You are on page 1of 39

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. H. DENGAN KATARAK


DIRUANG PERAWATAN MATA, LONTARA 3 ATAS
RS. DR. WAHIDINSUDIROHUSODO
MAKASSAR

Oleh
KELOMPOK I;
ABD. SALAM PANING
GERSON JOTLELY
INDRA GAFFAR
TOMMIE W. TOMPUNU
SUPIRNO
JOHN TODING PADANG
ROSNANIAH
SAFARUDDIN

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2005

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Kuasa, atas karunia
Nya sehingga makalah Asuhan Keperawatan Klien dengan Vesikolitiasis ini dapat
terselesaikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kami baik dari pembimbing
Institusi maupun Pembimbing Klinik di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang
telah membantu dan membimbing serta memberi arahan kepada kami selama praktek
profesi di bagian mata.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa, maka penyusunan makalah ini
masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan oleh berbagai keterbatasan baik itu keterbatasan waktu maupun keterbatasan
referensi yang kami pergunakan, olehnya itu kami berharap masukan, kritikan dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pada penulisan makalah ini.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi orang yang
membacanya. Semoga Tuhan Yang maha Kuasa memberi Rahmat dqan perlindungan Nya
kepada kita semua. Amin

Makassar,

Mei 2005

Hormat kami

Penulis
( Kelompok VIII)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . i
BAB I PENDAHULUAN .. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 3
A. Pengertian . 3
B. Etiologi .. 3
C. Patofisiologi .. 4
D. Manifestasi klinis dan Diagnosis .. 5
E. Diagnosa Keperawatan.. 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.... 10
A. Pengkajian ... 10
B. Diagnosa Keperawatan 20
C. Intervensi . 21
D. Implementasi / Evaluasi .. 25
BAB IV. KESIMPULAN 31
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP ). 32
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran :
Materi Penyuluhan
Leaf let

BAB I
PENDAHULUAN
Kebutaan katarak merupakan penyebab utama kebutaan didunia, terutama di
Negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Di Negara-negara berkembang
kebutaan katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat dan masalah sosial.
Hilangnya penglihatan oleh sebab apapun akan menghambat kemampuan manusia untuk
berkarya dan menikmati keindahan alam anugerah Tuhan.
Walaupun kebutaan kataraktak dapat dicegah namun terjadinya kebutaan katarak
dapat diperpanjang waktunya serta buta katarak yang terjadi dapat ditolong sehingga
tidak perlu menimbulkan saut tragedy yang merupakan ironi dalam pembangunan ini.
Didalam upaya penanggulangan kebutaan katarak maka maka pemerintah
melakukan upaya pengintegrasian upaya kesehatan mata dan pencegahan

kedalam

kegiatan pokok Puskesmas. Puskesmas dengan dukungan sarana rujukannya merupakan


pendekatan yang paling tepat dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan yang
didukung oleh mutu yang memadai.
Tidak ada terapi atau obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil dengan
pembedahan laser. Namun masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur
laser yang digunakan untuk mencairkan lensa yang sebelumnya dilakukan pengisapan
keluar melalui kanula.
Pembedahan: adalah pengobatan yang paling tepat dalah penanganan katarak, ada 2
tehnik pembedahan katarak, yaitu:

ICCE ( Intraoculer Catarak Ekstraction ). Adalah pengangkatan seluruh


lensa sebagai satu kesatuan. Indikasi : katarak senile dan zonula zinn yang
telah rapuh.

ECCE ( Ekstracapsuler Catarak Ekstraction ). Yaitu pembedahan pada lensa

dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah capsul depan.


Indikasi : katarak Immatur.
Setelah pengangkatan lensa, maka koreksi dilakukan dengan salah satu dari 3
metode:
a.

Kaca mata afakia

b.

Lensa kontak

c.

Implan lensa intraokuler.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
A. PENGERTIAN
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul mata. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung
atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses
degenerasi.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif,
2. Katarak congenital, juvenil, dan senile
3. Katarak komplikata
4. Katarak traumatic
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :
1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar
2. Sekunder, akibat tindakan Pembedahan lensa
3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam :
-

Katarak congenital, katarak yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun

Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40
tahun.

Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun

Katarak senile, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.

B. ETIOLOGI
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan . Anak dapat menderita katarak
yang biasanya merupakan penyakit yng diturunkan, peradangan di dalam kehamilan,
keadaan ini disebut sebagai katarak congenital.

Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain
dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti DM, dan obat
tertentu, sinar ultraviolet B dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, dan alkoho, gizi
kurang vitamin E, dan radang menahan di dalam bola mata. Obat yang dipergunakan
untuk penyakit tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason,
klorokuin, klorpromazin, kortizon, ergotamin, indometasin, medrison, pilokarpin dan
beberapa obat lainnya.
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM, dapat mengakibatkan
timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda,
terpotong, panas yang tinggi, bahan Kimia, dapat merusak lensa mata dan keadaan ini di
sebut sebagai katarak traumatic.
C. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah
usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna namapak seperti kristal salju
pada jendela.
Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,
perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang daari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia darn tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ke tujuh.
Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak
didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor
yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu lama.
D. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS
Katarak didiagnosisterutama dengan gejala subjektif. Biasanyaaa, pasien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai
derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif
biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak pada oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan
dan susah melihat di mlam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan
abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika
katarak sudah sangat memburuk lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan. Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia),
dan juga penglihatan perlahan-lahan berkurang dan tanpa rasa sakit.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk
menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya ada yang mengatur ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung
menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelapak lebar atau kacamata
hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.

