You are on page 1of 25

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

PROPOSAL
JULI 2014

ASPEK K3 PETUGAS LINEN KOTOR INSTALASI LAUNDRY DI


RUMAH SAKIT IBNU SINA

OLEH:

PEMBIMBING:
dr. Sultan Buraena, MS, SpOK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif
dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat
kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari
Occupational Health yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang
mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja.
Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif,
higine, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya
(Notoadmojo, 2012).
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tecapai, apabila didukung oleh lingkungan
kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja. Lingkungan kerja yang
mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain: suhu
ruangan yang nyaman, penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu,
sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau
anggotanya (ergonomic ) dan sebagainya (Notoadmojo, 2012).
Dasar hukum sistem managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
tercantum dalam undang-undang keselamatan kerja no.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. Dalam undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal
23 dinyatakan bahwa K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit
atau mempunyai karyawan paling sedikit sepuluh orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal diatas maka jelaslah rumah sakit, termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja dirumah sakit, tapi juga terhadap pasien
maupun pengunjung rumah sakit sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah

sakit menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit. Instalasi laundry merupakan bagian


dari rumah sakit yang mempunyai resiko penularan penyakit infeksi dan juga terdapat
beberapa resiko bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit
(Depkes RI, 2009).
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan
dan meminimalisirkan dan bila mungkin meniadakannya. Oleh karena itu perlu
diadakannya sistem K3 di instalasi laundry agar penyelenggaraan K3 tersebut lebih
efektif, efisien dan terpadu.

2.1.Tujuan
A. Tujuan Umum
Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pada petugas linen kotor instalasi laundry di Rumah Sakit
Ibnu Sina.

B. Tujuan Khusus
i.

Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas linen kotor
instalasi laundry.

ii.

Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat menggangu
kesehatan petugas linen kotor instalasi laundry.

iii.

Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan petugas linen kotor
instalasi laundry.

iv.

Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat p3k di tempat kerja petugas linen
kotor instalasi laundry.

v.

Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai


peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) pada petugas linen kotor
instalasi laundry.

vi.

Untuk mengetahui tentang peraturan pimpinan rumah sakit perusahaan tentang


k3 di tempat kerja.

vii.

Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan


dengan pekerjaan pada petugas linen kotor instalasi laundry.

viii.

Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan (misalnya penyuluhan,


pelatihan, pengukuran atau pemantauan lingkungan tentang hazard yang
pernah diadakan).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi
kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya
(Notoadmojo, 2012).1
Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisplin ilmu yang terfokus pada
penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi
kesehatan

dan

keselamatan

manusia

dalam

lingkungan

industri

ataupun

lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku
yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan
berbahaya (OHSAH 2003). 1
Program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi keselamatan dan
kesehatan serta meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan pasien,
pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit (Depkes RI, 2009). 1,2

2.2 Petugas Linen Instalasi Laundry

A. Faktor Hazard
Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa kebisingan,
getaran, radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini penting diperhatikan dalam
tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja dapat berlangsung
dengan segera maupun secara kumulatif. Faktor-faktor yang membahayakan pekerja
(faktor hazard) perlu dijelaskan kesan-kesan penggunaannya. Faktor hazard bisa
didapatkan dari kotoran pada kain cucian atau di tempat tugasan. Ia bisa dibagi
kepada faktor biologi (debu dari serat linen yang mengandung virus), faktor fisik
(kebisingan mesin cuci, suhu panas faktor risiko), faktor kimia (detergen, desinfektan
dan pewangi) dan faktor ergonomic (posisi kerja berdiri selama proses kerja sampai
selesai) 1,2

B. Alat Kerja
Pada umumnya, instalasi laundry di rumah sakit digunakan untuk mencuci
sprei ataupun seragam-seragam petugas rumah sakit seperti dokter atau perawat.
Dengan itu, antara bahan yang sering digunakan adalah laundry disinfectant yang
digunakan untuk membunuh kuman-kuman, bakteri yang menempel pada serat kain,
bleaching atau pemutih untuk menghilangkan noda pada linen atau kain dasar putih.
Selain itu, penghilang noda darah digunakan dan neutralizer digunakan pada setiap
pembilasan terakhir untuk meneutralkan sisa pencucian.2
Antara alat yang digunakan adalah mesin pencuci, mesin pengering, strika,
boiler dan sebagainya. 2

C. Alat Pelindung
Bagi petugas laundry di rumah sakit akan disediakan alat pelindung diri yang
digunakan oleh petugas-petugas laundry sewaktu melakukan tugas mereka. Alatalat yang disediakan seharusnya diberikan mengikut tingkat keselamatan yang
diperlukan. Dalam hal ini dibagikan keperluan alat pelindung diri berdasarkan;
i.

