You are on page 1of 8

e-FAKTUR SEBUAH MIMPI YANG MENJADI KENYATAAN

Hentrisa Fairuz Insania


Program Diploma IV, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara,Tangerang Selatan
hentrisa.insania@gmail.com

Abstrak As an effort to cope with the abuse of tax invoices and to improve service to the public, the Directorate
General of Taxation has launched a new breakthrough in the form of Electronic Tax Invoice (e-Invoicing). Many
opportunities for the DGT to increase tax revenue mainly from the sector of Value Added Tax (VAT) in the
presence of e-Invoicing. However DGT also has to always be ready with all the challenges that arise in the
implementation of e-Invoicing. Through this paper, the author discuss several issues related to the general
overview of e-Invoicing, the implementation of e-Invoicing, as well as the opportunities and challenges that may
be encountered in the implementation of e-Invoicing.

Kata Kunci: Faktur Pajak Elektronik, e-Faktur, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pengusaha Kena Pajak (PKP)

1. PENDAHULUAN

batasan pengukuhan PKP, mengembangkan aplikasi

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983

pengawasan PKP, menunjuk Badan Usaha Milik

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-

Negara (BUMN) sebagai Pemungut PPN, dan

Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak

meluncurkan

Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas

elektronik (e-NoFA) [11].

sistem

penomoran

Faktur

Pajak

Barang Mewah (PPnBM), Faktur Pajak merupakan

Dengan adanya e-Faktur, diharapkan berbagai

bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena

masalah terkait penyalahgunaan Faktur Pajak dapat

Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena

diatasi

Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak. Guna

meningkatkan

mengatasi penyalahgunaan Faktur Pajak, Direktorat

melaksanakan

Jenderal Pajak (DJP) telah menciptakan suatu inovasi

meningkatkan kepuasan Wajib Pajak atas layanan yang

baru yaitu e-Faktur. Pada hari Rabu tanggal 25 Juni

diterima

2014, Direktorat Jenderal Pajak resmi meluncurkan e-

mempersiapkan

Faktur di Kantor Pusat DJP. Direktur Jenderal Pajak, A.

hambatan yang akan muncul dalam penerapan e-Faktur

Fuad Rahmany, dalam sambutannya mengungkapkan

ini.

serta

dari

tujuan

akhirnya

kepatuhan

diri

untuk

Pajak

dalam

perpajakan

dan

Wajib

kewajiban

DJP.

adalah

Namun,

DJP

menghadapi

juga

harus

kemungkinan

bahwa e-Faktur merupakan suatu terobosan yang


selama ini diimpikan oleh DJP dan juga Wajib Pajak

2. KAJIAN LITERATUR

yang akhirnya dapat terwujud.

2.1.

Gambaran Umum e-Faktur

e-Faktur merupakan perkembangan terbaru dari

Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan

pembenahan sistem administrasi PPN yang telah

Menteri Keuangan Nomor PMK-151/PMK.011/2013

dilaksanakan sejak tahun 2011. Sebelum ini, DJP telah

tentang Tata Cara Pembuatan dan Pembetulan atau

melakukan registrasi ulang PKP, menetapkan kembali

Penggantian Faktur Pajak. Dalam PMK tersebut diatur

Halaman | 1

bahwa Faktur Pajak terdiri dari Faktur Pajak berbentuk

dalam Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak

elektronik (e-Faktur) dan Faktur Pajak berbentuk kertas

Nomor

(hardcopy). Pengertian Faktur Pajak elektronik (e-

Pengusaha Kena Pajak yang Diwajibkan Membuat

Faktur) menurut Pasal 1(1) Peraturan Direktur Jenderal

Faktur Pajak Berbentuk Elektronik, antara lain PT

Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara

Aneka Tambang, PT Sucofindo, PT Bluescope, PT

Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk

Telkom, dan perusahaan lainnya.

