Professional Documents
Culture Documents
Oleh
KELOMPOK I;
ABD. SALAM PANING
GERSON JOTLELY
INDRA GAFFAR
TOMMIE W. TOMPUNU
SUPIRNO
JOHN TODING PADANG
ROSNANIAH
SAFARUDDIN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Kuasa, atas karunia
Nya sehingga makalah Asuhan Keperawatan Klien dengan Vesikolitiasis ini dapat
terselesaikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kami baik dari pembimbing
Institusi maupun Pembimbing Klinik di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang
telah membantu dan membimbing serta memberi arahan kepada kami selama praktek
profesi di bagian mata.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa, maka penyusunan makalah ini
masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan oleh berbagai keterbatasan baik itu keterbatasan waktu maupun keterbatasan
referensi yang kami pergunakan, olehnya itu kami berharap masukan, kritikan dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pada penulisan makalah ini.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi orang yang
membacanya. Semoga Tuhan Yang maha Kuasa memberi Rahmat dqan perlindungan Nya
kepada kita semua. Amin
Makassar,
Mei 2005
Hormat kami
Penulis
( Kelompok VIII)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . i
BAB I PENDAHULUAN .. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 3
A. Pengertian . 3
B. Etiologi .. 3
C. Patofisiologi .. 4
D. Manifestasi klinis dan Diagnosis .. 5
E. Diagnosa Keperawatan.. 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.... 10
A. Pengkajian ... 10
B. Diagnosa Keperawatan 20
C. Intervensi . 21
D. Implementasi / Evaluasi .. 25
BAB IV. KESIMPULAN 31
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP ). 32
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran :
Materi Penyuluhan
Leaf let
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutaan katarak merupakan penyebab utama kebutaan didunia, terutama di
Negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Di Negara-negara berkembang
kebutaan katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat dan masalah sosial.
Hilangnya penglihatan oleh sebab apapun akan menghambat kemampuan manusia untuk
berkarya dan menikmati keindahan alam anugerah Tuhan.
Walaupun kebutaan kataraktak dapat dicegah namun terjadinya kebutaan katarak
dapat diperpanjang waktunya serta buta katarak yang terjadi dapat ditolong sehingga
tidak perlu menimbulkan saut tragedy yang merupakan ironi dalam pembangunan ini.
Didalam upaya penanggulangan kebutaan katarak maka maka pemerintah
melakukan upaya pengintegrasian upaya kesehatan mata dan pencegahan
kedalam
b.
Lensa kontak
c.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
A. PENGERTIAN
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul mata. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung
atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses
degenerasi.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif,
2. Katarak congenital, juvenil, dan senile
3. Katarak komplikata
4. Katarak traumatic
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :
1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar
2. Sekunder, akibat tindakan Pembedahan lensa
3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam :
-
Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40
tahun.
Katarak senile, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
B. ETIOLOGI
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan . Anak dapat menderita katarak
yang biasanya merupakan penyakit yng diturunkan, peradangan di dalam kehamilan,
keadaan ini disebut sebagai katarak congenital.
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain
dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti DM, dan obat
tertentu, sinar ultraviolet B dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, dan alkoho, gizi
kurang vitamin E, dan radang menahan di dalam bola mata. Obat yang dipergunakan
untuk penyakit tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason,
klorokuin, klorpromazin, kortizon, ergotamin, indometasin, medrison, pilokarpin dan
beberapa obat lainnya.
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM, dapat mengakibatkan
timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda,
terpotong, panas yang tinggi, bahan Kimia, dapat merusak lensa mata dan keadaan ini di
sebut sebagai katarak traumatic.
C. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah
usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna namapak seperti kristal salju
pada jendela.
Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,
perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang daari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia darn tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ke tujuh.
Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak
didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor
yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu lama.
D. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS
Katarak didiagnosisterutama dengan gejala subjektif. Biasanyaaa, pasien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai
derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif
biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak pada oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan
dan susah melihat di mlam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan
abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika
katarak sudah sangat memburuk lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan. Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia),
dan juga penglihatan perlahan-lahan berkurang dan tanpa rasa sakit.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk
menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya ada yang mengatur ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung
menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelapak lebar atau kacamata
hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
Seorang dokter mata akan memeriksa mata dengan berbagai alat untuk
menentukan tipe, besar dan letaknya kekeruhan pada bagian lensa. Bagian dalam dari
mata diperiksa dengan alat oftalmoskop, untuk menentukan apakah ada kelainan lain di
mata yang mungkin juga merupakan penyebab berkurangnya pengliahatan.
Bila diketahui adanya gejala di atas sebaiknya segera diminta pendapat seorang
dokter mata. Secara umum seseorang yang telah berusia 40 tahun sebaiknya mendapatkan
pemeriksaan mata setiap 1 tahun.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketakutan atau ansietas berhubungan kurangnya pengetahuan.
Tujuan :
1. Menurunkan stres emosional, ketakutan dan depresi.
2. Penerimaan pembedahan dan pemahaman instruksi.
Intervensi :
1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui
keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman.
Rasional
6. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.
Rasional
Pencegahan cedera.
Intervensi :
1. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan
mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai, menggunakan
teknik bimbingan penglihatan.
Rasional : Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau
tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan.
2. Bantu pasien menata lingkungan.
Rasional : Memanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera.
3. Orientasikan pasien pada ruangan.
Rasional : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
4. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan
Rasional : Tameng l;ogam atau kaca mata melindungi mata terhadap cedera.
5. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma.
Rasional : Tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut.
6. Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.
Rasional : Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.
3. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi dan peningkatan TIO
Tujuan : Pengurangan nyeri dan TIO.
Intervensi :
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Kelompok
: 1 ( Satu )
Ruangan
: Mata
Tanggal Pengkajian
: 25 April 2005
II.
Tgl. Masuk RS
: 21 - 4- 05
Sumber Informasi : Klien& kel.
Keluarga Yg
dapat
Alamat
Dihubungi : ST. F.
Blok. 8/23 Rt 7 RW 1
: kawin
: Islam
Pendidikan : S1.
Pekerjaan : Pedagang.
Alamat
: Ps.
(istri).
Sts. Perkawinan
Agama
Panampu
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Lama kerja
III.
:
:
:
:
Bugis
SMA
Pedagang
17 tahun
Lain-Lain
:-
Sebelum Sakit :
A Buang Air Besar
Frekuensi
: 1 x Perhari
Penggunaan pencahar :
-..
Waktu
: Pagi / siang / sore / malam
Konsistensi : Lunak.
B Buang Air Kecil
Frekuensi
: 4 6 x perhari Warna : Kuning jernih.. Bau
: Pesing.
Keluhan Lain : Perubahan Setelah Sakit :
A. Buang Air Besar
Tidak ada perubahan..
B. Buang Air Kecil : Tidak ada perubahan.
7. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum Sakit :
Waktu Tidur (jam) : Siang klien tidak pernah / tidak biasa
tidur siang. Malam : jam 22.00 05. 00
Lama tidur / hari : 6 - 7 jam
Kebiaasaan pengantar tidur
: Tidak ada.
Kebiasaan saat tidur
: Tidak ada.
Kesulitan dalam tidur
:
( - ) Menjelang tidur
( - ) Sering / mudak terbangun
( - ) Merasa tidak puas setelah bangun tidur
Perubahan Setelah Sakit :
Sebelum klien menjalani operasi klien sulit tidur, tetapi
setelah operasi klien sudah adapt tidur dan istirahat seperti
sebelum sakit.
8. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum Sakit :
A Kegiatan dalam pekerjaan : Pedagang
B Olah raga : Tidak Ada.
Jenis : Frekuensi : C Kegiatan diwaktu luang : Nonton TV, tidur.
Perubahan Setelah Sakit :
Setelah mata kiri klien mulai kabur, klien sudah tidak
melakukan aktivitas seperti sebelum sakit sehingga sebagian
kebutuhannya dibantu oleh istri klien.
