demikian pada saat penggalian harus
dicermati agar JANGAN SAMPAI TERCAMPUR DENGAN BATUAN
DASAR yang akan menghilangkan kesuburannya. Dalam pelaksanaan
kegiatan soilremoval ini harus terjalin kerjasama yang baik antara berbagai
pihak: pengawas front loading, pengawas dumping point, operator excavator,

29

supir dump truck. Usahakan penggalian soil hanya dilakukan pada gilir kerja
siang saja ( day shift) dan hindari penggalian pada malam hari (night shift).
Jika top soil dan sub soil ini diletakkan pada areal waste dump tersendiri, maka areal
tersebut harus disurvey untuk mengetahui : koordinat batas - batas penimbunan,
volume timbunan, tanggal penimbunan.
3. Posisi alat
Perhatikan posisi alat, apakah alat tersebut menggali pada daerah yang sesuai
dengan rencana (Seam , Blok , Elevasi) ? Apakah alat tersebut bekerja dengan aman
(terhindar dari potensi kelongsoran, banjir, kegiatan peledakan dan lain - lain) ?
4. Kerapihan Front
Perhatikan kerapihan front ; baik front penggalian ( front loading ) di Pit , mau pun
front pembuangan ( front dumping ) di Waste Dump / Disposal area.
Front yang baik adalah : rata ( tidak berundulasi ), cukup padat , bersih dari
tumpukan spoil - spoil, tidak tergenang air.
Front yang tidak rapih akan menurunkan produkstivitas alat. Jika anda melihat front
tidak rapih , segera instruksikan untuk merapihkannya.
5. Geometri Jalan
Perhatikan dimensi jalan lebarjalan, grade jalan, permukaan jalan, Lebar jalan
ideal adalah 3,5 - 4 kali lebar alat angkut terbesar ( tidak termasuk tanggul jalan
dan parit).Grade jalan umumnya adalah 8 %. Perhatikan pula " super elevasi"
dan radius jalan pada daerah belokan, apakah cukup aman bagi alat angkut atau
tidak ?Permukaan jalan yang berundulasi akan memperlambat laju kendaraan,
yang akhirnya menurunkan produktifitas alat.Perawatan Jalan AngkutDemi
kelancaran lalu lintas pengangkutan , maka jalan angkut wajib
dipelihara.Pemeliharaan jalan ini meliputi:Penimbunan, perataan permukaan
jalan yang berlubang atau cekung. Untuk kegiatan ini akan diperlukan alat berat
antara lain : excavator untuk memuat material, dump truck untuk mengangkut
material, bulldozer untuk meratakan material, motor grader dan compactor
untuk finishing permukaan jalan.Penyiraman rutin untuk mencegah debu
.Kegiatan penyiraman jalan untuk mencegah debu beterbangan di udara, akan
bermanfaat selain untuk mencegah penyakit pernafasan, juga untuk mencegah
terjadinya kecelakaan akibat terbatasnya atau tertutupnya pandangan. Namun
perlu diperhatikan pula bahwa penyiraman tidak boleh berlebihan sehingga
menyebabkan jalan menjadi licin. Penyiraman jalan yang baik adalah aliran air
yang keluar dalam bentuk spray (dalam hal ini diperlukan pompa kecil) dan
bukan dalam bentuk kucuran air yang mengalir deras.

30

Gambar 2.2
Gambar Pola Penyiraman Jalan Tambang
Perbaikan dan perapihan tanggul - tanggul pengaman dan parit.Tanggu
pengaman perlu dirawat
agar fungsinya selalu terjaga. Selain itu biasanya
spoil - spoil hasil perapihan jalan akan menumpuk di pinggir tanggul akan
mengakibatkan jalan menjadi sempit. Bila hal ini terjadi , maka material spoil
tersebut harus dipindahkan dengan cara diangkut. Perawatan parit perlu

dilakukan agar aliran air tetap lancar.


7. Geometri & Kestabilan Lereng
Lereng merupakan faktor penting yang mutlak mendapat perhatian
sehubungan dengan tuntutan keselamatan kerja tambang dan optimasi disain pit
mau pun waste dump / disposal.
Pelajari dengan seksama ketentuan - ketentuan geometri lereng yang
tertuang dalam mine design antara lain : tinggi jenjang, lebar bench, kemiringan
lereng, baik sebagai lereng tunggal (single / individual slope) mau pun lereng
keseluruhan (overall / ultimate pit slope).
Berdasarkan gambar potongan dari aktual progress, periksalah apakah
semua dimensi sudah sesuai dengan design.Jika tidak sesuai, lakukanlah
perbaikan dengan sebelumnya dibicarakan dengan pihak - pihak terkait (survey,
mine plan, kontraktor, safety officer). Pemeriksaan visual juga dilakukan
terhadap dinding - dinding lereng yaitu antara lain adanya keretakan dinding,
tanah yang tererosi, batuan menggantung, resapan air dan potensi kelongsoran
lainnya.