KEP-136/PJ/2014

tentang

Penetapan

Elektronik ialah Faktur Pajak yang dibuat melalui

Kemudian mulai tanggal 1 Juli 2015, PKP yang

aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan

diwajibkan untuk membuat e-Faktur adalah PKP yang

dan/atau disediakan oleh DJP.

telah dikukuhkan di KPP di lingkungan Kantor

Berdasarkan Pasal 10 PER-16/PJ/2014, bentuk

Wilayah Jawa dan Bali. Ketentuan ini tercantum dalam

e-Faktur berupa dokumen elektronik Faktur Pajak yang

Lampiran II Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

merupakan hasil keluaran dari aplikasi atau sistem

KEP-136/PJ/2014. Untuk PKP yang dikukuhkan pada

elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh

KPP di lingkungan Kantor Wilayah Jawa dan Bali

DJP. e-Faktur dapat pula dicetak dalam bentuk kertas

setelah tanggal 1 Juli 2015 diwajibkan untuk membuat

atau dalam bentuk file pdf. Apabila e-Faktur dicetak di

e-Faktur sejak PKP tersebut dikukuhkan. Sedangkan

kertas yang disediakan secara khusus oleh PKP,

pemberlakuan e-Faktur bagi seluruh PKP di Indonesia

misalnya kertas yang telah dicetak logo perusahaan,

akan dimulai sejak tanggal 1 Juli 2016.

alamat, atau informasi lainnya, maka e-Faktur yang

2.3.

dicetak di atas kertas tersebut tetap berfungsi sebagai

Berdasarkan

Faktur Pajak. e-Faktur ditandatangani secara elektronik

151/PMK.011/2013, PKP wajib membuat Faktur Pajak

sehingga tidak disyaratkan lagi untuk ditandatangani

untuk setiap:

secara basah oleh pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh

a. Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana

PKP. Ketentuan mengenai hal ini diatur dalam

dimaksud dalam Pasal 4(1) huruf a dan/atau Pasal

Pengumuman Direktur Jenderal Pajak Nomor PENG-

16D Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

01/PJ.02/2014

tentang

Faktur

Pajak

Berbentuk

Elektronik (e-Faktur).
Menurut Pasal 5 PER-16/PJ/2014, e-Faktur

Transaksi yang Wajib Dibuatkan e-Faktur


Pasal

b. Penyerahan

Jasa

2(1)

Kena

PMK

Pajak

Nomor

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4(1) huruf c Undang-Undang


Pajak Pertambahan Nilai.

dibuat menggunakan mata uang Rupiah. Sedangkan

c. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud sebagaimana

untuk Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

dimaksud dalam Pasal 4(1) huruf f Undang-Undang

Penyerahan Jasa Kena Pajak yang menggunakan mata

Pajak Pertambahan Nilai.

uang selain Rupiah maka terlebih dahulu harus

d. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah dengan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4(1) huruf g

menggunakan kurs menurut Keputusan Menteri

Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

Keuangan pada saat pembuatan e-Faktur.


2.2.

e. Ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud

Pihak-Pihak yang Wajib Membuat e-Faktur

dalam Pasal 4(1) huruf h Undang-Undang Pajak

PKP yang diwajibkan untuk membuat e-Faktur

Pertambahan Nilai.

mulai tanggal 1 Juli 2014 adalah 45 (empat puluh lima)

2.4.

Transaksi

yang

Dikecualikan

PKP terpilih yang telah dikukuhkan di KPP Wajib

Kewajiban Pembuatan e-Faktur

Pajak Besar, KPP Wajib Pajak Khusus, dan KPP

Berdasarkan

Madya di Jakarta. Daftar nama PKP tersebut tercantum

Pasal

2(2)

dari

PER-16/PJ/2014,

kewajiban pembuatan e-Faktur dikecualikan atas


Halaman | 2

Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena

d. PPN yang dipungut.

Pajak yang:

e. PPnBM yang dipungut.

a. Dilakukan pedagang eceran sebagaimana dimaksud

f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur

dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 1


Tahun 2012.
b. Dilakukan PKP toko retail (free duty shop) kepada
orang pribadi pemegang paspor luar negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E UndangUndang Pajak Pertambahan Nilai.
c. Bukti pungutan PPN-nya berupa dokumen tertentu

Pajak.
g. Nama

dan

tanda

tangan

yang

berhak

menandatangani Faktur Pajak


2.7.