8. Pola Pekerjaan
Sebelum Sakit :
a. Jenis pekerjaan
: Pedagang
Lamanya :
Sejak Remaja
b. Jumlah jam kerja
: 9 Jam Lamanya : -
V.
RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
+
34
Keterangan :
: Laki-Laki
Klien
: Perempuan
? : Tidak Diketahui
Komentar :
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit katarak,
DM dan penyakit jantung. Klien tinggal bersama dengan istri dan
ke 2 anaknya.
Generasi I
: Kakek dan nenek klien telah meninggal dunia..
Generasi II : Ayah klien telah meninggal dunia dengan sebab
yang tidak diketahui.
Generasi III : Klien anak ke 2 dari 4 bersaudara. Saudara klien
tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien..
VI.
RIWAYAT LINGKUNGAN
Kebersihan / Bahaya / Polusi : Rumah klien kurang brsih karena
di komplek pasar. Bahaya dan polusi tidak ada.
VII.
ASPEK PSIKOSOSIAL
1. Pola Pikir & Persepsi
a. Alat Bantu yang digunakan : Kacamata / alat
pendengaran / IOL Untuk mata kiri.
(
) menurunnya sensitifitas terhadap sakit,
(
) menurunnya sensitifitas terhadap panas atau
dingin
(
) membaca & menulis dan menurunnya sensitivitas
terhadap penglihatan.
2. Persepsi sendiri
Hal yang amat dipikirkan saat ini : Klien sering bertanya
apakah setelah pembedahan ini klien adapt melihat kembali
dan apa yang harus dihindari dan dilakukan setelah operasi..
Harapan setelah perawatan : Klien berharap setelah
perawatan/ pengobatan fungsi penglihatannya dapat pulih
kembali normal..
Perubahan setelah sakit : Klien berharap dapat melihat
kembali.
3. Suasana hati : camas.
Rentang perhatian : baik.
4. Hubungan / komunikasi
a. Tempat Tinggal.
( ) Sendiri
( ) Bersama , yaitu : mertua.
b. Bicara
( ) Jelas
Bahasa Utama : Indonesia
( ) Relevan
( ) Mampu mengekspresikan
Bahasa Daerah : Bugis.
( ) Mampu mengerti orang lain
c. Kehidupan Keluarga.
( ) Pemecahan
( ) Makan
( ) Tidur
( ) Makan obat
( ) Cari pertolongan
( ) Lain (diam/marah/dll) :
e. Apa yang dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :
Perawat adapt membantu memenuhi kebutuhan selama
perawatan klien termasuk menjelaskan tentang penyakit
klien dan prognosis pembedahan yang telah dijalani klien..
7. Sistem nilai dan kepercayaan.
a.
Siapa atau apa sumber kekuatan : Allah SWT dan
keluarga
b.
Apakah Tuhan, Agama, Kepercayan penting bagi anda
( ) Ya
( ) Tidak
c.
Kegiatan agama yang dilakukan (macam dan
frekuensi) : sholat 5 waktu, puasa.
d.
Kegiatan agama/kepercayaan yang ingin dilaksanakan
di RS : Sholat 5 waktu
8. Tingkat perkembangan.
Usia
34 tahun
Karakteristik : Dewasa
VIII.
PENGKAJIAN FISIK
1. Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Umum : Sakit
sedang..
Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 mmHg
N : 76
x/menit
o
P
: 20 x/menit
S : 36
C
2. Kepala :
a. Inspeksi :
~ Bentuk Kepala : Mesosephal..
~ Kesimetrisan Muka, Tengkorak :Simetris kiri kanan..
~ Warna/distribusi rambut/kulit kepala rambut hitam
menyebar rata.
b. Palpasi :
~ Massatidak ada Nyeri Tekan tidak ada
c. Keluhan yang berhubungan : Tidak ada
Pusing / sakit kepala / tidak ada..
3. Mata :
a. Inspeksi :
Gallop -.. murmur :4. Perkusi : pekak ICS 4-5 linea mid klavikula kiri.