31

H
W
A
U

= Tinggi lereng Individu


= Lebar jenjang
= Sudut lereng individu
= Lereng keseluruhan

Gambar 2.3
Sketsa Penampang Lereng
8. Drainage & Dewatering
Drainage adalah mekanisme penanganan air permukaan yang akan masuk
ke dalam pit. Adalah lebih baik mencegah air masuk ke dalam pit daripada
memompa air keluar pit.
Kegiatan paling penting dari pengaturan drainase ini adalah pembuatan
parit pengelak (PERIMETER DITCH) di sekeliling batas terluar dari pit .
Buatlah perimeter ditch sesuai disain dan layout yang tercantum pada annual
mine plan. Jika hal ini tidak tercantum dalam mine design, segera tanyakan
kepada mine plan engineer. Selama melakukan pengawasan di lapangan,
jangan segan segan untuk berjalan kaki menelusuri daerah - daerah yang
berpotensi masuknya air ke dalam pit boundary.
Dewatering adalah proses pengeringan pit terhadap air yang telah berada
di dalam pit, yakni dengan melakukan pemompaan. Hal penting yang perlu
dicermati adalah lokasi sump atau sumuran tempat seluruh air akan terkumpul
untuk kemudian dipompa keluar pit. Sump harus dibuat pada daerah terrendah
dari lantai pit, dan selama operasional penambangan , upayakan kemiringan
lantai pit selalu mengarah ke lokasi sump, sehingga air tidak tergenang dimana
mana.
9. Penimbunan Waste Dump / Disposal
Jangan sekali - kali menyepelekan metoda penimbunan waste dump ,
karena waste dump yang tidak terbentuk dengan baik akan menjadi masalah
dikemudian hari, terutama potensi terjadinya longsoran.
JANGANLAH SEKALI - SEKALI menimbun waste dump langsung dari atas
dengan ketinggian lebih dari 3 meter , apalagi daerah yang ditimbun berupa
lembah atau rawa - rawa.
Bentuklah waste dump sesuai disain yang tertuang pada mine design
SELAPIS DEMI SELAPIS dengan ketinggian tumpukan maksimum TIGA

meter setiap lapisnya dan langsung ^(spreading dengan bulldozer. Jangan


menunggu tumpukan telah banyak baru dispreading, karena hanya
akanmenciptakan masalah sendiri. Mintalah bantuan tim survey untuk
mengukur batas - batas penimbunan dan tandai dengan pita - pita survey
( batas terluar mau pun batas ketinggian / elevasi)
INGAT !!!selalulah tinggalkan suatu TANGGUL PENGAMAN di ujung
dumping point untuk mencegah dump truck terperosok atau bahkan terguling.
Tinggi tanggul tersebut adalah % dari tinggi roda dump truck.

Gambar2.4
Cara Penimbunan Material
10. Peledakkan
Kegiatan peledakan di tambang bijih emas umumnya difokuskan untuk
pemberaian (breaking & loosening) batuan . Secara garis besar, rangkaian kegiatan
peledakan adalah sebagai berikut: Pemboran lubang ledak, pekerjaan ini dapat
dilakukan oleh pemilik KP, oleh subkontraktor tambang atau oleh subkontraktor khusus
pemboran lubang ledak. Pada kegiatan pemboran ini, peran seorang pengawas tambang
yaitu : Memastikan bahwa areal yang akan dibor telah sesuai dengan rencana.
Memastikan bahwa areal yang akan dibor telah dilokalisir dengan diberi batas - batas
agar tidak dilalui oleh alat atau orang yang tidak berkepentingan. Memastikan lahan
yang akan dibor telah dipersiapkan dengan sebaik -baiknya, sehingga aktivitas
pemboran berjalan lancar.
Pengisian lubang ledak
Agar dalam pelaksanaan nantinya dapat terkontrol dengan baik, aman dri resiko
gagal ledak ( mis fire) dan didapatkan hasil sesuai dengan harapan yang
ditentukan.Sebagai petunjuk pelaksanaan pengisian bahan peledak baik mulai proses
primining, gharging, stemming dan Tie-up (merangkai ) sehingga proses peledakan bisa

berjalan dengan lancar sesuai dengan prosedur. Adapun Standart Operation Procedure
yang diterapkan oleh PT. SDM, Tbk adalah :
1) Pastikan area bebas dari peralatan produksi atau drilling kecuali unit MMU yang
akan melakukan pengisian.
2) Pastikan kondisi lubang, apakah memenuhi syarat untuk dilakukan Pengisian /
priming.
3) Tandai perbedaan antara lubang basah dan lubang kering.
4) Untuk lubang kering ANFO bisa langsung dimasukan kedalam lubang.
5) Untuk lobang berair bias pakai plastik linier ( Condom).
6) Masukan detonator dan inhole delay kedalam booster (Dodol), dan ikat booster
dengan inhole delay atau karet agar tidak terlepas di lobang tembak
7) Masukan primer ke dalam lubang ledak dengan hati-hati dan ujung inhole delay di
ikatkan dengan batu di permuaan lobang tembak, dan jangan sampai terlindas oleh
ANFO Truck (MMU)
8) Simpan kembali Inhole Delay dan Booster (Dodol ) pada tempatnya jika tersisa
akibat bermasalah pada lobang tembak.
9) Pastikan lokasi aman sebelum unit MMU masuk lokasi peledakan, dan loading
ANFO mulai dari lobang terjauh dari jalan masuk area, serta MMU parkir di
sebelah lobang dan sejajar dengan arah memanjang design lobang tembak.
10) Lakukan pengisian ANFO ke lobang tembak (lihat WI Pegisian ANFO ke lobang)
11) Tarik terlebih dahulu dan injak ujung Inhole Delay untuk memastikan bahwa lubang
ledak sudah diisi dengan Anfo, dan tidak terjatuh pada waktu penutupan lobang
tembak.
12) Tutup lobang tembak (stemming) dengan material yang agak keras terlebih dahulu
disekitar lubang ledak, kemudian disusul dengan cutting bor yang ada, (Lihat WI
Penutupan lobang tembak / Stemming).
13) Lakukan perangkaian Inhole Delay sesuai design peledakan.
14) Kontrol ulang kesiapan lobang tembak dan rankaian peledakan.
15) Pastikan titik penyalaan tidak disambung terlebih dahulu dengan electric detonator
sebelum semua orang keluar dari lokasi peledakan.
11. Operasional Malam Hari
Operasional pada malam hari mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi,
mengingat keterbatasan pandangan pada daerah sekitar kita.Oleh karena itu faktor
keselamatan kerja adalah di atas segala - galanya.Agar Operasional penambangan
dapat tetap berjalan, maka sistem penerangan yang memadai mutlak diperlukan,
yakni dengan menyediakan lampu - lampu penerangan yang mencukupi.
Selain lampu penerangan tambang, perlengkapan keselamatan kerja lainnya
akan sangat diperlukan terutama pemakaian bahan - bahan yang dapat memantulkan
cahaya (reflektif), misalnya : rambu lalu lintas , helmet, reflective vest atau rompi
pantul cahaya . Bagi alat berat atau pun kendaraan ringan harus dilengkapi dengan
lampu rotari. Sebagai seorang pengawas tambang, pastikan bahwa di areal tambang
telah tersedia lampu penerangan (tower lamp) yang cukup menerangi front - front
penggalian atau penimbunan, atau dipersimpangan jalan angkut. Khusus
penambangan ORE (coal-yetting) pada malam hari harus dipastikan tersedianya
lampu penerangan khusus di front penggalian ORE. Hal ini berkaitan dengan kontrol
kualitas ORE.
2.8 KOORDINASI