Kewajiban Pelaporan e-Faktur


Ketentuan mengenai kewajiban pelaporan e-

Faktur terdapat dalam Pasal 11 PER-16/PJ/2014 yang


mengatur hal-hal sebagai berikut:

yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur

a. e-Faktur wajib dilaporkan oleh PKP ke DJP dengan

Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 (6)

cara diunggah (upload) ke DJP menggunakan

Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

aplikasi

2.5.

Saat Pembuatan e-Faktur

Berdasarkan Pasal 3 PER-16/PJ/2014, e-Faktur wajib


dibuat oleh PKP pada:

atau

sistem

elektronik

yang

telah

ditentukan dan/atau disediakan dan memperoleh


persetujuan dari DJP.
b. DJP memberikan persetujuan untuk setiap e-Faktur

a. Saat penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana

yang telah diunggah (upload) sepanjang Nomor

dimaksud dalam Pasal 4(1) huruf a dan/atau Pasal

Seri Faktur Pajak yang digunakan untuk penomoran

16D Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

e-Faktur tersebut adalah nomor yang diberikan oleh

b. Saat penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana

DJP kepada PKP sesuai dengan ketentuan yang

dimaksud dalam Pasal 4(1) huruf c Undang-Undang


Pajak Pertambahan Nilai.
c. Saat penerimaan pembayaran dalam hal terjadi

berlaku.
c. e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari
DJP bukan merupakan Faktur Pajak.

sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau


sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak.
d. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan.
e. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

3. PEMBAHASAN
3.1. Latar Belakang Penerapan e-Faktur
Sejak tahun 2011, DJP menghadapi banyak
masalah dalam pengadministrasian Faktur Pajak yang
jumlahnya hampir 200 juta setiap tahunnya. Sepanjang

Keterangan yang Wajib Ada pada e-Faktur

tahun 2013, DJP menerbitkan sekitar 300 juta Nomor

Berdasarkan Pasal 4(1) PER-16/PJ/2014 e-

Seri Faktur Pajak. Sehingga DJP memprediksi pada

Faktur harus mencantumkan keterangan mengenai

tahun 2014 jumlah Faktur Pajak yang terbit dapat

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan

mencapai 400 juta. Dalam catatan DJP, saat ini jumlah

Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat tentang:

PKP yang aktif ada sekitar 500 ribu dan SPT Masa PPN

a. Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan

yang diterbitkan setiap tahun mencapai 2 juta. Artinya,

2.6.

Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.


b. Nama, alamat, dan NPWP penerima Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak.
c. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau
penggantian, dan potongan harga.

setiap satu PKP dapat menerbitkan hingga 800 faktur


dalam satu tahun [6].
Indonesia

merupakan

meningkatnya

jumlah

Perkembangan ekonomi di
salah

satu

transaksi

penyebab
yang

juga

meningkatkan jumlah Faktur Pajak yang diterbitkan


Halaman | 3

oleh

para

PKP.

Jika

hal

ini

terus

menerus

Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata

dipertahankan, maka dapat menimbulkan beban

Cara Pendaftaran, Pemberian, dan Penghapusan

pengawasan bagi DJP.

NPWP,

Penyalahgunaan Faktur Pajak yang dilakukan


oleh oknum yang tidak bertanggung jawab juga
menjadi latar belakang diterapkannya e-Faktur oleh
DJP. Bentuk penyalahgunaan tersebut, antara lain:
a. adanya pengusaha non PKP yang menerbitkan
Faktur Pajak,

serta

Pengukuhan

dan

Pencabutan

Pengukuhan PKP.
b. Sosialisasi e-SPT secara berkelanjutan agar jumlah
penggunaan e-SPT meningkat.
c. Kebijakan mengenai registrasi ulang PKP yang
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-05/PJ.2012 sebagaimana telah diubah

b. adanya Faktur Pajak yang tidak diterbitkan atau


terlambat diterbitkan,

dengan PER-20/PJ/2012 tentang Registrasi Ulang


PKP Tahun 2012.