8. Abdomen :
Peristaltik : 16 x / menit; lingkar perut : 56 cm; nyeri tekan tidak
ada; pembesaran hati : tidak ada ; massa : tidak ada; luka :
tidak ada.
9. Genitalia dan Status Reproduksi : Kehamilan -
Buah dada Tak ada kelainan. Perdarahan - fluor Albus : Prostat - Penggunaan kateter 10. Status Neurologis : GCS E : 4 M 6... V 5..
Syncob ( + / - )
Refleks Patologis : Kernig sign ( - )
Laseq Sign ( - )
Brusinsky ( - ) Babinsky ( - )
Chaddock ( - )
Refleks Fisiologis :
Bisep ( + ) Trisep
( + ) Patella
(+ )
11. Ekstremitas :
55 5 5 5555
Keadaan ekstremitas kekuatan oto
5 5 5 5 5 5 5 5
tonus otot baik, Kesimetrisan : kiri/ kanan simetris.. Atropi : ROM aktif tanpa hambatan , Edema tidak ada
Cyanosis - Akral teraba hangat
Nadi perifer : 76 x/ menitCapilarry refilling 2. detik
Nyeri -.. Palpitas i (- ) Perubahan warna (kulit, kuku, bibir,
dll) tidak ada..
Clubbing ( - )
Baal ( - )
IX.
DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
22 April 2005
- GDS
: 92 mg/dl
- Kimia
: Ureum darah
: 13 ( 10-5-)
Kreatinin
:0,8 ( Lk. < 1,3 )
SGOT
: 14 ( Lk. : < 38 )
SGPT
: 13 ( Lk : < 41 )
- WBC
: 6,6 x 10 3/ mm 3: ( 4,0-10,0 )
- RBC
: 5,56 x 106 / mm3: ( 4,0-16,0 )
- HGB
: 14,3 s/dl
: ( 12,0-16,0 )
- Plt
: 155%
: ( 12,0-16,0 )
- Waktu pembekuan
: 9 menit ( 4-10 menit )
- Waktu perdarahan
: 3 menit ( 1-7 menit )
2. Radiologi : -
X.
TERAPI MEDIS
Obat obatan :
-
Flamar 4 x 1 tetes.
Topikal
: C. Polidex 6 x 1 tetes
ral
Ciprofloxacin 2 x 500mg
Renadince 2 x 500mg.
O
:
PATOFISIOLOGI :
Infeksi virus
rubella, herpes
simpleks/ zoster,
sifilis, selama
organogenesis
( mgg 5-8 ) pada
lensa selama
kehamilan
Capsul lensa
robek
Pemajanan sinar
matahari lama
( UV )
Radiasi sinar x
&
Vacuola sub
Lapisan capsul anteriorcapsuler anterior
lensa robek
Edema dan
kekeruhan lensa
Pertambahan
Usia
Produksi enzim
mata
Kekeruhan polar
anterior
Degenerasi
lensa
Opasitas lensa
kristalina
(KATARAK )
Afakia OD
Gangguan penerimaan
sensori visual Visus OD : 0,
Visus OS: 1/2/60
Kurang terpajan informasi
Gangguan
persepsi sensori
visual
Kurang pengetahuan
tentang prognosis,
perawatan post op phaco
Terputusnya Continuitas
jaringan
Port de entry
Microorganisme
Resiko infeksi
C; P : 20
x/menit.
Mata : Ukuran pupil: OD 3,5mm, OS: 3 mm, anisokor. Refleks terhadap
cahaya: OD: -; OS : +, Visus OD: 0; OS : 1/2/60. bentuk simetris,
conjungtiva OD: tidak anemis, OS : Hyperemis.
Tidak ada masalah dengan mulut dan tenggorokan. Dada, paru,
jantung, sirkulasi, abdomen dan ekstremitas.
