You are on page 1of 10

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok

:
:
:
:

Galih Wijaya
B0A013026
1
2

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Proses pengeluaran zat pada manusia dibedakan menjadi defekasi, sekresi, dan
ekskresi. Defekasi adalah proses pengeluaran sisa-sisa pencernaan berupa feces yang
dikeluarkan melalui anus. Sekresi adalah proses pengeluaran getah oleh kelenjar yang
berguna bagi tubuh. Ekskresi adalah proses pengeluaran sisa metabolism yang sudah tidak
berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolism yang dikeluarkan melaului ekskresi disebut
ekskret. Ekskret dihasilkan oleh berbagai organ ekskresi yang terdapat didalam tunuh dan
dikeluarkan bersama urine dan keringat (Wariyono dan Muharomah, 2008).
Ginjal merupakan alat ekskresi yang utama. Ginjal berbentuk menyerupai biji kacang
buncis. Berwarna merah cokelat. Di dalam tubuh manusia terdapat sepasang ginjal yang
terletak di dekat tulang-tulang pinggang. Fungsi ginjal adalah menyaring darah. Drai proses
penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali zat-zat yang berguna reabsorpsi, dan
pengeluaran zat yang pada saat itu tidak diperlukan serta tidak dapat disimpan dalam
tubuh (augmentasi) (Wariyono dan Muharomah, 2008).
Kita semua bisa menjalankan segala aktifitas kehidupan kita dan juga bisa menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat kepada orang banyak maka kita harus bisa menjaga kesehatan
ginjal dengan baik. Karena jika ginjal kita rusak, fungsi-fungsi ginjal tidak akan berjalan
dengan baik. Kita mengetahui bahwa fungsi ginjal salah satunya adalah sebagai alat
penyaring atau pencuci darah dan juga sebagai pembuang zat-zat yang tidak berguna
(fungsi sekresi) dan juga ginjal bertugas menjaga keseimbangan air, keasaman darah dan
juga elektrolit dalam tubuh kita. Bila sistem filtrasi ginjal rusak maka banyak penyakit yang
akan timbul (Wariyono dan Muharomah, 2008).

1.2. Tujuan
Menganalisis senyawa yang dapat melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal
mamalia.

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, mikropipet skala 1001000 l, kertas filter whatman , tabung enlemeyer dan corong gelas
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest, larutan biuret, larutan
benedicts, larutan KI 10%, larutan protein 1%, larutan glukosa 1%, dan larutan amilum 1%

2.2. Cara kerja


1. 1 mL larutan uji (protein, glukosa, amilum dan akuades) di tambahkan ke dalam
empat tabung reaksi yang telah disiapkan.
2. Setiap tabung reaksi diberi label sesuai dengan isi larutan uji
3. 1 mL larutan biuret ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan protein,
diamati dan catat perubahan yang terjadi
4. 1 mL larutan benedicts di tambahkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan
glukosa. Tabung reaksi dipanaskan dengan air mendidih 100C selama 5 menit dan
dikocok, diamati dan catat perubahan yang terjadi
5. 1 tetes larutan KI ditambahkan ke dalam tabung reaksi berlabel amilum, diamati
dan catat perubahan yang terjadi
6. 1 mL larutan biuret ditambahkan ke dalam larutan dengan isi akuades, diamati dan
catat perubahan yang terjadi.
7. Larutan uji kemudian di buang dan tabung reaksi dicuci hingga bersih
8. Tabung reaksi disiapkan kembali, lalu di isi dengan larutan uji (protein, glukosa,
amilum dan akuades) masing-masing 2 mL
9. Kertas filter ditempatkan diatas corong gelas dan tabung Erlenmeyer
10. Keempat larutan uji lalu di filter pada empat tabung menggunakann corong yang
telah dilengkapi dengan kertas saring GF/F
11. Percobaan pada langkah 2-4 di ulangi terhadap hasil proses filtrasi menggunakan
kertas saring GF/F
12. Catat hasil pengamatan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Tabel hasil percobaan uji filtrasi menggunakan kertas saring (filter).
Intensitas warna

Intensitas warna

(sebelum filtrasi-tab. Reaksi)

(setelah filtrasi-filtrat)

Glukosa

+++

++

Protein

+++

++

Amilum

+++

+++

Akuades

+++

Larutan Uji

Keterangan :
+

: intensitas warna lemah

++

: intensitas warna sedang

+++

: intensitas warna kuat

Gambar 1. Kontrol larutan uji

Gambar 2. Larutan uji hasil filtrasi

3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat diperoleh hasil bahwa intensitas warna larutan
protein dan akuades sebelum filtrasi intensitasnya lebih kuat dibandingkan setelah filtrasi.
Intensitas warna untuk larutan protein berubah menjadi sedaang(++) dan untuk aquades
berubah menjadi lemah (+). Hal ini menunjukan bahwa akuades tidak dapat melewati filter
ginjal, yang mana akan langsung dikeluarkan melalui urine sedangkan protein hanya sedikit
saja yang melewati filter ginjal dan selebihnya lolos dari penyaringan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan despopolus (1998) yang menyatakan bahwa senyawa atau molekul besar
seperti protein tidak dapa disaring oleh ginjal. Intensitas warna untuk glukosa sebelum dan
sesudah filtrasi mengalami perubahan dari kuat menjadi sedang. Hal ini menunjukkan
bahwa hanya sedikit partikel glukosa yang dapat melewati filter ginjal. Hasil ini tidak sesuai
dengan pernyataan Guyton (1996), yang menyatakan bahwa pada umunya molekul dengan
raidus 4 nm atau lebih tidak dapat tersaring, sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan
tersaring tanpa batasan, bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti
glukosa, asam

amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat,

garam lain, dan

urea akan melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Untuk larutan amilum,
tidak ada perubahan intensitas warna sebelum maupun setelah filtrasi, yaitu intensitas
warnanya tetap kuat, Hal ini menunjukan bahwa larutan aamilum dapat melewati filter
ginjal. Hasil ini sesuai dengan pendapat Guyton (1996) yang menyatakan bahwa pada
umumnya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasn seperti halnya amilum.
Hasil penyaringan menunjukkan bahwa banyak partikel lolos dari penyaringan, hal ini
mungkin disebabkan karena ukuran pori kertas GF/F yang kurang kecil yaitu hanya 8
mikrometer, dibandingkan ukuran ginjal mamalia sebenarnya sebesar 600 nanometer.
Mekanisme filtrasi seperti ini hampir sama dengan mekanisme kerja ginjal sebagai fungsi
filtrasi dan bisa dianalogikan pada mekanisme pembentukan urin.
Menurut Hidayat (2007) meknisme pembentukan urine adalah sebagai berikut:
Darah yang membawa sisa-sisa metabolisme protein akan masuk ke ginjal melalui
pembuluh darah menuju ke glomerulus. Di dalam glomerulus terjadi peristiwa penyaringan
terhadap zat-zat yang terlarut dalam darah. Zat-zat yang dapat melewati saringan
glomerulus adalah zat-zat yang bermolekul kecil, seperti air, garam, amonia, urea, dan gula,
maka zat-zat tersebut disebut dengan filtranglomerulus. Filtranglomerulus masuk ke
kapsula Bowman dan ditampung. Kemudian filtraglomerulus tersebut akan diteruskan ke
tubulus proksimal. Di dalam tubulus proksimal akan terjadi penyerapan kembali terhadap
zat-zat yang masih diperlukan, yaitu air, garam, dan gula. Sedangkan zat-zat lainnya yang

tidak diserap atau tidak dapat diserap akan menjadi urine primer. Urine primer masuk ke
dalam tubulus distal dan akan terjadi augmentasi.
Reagen yang digunakan dalam praktikum diantaranya adalah Larutan KI yang
digunakan untuk menguji kandungan karbohidrat(amilum). Bila larutan yangkita tetesi lugol
menghitam, maka larutan tersebut mengandung karbohidrat.Semakin hitam berarti larutan
tersebut banyak kandungan karbohidratnya. Biuret adalah reagen yang digunakan untuk
menguji kandungan protein. Bila larutanitu mengandung protein maka setelah bereaksi
dengan biuret akan menghasilkanwarna ungu/ warna lembayung. Benedict adalah reagen
yang digunakan untuk menguji kandungan glokusa pada larutan. Bila larutan itu
mengandung glukosa maka setelah bereaksi dengan benedicts akan menghasilkan warna
merah bata (Thibodeau, 1999).
Glukosa merupakan senyawa organik yang mengandung gugus aldehid. Pemanasan
yang dilakukan setelah mencampurkan glukosa dengan reagen benedict berfungsi untuk
memicu gugus aldehid pada glukosa untuk mereduksi ion tembaga menjadi ion tembaga .
Larutan benedict akan berubah warna menjadi merah bata yang merupakan oksida
tembaga . Karena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi
menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai (Lehninger, 1998). Akuades pada
percobaan ini berfungsi sebagai pembanding dengan larutan uji yang lain setelah difiltrasi,
karena akuades akan tetap lolos saat filtrasi sehingga seharusnya tidak ada perubahan
warna pada akuades yang telah diberi reagen biuret, baik sebelum dan sesudah
difiltrasi (Thibodeau, 1999).
Ginjal dapat mengalami gangguan yang dapat menyebabkan masalah seperti
gagalnya proses penyaringan hingga ginjal tidak dapat menghasilkan urin. Berikut jenis
jenis penyakit yang dapat menyerang ginjal (Dahelmi, 1991):
1. Albuminuria
Albuminuria adalah kelainan pada ginjal karena terdapat albumin dan protein di dalam
urine. Hal ini merupakan suatu gejala kerusakan alat filtrasi pada ginjal. Penyakit ini
menyebabkan terlalu banyak albumin yang lolos dari saringan ginjal dan terbuang bersama
urine. Albumin merupakan protein yang bermanfaat bagi manusia karena berfungsi untuk