c. adanya Faktur Pajak yang bukan berdasarkan


transaksi sebenarnya,

d. Membentuk Tim Kajian Komprehensif untuk


mengevaluasi dan menyempurnakan pembenahan

d. adanya Faktur Pajak ganda, dan

administrasi PPN.

e. adanya Faktur Pajak yang diterbitkan tetapi tidak

e. Penerbitan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

dilakukan penyetoran dan pelaporan atas PPN yang

Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran,

dipungut.

Tata

Cara

Pengisian

Keterangan,

Prosedur

Bentuk-bentuk penyalahgunaan Faktur Pajak di atas

Pemberitahuan Dalam Rangka Pembetulan, Tata

mencerminkan ketidakpatuhan Wajib Pajak terhadap

Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara

peraturan-peraturan yang berlaku terkait perpajakan

Pembatalan Faktur Pajak.

dan mengakibatkan penerimaan pajak dari sektor PPN

Pembenahan

sistem

administrasi

PPN

menjadi tidak optimal. Oleh karena itu, akan sangat

dilanjutkan pada tahun 2013 oleh DJP. Langkah-

sulit bagi DJP untuk mengadministrasikan Faktur Pajak

langkah

apabila masih mempertahankan cara manual [6].

penerapan e-SPT dengan menerbitkan Peraturan

3.2. Tahapan Pengembangan e-Faktur

Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2013 yang

yang ditempuh,

yaitu perluasan

basis

Pembenahan sistem administrasi PPN yang

mewajibkan seluruh PKP yang telah terdaftar untuk

telah dilaksanakan oleh DJP sejak tahun 2011. Dimulai

melaporkan SPT Masa PPN dalam bentuk elektronik

dengan menerbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal

(e-SPT), validasi Faktur Pajak, piloting project eTax

Pajak Nomor SE-94/PJ/2011 tentang Kewajiban

Invoice, dan segmentasi PKP (normal dan deemed) [6].

Penyampaian SPT Masa PPN dalam Bentuk Data

Dalam rangka persiapan implementasi e-Faktur,

Elektronik (e-SPT). Setelah diterbitkannya Surat

DJP terlebih dahulu melakukan rangkaian testing

Edaran

secara

aplikasi yang telah dilakukan pada November

berkelanjutan atas efektivitas pengadministrasian PPN

Desember 2013. Empat puluh lima perusahaan yang

dan penerapan e-SPT hingga saat ini [6].

diwajibkan menggunakan e-Faktur sejak tanggal 1 Juli

ini,

DJP

melakukan

evaluasi

Pada tahun 2012, DJP kembali melaksanakan

2014,

sebelumnya

telah

mengikuti

serangkaian

beberapa kebijakan baru terkait sistem administrasi

kegiatan pengembangan dan penyempurnaan aplikasi

PPN [7]. Kebijakan-kebijakan tersebut, yaitu:

e-Faktur. Mereka telah bekerja sama dengan DJP

a. Kebijakan mengenai pengukuhan PKP berdasarkan

dalam piloting project dan Training of Trainer (ToT) e-

Peraturan

Menteri

73/PMK.03/2012

Keuangan
tentang

Nomor
Jangka

PMK-

Faktur selama kurang lebih tiga bulan [10].

Waktu
Halaman | 4

Selain itu, Tim Mentoring Faktur Pajak

Manfaat yang dapat diperoleh DJP dengan adanya

Elektronik juga melakukan Advisory Visit ke kantor

penerapan e-Faktur, yaitu:

PKP untuk memberikan bimbingan teknis secara

a.