Seorang dokter mata akan memeriksa mata dengan berbagai alat untuk
menentukan tipe, besar dan letaknya kekeruhan pada bagian lensa. Bagian dalam dari
mata diperiksa dengan alat oftalmoskop, untuk menentukan apakah ada kelainan lain di
mata yang mungkin juga merupakan penyebab berkurangnya pengliahatan.
Bila diketahui adanya gejala di atas sebaiknya segera diminta pendapat seorang
dokter mata. Secara umum seseorang yang telah berusia 40 tahun sebaiknya mendapatkan
pemeriksaan mata setiap 1 tahun.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketakutan atau ansietas berhubungan kurangnya pengetahuan.
Tujuan :
1. Menurunkan stres emosional, ketakutan dan depresi.
2. Penerimaan pembedahan dan pemahaman instruksi.
Intervensi :
1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui
keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman.
Rasional

: Informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui.


Mekanisme koping dapat membantu pasien berkompromi dengan
kegusara, ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan, dan
penolakan.

2. Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru.


Rasional

: Pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan


meningkatkan keamanan.

3. Menjelaskan rutinitas perioperatif.


Rasional

: Pasien yang telah banyak mendapat informasi lebih mudah


menerima penanganan dan mematuhi instruksi.

4. Menjelaskan intervensi sedetil-detilnya.


Rasional

: Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan


indera yang lain untik mendapatkan informasi.

5. Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu.


Rasional

: Perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat.

6. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.
Rasional

: Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan


dengan penanganan dari perawatan diri.

7. Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan


(pengunjung, radio, rekaman audio, TV, kerajinan tangan, permainan).
Rasional

Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat

menimbulkan perasaan negatif.


2. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan pandangan kabur
Tujuan :

Pencegahan cedera.

Intervensi :
1. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan
mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai, menggunakan
teknik bimbingan penglihatan.
Rasional : Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau
tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan.
2. Bantu pasien menata lingkungan.
Rasional : Memanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera.
3. Orientasikan pasien pada ruangan.
Rasional : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
4. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan
Rasional : Tameng l;ogam atau kaca mata melindungi mata terhadap cedera.
5. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma.
Rasional : Tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut.
6. Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.
Rasional : Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.
3. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi dan peningkatan TIO
Tujuan : Pengurangan nyeri dan TIO.
Intervensi :

1. Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep.


Rasional : Pemakaian sesuai resep akan Mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan
rasa nyaman.
2. Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul.
Rasional : mengurangi edema akan mengurangi nyeri.
3. Kurangi tingkat pencayahaan
Rasional : Tingkat Pencahayaan yang lebih rendah lebih nyakan setelah Pembedahan.
4. Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat.
Rasioanal : Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan
tetes mata dilator.
4. Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan
penglihatan.
Tujuan : mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Inventensi :
1. Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda atau gejala
komplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter.
Rasional : Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko
kerusakan lebih lanjut.
2. Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati mengenal
teknik yang benar memberikan obat.
Rasional : Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera
mata.

3. Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan.


Rasional : Sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan
teman di rumah.
4. Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan.
Rasional : Memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan.

5. Resiko tinggi terhadap Infeksi b.d trauma insisi


Tujuan : Komplikasi dapat dihindari atau segera dilaporkan kepada dokter.
Inventasi :
1. Jaga teknik aseptic ketat, lakukan cuci tangan sesering mungkin.
Rasional : Akan meminimalkan infeksi.
2. Awasi dan laporkan segera adanya tanda dan gejala komplikasi, misalnya :
perdarahan, peningkatan TIO atau infeksi.
Rasional : Penemuan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kehilangan
penglihatan permanen.
3. Jelaskan posisi yang dianjurkan.
Rasional : Peninggian kepala dan menghindari berbaring pada sisi yang di operasi
dapat mengurangi edema.
4. Instruksikan pasien mengenal pembatasan aktivitas tirah baring, dengan
keleluasaan ke kamar mandi, peningkatan aktivitas bertahap sesuai toleransi.
Rasional : Pembatasan aktivitas diresepkan untuk mempercepat penyembuhan dan
menghindari kerusakan lebih lanjut pada mata yang cedera.
5. Jelaskan tindakan yang harus dihindari, seperti yang diresepkan batuk, bersin,
muntah (minta obat untuk itu).
Rasional : Dapat mengakibatkan komplikasi seperti prolaps vitreus atau dehisensi
luka akibat peningkatan tegangan luka pada jahitan yang sangat halus.
6. Berikan obat sesuai resep, sesuai teknik yang diresepkan.
Rasional : Obat yang diberikan dengan cara yang tidak sesuai dengan resep dapat
mengganggu penyembuhan atau menyebabkan komplikasi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Kelompok
: 1 ( Satu )
Ruangan
: Mata
Tanggal Pengkajian
: 25 April 2005
II.

IDENTITAS DIRI KLIEN


Nama
: Tn. H
Tempat/Tgl.Lahir : Maros, 7/7/71
Umur
: 34 tahun
Jenis Kelamin
: laki-llaki

Tgl. Masuk RS
: 21 - 4- 05
Sumber Informasi : Klien& kel.
Keluarga Yg

dapat
Alamat

: Komp. Psr Panampu

Dihubungi : ST. F.

Blok. 8/23 Rt 7 RW 1
: kawin
: Islam

Pendidikan : S1.
Pekerjaan : Pedagang.
Alamat
: Ps.

(istri).
Sts. Perkawinan
Agama
Panampu
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Lama kerja
III.

