Professional Documents
Culture Documents
PROPOSAL
JULI 2014
OLEH:
PEMBIMBING:
dr. Sultan Buraena, MS, SpOK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif
dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat
kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari
Occupational Health yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang
mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja.
Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif,
higine, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya
(Notoadmojo, 2012).
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tecapai, apabila didukung oleh lingkungan
kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja. Lingkungan kerja yang
mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain: suhu
ruangan yang nyaman, penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu,
sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau
anggotanya (ergonomic ) dan sebagainya (Notoadmojo, 2012).
Dasar hukum sistem managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
tercantum dalam undang-undang keselamatan kerja no.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. Dalam undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal
23 dinyatakan bahwa K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit
atau mempunyai karyawan paling sedikit sepuluh orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal diatas maka jelaslah rumah sakit, termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja dirumah sakit, tapi juga terhadap pasien
maupun pengunjung rumah sakit sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah
2.1.Tujuan
A. Tujuan Umum
Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pada petugas linen kotor instalasi laundry di Rumah Sakit
Ibnu Sina.
B. Tujuan Khusus
i.
Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas linen kotor
instalasi laundry.
ii.
Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat menggangu
kesehatan petugas linen kotor instalasi laundry.
iii.
Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan petugas linen kotor
instalasi laundry.
iv.
Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat p3k di tempat kerja petugas linen
kotor instalasi laundry.
v.
vi.
vii.
viii.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi
kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya
(Notoadmojo, 2012).1
Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisplin ilmu yang terfokus pada
penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi
kesehatan
dan
keselamatan
manusia
dalam
lingkungan
industri
ataupun
lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku
yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan
berbahaya (OHSAH 2003). 1
Program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi keselamatan dan
kesehatan serta meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan pasien,
pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit (Depkes RI, 2009). 1,2
A. Faktor Hazard
Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa kebisingan,
getaran, radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini penting diperhatikan dalam
tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja dapat berlangsung
dengan segera maupun secara kumulatif. Faktor-faktor yang membahayakan pekerja
(faktor hazard) perlu dijelaskan kesan-kesan penggunaannya. Faktor hazard bisa
didapatkan dari kotoran pada kain cucian atau di tempat tugasan. Ia bisa dibagi
kepada faktor biologi (debu dari serat linen yang mengandung virus), faktor fisik
(kebisingan mesin cuci, suhu panas faktor risiko), faktor kimia (detergen, desinfektan
dan pewangi) dan faktor ergonomic (posisi kerja berdiri selama proses kerja sampai
selesai) 1,2
B. Alat Kerja
Pada umumnya, instalasi laundry di rumah sakit digunakan untuk mencuci
sprei ataupun seragam-seragam petugas rumah sakit seperti dokter atau perawat.
Dengan itu, antara bahan yang sering digunakan adalah laundry disinfectant yang
digunakan untuk membunuh kuman-kuman, bakteri yang menempel pada serat kain,
bleaching atau pemutih untuk menghilangkan noda pada linen atau kain dasar putih.
Selain itu, penghilang noda darah digunakan dan neutralizer digunakan pada setiap
pembilasan terakhir untuk meneutralkan sisa pencucian.2
Antara alat yang digunakan adalah mesin pencuci, mesin pengering, strika,
boiler dan sebagainya. 2
C. Alat Pelindung
Bagi petugas laundry di rumah sakit akan disediakan alat pelindung diri yang
digunakan oleh petugas-petugas laundry sewaktu melakukan tugas mereka. Alatalat yang disediakan seharusnya diberikan mengikut tingkat keselamatan yang
diperlukan. Dalam hal ini dibagikan keperluan alat pelindung diri berdasarkan;
i.
ii.
iii.
E. Pemeriksaan Kesehatan
Pengusaha harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang
telah memiliki sertifikasi.2,4
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja
sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita
penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum
bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. 2,4
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun
sekali. 2,4
Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu
yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu. Pemeriksaan kesehatan
khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang
mereka derita. 2,4
Pada setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada resiko terhadap kesehatan
petugas tersebut. Pada petugas linen kotor instalasi laundry di rumah sakit, terdapat
beberapa penyakit yang perlu diwaspadai terutama penyakit yang menular. Penyakit
penularan ini bisa saja menular melalui cucian yang dibersihkan seperti jika pada
cucian yang terkena darah atau cairan tubuh patogen.3,4
Selain itu, kecederaan sewaktu melakukan pekerjaan seperti luka bakar akibat
terkena aliran listrik, pengsan karena kepanasan dan sebagainya. Pada pekerja yang
sering melakukan pekerjaan dengan posisi yang salah bisa saja mengeluh menderita
nyeri pinggang bawah (low back pain). Pada pekerja yang sensitif terhadap bahan
pencuci bisa saja menderita dermatitis kontak akibat detergen. 3,4
BAB III
METODE PENELITIAN
peraturan
pimpinan tentang K3, keluhan atau penyakit yang dialami petugas dan upaya
pengetahuan mengenai K3 kepada petugas linen kotor instalasi laundry di rumah sakit
yang berkaitan.