Betapa pun baiknya perencanaan yang dibuat, betapa pun baiknya alat berat
yang digunakan, semuanya menjadi tidak berguna untuk mencapai target yang
ditetapkan tanpa adanya KOORDINASI. Dalam mengelola kegiatan penambangan
tidaklah dibutuhkan seorang SUPERMAN, melainkan sangat diperlukan
pembentukan sebuah SUPER TEAM , yang hanya akan terwujud dalam sebuah
koordinasi yang baik.
A. PERTEMUAN ( MEETING ) RUTIN
Pokok bahasan dalam suatu meeting adalah melakukan EVALUASI
terhadap PELAKSAAN rencana terdahulu dan membuat RENCANA kegiatan
selanjutnya.Pihak yang terkait adalah pihak PEMBERI KERJA dengan pihak
PENERIMA KERJA. Setiap meeting harus dibuatkan NOTULEN MEETING atau
MINUTES OF MEETING yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Meeting
terbagi atas :
1. Meeting Bulanan
2. Meeting Mingguan
3. Meeting Marian
Meeting Bulanan dan Mingguan dilaksanakan secara berkala , yang
waktunya ditentukan sesuai kesepakatan pihak - pihak yang terkait. Materi yang
dibahas adalah merupakan rincian dari Annual Mine Plan. Sedangkan Meeting
harian dapat dilaksanakan di lapangan atau pun di kantor, difokuskan pada
rencana pada hari berjalan untuk dilaksanakan pada hari tersebut hingga
keesokan harinya.
B. INSTRUKSI TERTULIS
Suatu kegiatan tidak akan terlaksana dengan tepat sasaran, jika informasi
tentang kegiatan tersebut disampaikan secara lisan. Hal ini dapat menimbulkan
persepsi atau pengertian yang berbeda pada setiap orang yang menerima
informasi. Disisi lain informasi yang disampaikan secara lisan tidak dapat
dipertanggung jawabkan.
Untuk mencegah hal tersebut di atas, maka INSTRUKSI atau INFORMASI
harus disampaikan secara TERTULIS. Terlebih lagi jika instrukstini
akandisampaikan kepada pihak eksternal, misalnya Kontraktor. Instruksi tertulis
dapat dibuat dalam bentuk : SURAT , untuk instruksi yang bersifat mendasar , dan
instruksi model RAPID MEMO untuk instruksi operasional .
C. KOMUNIKASI DI LAPANGAN DENGAN KONTRAKTOR
Dapat dipastikan seorang pengawas lapangan dalam melaksanakan tugas
pengawasannya akan selalu berkomunikasi dengan pihak lain khususnya
konraktor. Dalam hal ini pengawas produksi akan berhubungan dengan pengawas
produksi dari kontraktor.
Sebagaimana telah disebutkan 5 langkah pengawasan, jika seorang
pengawas lapangan menemukan adanya hal yang harus diperbaiki, maka ia akan
menghubungi pengawas produksi dari kontraktor. Beberapa cara untuk
menyampaikan atau memberi instruksi kepada kontraktor adalah melalui radio
komunikasi, telepon, tertulis atau lisan.
Namun demikian , untuk menyelesaikan suatu masalah di lapangan, yang
paling efektif adalah BERTEMU LANGSUNG di lokasi yang dimaksud. Radio
komunikasi atau telepon hanya dipakai untuk menyepakati waktu dan tempat
pertemuan di lapangan.
Pembicaraan melalui radio komunikasi atau telepon hanya efektif untuk
menyampaikan masalah yang sederhana, pesan singkat, atau hal yang memang