:
:
:
:

Bugis
SMA
Pedagang
17 tahun

Lain-Lain

:-

STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Alasan kunjungan/keluhan utama : klien mengatakan mata kiri
kabur, hanya adapt melihat pada jarak meter dan mata
kanan sudah tidak bisa melihat lagi.
Riwayat keluhan utama: Mata kanan klien tiba-tiba tidak bisa melihat kurang lebih
4 tahun yang lalu, sebelumnya tidak ada trauma.
Mata kiri perlahan-lahan kabur kurang lebih 4 bulan lalu
disertai keluhan sakit kepala dan silau.
Faktor Pencetus : -tidak ada
3. Lamanya Keluhan : OD sejak 4 tahu yang lalu ( waktu umur 30
tahun ). OS sejak 4 bulan yang lalu.
4. Timbulnya Keluhan
: ( ) Bertahap ppada OS ( )
Mendadak ( OD )
5. Faktor yang memperberat : Keluhan semakin berat jika klien
berada ditempat yang silau.
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya, Sendiri : Oleh orang lain : -
7. Diangnosa Medik
a. OS Katarak Juvenil,
Tgl/Bln/Thn 22 4- 2005.

b.OD Afakia+ Retinal Defek, Tgl/Bln/Thn 22 4 - 2005.


c. OS Post Phaco + IOL
Tgl/Bln/Thn 24 4- 2005.
IV.

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Penyakit Yang Pernah Dialami.
a. Kanak-kanak : Batuk, influenza, demam
b. Kecelakaan : Tidak pernah
c. Pernah dirawat
: Tidak. Thn -..Diagnosa : d. Operasi
: sebelumnya tidak pernah dioperasi
2. Alergi
Tipe
Reaksi
Tindakan
Klien tidak ada riwayat alergi terhadap makanan maupun obatobatan.
3. Imunisasi
Tipe
Reaksi
Tindakan
Klien tidak pernah di Immunisasi.
4. Kebiasaan : Merokok / kopi / obat / alcohol / lain-lain Klien
memiliki kebiasaan merokok.
5. Obat-obatan
: Tidak ada riwayat menggunakan obat-obatan.
Lamanya -..Sendiri Orang lain (resep)
-
6. Pola Nutrisi
:
Sebelum Sakit :
Berat badan :
47 Kg Tinggi badan : 160 Cm LLA
:
24 Cm
Jenis makanan : Nasi, sayur, buah ( kadang-kadang )
Makananan yang disukai : Sayur daun kacang panjang.
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
Makanan pantangan : Tidak ada
Nafsu makan :
( ) Baik
( - ) Sedang alasan ; mual / muntah /
sariawan
( - ) Kurang - alasan ; mual / muntah /
sariawan
Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :
( - ) Bertambah .. Kg ( - ) Tetap Kg ( )
Berkurang 3 Kg
Perubahan Setelah Sakit :
Jenis diet TKTP.. Nafsu makan Baik..
Rasa mual ( + / - ) Muntah tidak ada.
Intake cairan : 1400 cc/ oral/ hari. Out put cairan + 1000 cc
Porsi makan Dihabiskan..
6. Pola Eliminasi

Sebelum Sakit :
A Buang Air Besar
Frekuensi
: 1 x Perhari
Penggunaan pencahar :
-..
Waktu
: Pagi / siang / sore / malam
Konsistensi : Lunak.
B Buang Air Kecil
Frekuensi
: 4 6 x perhari Warna : Kuning jernih.. Bau
: Pesing.
Keluhan Lain : Perubahan Setelah Sakit :
A. Buang Air Besar
Tidak ada perubahan..
B. Buang Air Kecil : Tidak ada perubahan.
7. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum Sakit :
Waktu Tidur (jam) : Siang klien tidak pernah / tidak biasa
tidur siang. Malam : jam 22.00 05. 00
Lama tidur / hari : 6 - 7 jam
Kebiaasaan pengantar tidur
: Tidak ada.
Kebiasaan saat tidur
: Tidak ada.
Kesulitan dalam tidur
:
( - ) Menjelang tidur
( - ) Sering / mudak terbangun
( - ) Merasa tidak puas setelah bangun tidur
Perubahan Setelah Sakit :
Sebelum klien menjalani operasi klien sulit tidur, tetapi
setelah operasi klien sudah adapt tidur dan istirahat seperti
sebelum sakit.
8. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum Sakit :
A Kegiatan dalam pekerjaan : Pedagang
B Olah raga : Tidak Ada.
Jenis : Frekuensi : C Kegiatan diwaktu luang : Nonton TV, tidur.
Perubahan Setelah Sakit :
Setelah mata kiri klien mulai kabur, klien sudah tidak
melakukan aktivitas seperti sebelum sakit sehingga sebagian
kebutuhannya dibantu oleh istri klien.
8. Pola Pekerjaan
Sebelum Sakit :
a. Jenis pekerjaan
: Pedagang
Lamanya :
Sejak Remaja
b. Jumlah jam kerja
: 9 Jam Lamanya : -

c. Jadwal kerja : 08.00 17.00


Perubahan Setelah Sakit :
Setelah mata kiri klien mulai kabur, klien tidak bekerja seperti
sebelum sakit

V.

RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
+

34

Keterangan :
: Laki-Laki
Klien
: Perempuan

: Meninggal --- : Satu Rumah


: Kawin

? : Tidak Diketahui

Komentar :
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit katarak,
DM dan penyakit jantung. Klien tinggal bersama dengan istri dan
ke 2 anaknya.
Generasi I
: Kakek dan nenek klien telah meninggal dunia..
Generasi II : Ayah klien telah meninggal dunia dengan sebab
yang tidak diketahui.
Generasi III : Klien anak ke 2 dari 4 bersaudara. Saudara klien
tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien..
VI.

RIWAYAT LINGKUNGAN
Kebersihan / Bahaya / Polusi : Rumah klien kurang brsih karena
di komplek pasar. Bahaya dan polusi tidak ada.

VII.