Semakin memperbaiki sistem administrasi PPN.

langsung selain bimbingan via telepon, e-mail, sms,

Dengan memanfaatkan perkembagan teknologi

dan media komunikasi lainnya. Berdasarkan piloting

dan menerapkan e-Faktur, sistem administrasi

yang dilaksanakan sejak Januari hingga Juni 2014, Tim

PPN dapat memudahkan DJP dalam menjalankan

e-Faktur mendapat banyak masukan dan selanjutnya

proses bisnisnya. Data-data terkait PKP, Faktur

atas masukan tersebut Tim melakukan penyempurnaan

Pajak, dan PPN yang telah dipungut dan

aplikasi/sistem yang dibangun sebelumnya [10].

dilaporkan dapat diperoleh dalam waktu singkat

Pembangunan channelling e-Faktur dibagi ke dalam

dan dapat diandalkan.

beberapa tahap, yaitu [8]:

b.

a. Tahap pertama berupa client application.

Dapat mengoptimalkan penerimaan perpajakan


dari sektor PPN.

PKP membuat Faktur Pajak melalui aplikasi yang

e-Faktur

diberikan DJP dan di-install di PC milik PKP,

kemudahan

dimana datanya akan disinkronkan ke sistem yang

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam

ada di DJP.

melaksanakan

b. Tahap kedua berupa web application.

diharapkan
kepada

dapat

memberikan

masyarakat

kewajibannya

sehingga

terkait

PPN.

Penerimaan perpajakan dari sektor PPN juga

PKP membuat Faktur Pajak dengan masuk ke

diharapkan

website DJP dan mengisi Faktur Pajak di web

dengan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.

tersebut.

c.

c. Tahap ketiga berupa host-to-host system.

mengalami

peningkatan

seiring

Meminimalkan penyalahgunaan Faktur Pajak oleh


pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

PKP membuat Faktur Pajak melalui sistem/aplikasi

Dengan menggunakan basis teknologi dalam

yang dimiliki PKP, kemudian data tersebut

proses penerbitan Faktur Pajak, berarti peran

dikirimkan ke sistem DJP dengan menggunakan

d.

Meningkatkan validitas Faktur Pajak [8].

protocol atau messaging standard yang disepakati

e.

Sebagai collecting data penyerahan Barang Kena

bersama.

Pajak/Jasa Kena Pajak melalui mekanisme PKP


diwajibkan mengirimkan seluruh data keterangan

3.3. Tujuan Penerapan e-Faktur


DJP memiliki tujuan tersendiri hingga akhirnya

Faktur Pajak ke dalam sistem DJP untuk mendapat

meluncurkan e-Faktur. Dalam PENG-01/PJ.02/2014

persetujuan dari DJP. Karena Faktur Pajak yang

disebutkan

belum mendapat persetujuan, bukan merupakan

bahwa

e-Faktur

bertujuan

untuk

memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan


bagi

PKP

Faktur Pajak yang sah [8].

dalam

melaksanakan

kewajiban

dengan

memanfaatkan

teknologi,

database di DJP sehingga lebih mudah bagi DJP

khususnya dalam pembuatan Faktur Pajak. Selain itu

dalam mengawasi penerbitan Faktur Pajak yang

penerapan e-Faktur juga bertujuan sebagai perbaikan

dilakukan oleh PKP.

perpajakannya

sistem administrasi PPN yang selama ini masih

f.

g.

Semua data transaksi PKP akan tersimpan dalam

Sebagai sistem deteksi dini kecurangan pajak.

menerapkan sistem manual dalam penerbitan Faktur

Apabila ada Faktur Pajak yang tidak sesuai dengan

Pajak oleh Wajib Pajak.

ketentuan yang telah ditetapkan, akan dapat

3.4. Manfaat Penerapan e-Faktur

dengan segera diidentifikasi oleh pihak DJP.

Halaman | 5

Manfaat yang dapat diperoleh Wajib Pajak dengan

Jika

adanya penerapan e-Faktur, antara lain:

menggunakan Faktur Pajak fiktif, maka proses

a. Wajib Pajak tidak diharuskan untuk mencetak

pemeriksaan

Faktur

Pajak

yang

sudah

dibuat

sehingga

melaporkan

mengunggah

dalam

dan/atau

transaksi

penyidikan

yang

dilakukan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

e-Faktur

(upload)

terlibat

terhadap penerbit dan penerima faktur tersebut

mengurangi biaya percetakan [8].