Kontaminasi dengan darah patogen pihak rumah sakit harus


menyediakan sarung tangan tebal, sarung tangan, baju, pelindung wajah,
masker ketika menyortir cucian terkontaminasi.

ii.

Penggunan atau kontaminasi dengan benda tajam petugas harus diberi


pendedahan mengenai cara dan tempat pembuangan benda tajam yang
terkontaminasi pada wadah yang tepat.

iii.

Pendedahan pada bahan kimia - Pelayanan Medis dan Pertolongan


Pertama diberikan dimana mata atau tubuh seseorang dapat terkena bahan
korosif merugikan, sehingga diperlukan fasilitas yang cocok untuk
membasahi cepat atau pembilasan mata dan tubuh dalam area kerja untuk
penggunaan darurat. Selain itu, pada paparan pekerja yang alergi lateks
harus menggunakan sarung tangan lateksyang cocok untuk mereka.2,3

D. Kesediaan Obat P3K

Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib dimiliki di


setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan darurat ataupun
kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah
kematian, mencegah cacat yang lebih berat dan menunjang penyembuhan.2,4

E. Pemeriksaan Kesehatan
Pengusaha harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang
telah memiliki sertifikasi.2,4
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja
sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita
penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum
bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. 2,4
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun
sekali. 2,4
Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu
yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu. Pemeriksaan kesehatan
khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang
mereka derita. 2,4

F. Peraturan Pimpinan Rumah Sakit Tentang K3


Sistem management K3 adalah bagian dari sistem manajemen yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, prosedur, sumber daya, dan
tanggungjawab organisasi. Tujuan dari Sistem management K3 RS adalah
menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat supaya tenaga kerja produktif
disamping dalam rangka akreditasi rumah sakit itu sendiri. Prinsip yang digunakan
dalam sistem management K3 adalah AREC (Anticipation, Recognition, Evaluation
dan Control) dari metode kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja (Kepmenkes RI,
2007).2,5,6

G. Keluhan atau Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaangas tersebut.

Pada setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada resiko terhadap kesehatan
petugas tersebut. Pada petugas linen kotor instalasi laundry di rumah sakit, terdapat
beberapa penyakit yang perlu diwaspadai terutama penyakit yang menular. Penyakit
penularan ini bisa saja menular melalui cucian yang dibersihkan seperti jika pada
cucian yang terkena darah atau cairan tubuh patogen.3,4
Selain itu, kecederaan sewaktu melakukan pekerjaan seperti luka bakar akibat
terkena aliran listrik, pengsan karena kepanasan dan sebagainya. Pada pekerja yang
sering melakukan pekerjaan dengan posisi yang salah bisa saja mengeluh menderita
nyeri pinggang bawah (low back pain). Pada pekerja yang sensitif terhadap bahan
pencuci bisa saja menderita dermatitis kontak akibat detergen. 3,4

H. Upaya K3 lain yang Dijalankan


Kesehatan dan keselamatan kerja harus dijalankan pada setiap rumah sakit
karena menurut penelitian insidens terjadinya kecelakaan saat bekerja mulai
meningkat. Jadi setiap petugas di rumah sakit harus didedahkan dengan K3. Dengan
itu, pihak rumah sakit harus aktif melakukan training kesehatan dan keselamatan
kerja di rumah sakit ini kepada petugas-petugas di rumah sakit. Selain itu, pihak
rumah sakit perlu melakukan evaluasi terhadap tahap pengetahuan, sikap dan
perilaku terhadap aspek K3.5,6

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan cara


A. Bahan
Bahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di buat. Checklist
ini dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan daripada tujuan survei ini dilakukan.
Pada survei ini, informasi yang diperlukan adalah ada tidaknya faktor hazard, alat
kerja apa yang digunakan,, alat pelindung diri yang digunakan, ketersediaan obat P3K
di tempat kerja, pelayanan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan,

peraturan

pimpinan tentang K3, keluhan atau penyakit yang dialami petugas dan upaya
pengetahuan mengenai K3 kepada petugas linen kotor instalasi laundry di rumah sakit
yang berkaitan.