ASPEK PSIKOSOSIAL
1. Pola Pikir & Persepsi
a. Alat Bantu yang digunakan : Kacamata / alat
pendengaran / IOL Untuk mata kiri.

b. Kesulitan yang dialami :

(
) menurunnya sensitifitas terhadap sakit,
(
) menurunnya sensitifitas terhadap panas atau
dingin
(
) membaca & menulis dan menurunnya sensitivitas
terhadap penglihatan.
2. Persepsi sendiri
Hal yang amat dipikirkan saat ini : Klien sering bertanya
apakah setelah pembedahan ini klien adapt melihat kembali
dan apa yang harus dihindari dan dilakukan setelah operasi..
Harapan setelah perawatan : Klien berharap setelah
perawatan/ pengobatan fungsi penglihatannya dapat pulih
kembali normal..
Perubahan setelah sakit : Klien berharap dapat melihat
kembali.
3. Suasana hati : camas.
Rentang perhatian : baik.
4. Hubungan / komunikasi
a. Tempat Tinggal.
( ) Sendiri
( ) Bersama , yaitu : mertua.
b. Bicara
( ) Jelas
Bahasa Utama : Indonesia
( ) Relevan
( ) Mampu mengekspresikan
Bahasa Daerah : Bugis.
( ) Mampu mengerti orang lain
c. Kehidupan Keluarga.

1. Adat istiadat yang dianut : Bugis..


2. Pembuat Keputusan Keluarga : klien dan istri
3. Pola komunikasi : Baik.
4. Pola keuangan : ( ) Memadai
( ) Kurang
d. Kelukitan dalam hubungan keluarga.
( - ) Hubugan dengan orang tua
( - ) Hububungan dengan sanak saudara
( - ) Hubungan perkawinan
5. Kebiasaan seksual
a.
Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi :
( - ) Fertilitas
( - ) Mensturasi. Lainnya : ( - ) Libido(
- ) Kehamilan.
( - ) Ereksi ( - ) Alat kontrasepsi.
b.
Pemahaman tentang seksual : baik
6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan.
( ) Sendiri

( ) Dibantu orang lain : istri..

b. Yang disukai tentang diri sendiri : -..


c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : Kondisi sakit.
d. Yang dilakukan jika stres :

( ) Pemecahan
( ) Makan
( ) Tidur
( ) Makan obat
( ) Cari pertolongan
( ) Lain (diam/marah/dll) :
e. Apa yang dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :
Perawat adapt membantu memenuhi kebutuhan selama
perawatan klien termasuk menjelaskan tentang penyakit
klien dan prognosis pembedahan yang telah dijalani klien..
7. Sistem nilai dan kepercayaan.
a.
Siapa atau apa sumber kekuatan : Allah SWT dan

keluarga
b.
Apakah Tuhan, Agama, Kepercayan penting bagi anda
( ) Ya
( ) Tidak
c.
Kegiatan agama yang dilakukan (macam dan
frekuensi) : sholat 5 waktu, puasa.
d.
Kegiatan agama/kepercayaan yang ingin dilaksanakan
di RS : Sholat 5 waktu
8. Tingkat perkembangan.

Usia

34 tahun

Karakteristik : Dewasa

VIII.
PENGKAJIAN FISIK
1. Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Umum : Sakit
sedang..
Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 mmHg
N : 76
x/menit
o
P
: 20 x/menit
S : 36
C
2. Kepala :
a. Inspeksi :
~ Bentuk Kepala : Mesosephal..
~ Kesimetrisan Muka, Tengkorak :Simetris kiri kanan..
~ Warna/distribusi rambut/kulit kepala rambut hitam
menyebar rata.
b. Palpasi :
~ Massatidak ada Nyeri Tekan tidak ada
c. Keluhan yang berhubungan : Tidak ada
Pusing / sakit kepala / tidak ada..
3. Mata :
a. Inspeksi :

~ Konjungtiva OD: tidak anemis. OS : hiperemis.


~Ukuran pupil OD : 3,5 mm. OS : 3 mm Isokor tidak...
Visus OD : 0 , OS : 1/2/60..
~Reaksi terhadap cahaya OD; -OS : +Gerakan bola mata
Simetris kiri/kanan..
b. Palpasi :
~ TIO - Massa Tumor : - /- Nyeri Tekan : -/-.
c. Lain lain
Fungsi Penglihatan :
Baik / kabur / tidak jelas / OD; tidak bisa melihat. OS
Kabur.Dua bentuk -/ Rasa sakit -/-. Pemeriksaan mata terakhir : 2004..
~
Operasi Post op. Phaco + IOL hari I.
~
Lain-lain 4. Hidung :
a. Inspeksi :
~ Bentuk /kesimetrisan: Simetris kiri/kanan. Bengkak : ~ Septum - Warna - secret-.
b. Palpasi :
~ Sinus tidak ada nyeri tekan /bengkak -.
c. Lain-lain :
~ Passase udara+ Reaksi alergi - Cara mengatasinya
tidak ada..
5. Mulut dan Tenggorokan :
Gigi geligi 32
Caries : Molar.
Kulit / gangguan bicara tidak ada
Kesulitan menelan tidak ada
Pemeriksaan gigi terakhir klien tidak pernah
memeriksakan gigi diunit pelayanan kesehatan.
6. Leher
1. Inspeksi :
- Bentuk/kesimetrisan : simetris kiri/kanan
- Mobilisasi leher+
Distensi vena jugularis: 2-5 cm
2. Palpasi:
- Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar limfe tidak
ada pembesaran
7.

