You are on page 1of 8

Tujuan

Untuk mengidentifikasi cara melakukan penentuan kandungan siklamat pada minuman dengan
metode gravimetri

Mengidentifikasi adanya bahan tambahan pada praktikum ini (siklamat) dalam sampel (minuman)

Dasar teori
Siklamat adalah pemanis buatan yang cukup murah. Memiliki rasa manis 30-50 kali gula pasir,
dan jarang meninggalkan aftertaste pahit seperti halnya sakarin dan K-acesulfame (akan dibahas
di bagian kelima). Siklamat sering digunakan dalam kombinasi dengan pemanis buatan lainnya,
terutama

sakarin (dalam campuran

siklamat

sakarin

dalam perbandingan

10:1).

Dari segi strukturnya, siklamat merupakan garam kalsium atau natrium dari asam
sikloheksansulfamat. Siklamat dapat disintesis dengan reaksi sulfonasi terhadap sikloheksilamin,
baik oleh asam sulfamat maupun sulfurtrioksida. Siklamat tidak rusak jika mengalami
pemanasan.
Sejarah
Seperti pemanis buatan lainnya, siklamat sebagai pemanis ditemukan secara tidak sengaja.
Michael Sveda dari University of Illinois menemukan siklamat saat berusaha mensintesis obat
antipiretik, pada tahun 1937. Siklamat diperkenalkan secara luas pada tahun 1950. Penggunaan
siklamat pada awalnya hanya ditujukan untuk industri obat, yaitu untuk menutupi rasa pahit dari
zat aktif obat seperti antibiotik dan pentobarbital. Setelah dinyatakan aman pada tahun 1958,
siklamat semakin dikenal sebagai pemanis buatan yang rendah kalori. Karena itu siklamat, baik
dalam bentuk padat maupun cair, dianggap cocok untuk penderita diabetes melitus. Namun
keadaan ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1969, Amerika Serikat menarik peredaran siklamat
dari pasaran dan industri makanan secara total. Inggris juga menarik peredaran siklamat pada
tahun 1970. Laboratorium Abbott telah beberapa kali berusaha agar pelarangan peredaran
siklamat dicabut oleh US FDA (Food and Drug Administration), namun sampai sekarang tidak
berhasil. Saat ini, siklamat masih disetujui penggunaannya di lebih dari 50 negara, termasuk
Inggris.
Penggunaan Siklamat sekarang sudah jarang ditemukan dalam produk minuman. Siklamat dapat
ditemukan sebagai pemanis dalam Coca Cola Zero (hanya pada produk yang beredar di Jerman,
Austria, Yunani, Spanyol, Venezuela, Brazil, dan beberapa negara Eropa timur) dan Coca Cola
Light.
Keamanan Siklamat ditarik pada bulan Oktober 1969 karena keamanannya yang tidak jelas. Pada

tahun 1966 dilaporkan bahwa flora bakteri tertentu di usus mampu mendesulfonasi siklamat
kembali ke bentuk asalnya, yaitu sikloheksilamin. Sikloheksilamin dapat menyebabkan
keracunan kronik pada hewan. Selain itu, konsumsi campuran siklamat dan sakarin pada hewan
meningkatkan risiko kanker empedu. Pernah juga dilaporkan, siklamat dapat menyebabkan atrofi
testis

dan

gangguan

fungsi

vesikel

seminalis; namun bukti

nyatanya

tidak jelas.

Penggunaan sakarin dan siklamat sebagai zat pemanis makanan dari beberapa penelitian ternyata
dapat menimbulkan karsinogen. Dari hasil uji coba menunjukkan bahwa meningkatnya tumor
kandung kemih pada tikus melibatkan pemberian dosis kombinasi sakarin dan siklamat dengan
perbandingan 1: 9.
Siklamat yang memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan enak rasanya tanpa rasa pahit
walaupun tidak berbahaya dan digunakan secara luas dalam makanan dan minuman selama
bertahun-tahun, keamanannya mulai diragukan karena dilaporkan dari hasil penelitian pada tahun
1969 bahwa siklamat dapat menyebabkan timbulnya kankaer kandung kemih pada tikus yang
diberi ransum siklamat. Hasil metabolisme siklamat yaitu sikloheksilamina mempunyai sifat
karsinogenik. Tingkat peracunan siklamat melalui mulut pada tikus percobaan yaitu LD50 (50%
hewan percobaan mati) sebesar 12,0 g/kg berat badan. Penelitian lain menunjukkan bahwa
siklamat dapat menyebabkan atropi yaitu terjadinya pengecilan testicular dan kerusakan
kromosom.
Pada penelitian lainnya menunjukkan bahwa siklamat terbukti tidak bersifat karsinogen dan uji
mutagenisitas jangka pendek tidak membuahkan hasil yang konsisten. Hal ini menyebabkan
siklamat di beberapa negara diizinkan kembali penggunaannya, kecuali negara Amerika Serikat
tidak

mengizinkan

penggunaan

siklamat

sebagai

zat

tambahan

makanan.