B. Cara
Bagi cara survey dilakukan pula adalah dengan menggunakan kaedah Walk
Through Survey. Teknik Walk Through Survey juga dikenali sebagai Occupational
Health Hazards. Untuk melakukan survei ini, dapat dimulai dengan mengetahui
tentang manejemen perencanaan yang benar, berdiskusi tentang tujuan melakukan
survey, dan menerima keluhan-keluhan baru yang releven.
Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul,
merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey.
Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja
dalam Walk Through Survey memerlukan informasi tentang bahan mentah dan bahan
kimia tambahan yang digunakan, proses kerja dan operasi, produk akhir dan produk
samping yang dihasilkan.
Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan monitoring
survey untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai
risk assessment.
Walk Through Survey ini adalah bertujuan untuk memahami proses produksi,
denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu, mendengarkan
pandangan pekerja dan pengawas tentang K3, memahami pekerjaan dan tugas-tugas
pekerja, mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan

timbul di tempat kerja atau pada petugas dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang
telah dilakukan mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan
perundangan dan sebagainya.

3.2. Jadwal survei


Tempat survey akan dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina dan waktu penelitian
adalah tanggal 22 Juli 2014.
No.

Tanggal

Kegiatan
- Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina

1.

21 Juli 2014

- Pengarahan kegiatan
- Penyusunan Tinjauan Pustaka
- Penyusunan Proposal

2.

22 Juli 2014

- Walk Through Survey

3.

23 Juli 2014

- Presentasi laporan Walk Through Survey

3.3. Hasil survei

No.

Pertanyaan

Ya

Tidak

Keterangan

Jenis pekerjaan: Mencuci linen yang telah digunakan


Alat kerja yang digunakan
1.

Mesin cuci

2.

Tempat penyimpanan linen yang telah digunakan

a. FAKTOR HAZARD
a. Faktor fisik
i.
1.

Faktor kebisingan

Bunyi mesin cuci

b. Faktor kimia
1.

Detergen

2.

Disinfektan

3.

Pewangi

4.

Debu dari serat linen

c. Faktor biologi
1.

Kotoran bekas cairan tubuh

d. Faktor ergonomis
i.

Posisi bekerja

1.

Berdiri

2.

Duduk

ii.

Cara bekerja

1.

Mengangkat linen dari tempat penyimpanan linen

2.

Mendorong / menarik tempat penyimpanan linen

Jenis pekerjaan: Mengeringkan linen

Kursi
disediakan

Alat kerja yang digunakan


1.

Mesin pengering
a. FAKTOR HAZARD
a. Faktor fisik

i.
1.

Faktor kebisingan

Bunyi mesin pengering

b. Faktor kimia
1.

Debu dari serat linen

c. Faktor ergonomis
i.

Posisi bekerja

1.

Berdiri

2.

Duduk

ii.

Cara bekerja

1.

Mengangkat linen dari mesin cuci ke mesin pengering

2.

Mendorong / menarik tempat simpanan linen yang siap


dicuci

Kursi
disediakan

Jenis pekerjaan: Menyetrika linen


Alat kerja yang digunakan
1.

Seterika

2.

Tempat seterika

a. FAKTOR HAZARD

d. Faktor fisik
1.

Panas seterika

e. Faktor ergonomis
i.

Posisi bekerja

1.

Berdiri ketika menyetrika linen

2.

Duduk ketika menyetrika linen

ii.

Cara bekerja

1.

Mengangkat linen dari tempat pengeringan ke tempat


menyetrika

2.

Mendorong / menarik tempat simpanan linen

Kursi
disediakan

Jenis pekerjaan: Melipat linen


Alat kerja yang digunakan
1.

Tempat lipat linen


a. FAKTOR HAZARD
f. Faktor kimia

1.

Debu dari serat linen

g. Faktor ergonomis
i.

Posisi bekerja

1.

Berdiri ketika melipat linen

2.

Duduk ketika melipat linen

ii.

Cara bekerja

1.

Mengangkat linen yang telah dilipat ke tempat


penyimpanan linen

2.

Mendorong / menarik tempat penyimpanan linen

Kursi
disediakan

Faktor Psikososial
1.

Jadwal kerja

2.

Hubungan kerja

3.

Beban kerja

4.

Gaji

Jadwal tiga
shift (shift
pagi: jam 8
pagi 2
siang, shift
siang: jam
2 sore 8
malam,
shift
malam: 8
malam 8
pagi)

Alat pelindung diri ketika melakukan pekerjaan


1.

Masker

2.

Sarung tangan

3.

Baju pelindung diri

4.

Pelindung kepala

5.

Kaca mata

Ketersediaan obat P3K

Obat P3K
tidak diupdate

Pemeriksaan kesehatan
1.