sudah disepakati bersama sebelumnya (hanya untuk mengingatkan atau


menanyakan progres pekerjaan).
Untuk masalah yang memerlukan diskusi lebih lanjut, pembicaraan melalui
radio komunikasi menjadi tidak efektif, bahkan dapat mengakibatkan hasil yang
sama sekali berbeda dengan yang dimaksud oleh pemberi instruksi akibat
ketidaksamaan persepsi, atau bahkan lebih buruk lagi adalah terjadinya
kecelakaan.
Untuk mencegah hal tersebut di atas, maka jika anda menemukan hal yang
harus ditangani pada suatu lokasi, maka PANGGILAH pengawas kontraktor melalui
radio atau telepon untuk datang ke lokasi yang anda maksud, kemudian
bicarakanlah hal - hal yang harus dilakukan. Dalam mengawasi penambangan,
mungkin saja suatu saat kita menemukan kasus yakni kita melihat hal yang harus
segera ditangani, namun pengawas lapangan dari kontraktor tidak ada di lokasi
dalam waktu singkat, maka kita perlu mengambil tindakan dengan memberi
intrsuksi kepada operator alat berat yang berada di dekat kita (tentunya dengan
persetujuan pengawas kontraktor atau langsung jika keadaan darurat). Agar hasil
kerja sesuai kehendak, maka lakukan cara berikut:Parkir kendaraan anda dengan
aman.Berdirilah pada lokasi yang aman, yang dapat terlihat oleh
operatorLambaikan tangan anda kepada operator untuk berhenti bekerja, biasanya
dengan menyilangkan kedua tangan (kiri dan kanan) di atas kepala.Setelah alat
berhenti, panggilah operator untuk turun dari alat berat. JANGAN SEKALI - KALI
anda memberi instruksi kepada operator dengan cara anda NAIK KE ALAT
BERAT.Setelah operator turun , berikan instruksi atau arahan kepada operator
sesuai rencana anda.
KOMUNIKASI INTERNAL ANTAR SEKSI
Dalam menjalankan operasional penambangan khususnya yang berhubungan
dengan mine design atau pembentukan pit, maka secara internal seorang
pengawas produksi akan selalu berhubungan dengan mitra kerjanya yaitu seksi
Mine Planning dan Survey .Untuk itu kerjasama yang baik diantara ke tiga seksi
tersebut sangat dipertukan.Jalinan koordinasi ini adalah dalam rangka saling
mengontrol pekerjaan atau produk dari tiap -tiap seksi. Disisi lain, dalam hal yang
berhubungan dengan Kualitas (Quality), Kuantitas (Quantity) dan jadual produksi
(Time Delivery) atau disebut QQT , maka seorang pengawas produksi akan selalu
berhubungan dengan seksi : PDC (Production Delivery Control) dan CPP ( Coal
Processing Plant).

2.9 PENCATATAN & LAPORAN


Produk dari seorang pengawas tambang selain produk dalam bentuk fisik
yaitu jumlah ORE dan overburden , juga catatan dan laporan kegiatan. Catatan dan
laporan tersebut antara lain terdiri dari : A. Laporan pergantian gilir kerja ( shift
changes) B. Laporan harian C.Laporan mingguan D.Laporan bulanan E.Catatan
jarak angkut F.Catatan berat ORE G. Catatan - catatan lainnya.
Renting untuk diperhatikan dalam hal pencatatan dan pelaporan adalah
tentang KEDISIPLINAN dalam TERTIB ADMINISTRASI terutama SISTEM
FILING atau PENGARSIPAN .Sebab catatan catatan tersebut merupakan BUKTI
SEJARAH dalam suatu operasional penambangan.
A. LAPORAN PERGANTIAN SHIFT

Laporan pergantian shift diperlukan agar terjadi kesinambungan rencana dan


realisasi kerja antar gilir kerja. Laporan ini biasanya bisa sekaligus tertuang dalam
Notulen meeting harian atau Daily Acticity Plan antara pengawas pemilik KP dan
pengawas kontraktor.
B. LAPORAN HARIAN
Laporan harian produksi yang dibuat pada pagi hari, merupakan laporan yang
berisi hasil produksi dan data - data lain pada operasional hari sebelumnya.
C. LAPORAN MINGGUAN
Laporan mingguan lebih difokuskan kepada data - data yang berisi evaluasi
produksi yakni plan vs actual. Hal ini dimaksudkan untuk mengevaluasi pencapaian
target minggu lalu dan merencana ulang target produksi minggu depannya.
D. LAPORAN BULANAN
Laporan Bulanan dibuat oleh Manager dibantu dengan stafnya. Laporan ini
mencakup hal- hal antara lain : Safety , Health & Environment, Produksi ( Plan &
Actual), Prosesing Shipment, Produktivitas Tenaga Kerja, Cost dan Subjek lainnya.
E. JARAK ANGKUT
Jarak angkut merupakan hal yang harus diperhatikan oleh seorang pengawas
tambang dalam hal yang berhubungan dengan produkstivitas alat dan juga
komitmen terhadap kontrak kerja.
Jarak angkut yang melebihi rencana akan berakibat produkstivitas alat
menurun, dan konsekuensi berikutnya adalah tambahan biaya angkut ( cost).
Pelajari dengan seksama skenario pengangkutan baik overburden mau pun ORE
yang tertuang dalam Mine plan dan kontrak kerja. Kesepakatan jarak angkut pada
suatu kontrak kerja dapat berbentuk:
1. Jarak angkut maksimum
2. Jarak angkut rata - rata maksimum
Dalam kasus kesepakatan dinyatakan dalam bentuk jarak angkut maksimum
( misalnya maksimum 1000 m ) , maka jika terjadi jarak angkut lebih dari 1000 m ,
akan terkena penyesuaian ( adjustment) berupa tambahan biaya pengangkutan.
Namun jika kesepakatan dinyatakan dalam jarak angkut rata - rata maksimum , kita
akan lebih mudah mengatur jarak , dalam arti ada jarak angkut yang melebihi
ketentuan dan ada juga yang kurang dari ketentuan . Biasanya Jarak angkut rata rata maksimum akan diakumulasi dalam periode bulanan dan tahunan. Sedangkan
basis pengukuran yang dipakai antara lain :
1. Center to Center
2. Mouth to mouth
3. Front to front ( Actual basis )
CENTER TO CENTER adalah metoda pengukuran yang diterapkan dalam
suatu kontrak kerja jika rencana tambang jangka panjang ( seumur kontrak ) telah
dapat ditetapkan, baik pusat kegiatan baik PIT maupun Waste Dump serta tempat
penyetokan ORE.
Sedangkan FRONT TO FRONT adalah jarak angkut yang diukur dari titik titik penggalian ( front loading ) ke titik dumping ( Dumping point ). Jarak ini akan
berubah setiap hari. Oleh karena itu jarak angkut harus diukur secara seksama
oleh pihak pemilik konsesi dan kontraktor.Hasil pengukuran setiap hari harus
dituangkan dalam berita acara atau catatan harian yang ditandatangani oleh kedua