Dada, Paru-paru, Jantung :


1. Inspeksi :
- Bentuk dada simimetris kiri/ kanan..
- Ekspansi dada + kiri/kanan
2. Palpasi :
- Nyeri tekan tidak ada.. Massa tumorTidak ada,
3. Auskultasi :
- Suara napas vesikuler +/+Suara tambahan : Rongkhi Wheezing - . Bunyi jantung I dan II terdengar murni

Gallop -.. murmur :4. Perkusi : pekak ICS 4-5 linea mid klavikula kiri.
8. Abdomen :
Peristaltik : 16 x / menit; lingkar perut : 56 cm; nyeri tekan tidak
ada; pembesaran hati : tidak ada ; massa : tidak ada; luka :
tidak ada.
9. Genitalia dan Status Reproduksi : Kehamilan -
Buah dada Tak ada kelainan. Perdarahan - fluor Albus : Prostat - Penggunaan kateter 10. Status Neurologis : GCS E : 4 M 6... V 5..
Syncob ( + / - )
Refleks Patologis : Kernig sign ( - )
Laseq Sign ( - )
Brusinsky ( - ) Babinsky ( - )
Chaddock ( - )
Refleks Fisiologis :
Bisep ( + ) Trisep
( + ) Patella
(+ )
11. Ekstremitas :
55 5 5 5555
Keadaan ekstremitas kekuatan oto
5 5 5 5 5 5 5 5
tonus otot baik, Kesimetrisan : kiri/ kanan simetris.. Atropi : ROM aktif tanpa hambatan , Edema tidak ada
Cyanosis - Akral teraba hangat
Nadi perifer : 76 x/ menitCapilarry refilling 2. detik
Nyeri -.. Palpitas i (- ) Perubahan warna (kulit, kuku, bibir,
dll) tidak ada..
Clubbing ( - )
Baal ( - )
IX.

DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
22 April 2005
- GDS
: 92 mg/dl
- Kimia
: Ureum darah
: 13 ( 10-5-)
Kreatinin
:0,8 ( Lk. < 1,3 )
SGOT
: 14 ( Lk. : < 38 )
SGPT
: 13 ( Lk : < 41 )
- WBC
: 6,6 x 10 3/ mm 3: ( 4,0-10,0 )
- RBC
: 5,56 x 106 / mm3: ( 4,0-16,0 )
- HGB
: 14,3 s/dl
: ( 12,0-16,0 )
- Plt
: 155%
: ( 12,0-16,0 )
- Waktu pembekuan
: 9 menit ( 4-10 menit )
- Waktu perdarahan
: 3 menit ( 1-7 menit )
2. Radiologi : -

X.

TERAPI MEDIS
Obat obatan :
-

Flamar 4 x 1 tetes.
Topikal
: C. Polidex 6 x 1 tetes
ral
Ciprofloxacin 2 x 500mg
Renadince 2 x 500mg.

O
:

PATOFISIOLOGI :
Infeksi virus
rubella, herpes
simpleks/ zoster,
sifilis, selama
organogenesis
( mgg 5-8 ) pada
lensa selama
kehamilan

Capsul lensa
robek

Pemajanan sinar
matahari lama
( UV )

Radiasi sinar x
&

Vacuola sub
Lapisan capsul anteriorcapsuler anterior
lensa robek

Edema dan
kekeruhan lensa

Pertambahan
Usia
Produksi enzim
mata

Kekeruhan polar
anterior

Fisik dan kimia


Perubahan
dalam protein
lensa
Koagulasi lensa

Degenerasi
lensa

Opasitas lensa
kristalina
(KATARAK )
Afakia OD

Lensa sebagai focus


masuknya cahaya tidak
ada

Tindakan operasi pada


OS: ( Phaco )
Lensa belum berfungsi
secara optimal pada Post
Phaco hari I

Gangguan penerimaan
sensori visual Visus OD : 0,
Visus OS: 1/2/60
Kurang terpajan informasi
Gangguan
persepsi sensori
visual

Kurang pengetahuan
tentang prognosis,
perawatan post op phaco

Terputusnya Continuitas
jaringan

Port de entry
Microorganisme

Resiko infeksi

KESAN PERAWAT TERHADAP KLIEN

Klien dan keluarga kooperatif, adapt menjawab pertanyaan dengan


jelas
KESIMPULAN :
Pengkajian :
Klien tn. H, umur 34 tahun, masuk RS sejak tanggal 21 4 2005,
dilakukan pengkajian tanggal 25 April 2005 dengan keluhan utama
mata kiri klien kabur, hanya adapt melihat pada jarak meter dan
mata kanan sudah tidak melihat lagi.
Diagnosa medik: OS post op Phaco + IOL hari pertama. OD: Afakia +
retinal defeck. Pada saat pengkajian didapatkan data :
Tidak ada perubahan dalam pola nutrisi, eliminasi. Setelah mata kiri
klien kabur klien sudah tidak adapt melakukan aktivitas seperti biasa (
berdagang ). TD: 110/80 mmHg; N: 76 x / menit; S : 36

C; P : 20

x/menit.
Mata : Ukuran pupil: OD 3,5mm, OS: 3 mm, anisokor. Refleks terhadap
cahaya: OD: -; OS : +, Visus OD: 0; OS : 1/2/60. bentuk simetris,
conjungtiva OD: tidak anemis, OS : Hyperemis.
Tidak ada masalah dengan mulut dan tenggorokan. Dada, paru,
jantung, sirkulasi, abdomen dan ekstremitas.
Hasil Lab: 22 April 2005
- GDS
- Kimia

: 92 mg/dl
: Ureum darah
: 13 ( 10-5-)
Kreatinin
:0,8 ( Lk. < 1,3 )
SGOT
: 14 ( Lk. : < 38 )
SGPT
: 13 ( Lk : < 41 )
- WBC
: 6,6 x 10 3/ mm 3: ( 4,0-10,0 )
- RBC
: 5,56 x 106 / mm3: ( 4,0-16,0 )
- HGB
: 14,3 s/dl
: ( 12,0-16,0 )
- Plt
: 155%
: ( 12,0-16,0 )
- Waktu pembekuan
: 9 menit ( 4-10 menit )
- Waktu perdarahan
: 3 menit ( 1-7 menit )
Terapi :
Topikal : C. Polidex 6 x 1 tetes

Flamar 4 x 1 tetes.
-

Oral : Ciprofloxacin 2 x 500mg


Renadince 2 x 500mg.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian diagnosa keperawatan didapat:
1. Gangguan persepsi sensorik: penglihatan berhubungan dengan
penurunan fungsi organ visual.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan
perawatan post op berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
Rencana tindakan Keperawatan :
1.