PKP

PKP

dengan

Dengan

adanya

e-Faktur,

PKP

memperoleh jaminan keamanan tersendiri bahwa

menggunakan aplikasi atau sistem elektronik yang

Faktur Pajak yang diperoleh dari lawan transaksi

telah

merupakan Faktur Pajak yang sah karena telah

dan/atau

DJP

berlaku.

dengan

ditentukan

ke

cara

disediakan

dan

memperoleh persetujuan dari DJP. Pencetakan eFaktur dapat dilakukan jika PKP memerlukan back-

mendapat persetujuan sebelumnya dari DJP.


g. Semua PKP dapat menyimpan Faktur Pajak yang

up dalam bentuk hardcopy.

telah diterbitkan dalam bentuk softcopy dalam

b. Tanda tangan basah digantikan dengan tanda tangan

sebuah media penyimpanan sehingga lebih hemat

elektronik berbentuk QR Code [4].

tempat.

c. Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak, yang selama

Jika seluruh Faktur Pajak disimpan dalam bentuk

ini diajukan secara langsung oleh PKP ke KPP

hardcopy, maka PKP perlu meyediakan tempat

tempatnya terdaftar, sekarang disediakan secara

penyimpanan khusus agar Faktur Pajak tetap aman

online via website DJP [8]. Hal ini dapat

dan mudah diperoleh ketika diperlukan. Hal ini

menghemat waktu PKP karena permintaan Nomor

tentu saja memerlukan biaya tambahan bagi PKP

Seri Faktur Pajak tidak harus dilakukan di KPP dan

untuk memastikan jaminan keamanan data Faktur

PKP dapat memperoleh Nomor Seri secara real

Pajak yang disimpan.

time.

3.5. Tantangan yang Timbul dalam Penerapan e-

d. Aplikasi e-Faktur menyatu dengan aplikasi e-SPT

Faktur

sehingga lebih memudahkan pelaporan SPT Masa

Kemungkinan tantangan yang timbul dalam

PPN [8]. PKP tidak direpotkan dengan adanya

penerapan e-Faktur oleh DJP dapat timbul dari pihak

penambahan aplikasi, tetapi aplikasi e-Faktur

eksternal dan juga internal DJP sendiri. Kemungkinan

didesain untuk terintegrasi di dalam aplikasi e-SPT

tantangan yang muncul terutama terkait keamanan data

PPN.

dan jaringan. Contoh jenis ancaman terhadap data dan

e. Wajib Pajak akan semakin yakin bahwa Faktur


Pajak telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

jaringan, antara lain [9]:


a.

Probe atau Probing

Selama ini, penerbitan Faktur Pajak murni

Merupakan usaha untuk mengakses sistem dan

dilakukan oleh PKP sehingga keabsahan Faktur

mendapatkan informasi tentang sistem.

Pajak masih bisa dipertanyakan. Dengan adanya e-

b.

Scan

Faktur, keabsahan Faktur Pajak lebih terjamin

Probing

karena harus mendapat persetujuan terlebih dahulu

menggunakan suatu tool.

dari DJP sebelum dapat diterbitkan.

c.

f. PKP dapat terhindar dari Faktur Pajak fiktif milik


lawan

transaksi

perusahaannya.

yang

dapat

merugikan

dalam

jumlah

besar

dengan

Account Compromise
Meliputi user compromise dan root compromise.

d.

Packet Snifer
Merupakan sebuah program yang menangkap
data dari paket yang lewat di jaringan, misalnya
Halaman | 6

e.

f.

username, password, dan informasi penting

menerapkan

lainnya.

diharapkan dapat merasakan manfaat yang diharapkan

Hacking

dari adanya e-Faktur, yaitu memperoleh kemudahan,

Merupakan tindakan memperoleh akses ke

kenyamanan, dan keamanan dalam melaksanakan

komputer

kewajiban

atau

jaringan

komputer

untuk

e-Faktur

pada

perpajakannya

tahap

dengan

mendatang

memanfaatkan

mendapatkan atau mengubah informasi tanpa

teknologi, khususnya dalam pembuatan Faktur Pajak.

otorisasi yang sah.