Di Indonesia menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/1X/88 kadar


maksimum asam siklamat yang diperbolehkan dalam makanan berkalori rendah dan untuk
penderita diabetes melitus adalah 3 g/kg bahan makanan/minuman. Menurut WHO batas
konsumsi harian siklamat yang aman (ADI) adalah 11 mg/kg berat badan. Sedangkan pemakaian
sakarin menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 208/Menkes/Per/1V/85 tentang pemanis
buatan dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/1X/88 tentang bahan tambahan
pangan, menyatakan bahwa pada makanan atau minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah
dan untuk penderita penyakit diabetes melitus kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan
adalah

300

mg/kg.

rumus

kimia

Alat dan bahan :


Alat

Bahan

Erlemeyer

Sampel minuman

Corong

Bacl

Gelas ukur

Hcl pekat

Gelas kimia

NaNO2

Botol reagen

aquadest

Kertas saring

Batang pengaduk

Timbangan

Prosedur :
Gravimetri siklamat
siapkan alat dan bahan
buat reagen
masukan 10 ml Hcl
tambahkan ml BaCl2 10 %
kocok diamkan 30 menit
saring dan bilas dengan air
filtrat ditambahkan dengan 10 ml NaNO2 10 %
kocok
panaskan di waterbath selama 2 jam
aduk tiap interval waktu 30 menit
cuci dan keringkan dengan oven > 10 menit
dinginkan didesikator
timbang sampai konstan

Hasil pengamatan :
Cawan kosong : 72, 8351 gram
Cawan + isi : 1 76,1804 gram
2 76, 1811 gram
3 76, 1820 gram
Rata-rata : 76,1811 gram
Sampel : 10 ml

Rumus :
% siklamat =

x 100 %
x 100 %

= 33, 46 %
Pembahasan :
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh hasil bahwa sampel mengandung pemanis sintesis berupa
siklamat. Siklamat terdapat dalam bentuk kalsium dan natrium siklamat dengan tingkat kemanisan yang
dihasilkan kurang lebih 30 kali lebih manis dari pada gula pasir. Beberapa negara melarang penggunaan
siklamat karena diperkirakan mempunyai efek karsinogen, batas maksimum penggunaan siklamat adalah
500-3.000 mg/kg . siklamat merupakan bahan tambahan pemanis yang termasuk pemanis buatan,
siklamat digunakan dalam bentuk garam kalsium, kalium dan natrium siklamat. Sifat siklamat : sangat
mudah larut dalam air, dan tidak larut dalam alkohol, eter, benzene dan kloroform. Rasa manis siklamat
masih dapat dirasakan sampai pengenceran 1 : 10.000.
Zat pemanis sintesis siklamat merupakan jenis zat pemanis yang sebetulnya khusus ditujukan bagi
penderita diabetes atau konsumen dengan diet rendah kalori. Siklamat berbahaya karena hasil
metabolismenya, yaitu sikloheksamina bersifat karsinogenik sehingga eksresi lewat urin dapat
merangsang pertumbuhan tumor pada kandung kemih.
Untuk pemakaian siklamat diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 10/79/A/SK/74 tahun 1974
yang memperbolehkan kadar maksimum siklamat dalam makanan berkalori rendah dan untuk penderita

Diabetes Mellitus adalah 2,0 ppm dan untuk bahan minuman ( yang diizinkan ditambahkan pemanis )
kadar siklamat maksimum yang diperbolehkan hanya 0,06ppm.
Siklamat merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia dengan ADI
sebanyak 11,0 mg/kg berat badan.
Fungsi dari reagen-reagen yang ditambahkan atau direaksikan dalam uji analisis siklamat ini adalah :
1. Penambahan BaCl2 berfungsi untuk mengendapkan pengotor pengotor yang ada dalam larutan
2. Penambahan Hcl berfungsi untuk mengasamkan larutan. Larutan dibuat dalam keadaan asam agar
reaksi yang akan terjadi dapat lebih mudah bereaksi.
3. Penambahan NaNO2 berfungsi untuk memutuskan ikatan amina pada amina alifatis primer.

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa sampel minuman vitcool fruity drink mengandung
zat pemanis sintetis yaitu siklamat dengan kadar 33,46 % melebihi angka yang ditetapkan
seharusnya pada minuman yaitu 11,0 mg/kg berat badan.

DAFTAR PUSTAKA

Wisnu Cahyadi. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.Jakarta.


PT.Bumi Aksara.2008.

Penyebab Rasa Manis, http://forum.kompas.com/kesehatan/16742-lanjutan-waspadapenyebab-rasa-manis-makanan-minuman-kita (diakses 05 november 2014)

Peraturan Mentri Kesehatan nomor 33 tentang Bahan Tambahan Pangan

De Man, John M. 1997. Kimia Makanan : Edisi Kedua. ITB, Bandung.

Lu, Frank C. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ, Sasaran, dan Penilaian Resiko, Edisi
2. UI Press, Jakarta.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press, Jakarta.

Rismana, Eriawan. 2002. Beberapa Bahan Pemanis Alternatif yang Aman. 2006.

Sudarmadji, Slamet. 1982. Bahan-Bahan Pemanis. Agritech, Yogyakarta.

Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS KIMIA BAHAN MAKANAN
PENENTUAN SIKLAMAT PADA SAMPEL MINUMAN VITCOOL

Oleh :
Agus taupik 31111054
Ahmad fauzi 31111055
Tria fuji R 31111102

PRODI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2014

You might also like