belah pihak. Nantinya catatan harian ini akan menjadi dasar perhitungan kumulatif
bulanan atau tahunan, atau seumur kontrak kerja.
2.10 PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Kegiatan pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh Departemen Produksi
merupakan Program jangka panjang pemantauan lingkungan hidup, mengevaluasi
potensi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan dengan secara rutin dilakukan.Program
tersebut menjamin agar senantiasa memiliki data ilmiah yang diperlukan untuk
membuat keputusan manajemen terhadap kegiatan dalam upaya meminimalisasi dan
mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup. Dengan dilakukannya pemantauan
lingkungan secara dini maka dampak-dampak yang akan ditimbulkan akibat kegiatan
pada departemen Produksi ini dapat diketahui sehingga pencegahan dan
pengelolaannya dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam memprakirakan dampak
digunakan metoda formal dan informal. Metoda formal berupa model matematik,
sedangkan metoda informal berupa analog, penilaian para ahli dan penggunaan bahan
baku lingkungan. Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai
parameter/komponen lingkungan antara sebelum ada kegiatan dan setelah ada
kegiatan.
Dari data rona lingkungan hidup awal, selanjutnya dilakukan penentuan skala
kualitas parameter lingkungan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.5. Skala Kualitas Parameter Lingkungan
Kualitas
No
Parameter
Skala
Kriteria Yang Digunakan
Lingkungan
1. Kualitas Udara
(Debu)

2. Kebisingan
(Pemukiman)

Kebisingan
(Lingkungan Kerja)

Sangat Baik

< 46 g/m3

Baik

46 - < 92 g/m3

Sedang

92 - < 138 g/m3

Buruk

138 - < 230 g/m3

Sangat Buruk

> 230 g/m3

Sangat Baik

< 35 dB(A)

Baik

35 - < 45 dB(A)

Sedang

45 - < 55 dB(A)

Buruk

55 dB(A)

Sangat Buruk

>55 dB(A)

Sangat Baik

< 55 dB(A)

Baik

55 - < 70 dB(A)

Sedang

70 - < 85 dB(A)

Buruk

85 dB(A)

Sangat Buruk

> 85 dB(A)

3. Laju Erosi

4. Sedimentasi

5.

Kualitas Air
Permukaan
(TSS)

6. Flora/Vegetasi

7. Sikap dan Persepsi


Masyarakat

Sangat Baik

Sangat Ringan

Baik

Ringan

Sedang

Sedang

Buruk

Berat

Sangat Buruk

Sangat Berat

Sangat Baik

< 4.5 ton/ha/tahun

Baik

4,5-18 ton/ha/tahun

Sedang

18-54 ton/ha/tahun

Buruk

54-144 ton/ha/tahun

Sangat Buruk

> 144 ton/ha/tahun

Sangat Baik

< 10 mg/l

Baik

10 - < 25 mg/l

Sedang

25 - < 50 mg/l

Buruk

50 - < 200 mg/l

Sangat Buruk

200 mg/l

Sangat Baik

Hutan Rimba Perawan

Baik

Hutan Sekunder, Hutan Tanaman,


Perkebunan Terawat

Sedang

Semak Belukar

Buruk

Rumput/semak

Sangat Buruk

Terbuka

Sangat Baik

Tidak setuju 15% dan setuju


85%

Baik

Tidak setuju 16 25% dan setuju


75 84%

Sedang

Tidak Setuju 26 49% dan setuju


51 74%

Buruk

Tidak setuju 50% dan setuju 50%

Sangat Buruk

Tidak setuju > 50% dan setuju

<

50%
8. Kesehatan &
keselamatan kerja
(K3)

9. Kesehatan
Masyarakat

10. Lalu Lintas Umum

11. Keselamatan
Masyarakat

Sangat Baik

Kecelakaan kerja dan/atau


gangguan kesehatan nihil

Baik

Kecelakaan kerja mengakibatkan


luka ringan dan/atau gangguan
kesehatan organ kulit (iritasi kulit)

Sedang

Kecelakaan kerja mengakibatkan


cacat sementara dan/atau
gangguan kesehatan sistem otot,
metabolisme tubuh dan infeksi kulit

Buruk

Kecelakaan kerja mengakibatkan


cacat tetap dan/atau gangguan
kesehatan organ pencernaan dan
pendengaran

Sangat Buruk

Kecelakaan kerja mengakibatkan


kematian dan/atau gangguan
kesehatan organ pernapasan dan
penglihatan

Sangat Baik

Nihil

Baik

Gangguan pernafasan ringan

Sedang

ISPA

Buruk

Gejala silicocis

Sangat Buruk

Silicosis kronis

Sangat Baik

Tanpa kemacetan

Baik

Macet tidak berarti

Sedang

Terhenti sesaat

Buruk

Terhenti relatif lama

Sangat Buruk

Jalan umum tidak berfungsi

Sangat Baik

Tidak terjadi Kecelakaan lalulintas

Baik

Tidak terjadi kecelakaan yang


disebabkan badan jalan

Sedang

Kecelakaan mengakibatkan luka


ringan

Buruk

Kecelakaan mengakibatkan cacat

Sangat Buruk

Kecelakaan mengakibatkan
kematian

Berdasarkan skala kualitas parameter lingkungan, selanjutnya dikelompokan kedalam


5(lima) katagori kualitas lingkungan seperti yang disajikan pada tabel 3.9 berikut :
Tabel 3.6. Skala Kualitas Lingkungan
Prakiraan Kualitas
Lingkungan

No.

Skala Kualitas Lingkungan

1.

Sangat Buruk

2.

Buruk

3.

Sedang

4.

Baik

5.

Sangat Baik

Untuk memprakirakan dampak dilakukan dengan menetapkan besaran dampak


lingkungan yang terjadi dilakukan dengan cara menilai berapa besar perubahan skala
kualitas lingkungan dari kondisi sebelum adanya kegiatan pembangunan penambangan
mangaan dengan kondisi setelah adanya kegiatan penambangan mangaan.
Kriteria penetapan besarnya dampak lingkungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3,7. Besaran Dampak Lingkungan
No.