mencegah agar cairan tidak terlalu banyak keluar dari darah. Penyebab albuminuria di
antaranya adalah kekurangan protein, penyakit ginjal, dan penyakit hati.
2. Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah kelainan pada ginjal karena adanya gula (glukosa) dalam urine
yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Hal ini disebabkan karena proses
perombakan glukosa menjadi glikogen terganggu sehingga glukosa darah meningkat. Ginjal
tidak mampu menyerap seluruh glukosa tersebut. Akibatnya, glukosa diekskresikan
bersama urine.
3. diabetes insipidus
Diabetes insipidus adalah suatu kelainan pada sistem ekskresi karena kekurangan
hormon antidiuretik. Kelainan ini dapat menyebabkan rasa haus yang berlebihan serta
pengeluaran urine menjadi banyak dan sangat encer. Diabetes insipidus terjadi akibat
penurunan pembentukan hormon antidiuretik, yaitu hormon yang secara alami mencegah
pembentukan air kemih yang terlalu banyak. Diabetes insipidus juga bisa terjadi jika kadar
hormon antidiuretik normal, tetapi ginjal tidak memberikan respon yang normal terhadap
hormon ini (keadaan ini disebut diabetes insipidus nefrogenik).
4. Nefritis
Nefritis adalah penyakit pada ginjal karena kerusakan pada glomerulus yang disebabkan
oleh infeksi kuman. Penyakit ini dapat menyebabkan uremia (urea dan asam urin masuk
kembali ke darah) sehingga kemampuan penyerapan air terganggu. Akibatnya terjadi
penimbunan air pada kaki atau sering disebut oedema (kaki penderita membengkak).
Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa dibandingkan
pada orang-orang setengah baya. Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin,
demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya
sekitar mata (kelopak), mual, dan muntah-muntah. Sulit buang air kecil dan air seni menjadi
keruh.
5. Poliuria dan oligouria
Poliuria adalah gangguan pada ginjal, dimana urine dikeluarkan sangat banyak dan
encer. Sedangkan, oligouria adalah urine yang dihasilkan sangat sedikit.
6.Anuria
Anuria adalah kegagalan ginjal sehingga tidak dapat membuat urine. Hal ini disebabkan
oleh adanya kerusakan pada glomerulus. Akibatnya, proses filtrasi tidak dapat dilakukan
dan tidak ada urine yang dihasilkan. Sebagai akibat terjadinya anuria, maka akan timbul
gangguan keseimbangan di dalam tubuh. Misalnya, penumpukan cairan, elektrolit, dan sisasisa metabolisme tubuh yang seharusnya keluar bersama urine. Keadaan inilah yang akan

memberikan gambaran klinis daripada anuria. Tindakan pencegahan anuria sangat penting
untuk dilakukan. Misalnya, pada keadaan yang memungkinkan terjadinya anuria tinggi,
pemberian cairan untuk tubuh harus selalu diusahakan sebelum anuria terjadi.
7.Anemia
Kasus penyakit ginjal kronik (PGK) saat ini meningkat dengan cepat terutama di negaranegara berkembang. PGK telah menjadi masalah utama kesehatan di seluruh dunia, karena
selain merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah,
meningkatkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit bukan infeksi, PGK juga akan
menambah beban sosial dan ekonomi baik bagi penderita, keluarga dan juga pemerintah.
Anemia merupakan komplikasi PGK yang sering terjadi, bahkan dapat terjadi lebih awal
dibandingkan komplikasi PGK lainnya dan pada hampir semua pasien PGTA. Anemia sendiri
juga dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas secara bermakna dari PGK.
Adanya anemia pada pasien dengan PGK dapat dipakai sebagai prediktor risiko terjadinya
kejadian kardiovaskular dan prognosis dari penyakit ginjal sendiri (Ayu et al., 2010).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :


1. Proses pembentukan urin terdiri dari filtrasi (penyaringan), reabsorbsi(penyerapan), dan
augmentasi (pengumpulan).
2. Senyawa yang tersaring pada saat prakrikum menggunakan kertas GF/F adalah amilum,
sedangkan glukosa,protein dan akuades tidak bisa langsung tersaring oleh ginjal dan
hanya sedikiit dari glukosa dan protein yang tersaring padahal seharusnya semua
glukosa dan protein tersaring, ini bisa saja disebakan peletakan kertas fiter kurang tepat
sehingga larutan tidak tersaring tepat pada kertas filter.

DAFTAR REFERENSI

Ayu, P. N., K, Suega dan G, R, Widiana. 2010. Hubungan Antara Beberapa Parameter
Anemia Dan Laju Filtrasi Glomerulus Pada Penyakit Ginjal Kronik Pradialisis. J Peny
Dalam, Vol 11(3)
Dahelmi. 1991. Fisiologi Hewan. UNAND. Padang.
Despopoulus,A. 1998. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokratea: Jakarta.
Guyton, AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology 11th ed. Philadelphia. Elsevier In. 1996:
307-47.
Hidayat, A, A, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknis Analisis Data.
Edisi I. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia.Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga,
Jakarta.
Wariyono S., Muharomah, Y. 2008. Ilmu Alam Sekitar. Gramedia, Jakarata.
Thibodeau, G. A. Patton, K. T. 1999. Anatomy and Physiology. St Louis. Mosby.

You might also like