B. Cara
Bagi cara survey dilakukan pula adalah dengan menggunakan kaedah Walk
Through Survey. Teknik Walk Through Survey juga dikenali sebagai Occupational
Health Hazards. Untuk melakukan survei ini, dapat dimulai dengan mengetahui
tentang manejemen perencanaan yang benar, berdiskusi tentang tujuan melakukan
survey, dan menerima keluhan-keluhan baru yang releven.
Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul,
merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey.
Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja
dalam Walk Through Survey memerlukan informasi tentang bahan mentah dan bahan
kimia tambahan yang digunakan, proses kerja dan operasi, produk akhir dan produk
samping yang dihasilkan.
Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan monitoring
survey untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai
risk assessment.
Walk Through Survey ini adalah bertujuan untuk memahami proses produksi,
denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu, mendengarkan
pandangan pekerja dan pengawas tentang K3, memahami pekerjaan dan tugas-tugas
pekerja, mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan
timbul di tempat kerja atau pada petugas dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang
telah dilakukan mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan
perundangan dan sebagainya.
Tanggal
Kegiatan
- Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina
1.
21 Juli 2014
- Pengarahan kegiatan
- Penyusunan Tinjauan Pustaka
- Penyusunan Proposal
2.
22 Juli 2014
3.
23 Juli 2014
No.
Pertanyaan
Ya
Tidak
Keterangan
Mesin cuci
2.
a. FAKTOR HAZARD
a. Faktor fisik
i.
1.
Faktor kebisingan
b. Faktor kimia
1.
Detergen
2.
Disinfektan
3.
Pewangi
4.
c. Faktor biologi
1.
d. Faktor ergonomis
i.
Posisi bekerja
1.
Berdiri
2.
Duduk
ii.
Cara bekerja
1.
2.
Kursi
disediakan
Mesin pengering
a. FAKTOR HAZARD
a. Faktor fisik
i.
1.
Faktor kebisingan
b. Faktor kimia
1.
c. Faktor ergonomis
i.
Posisi bekerja
1.
Berdiri
2.
Duduk
ii.
Cara bekerja
1.
2.
Kursi
disediakan
Seterika
2.
Tempat seterika
a. FAKTOR HAZARD
d. Faktor fisik
1.
Panas seterika
e. Faktor ergonomis
i.
Posisi bekerja
1.
2.
ii.
Cara bekerja
1.
2.
Kursi
disediakan
1.
g. Faktor ergonomis
i.
Posisi bekerja
1.
2.
ii.
Cara bekerja
1.
2.
Kursi
disediakan
Faktor Psikososial
1.
Jadwal kerja
2.
Hubungan kerja
3.
Beban kerja
4.
Gaji
Jadwal tiga
shift (shift
pagi: jam 8
pagi 2
siang, shift
siang: jam
2 sore 8
malam,
shift
malam: 8
malam 8
pagi)
Masker
2.
Sarung tangan
3.
4.
Pelindung kepala
5.
Kaca mata
Obat P3K
tidak diupdate
Pemeriksaan kesehatan
1.
Berkala
2.
Pemeriksaan khusus
Karyawan
disarankan
langsung ke
pemeriksaa
n kesehatan
jika
mengalami
gejalagejala
penyakit.
Telah
dijelaskan
kepada
karyawan,
sesuai
dengan
standar
akreditasi
rumah sakit
Luka bakar
3.
Dermatitis
4.
3.4. Perbahasan
1. Hazard Lingkungan Kerja
a) Faktor Fisik:
Hazard fisik kebisingan disebabkan oleh mesin cuci yang digunakan oleh
petugas laundry. Dari hasil survey didapatkan kebisingan dari mesin cuci pada
petugas laundry sudah tidak dikeluhkan lagi karena mesin yang digunakan sudah
diganti dengan mesin yang lebih moderan dan bagus berbanding dahulu.
b) Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh detergen yang digunakan sebagai bahan utma
mencuci utama petugas laundry. Dari hasil survey didasapatkan bahwa petugas
laundry sangat rawan terhadap hazard kimia cair. Hazard kimia cair oleh detergen
dikatakan agak kurang karena disebabkan pengisian detergen ke dalam mesin cuci
dilakukan secara tidak langsung karena menggunakan sarung tangan. Begitu juga
hazard cair disinfektan dan pewangi yang digunakan semasa proses pencucian.