Hasil Lab: 22 April 2005
- GDS
- Kimia
: 92 mg/dl
: Ureum darah
: 13 ( 10-5-)
Kreatinin
:0,8 ( Lk. < 1,3 )
SGOT
: 14 ( Lk. : < 38 )
SGPT
: 13 ( Lk : < 41 )
- WBC
: 6,6 x 10 3/ mm 3: ( 4,0-10,0 )
- RBC
: 5,56 x 106 / mm3: ( 4,0-16,0 )
- HGB
: 14,3 s/dl
: ( 12,0-16,0 )
- Plt
: 155%
: ( 12,0-16,0 )
- Waktu pembekuan
: 9 menit ( 4-10 menit )
- Waktu perdarahan
: 3 menit ( 1-7 menit )
Terapi :
Topikal : C. Polidex 6 x 1 tetes
Flamar 4 x 1 tetes.
-
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian diagnosa keperawatan didapat:
1. Gangguan persepsi sensorik: penglihatan berhubungan dengan
penurunan fungsi organ visual.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan
perawatan post op berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
Rencana tindakan Keperawatan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pengertian katarak.
Etiologi katarak
Pengobatan katarak.
D. IMPLEMENTASI/ EVALUASI
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien
: Tn. H
Dx. Medis
Ruangan
No
1
Tanggal/
Jam
25 April
2005
No.
DX
Kep.
1.
S O AP
S:
Klien mengatakan sudah mampu melihat dan menghitung
2 jari pada jarak kurang lebih 1/ 2 mmeter
Klien mengatakan mata kanan tidak adapt melihat apapun.
O:
Ukuran pupil OD: 3,5mm, Os : 3mm.
Reaksi cahaya OD; -, OS: +
Visus: OD: 0; OS: 1/2/60
Conjungtiva OD. Anemis; OS hyperemis.
A. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan.
P:
1. Kaji ulang Visus
2. Pasang pengaman tempat tidur terutama pada malam hari.
3. Anjurkan orang terdekat menemani klien untuk membantu
memenuhi kebutuhan klien ( Makan minum, BAK dan
BAB)
4. Observasi penglihatan kabur dan iritasi mata setelah
menggunakan tetes mata.
TTD
25 April
2.
2005
25 April
2005
3.
: Ciprofloxacine 2 x 500mg
S:
Penurunan penglihatan
Drainase purulent
Fotofobia
26 April
2005
1.
S:
Klien mengatakan sudah mampu melihat dan menghitung
2 3 jari pada jarak kurang lebih 1 mmeter
Klien mengatakan mata kanan tidak adapt melihat apapun.
O:
Ukuran pupil OD: 3,5mm, Os : 3mm.
Reaksi cahaya OD; -, OS: +
Visus: OD: 0; OS: 1/60
Conjungtiva OD. Anemis; OS hyperemis.
A. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan.
P:
1. Kaji ulang Visus
2. Pasang pengaman tempat tidur terutama pada malam hari.
3. Anjurkan
orang
terdekat
menemani
klien
untuk
26 April
2.
2005
26 April
2005
3.
S:
Penurunan penglihatan
Drainase purulent
Fotofobia
27 April
2005
1.
S:
Klien mengatakan sudah mampu melihat
pada jarak 1
27 April
2.
2005
S:O : Post op Phaco hari III
A : Resiko tinggi infeksi
P:
1.
27 April
3.
2005
S:
Topik
: Katarak
Hari/ tanggal
: 26 April 2005
Waktu
: 15 menit
Tempat
Sasaran
Media
: Leaflet, Flipchart
Materi
: Terlampir
TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan klien dan keluarga mampu menjelaskan
tentang penyakit katarak dan perawatan pasca pembedahan katarak.
TUJUAN KHUSUS :
Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan klien dan keluarga akan dapat :
1. Menjelaskan pengertian katarak
2. menjelaskan factor resiko yang bisa mempengaruhi terbentuknya katarak.
3. menjelaskan gejala dan jenis katarak.