Kaji ketajaman penglihatan

2.

Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf


dan orang lain diruangan.

3.

Dorong / anjurkan keluarga untuk membantu


memenuhi kebutuhan klien.

4.

Observasi terhadap penggunaan obat tetes


mata.

5.

Tekankan pentingnya mencuci tangan


sebelum menyentuh/ memberi tetes mata.

6.

Observasi tanda vital.

7.

lakukan perawatan mata dengan tehnik


aseptic.

8.

HE pada klien terhadap:

Pengertian katarak.

Etiologi katarak

Gejala klinis Katarak

Pengobatan katarak.

Hal-hal yang diperbolehkan dan dihindari dalam 1 minggu


setelah pembedahan

D. IMPLEMENTASI/ EVALUASI
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien

: Tn. H

Dx. Medis

: OS Post Op. Phaco + IOL

Ruangan

: Lontara 3 Lantai 2, Perawatan mata.

No
1

Tanggal/
Jam
25 April
2005

No.
DX
Kep.
1.

S O AP
S:
Klien mengatakan sudah mampu melihat dan menghitung
2 jari pada jarak kurang lebih 1/ 2 mmeter
Klien mengatakan mata kanan tidak adapt melihat apapun.
O:
Ukuran pupil OD: 3,5mm, Os : 3mm.
Reaksi cahaya OD; -, OS: +
Visus: OD: 0; OS: 1/2/60
Conjungtiva OD. Anemis; OS hyperemis.
A. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan.
P:
1. Kaji ulang Visus
2. Pasang pengaman tempat tidur terutama pada malam hari.
3. Anjurkan orang terdekat menemani klien untuk membantu
memenuhi kebutuhan klien ( Makan minum, BAK dan
BAB)
4. Observasi penglihatan kabur dan iritasi mata setelah
menggunakan tetes mata.

TTD

25 April

2.

2005

S:O : Post op Phaco hari I


A : Resiko tinggi infeksi
P:
1.

Cuci tangan sebelum dan setelah memberi tetes mata

2. Observasi tanda infeksi ( kelopak mata kemerahan,


kelopak mata bengkak, drainase purulent).
3. Desinfeksi DOP 2x/hari dengan kapas alcohol.
4. Penatalaksanaan pemberian antibiotika:
Topikal : C. polydex 6 x tetes
Oral
3

25 April
2005

3.

: Ciprofloxacine 2 x 500mg

S:

Klien menanyakan mengapa klien belum bisa melihat


dengan jelas.

Klien dapat menyebut 2 hal yang harus dihindari setelah


pembedahan..

O:A : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan


perawatan post op.
P:
1. Anjurkan klien menghindari membaca, mengangkat berat,
mengejan saat BAB, membungkuk.
2. Ajak klien berbincang-bincang dan anjurkan keluarga untuk
membawa radio/ tape untuk didengar klien.
3. gunakan DOP terutama pada malam hari.
4. Tingkatkan hidrasi klien sampai 2500 cc/ hari dan anjurkan
makan makanan berserat ( sayur).

5. Indentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi


medis.

Nyeri tajam tiba-tiba

Penurunan penglihatan

Kelopak mata bengkak.

Drainase purulent

Kemerahan, mata berair.

Fotofobia

6. beri HE/ penyuluhan tentang katarak.

26 April
2005

1.

S:
Klien mengatakan sudah mampu melihat dan menghitung
2 3 jari pada jarak kurang lebih 1 mmeter
Klien mengatakan mata kanan tidak adapt melihat apapun.
O:
Ukuran pupil OD: 3,5mm, Os : 3mm.
Reaksi cahaya OD; -, OS: +
Visus: OD: 0; OS: 1/60
Conjungtiva OD. Anemis; OS hyperemis.
A. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan.
P:
1. Kaji ulang Visus
2. Pasang pengaman tempat tidur terutama pada malam hari.
3. Anjurkan

orang

terdekat

menemani

klien

untuk

membantu memenuhi kebutuhan klien ( Makan minum,


BAK dan BAB)
4. Observasi penglihatan kabur dan iritasi mata setelah
menggunakan tetes mata.

26 April

2.

2005

S:O : Post op Phaco hari II


A : Resiko tinggi infeksi
P:
1.

Cuci tangan sebelum dan setelah memberi tetes mata

2. Observasi tanda infeksi ( kelopak mata kemerahan,


kelopak mata bengkak, drainase purulent).
3. Desinfeksi DOP 2x/hari dengan kapas alcohol.
4. Penatalaksanaan pemberian antibiotika:
Topikal : C. polydex 6 x tetes
Oral

: Ciprofloxacine 1 gr/ 12 jam

Steroid : Dexametazone 1 amp/ 12 jam.


6

26 April
2005

3.
S:

Klien menanyakan mengapa klien belum bisa melihat


dengan jelas.

Klien dapat menyebut 3 hal yang harus dihindari setelah


pembedahan..

O:A : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan


perawatan post op.
P:
1. Anjurkan klien menghindari membaca, mengangkat berat,
mengejan saat BAB, membungkuk, batuk, bersin, muntah,
memakai sabun mendekati mata. Tidur pada sisi yang sakit,
menggosok mata minimal 1 minggu setelah pembedahan.