Besaran Perubahan Kualitas Lingkungan

Dampak
Lingkungan

1.

Kecil

2.

Sedang

3.

Besar

Untuk memprakiraan besaran dampak yang diukur dari perubahan kualitas


lingkungan dilakukan dengan menggunakan :
4. Model formal
Metode formal digunakan untuk memprakirakan dampak dari parameter-parameter
yang sifatnya dapat diukur atau diestimasi menggunakan model matematik atau
statistik.
Contoh dari model ini seperti :

Untuk memprakirakan kualitas udara dan kebisingan :


Pendugaan dampak kualitas udara (debu) yang akan terjadi akibat aktifitas
perkebunan dengan menggunakan rumus:
eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/3)0,7 (w/4)0,5 (d/365)

Dimana :
eu

= Jumlah debu per penjang jalan (lb/mil)

= silt content (%)

= Kecepatan kendaraan (mil/jam)

= Berat kendaraan (ton)

= Jumlah roda kendaraan

= Jumlah hari tidak hujan

Pendugaan perubahan tingkat kebisingan akibat adanya kegiatan transportasi


digunakan rumus JG. Rau dan DC. Wooten (1980) :
Leq = Loi + 10 log (Ni/Si.T) + 10 log (15/d) + s - 13
Dimana :
Loi = Tingkat kebisingan kendaraan tipe i
Ni =

Jumlah kendaraan yang lewat per jam

Si =

Kecepatan rata-rata kendaraan

Waktu pengukuran

Jarak sumber bising terhadap titik pengamatan

s =

Shielding Factor untuk daerah terbuka dengan tanaman agak jarang.


(s tempat terbuka = 3 dB)

Laju kenaikan debit aliran permukaan dapat diprakirakan dengan menggunakan


Rumus Chow, (1964) yang dikutip oleh Soemarwoto, O. (1989):
Q = (Cp Ctp) x I x A

Dimana :
Q = Debit aliran permukaan (M3/hari-hujan).
Cp = Koefisien air larian pada lahan rona akhir (dengan proyek).
Ch = Koefisien air larian pada lahan rona awal (tanpa proyek).
I

= Intensitas hujan (mm/hari-hujan).

A = Luas daerah (Ha)

Dampak zat pencemar dalam sungai akibat proyek dapat diprakirakan dengan
menggunakan model prakiraan cepat WHO (1982) yang dikutip oleh
Soemarwoto, O. (1989) dengan menganggp pencampuran sempurna antara air
sungai dengan limbah, kadar masing-masing zat pencemar dalam sungai dapat
dihitung dengan rumus :

Qo C o

( Q1 ) j J ( Q1 ) j
j 1

Qo

j 1

( Q1 ) j
j 1

dimana :
C = kadar zat pencemar dalam sungai di sebelah hilir

Qo = debit air sungai (m3/detik)


Co = kadar zat pencemar dalam sungai disebelah hulu lokasi proyek (mg/l)
Q1 = Debit air limbah (m3/detik)
C1 = Kadar zat pencemar dalam air limbah (mg/l)
J

= jenis sumber pencemar

Dampak proyek terhadap kadar zat pencemar dalam sungai ialah


C = (Cdp Ctp) mg/l

Pertumbuhan penduduk dengan metoda eksponensial, dan lain sebagainya.

5. Metoda informal
Metode informal didasarkan pada intuisi, analogi dan pengalaman untuk
memprakirakan parameter-parameter lingkungan yang sangat sulit didekati dengan
model matematik.
Pada umumnya metode informal yang digunakan adalah :

Berdasakan Analogi.
Metode ini menganalisa masalah-masalah lingkungan yang timbul disuatu lokasi
sebagai akibat beberapa kegiatan akan dikaji sebagai dasar pertimbangan untuk
memprakirakaan dampak yang akan timbul di lokasi lain yang mempunyai
prilaku ekosistem yang sama. Dengan cara ini dampak yang telah terjadi di
daerah sejenis dikaji dan digunakan sebagai analogi untuk memprakirakan
dampak pada studi ini.

Berdasarkan Baku Mutu Lingkungan.


Prakiraan dampak terhadap suatu komponen kegiatan dapat diprediksikan
melalui penggunaan standar atau kriteria baku mutu lingkungan yang telah
ditetapkan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku baik di tingkat
nasional, sektoral maupun regional, atau penggunaan suatu kriteria yang telah
dibakukan dan diterima secara luas.
Penggunaan standar atau kriteria dalam prakiraan dampak umumnya dilakukan
dengan cara membandingkan suatu nilai parameter komponen lingkungan yang
telah maupun diprakirakan akan berubah terhadap nilai ambang batas yang
diperbolehkan atau diijinkan.

Berdasarkan Penilaian Para Ahli (Proffesional Judgement).

Prakiraan dampak ditetapkan berdasarkan penilaian para ahli/pakar


(professional judgement). Metode ini diterapkan bila data dan informasi yang
diperoleh di lapangan sangat terbatas serta kurang dipahami gejala yang
diprakirakan akan terjadi.
Kualitas Udara
1) Dampak penting dan sumber dampak penting
a) Komponen atau parameter Iingkungan yang dikelola Kualitas Udara
b) Sumber Dampak Sumber dampak adalah kegiatan operasional
produksi di Lokasi penambangan bijih Emas
2) Tolok Ukur Dampak
PP No.41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien

3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Mencegah atau meminimalkan tingkat pencemaran udara
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Pengoperasian fasilitas pengendali pencemaran udara,
Melengkapi pekerja dengan sarana K3
Teknis pengangkutan harus disesuaikan dan sinkronisasi dengan
berbagai jenis, karakteristik, dan jumlah material yang akan diangkut
dengan jenis dan kapasitas alat gali dan alat muat, serta alat angkut
serta kondisi prasarana yang ada.
Penyiraman jalur transportasi secara berkala pada saat berdebu.
Membatasi kecepatan kendaraan proyek
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Lokasi pengelolaan Iingkungan dilakukan pada kawasan tapak pengolahan dan pada
kiri-kanan jalur jalan yang dilalui kegiatan operasional penambangan bijih
Emas.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama kegiatan operasional pengolahan dilakukan.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pe l a ksa na
:
PT. Sumber Daya Mineral
Pengawas
:
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup
Kab. Bombana
Pelaporan
:
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup
Kab. Bombana.