4. Menjelaskan penatalaksanaan katarak.
5. Menjelaskan perawatan setelah pembedahan katarak.
KEGIATAN PENYULUHAN
NO
1
TAHAP
Pendahuluan
KEGIATAN
Memberi salam terapeutik
WAKTU
2 menit
Menjelaskan tujuan
Kontrak waktu
Menjelaskan pengertian katarak
Menjelaskan
2
Penyajian
factor
yang
10 menit
kesempatan
klien
dan
hal-hal
yang
Penutup
tentang
3 menit
Salam terapeutik
EVALUASI
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan :
1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan pengertian katarak ( 100% )
2. Klien dan keluarga dapat menjelaskan factor yang bisa mempengaruhi terbentuknya
katarak ( 70 % )
3.
DAFTAR PUSTAKA
DIREKTORAT
BINA
UPAYA
KESEHATAN
PUSKESMAS,
DITJEN
BUKU PEDOMAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul mata. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung
atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses
degenerasi. Penyebab utama katarak adalah proses penuaan.
Tidak ada terapi atau obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil dengan
pembedahan laser. Namun masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur
laser yang digunakan untuk mencairkan lensa yang sebelumnya dilakukan pengisapan
keluar melalui kanula. Penatalaksanaan katarak dilakukan dengan cara operasi katarak.
Pembedahan: adalah pengobatan yang paling tepat dalah penanganan katarak.
Perawatan dilakukan pada pre operasi dengan mempersiapkan baik fiksik maupun
psikisnya, perawatan post operasi untuk mencegah terjadinya infeksi dan timbulnya
komplikasi serta pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga untuk perawatan lanjut
dirumah.
B. SARAN
Hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan, alat bantu yang bisa
menyembuhkan katarak kecuali dengan operasi. Dan yang bisa memutuskan apakah
katarak perlu dioperasi adalah
diharapkan penyebaran informasi yang lebih luas agar masyarakat tentang katarak agar
masyarakat yang menderita karena
dengan operasi katarak sehingga dengan operasi katarak diharapkan klien dapat
meniknati dan melihat kembali dunia dengan segala keindahannya.
Angka kesuksesan operasi katarak memang cukup memuaskan namun tentu saja ini
tergantung pada kondisi pasca operasi dan bagaimana klien mengikuti seluruh anjuran
dan petunjuk medis dan perawatan. Olehnya itu kepatuhan klien akan instruksi atau
anjuran serta pengetahuan perawatan katarak pasca operasi
keberhasilan operasi.
amat menentukan
MATERI PENYULUHAN
1. PENGERTIAN KATARAK
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh.
Katarak meyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas pada penderita
katarak. Cahaya sulit mencapai retina sehiungga bayangan pada retina menjadi
tidak jelas dan kabur.
Keadaan seperti ini sama seperti hasil pemotretan yang tidak jelas akibat lensa
kamera yang kotor.
Katarak sangat umum diidentikkan dengan usia lanjut. Namun juga terjadi katarak
yang dialami bayi yang baru lahir, anak-anak atau setelah mengalami cedera mata.
2. FAKTOR YANG BISA MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA KATARAK.
a.
Riwayat keluarga
b.
Diabetes mellitus
c.
d.
e.
f.
g.
Pertambahan usia.
3. GEJALA KATARAK :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
4. JENIS KATARAK:
a.
b.
c.
akibat diabetes
mellitus.
d.
5. ..PENATALAKSANAAN KATARAK.
b.
c.
Setelah pengangkatan lensa, maka koreksi dilakukan dengan salah satu dari 3
metode:
a. Kaca mata afakia
b. Lensa kontak
Pembatasan aktivitas:
Diperbolehkan :
Pada awal mandi was lap, selanjutnya menggunakan bak mandi atau
pancuran dengan bantuan.
Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi,
Mengendarai kendaraan.
b.
Membersihkan sekitar mata dengan bola kapas steril atau kasa yang
dibasahi dengan air steril atau larutan salin dengan lembut dari sudut
dalam keluar.
Gunakan pelindung mata berlubang pada malam hari dan kaca mata pada
siang hari.
c.
Rasa sakit yang tidak hilang bahkan setelah minum obat penghilang rasa
nyeri.
Hilangnya penglihatan.