2. Ajak klien berbincang-bincang dan anjurkan keluarga untuk


membawa radio/ tape untuk didengar klien.
3. Gunakan DOP terutama pada malam hari.
4. Tingkatkan hidrasi klien sampai 2500 cc/ hari dan anjurkan
makan makanan berserat ( sayur).
5. Indentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi
medis.

Nyeri tajam tiba-tiba

Penurunan penglihatan

Kelopak mata bengkak.

Drainase purulent

Kemerahan, mata berair.

Fotofobia

6. beri HE/ penyuluhan tentang katarak.


7

27 April
2005

1.
S:
Klien mengatakan sudah mampu melihat

pada jarak 1

meter tapi belum jelas.


O:
Ukuran pupil OD: 2,5mm, Os : 3,5mm.
Reaksi cahaya OD; +, OS: + lambat
Visus: OD: 4/60; OS: 4/60
Conjungtiva OD. Anemis; OS hyperemis.
A. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan.
P:
1. Kaji ulang Visus
2. Pasang pengaman tempat tidur terutama pada malam hari.
3. Anjurkan orang terdekat menemani klien untuk membantu

memenuhi kebutuhan klien ( Makan minum, BAK dan


BAB)
4. Observasi penglihatan kabur dan iritasi mata setelah
8

27 April

2.

menggunakan tetes mata.

2005
S:O : Post op Phaco hari III
A : Resiko tinggi infeksi
P:
1.

Cuci tangan sebelum dan setelah memberi tetes mata

2. Observasi tanda infeksi ( kelopak mata kemerahan, kelopak


mata bengkak, drainase purulent).
3. Desinfeksi DOP 2x/hari dengan kapas alcohol.
4. Penatalaksanaan pemberian antibiotika:
Topikal : C. polydex 6 x tetes
Oral

: Ciprofloxacine 1 gr/ 12 jam

Steroid : Dexametazone 1 amp/ 12 jam.


9

27 April

3.

2005
S:

Klien menanyakan tentang pemahamannya terhadap


kondisi, prognosis dan perawatannya.

Klien dapat menyebut 2 4 hal yang harus dihindari


diperbolehkan dalam 1 minggu setelah pembedahan..

O : Klien aktif mengikuti penyuluhan.


A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi.

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )


PENYULUHAN KATARAK
Cabang Ilmu

: Keperawatan Medikal Bedah

Topik

: Katarak

Hari/ tanggal

: 26 April 2005

Waktu

: 15 menit

Tempat

: Lontara 3 Atas, Ruang perawatan Mata

Sasaran

: Klien dan keluarga dengan diagnosa medis Katarak

Media

: Leaflet, Flipchart

Materi

: Terlampir

TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan klien dan keluarga mampu menjelaskan
tentang penyakit katarak dan perawatan pasca pembedahan katarak.
TUJUAN KHUSUS :
Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan klien dan keluarga akan dapat :
1. Menjelaskan pengertian katarak
2. menjelaskan factor resiko yang bisa mempengaruhi terbentuknya katarak.
3. menjelaskan gejala dan jenis katarak.
4. Menjelaskan penatalaksanaan katarak.
5. Menjelaskan perawatan setelah pembedahan katarak.

KEGIATAN PENYULUHAN
NO
1

TAHAP
Pendahuluan

KEGIATAN
Memberi salam terapeutik

WAKTU
2 menit

Menjelaskan tujuan
Kontrak waktu
Menjelaskan pengertian katarak
Menjelaskan
2

Penyajian

factor

yang

mempengaruhi terbentuknya katarak

10 menit

Menjelaskan gejala dan jenis katarak.


Menjelaskan perawatan katarak setelah
operasi katarak.
Memberi

kesempatan

klien

dan

hal-hal

yang

keluarga untuk bertanya.


Menjelaskan
3

Penutup

tentang

kurang dimewngerti oleh klien dan


keluarganya

3 menit

Salam terapeutik
EVALUASI
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan :
1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan pengertian katarak ( 100% )
2. Klien dan keluarga dapat menjelaskan factor yang bisa mempengaruhi terbentuknya
katarak ( 70 % )
3.

Klien dan keluarga dapat menjelaskan gejala dan jenis katarak ( 70 )

4. Klien dan keluarga dapat menjelaskan penatalaksanaan katarak ( 85 )


5. Klien dan keluarga dapat menjelaskan perawatan setelah operasi katarak ( 85 % ).

DAFTAR PUSTAKA

1. SMEITZER, SUZANE. C & BARE BRENDA Arthritis reumatoid ( 2000),


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ; BRUNNER & SUDDARTH,
EDISI 8 VOL. 1, EGC JAKARTA.
2. MANSJOER ARIEF, ET ALL ( 1999) KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN EDISI
III. CETAKAN 2. MEDIA AESKULAPIUS, JAKARTA.
3. WWW. PEDULI KASIH INDOSIAR. COM. BULETIN KESEHATAN, TANGGAL
18 APRIL 2005.
4.

DIREKTORAT

BINA

UPAYA

KESEHATAN

PUSKESMAS,

PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKAT.

DITJEN

BUKU PEDOMAN

KESEHATAN MATA DAN PENCEGAHAN KEBUTAAN SERI


KATARAK. PENERBIT DEPARTEMEN KESEHATAN RI 1992.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul mata. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung
atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses
degenerasi. Penyebab utama katarak adalah proses penuaan.
Tidak ada terapi atau obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil dengan
pembedahan laser. Namun masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur
laser yang digunakan untuk mencairkan lensa yang sebelumnya dilakukan pengisapan
keluar melalui kanula. Penatalaksanaan katarak dilakukan dengan cara operasi katarak.
Pembedahan: adalah pengobatan yang paling tepat dalah penanganan katarak.
Perawatan dilakukan pada pre operasi dengan mempersiapkan baik fiksik maupun
psikisnya, perawatan post operasi untuk mencegah terjadinya infeksi dan timbulnya
komplikasi serta pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga untuk perawatan lanjut
dirumah.