Kebisingan
1) Dampak penting dan sumber dampak penting
a) Komponen atau parameter lingkungan yang dikelola Kebisingan
b) Sumber Dampak
Kegiatan Operasional Produksi di Lokasi Penambangan Bijih Emas.
2) Tolok Ukur Dampak
Kep.Men LH No.48/1996 tentang kebisingan
3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menjaga agar kebisingan tidak melebihi buku mutu kebisingan
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Menyelenggarakan program K3 dengan menganjurkan Penggunaan ear
plug atau ear muff khususnya bagi karyawan selama di lokasi tambang
Pemasangan rambu lalu lintas dan pengaturan kecepatan maksimum bagi
kendaraan pengangkut bijih Emas.
Pemeliharaan mesin pengolahan secara rutin termasuk melakukan setting
mesin pengolahan sehingga tidak menimbulkan bunyi dengan tingkat
kebisingan yang tinggi.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Dilakukan di kawasan tapak pengolahan bijih Emas.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama kegiatan operasional pertambangan bijih Emas PT. Sumber Daya Mineral
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pe l a ksa na
:
PT. Sumber Daya Mineral
Pengawas
:
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup

Pelaporan

Kab. Bombana
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup
Kab. Bombana.

Peningkatan Erosi
1) Dampak penting dan sumber dampak penting
a) Komponen atau parameter lingkungan yang dikelola
Komponen dan parameter yang dikelola pada terhadap erosi adalah
komponen tanah dengan parameter erosi seperti dan penutupan
vegetasi serta teknik konservasi tanah yang dilaksanakan.
b) Sumber Dampak
Pembukaan lahan (Land clearing) dan proses penambangan yang
menyebabkan vegetasi penutupan lahan berkurang bahkan hilang,
sehingga lahan menjadi terbuka.
2) Tolok Ukur Dampak
Perbandingan erosi aktual dengan erosi yang diperbolehkan (erosi wajar):
a) Jika erosi aktual (EA) 5 erosi wajar (EW), maka hal itu menunjukkan
bahwa keadaan tataguna lahan (land use) di daerah tersebut sudah
sesuai dari segi bahaya erosinya. Bahkan jika EA jauh di bawah EW
peluang untuk meninkatkan intensitas pengelolaan lahannya.
b) Jika EA > EW, maka perlu dilakukan perubahan tataguna lahan yang
dapat menurunkan nilai indeks C atau P atau kedua-duanya.
3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah dan mengurangi laju erosi
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Penentuan blok penambangan
Membuat buffer zone dengan membuat saluran drainase sekeliling
tapak lokasi penambangan, pembangunan bangunan utama dan sarana
sarananya.
Pengaturan kemiringan lereng sesuai dengan kondisi tanah
Pengendalian air larian
Tebing dibuat berteras
Sesegera mungkin menanami rumput pioner (leguminose) pada
pembangunan tambang
Sesegerah mungkin melakukan reklamasi pada daerah yang selesai
ditambang
Mempersiapkan pembibitan tanaman penghijauan minimal 6 bulan
sebelum selesai ditambang pada setiap blok penambangan. Dan setiap
blok yang selesai di tambang serega dilakukan reglamasi dan refgetasi.
Mengupayakan pengamanan tanah pucuk (top soil) dan
mengembalikannya di bagian atas pada saat penutupan
blokpenambangan yang telah selesai di tambang.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Pada seluruh kawasan areal penambangan dan pengolahan bijih Emas dan
pembangunan sarana pasarana penambangan PT. Sumber Daya Mineral.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Periode pengelolaan lingkungan dilakukan secara periodik 3 bulan sekali,
selama kegiatan operasional pengolahan bijih Emas berlangsung
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pe l a ksa na
Pengawas

:
:

Pelaporan

PT. Sumber Daya Mineral


Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lingkungan
Hidup Kab. Bombana, Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Lingkungan Hidup Kab. Bombana
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lingkungan
Hidup Kab. Bombana, Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Lingkungan Hidup Kab. Bombana

Perubahan Hidrologi dan Penurunan Kualitas Air Permukaan


1) Dampak penting dan sumber dampak penting
a) Komponen atau parameter lingkungan yang dikelola Kualitas air
permukaan.
b) Sumber Dampak
Kegiatan Operasional Penambangan Bijih Emas
2) Tolok Ukur Dampak
Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya pencemaran air permukaan.
4) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Tidak melakukan penambangan pada daerah tangkapan air dan tidak merusak
Zone akuifer dan sifat-sifat hidroliknya
Melakukan kontrol air asam tambang
Melakukan analisis seksama terhadap semua buangan air melalui uji kualitas
air
Melakukan pengelolaan dengan bak bertingkat yang terdiri atas bak Water
Disphosal yang Ietaknya di antara bak pengendapan Iainnya, pada bak ini
terdapat ijuk, krikil, dan arang kayu yang digunakan untuk menghilangkan partikel
padat yang Iebih halus dan menghilangkan bau serta menjernihkan air
Membuat saluran drainase diseliling blok penambangan untuk
mencegah masuknya aliran air permukaan dari lokasi pekerjaan langsung
ke badan air.
Tidak Melakukan penebangan pohon 100 meter dari kid kanan tepi sungai,
50 meter dari kid kanan tepi anak sungai, 200 meter dari tepi mata air dan kid
kanan sungai di daerah rawa, dan 500 meter dari tepi waduk atau rawa.
5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Dilakukan disekitar blok penambangan dan di lokasi pengolahan bijih Emas.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Periode pengelolaan Iingkungan dilakukan secara periodik 6 bulan sekali, selama
kegiatan operasional pengolahan bijih Emas berlangsung.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pe l a ksa na
:
PT. Sumber Daya Mineral
Pengawas
:
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup
Kab. Bombana
Pelaporan
:
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup
Kab. Bombana.
Gangguan Biota Air
1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