Berkala

2.

Pemeriksaan khusus

Peraturan pimpinan rumah sakit tentang K3

Karyawan
disarankan
langsung ke
pemeriksaa
n kesehatan
jika
mengalami
gejalagejala
penyakit.

Telah
dijelaskan
kepada
karyawan,
sesuai
dengan
standar
akreditasi
rumah sakit

Keluhan /penyakit yang dialami


2.

Luka bakar

3.

Dermatitis

4.

Low back pain

3.4. Perbahasan
1. Hazard Lingkungan Kerja
a) Faktor Fisik:
Hazard fisik kebisingan disebabkan oleh mesin cuci yang digunakan oleh
petugas laundry. Dari hasil survey didapatkan kebisingan dari mesin cuci pada
petugas laundry sudah tidak dikeluhkan lagi karena mesin yang digunakan sudah
diganti dengan mesin yang lebih moderan dan bagus berbanding dahulu.

b) Faktor kimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh detergen yang digunakan sebagai bahan utma
mencuci utama petugas laundry. Dari hasil survey didasapatkan bahwa petugas
laundry sangat rawan terhadap hazard kimia cair. Hazard kimia cair oleh detergen
dikatakan agak kurang karena disebabkan pengisian detergen ke dalam mesin cuci
dilakukan secara tidak langsung karena menggunakan sarung tangan. Begitu juga
hazard cair disinfektan dan pewangi yang digunakan semasa proses pencucian.
Pendedahan kepada hazard kimia seperti ini adalah semakin minimal karena petugas
diwajibkan memakai alat pelindung diri semasa bekerja.

c) Faktor biologis
Hazard biologi di pengaruhi oleh debu serat linen yang bisa menyebabkan jangkitan
bakteri, virus ataupun jamur kepada petugas sewaktu proses pencucian. Dari hasil survey
didapatkan bahwa petugas laundry masih terdedah kepada infeksi bakteri, virus ataupun
jamur tetapi sudah dikatakan minimal karena pihak laundry telah menyediakan alat khusus
yang akan mengalirkan serat linen ke tempat khas yang disediakan. Hal ini dapat melindungi
petugas laundry dari tertular atau dijangkiti oleh infeksi.

d) Faktor egronomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi bekerja pada petugas laundry. Dari hasil
survey didapatkan bahwa petugas laundry rawan terhadap hazard ergonomi akibat berdiri
dan duduk sewaktu bekerja. Petugas laundry seringkali berdiri saat melakukan proses
mencuci dan pengeringan, dan duduk saat melipat pakaian. Dari cara bekerja pula, hasil
survey menunjukkaan bahwa petugas laundry juga seringkali mengangkat pakaian kotor

atau bersih ketempat yang sepatutnya. Selain itu, petugas laundry juga akan mendorong atau
menarik troli yang mengisi line kotor atau bersih masuk dan keluar ke instalasi laundry
tersebut.

e) Faktor psikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada petugas laundry, hubungan
antara sesama petuga, atasan dan bawahan, beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal
yang terdapat dalam hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional petugas laundry,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam bekerja Dari hasil survey
didapatkan bahwa petugas laundry terhindar dari hazard psikososial karena petugas laundry
akan dibagikan jadwal bekerja sama ada shift pagi, sore atau malam. Dari segi hubungan
antara pekerja, pihak atasan dan pihak bawahan dikatakan baik dan tidak mengganggu
pekerjaan petugas, beban kerja yang dilakukan dikatakan agak berat karena banyak proses
pencucian yang harus dilakukan yaitu dari proses mencuci, pengeringan, disinfektan dan
sebagainya. Berdasarkan gaji yang diterima dikatakan agak berpatutan dan jumlah yang
diterima adalah mengikut pangkat petugas tersebut.

2. Alat yang digunakan


Alat yang digunakan pada petugas laundry adalah mesin cuci. Dari hasil
survei, mesin yang digunakan adalah acceptable dan sehingga saat ini mesin cuci
tersebut masih bagus dan seringkali digunakan tanpa sebarang masalah.

3. Menggunakan alat pelindung diri selama bekerja


Dari hasil survey didapatkan petugas laundry menggunakan alat pelindung diri
yang disediakan saat bekerja. Alat yang digunakan berupa masker, sarung tangan,
baju pelindung, pelindung kepala dan kaca mata. Hal ini menunjukkan bahwa pihak
rumah sakit memandang tinggi pada aspek keselamatan petugas dengan mewajibkan
petugas laundry memakai alat pelindung diri.