B. SARAN

Hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan, alat bantu yang bisa
menyembuhkan katarak kecuali dengan operasi. Dan yang bisa memutuskan apakah
katarak perlu dioperasi adalah

klien dan dokter mata yang merawatnya. Untuk

diharapkan penyebaran informasi yang lebih luas agar masyarakat tentang katarak agar
masyarakat yang menderita karena

tidak bisa melihat karena katarak dapat diatasi

dengan operasi katarak sehingga dengan operasi katarak diharapkan klien dapat
meniknati dan melihat kembali dunia dengan segala keindahannya.
Angka kesuksesan operasi katarak memang cukup memuaskan namun tentu saja ini
tergantung pada kondisi pasca operasi dan bagaimana klien mengikuti seluruh anjuran
dan petunjuk medis dan perawatan. Olehnya itu kepatuhan klien akan instruksi atau
anjuran serta pengetahuan perawatan katarak pasca operasi
keberhasilan operasi.

amat menentukan

MATERI PENYULUHAN
1. PENGERTIAN KATARAK
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh.
Katarak meyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas pada penderita
katarak. Cahaya sulit mencapai retina sehiungga bayangan pada retina menjadi
tidak jelas dan kabur.
Keadaan seperti ini sama seperti hasil pemotretan yang tidak jelas akibat lensa
kamera yang kotor.
Katarak sangat umum diidentikkan dengan usia lanjut. Namun juga terjadi katarak
yang dialami bayi yang baru lahir, anak-anak atau setelah mengalami cedera mata.
2. FAKTOR YANG BISA MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA KATARAK.
a.

Riwayat keluarga

b.

Diabetes mellitus

c.

Luka pada mata

d.

Obata-obatan terutama golongan steroid.

e.

Luka pada mata.

f.

Operasi mata terdahulu.

g.

Pertambahan usia.

3. GEJALA KATARAK :
a.

Penglihatan yang berkabut atau buram.

b.

Semakin sulit melihat kalau malam hari

c.

Lebih sensitive terhadap cahaya.

d.

Membutuhkan pencahayaan yang lebih terang


untuk membaca dalam ruangan.

e.

Sering berganti kaca mata atau lensa kontak.

f.

Warna tampak menguning atau memudar

g.

Pandangan ganda saat menggunakan sebelah


mata.

h.

Pupil/ anak mata berwarna putih atau abu-abu.

4. JENIS KATARAK:
a.

Katarak akibat usia

b.

Katarak bawaan sejak lahir.

c.

Katarak sekunder, misalnya

akibat diabetes

mellitus.
d.

Katarak akibat trauma.

5. ..PENATALAKSANAAN KATARAK.
b.

Tidak ada terapi atau obat untuk katarak, dan


tidak dapat diambil dengan pembedahan laser. Namun masih terus dilakukan
penelitian mengenai kemajuan prosedur laser yang digunakan untuk mencairkan
lensa yang sebelumnya dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.

c.

Pembedahan: adalah pengobatan yang paling tepat


dalah penanganan katarak, ada 2 tehnik pembedahan katarak, yaitu:

ICCE ( Intraoculer Catarak Ekstraction ). Adalah pengangkatan seluruh


lensa sebagai satu kesatuan. Indikasi : katarak senile dan zonula zinn yang
telah rapuh.

ECCE ( Ekstracapsuler Catarak Ekstraction ). Yaitu pembedahan pada lensa


dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah capsul depan.
Indikasi : katarak Immatur.

Setelah pengangkatan lensa, maka koreksi dilakukan dengan salah satu dari 3
metode:
a. Kaca mata afakia
b. Lensa kontak

c. Implan lensa intraokuler.


6. PERAWATAN DIRI SETELAH PEMBEDAHAN KATARAK.
a.

Pembatasan aktivitas:
Diperbolehkan :

Menonton TV, membaca bila perlu jangan terlalu lama.

Mengerjakan aktivitas biasa, tapi dikurangi

Pada awal mandi was lap, selanjutnya menggunakan bak mandi atau
pancuran dengan bantuan.
Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi,

condongkan kepala sedikit kebelakang saat mencuci rambut.


Tidur dengan pelindung mata berlubang pada malam hari,

mengenakan kaca mata pada siang hari.

Ketika tidur berbaring terlentang atau miring, tidak boleh telungkup.

Aktivitas dengan duduk.

Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu di lantai.

Dihindari ( paling tidak selama 1 minggu ).

Tidur pada sisi yang sakit

Menggosok mata, menekan kelopak mata untuk menutup.

Mengejan saat BAB.

Memakai sabun mendekati mata.

Mengangkat benda lebih dari 7 kg.

Hubungan seks sampai seminggu setelah pembedahan.

Mengendarai kendaraan.

Batuk, bersin, dan muntah.

Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, melipat leher saja dan


punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu di lantai.

b.

Obat dan Perawatan mata:

Pergunakan obat sesuai aturan.

Cuci tangan sebelum dan setelah memakai obat.

Membersihkan sekitar mata dengan bola kapas steril atau kasa yang
dibasahi dengan air steril atau larutan salin dengan lembut dari sudut
dalam keluar.

Untuk meneteskan obat mata, duduk dan kepala condong kebelakang


dengan lembut tarik kebawah batas kelopak mata bawah.

Gunakan pelindung mata berlubang pada malam hari dan kaca mata pada
siang hari.

c.

Melaporkan tanda dan gejala yang tidak biasa.

Rasa sakit yang tidak hilang bahkan setelah minum obat penghilang rasa
nyeri.

Hilangnya penglihatan.

Pusing, muntah atau batuk terus menerus.

Adanya cedera pada mata.

You might also like