2)
3)
4)

5)
6)

a) Parameter Lingkungan yang Dikelola


Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air (plankton, benthos, ikan).
b) Sumber Dampak
Kegiatan Operasi Penambangan Bijih Emas
Tolok Ukur Dampak
Perubahan keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air atau indeks difersitas.
Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Melakukan analisis seksama terhadap semua buangan air uji kualitas air
yang dapat mengganggu biota perairan
Tidak membuang air Pengolahan limbah cair ke badan perairan
Membuat kolam fish control pond. Di dalam kolam ini dipelihara ikan. Selama
siklus hidup ikan-ikan tersebut dapat berkembang biak dengan baik tanpa
mengalami gangguan yang berarti terutama oleh pengaruh limbah cair. Hal ini
merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kualitas air limbah
pengolahan hasil penyaringan.
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Pada kolam IPAL dan sungai disekitar kolasi kegiatan
Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama operasional

Sanitasi Lingkungan
1) Dampak penting dan sumber dampak penting
a) Parameter lingkungan yang dikelola
Kesehatan masyarakat yaitu akibat adanya penurunan kualitas sanitasi
lingkungan
b) Sumber Dampak
Kegiatan Operasional produksi bijih Emas
2) Tolok Ukur Dampak
Terdapat limbah domestik di sembarang tempat

Adanya tumpukan sampah di beberapa tempat


3) Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup
Agar kondisi sanitasi iingkungan tetap terpelihara dengan balk
4) Pengelolaan Lingkungan
Menyediakan tempat khusus penampung Iimbah domestik sesuai baku
mutu lingkungan
Menyediakan bak khusus sebagai penampung sampah
Menyediakan fasilitas jambanisasi atau MCK yang memadai

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup


Di sekitar lokasi operasi Fasilitas Produksi dan fasilitas lainnya.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama Kegiatan operasi produksi.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pe l a ksa na
:
PT. Sumber Daya Mineral
Pengawas
:
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup
Kab. Bombana
Pelaporan
:
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup

Kab. Bombana.
Penurunan Tingkat Kesehatan dan Keseiamatan Kerja
1) Dampak penting dan sumber dampak penting
a) Parameter lingkungan yang dikelola
Kesehatan masyarakat dan Keselamaan kerja bagi karyawan tambang.
b) Sumber Dampak
Kegiatan Operasional produksi bijih Emas
2) Tolok Ukur Dampak
Adanya kecelakaan kerja
Adanya beberapa lokasi yang rawan menimbulkan bencana
kecelakaan kerja yang menyebabkan kesehatan terganggu.
3) Tujuan rencana penghelolaan lingkungan hidup
untuk menghindari kecelakaan kerja terutama yang merugikan pekerja
tambang
4) Pengelolaan Lingkungan
Membentuk organisasi K3
Menyelenggarakan Program K3
Memasang alat monitoring pada daerah-daerah yang rawan
bencana
Membuat analisa keselamatan kerja
Membuat manual safety

Penerapan sangsi
Safety training
Penerapan safety tools
lnspeksi rutin
Dan analisa kecelakaan

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup


Di sekitar lokasi Kegiatan operasi produksi dan Fasilitas Produksi dan
fasilitas Iainnya.
6) Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama Kegiatan operasi produksi.
7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pe l a ksa na
:
PT. Sumber Daya Mineral
Pengawas
:
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup
Kab. Bombana
Pelaporan
:
Dinas Kesehatan dan Kantor Lingkungan Hidup
Kab. Bombana.
AUDIT LINGKUNGAN
Selain melakukan audit lingkungan secara eksternal, Departemen produksis elalu
melakukan audit lingkungan internal secara berkala guna mengevaluasi
kepatuhan, system prosedur pengoperasian alat, Pembongkaran bahan galian,
pengangkutan bahan baglian, Penempatan Top soil dan Tanah Penutup, Sistem
Penyaliran Tambang Dilokasi Penambangan, Kondisi Jalan Angkut Di Lokasi
Penambangan,Kegiatan Peledakan
. Audit lingkungan yang dilakukan

menghasilkan informasi bagi departemen Produksi tentang kinerja lingkungan


saat ini serta membantu mengidentifikasi peluang-peluang perbaikan.
Menanggapi hasil audit-audit tersebut dengan rencana kerja untuk
mengimplementasikan usulan yang diajukan oleh para auditor
AUDIT PADA KEGIATAN DEPARTEMEN PENAMBANGAN
JENIS KEGIATAN
KEGIATAN PENGUPASAN LAHAN
Pengunaan paralatan
Penanganan top soil
penanganan Sub soil
lokasi penempatan tanah pucuk

HASIL AUDIT
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai

KEGIATAN PENAMBANGAN
Pembongkarn Overburden
pengambilan Bijih
pegelolaan lokasi untuk penempatan overburden
pengelolaan drainase
Kegiatan Peledakan
KEGIATAN PENGANGKUTAN BIJIH
Metode pengangkutan
Geometri jalan
Drainase Jalan

HASIL AUDIT
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP
HASIL AUDIT
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP
Sesuai dengan SOP

dengan
dengan
dengan
dengan

SOP
SOP
SOP
SOP

You might also like