Pendedahan kepada hazard kimia seperti ini adalah semakin minimal karena petugas
diwajibkan memakai alat pelindung diri semasa bekerja.
c) Faktor biologis
Hazard biologi di pengaruhi oleh debu serat linen yang bisa menyebabkan jangkitan
bakteri, virus ataupun jamur kepada petugas sewaktu proses pencucian. Dari hasil survey
didapatkan bahwa petugas laundry masih terdedah kepada infeksi bakteri, virus ataupun
jamur tetapi sudah dikatakan minimal karena pihak laundry telah menyediakan alat khusus
yang akan mengalirkan serat linen ke tempat khas yang disediakan. Hal ini dapat melindungi
petugas laundry dari tertular atau dijangkiti oleh infeksi.
d) Faktor egronomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi bekerja pada petugas laundry. Dari hasil
survey didapatkan bahwa petugas laundry rawan terhadap hazard ergonomi akibat berdiri
dan duduk sewaktu bekerja. Petugas laundry seringkali berdiri saat melakukan proses
mencuci dan pengeringan, dan duduk saat melipat pakaian. Dari cara bekerja pula, hasil
survey menunjukkaan bahwa petugas laundry juga seringkali mengangkat pakaian kotor
atau bersih ketempat yang sepatutnya. Selain itu, petugas laundry juga akan mendorong atau
menarik troli yang mengisi line kotor atau bersih masuk dan keluar ke instalasi laundry
tersebut.
e) Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada petugas laundry, hubungan
antara sesama petuga, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional petugas laundry,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja Dari hasil survey
didapatkan bahwa petugas laundry terhindar dari hazard psikososial karena petugas laundry
akan dibagikan jadwal bekerja sama ada shift pagi, sore atau malam. Dari segi hubungan
antara pekerja, pihak atasan dan pihak bawahan dikatakan baik dan tidak mengganggu
pekerjaan petugas, beban kerja yang dilakukan dikatakan agak berat karena banyak proses
pencucian yang harus dilakukan yaitu dari proses mencuci, pengeringan, disinfektan dan
sebagainya. Berdasarkan gaji yang diterima dikatakan agak berpatutan dan jumlah yang
diterima adalah mengikut pangkat petugas tersebut.
8. Upaya K3 terhadap K3
Dari hasil survey didapatkan petugas laundry pernah mdiberikan pelatihan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja (K3) daripada pihak rumah sakit.
Pelatihan ini dilakukan minimal sekali dalam setahun. Pelatihan ini sekaligus dapat
membantu petugas-petugas tersebut mendapat pengetahuan mengenai keselamatan
mereka sewaktu bekerja.
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Dari survey yang dilakukan, didapatkan bahwa laundry di Rumah Sakit Ibnu
Sina secara umum mematuhi aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Namun,
secara khusus, beberapa hal perlu diperhatikan. Obat P3K di tempat kerja petugas
linen kotor instalasi laundry tidak diupdate. Pemeriksaan kesehatan pada petugas
linen kotor tidak dijalankan secara berkala.
4.2.Saran
Saran yang diberikan untuk perbaikan adalah:
a. Melakukan cek ulang obat-obat P3K agar siap ketika saat dibutuhkan.
b. Mengadakan pemeriksaan kesehatan berkala pada petugas linen kotor,
Lampiran Foto
Daftar Pustaka
1.
http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/kesehatan-kerja-
1.ppt
2.
2012
[cited;
Depkes, editor. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3IFRS). Jakarta; 2009.
4.
Ferdianto, Hengki. Dermatitis Kontak Iritan Pada Petugas Laundry Rumah Sakit X
(Study Kasus Pengelolaan Penyakit Akibat Kerja). 2011 [cited; Available from:
http://www.slideshare.net/YoTama/savedfiles?s_title=dermatitis-kontak-iritan-padapetugas-laundry-rumah-sakit&user_login=hengkiferdianto.
5.
Depkes. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(K3-IFRS). Jakarta; 2006.
6.
Ishaq. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3). 2010 [cited;
Available
from:
http://bocahbancar.files.wordpress.com/2012/09/materi-training-
smk3-by-mr-ishaq-pd-21-sept-2012.pptx