4. Ketersediaan obat P3K di tempat kerja


Berdasarkan hasil survey, didapatkan obat P3K tidak disediakan di tempat
kerja. Hal ini karena jika terjadi sebarang kecelakaan yang terjadi di tempat kerja,
petugas akan segera dikirim dan dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit
untuk dirawat oleh dokter residen tang bertugas di situ.

5. Pemeriksaan kesehatan dan upaya pengobatan bila sakit


Berdasarkan survey yang dilakukan didapatkan petugas laundry telah diberikan
kemudahan dengan melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan berkala khusus
yang dilakukan setiap tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan petugas amat
dititikberatkan karena ia bisa mempengaruhi petugas dalam melakukan pekerjaan
mereka.

6. Peraturan Pimpinan/Pemerintah tentang K3


Berdasarkan survey yang dilakukan didapatkan terdapat peraturan dari
pimpinan atau pemerintah dari pihak rumah sakit untuk mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) dengan penggunaan alat pelindung diri kepada petugas
laundry. Dengan adanya peraturan ini, maka petugas-petugas ini bisa terjamin
keselamatan mereka saat bekerja.

7. Keluhan petugas laundry selama melakukan pekerjaannya


Dari hasil survey didapatkan pernah terdapat petugas laundry yang mengeluh
terdapat luka bakar yang disebabkan kecelakaan saat mensterika pakaian. Selain itu,
keluhan mengenai low back pain ada juga dikeluhakan terutama pada petugas dari
golongan dengan usia lanjut. Keluhan atau penyakit dermatits akibat penggunaan
detergen malah tidak pernah dikeluhan karena penggunaan alat pelindung diri seperti
sarung tangan yang mengelak kontak langsung antara tangan dan bahan kimia
tersebut.

8. Upaya K3 terhadap K3
Dari hasil survey didapatkan petugas laundry pernah mdiberikan pelatihan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja (K3) daripada pihak rumah sakit.
Pelatihan ini dilakukan minimal sekali dalam setahun. Pelatihan ini sekaligus dapat
membantu petugas-petugas tersebut mendapat pengetahuan mengenai keselamatan
mereka sewaktu bekerja.

BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Dari survey yang dilakukan, didapatkan bahwa laundry di Rumah Sakit Ibnu
Sina secara umum mematuhi aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Namun,
secara khusus, beberapa hal perlu diperhatikan. Obat P3K di tempat kerja petugas
linen kotor instalasi laundry tidak diupdate. Pemeriksaan kesehatan pada petugas
linen kotor tidak dijalankan secara berkala.
4.2.Saran
Saran yang diberikan untuk perbaikan adalah:
a. Melakukan cek ulang obat-obat P3K agar siap ketika saat dibutuhkan.
b. Mengadakan pemeriksaan kesehatan berkala pada petugas linen kotor,

Lampiran Foto

Foto 1. Mesin Pencuci dan Mesin Pengering

Foto 2. Tempat Pengumpulan Linen

Foto 3. Tempat Melipat

Foto 4. Tempat Menyeterika

Foto 5. Tempat Menyimpan

Foto 6. Alat APD (Masker)

Foto 7. Alat APD (Handscoen)

Foto 8. Struktur Organisasi Laundry RS Ibnu Sina

Daftar Pustaka

1.

Amarudin. Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan Kerja. 2006 [cited; Available


from:

http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/kesehatan-kerja-

1.ppt
2.

RSS. Sistem K3 di Instalasi Laundry RS (Kesmas, stase K3).

2012

[cited;

Available from: http://aneukngupi.wordpress.com/2012/11/29/sistem-k3-di-instalasilaundry-rs-kesmas-stase-k3/


3.

Depkes, editor. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3IFRS). Jakarta; 2009.

4.

Ferdianto, Hengki. Dermatitis Kontak Iritan Pada Petugas Laundry Rumah Sakit X
(Study Kasus Pengelolaan Penyakit Akibat Kerja). 2011 [cited; Available from:
http://www.slideshare.net/YoTama/savedfiles?s_title=dermatitis-kontak-iritan-padapetugas-laundry-rumah-sakit&user_login=hengkiferdianto.

5.

Depkes. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(K3-IFRS). Jakarta; 2006.

6.

Ishaq. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3). 2010 [cited;
Available

from:

http://bocahbancar.files.wordpress.com/2012/09/materi-training-

smk3-by-mr-ishaq-pd-21-sept-2012.pptx

You might also like