Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement) banyak digunakan
pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada
kondisi tanah yang mempunyai daya dukung yang tidak seragam.
Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang
mampu menahan beban roda kendaraan dan menyebarkannya ke tanah
dasar secara efisien. Sifat beton yang mampu menahan beban tekan
dijadikan sebagai andalan untuk menahan beban roda kendaraan,
sementara kelemahan dalam menahan beban yang mengakibatkan
terjadinya tegangan tarik, dijadikan sebagai kendala dalam perencanaan
tebal plat beton. Dampak dari terjadinya tegangan tarik akibat beban yang
melebihi tegangan tarik dari beton adalah terjadinya retak-retak pada
permukaan. Jika retak yang terjadi tidak segera ditangani, dan konstruksi
perkerasan tetap menerima beban kendaraan, maka akan menambah
terjadinya retak yang pada akhirnya berakibat pada berkurangnya umur
rencana dari konstruksi perkerasan. Salah satu cara untuk mengetahui
bagaimana hubungan antara beban terhadap tegangan yang terjadi pada
permukaan perkerasan, dapat dilakukan melalui kajian eksperimental pada
model konstruksi perkerasan kaku. Dan untuk mendapatkan bentuk model
konstruksi perkerasan kaku yang paling baik, dalam pengujiannya harus
1
1.2
1.3
Permasalahan
Bagaimana pengaruh beban tekan terhadap tegangan dan lendutan yang
terjadi pada model perkerasan kaku menggunakan tulangan dan pondasi ?
1.4
Batasan Penelitian
a.
Beban tekan yang dimaksudkan adalah beban tekan yang diterapkan pada
model perkerasan kaku dengan posisi beban ditepi, ditengah, dan disudut
sampai terjadi retak pada permukaannya.
b.
c.
d.
e.
1.5
BAB II
TINJAUAN TEORI
0.803P
l
a
4 log 0.666 0,034
2
h
a
l
0,431P
a
1 0,349
2
kl
l
Dimana :
c
= Defleksi ( inc)
0.316 P
l
4 log 1.069
2
h
b
P
i
8kl 2
a
1 a
ln 0,673
1
2 2l
l
Dimana :
i
= Defleksi (inc)
3P c
c 2 1
h l
c
P
kl 2
0 , 72
c
1,205 0,69 l
Dimana :
c
= Defleksi ( inc)
= 1,772 a
8
Eh3
a
3
12(1 )k
0 , 25
2.2 Beton
2.2.1 Pengertian
Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang
direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan
kasar) dan ditambah dengan pasta semen.(Pedoman Pengerjaan Beton, seri
beton 2, Gideon Kusuma, hal 143). Beberapa sifat beton yang timbul jika
telah mengeras antara lain :
1. Getas, artinya mudah retak atau patah disatu pihak dan sebaliknya juga
bersifat liat.
2. Mengalami penyusutan yang cukup besar jika pelaksanaannya kurang
baik.
3. Cenderung terjadi cacat seperti retak-retak halus.
4. Hasil yang didapat dipengaruhi oleh kecakapan pembuat beton tersebut.
10
c. Kompaktibilitas
Yaitu menunjukkan mudah atau tidaknya campuran beton
dipadatkan stelah campuran dimasukkan dalam cetakan dengan cara
mengeluarkan udara yang terkandung
11
Karena itu perlu dipelajari karakteristik agregat yang akan menentukan sifat
mortar atau beton yang akan dihasilkan.
Berdasarkan besar partikelnya agregat dapat dibedakan menjadi
agregat kasar dan agregat halus. Standarisasi gradasi, bentuk dan ukuran
agregat diatur oleh PBI 0203 76, AASTHO T 84 74, ASTM C 128
68,dll. Peraturan ini sangat penting karena agregat merupakan salah satu
bahan campuran utama pekerjaan beton.
2.4 Semen
Semen atau Portland Cement (PC) adalah material yang akan
bereaksi secara kimiawi jika dicampur dalam suatu proses yang disebut
hydrasi untuk membentuk benda seperti batu. Hal ini telah dipatenkan oleh
Joseph Aspin (1824). Jika dicampur air, pasir dan kerikil, maka PC akan
menghasilkan beton.. Bahan baku semen dibentuk oleh oksidaoksida utama
: kapur, Silika, Alumina, dan Besi. Semen yang cocok untuk digunakan pada
campuran beton untuk lapisan perkerasan adalah IA, IIA, IIIA. (Rekayasa
Jalan Raya,Alik Ansyori Alamsyah, hal 120).
2.5 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton hampir tidak ada
pembatasan khusus, semua air dari sumber manapun secara normal dapat
digunakan sebagaimana yang layak untuk air minum (Rekayasa Jalan Raya,
Alik Ansyori Alamsyah, hal 122). Walaupun demikian ada ketentuan, air
yang digunakan harus terbebas dari unsur-unsur : alkali, minyak dan bahan
organic yang akan merusak beton sebagaimana yang ditetapkan AASHTO
T26 79 (82).
13