Selain itu DJP juga harus selalu siap dengan semua

Denial of Service (DoS)

tantangan yang muncul dalam pelaksanaan e-Faktur,

Serangan DoS mencegah pengguna yang sah dari

terutama tantangan terkait keamanan data dan jaringan.

pengguna layanan ketika pelaku mendapatkan

Karena akan timbul dampak yang negatif jika DJP tidak

akses tanpa izin ke mesin atau data. Hal ini dapat

mampu memelihara keamanan data dan jaringan yang

terjadi karena pelaku membanjiri jaringa dengan

digunakan dalam penerapan e-Faktur, antara lain

volume

sengaja

menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

menghabiskan sumber daya yang langka atau

kualitas kinerja DJP dan menimbulkan kerugian bagi

terbatas, seperti process control blocks atau

PKP yang mengalami manipulasi data.

data

yang

besar

atau

koneksi jaringan yang tertunda. Atau mereka


mengganggu komponen fisik jaringan atau
memanipulasi data yang sedang dikirimkan,

[1] Undang-Undang

termasuk data terenkripsi.


g.

sebagaimana

Malicious Code (Kode Berbahaya)

telah

Tahun

1983

diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang

kerusakan sistem ketika dijalankan, misalnya

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

virus, worm, dan trojan horse.

Barang Mewah.

program

yang

[2] Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-

Social Engineering
Sekumpulan teknik untuk memanipulasi orang

151/PMK.011/2013 tentang Tata Cara Pembuatan

sehingga orang tersebut membocorkan informasi

dan Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak.

rahasia. Istilah ini mengacu pada penipuan untuk


mendapatkan

informasi

atau

akses

sistem

komputer.
i.

Nomor

menyebabkan

Merupakan

h.

DAFTAR REFERENSI

Phising

[3] Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.
[4] Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-

Tindakan pemalsuan terhadap data atau identitas

136/PJ/2014 tentang Penetapan Pengusaha Kena

resmi.

Pajak yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak


Berbentuk Elektronik.

4.

KESIMPULAN
e-Faktur yang diluncurkan DJP pada 25 Juni

2014 dan resmi diterapkan sejak tanggal 1 Juli 2014


merupakan suatu inovasi penting dan telah lama dicitacitakan dalam sistem administrasi PPN. Empat puluh

[5] Pengumuman Direktur Jenderal Pajak Nomor


PENG-01/PJ.02/2014

tentang

Faktur

Pajak

Berbentuk Elektronik (e-Faktur).


[6] Direktorat Jenderal Pajak. Juni 2014. Sosialisasi
Faktur Pajak Elektronik. Jakarta.

lima PKP yang telah ditunjuk untuk ambil bagian

[7] Hadi, Wiyoso. 2013. Napak Tilas Reformasi

dalam piloting project dan PKP lainnya yang akan

Sistem Administrasi PPN. 7 Februari 2013.


Halaman | 7

http://www.pajak.go.id/content/article/napaktilas-reformasi-sistem-administrasi-ppn (diakses
pada 22 November 2014)
[8] Sucipto. 2014. Menkeu Atur Pemberlakuan
Faktur Pajak Elektronik. Warta Ekonomi. 16
Januari

2014.

http://wartaekonomi.co.id/berita22904/menkeuatur-pemberlakuan-faktur-pajak-elektronik.html
(diakses 22 November 2014)
[9] http://id.wikipedia.org/wiki/Keamanan_kompute
r (diakses 22 November)
[10] http://www.pajak.go.id/content/news/ditjenpajak-luncurkan-e-faktur-pajak

(diakses

22

November 2014)

Halaman | 8

You might also like