Professional Documents
Culture Documents
Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk RS
Tanggal pemeriksaan :
Anamnesis
Alloanamnesis
Keluhan utama
Keluhan tambahan :
Riwayat penyakit sekarang :
Riwayat penyakit dahulu
Kesadaran
: Kompos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
: 103/90 mmHg
Nadi
: 91 x/menit
Respirasi
: 30 x/menit
Suhu
: 36,6 C
Status generalis
Kepala
Bentuk
Rambut
: Hitam, lurus
Mata
Hidung
Mulut
KGB
Trakea
Leher
Thoraks
Paru-Paru:
Inspeksi:
-
Palpasi:
-
Perkusi:
-
Auskultasi:
-
Wheezing -/-
Ronchi -/-
Jantung :
Inspeksi
-
Palpasi
-
Perkusi
-
Batas kanan
Batas kiri
Batas atas
Auskultasi:
-
Abdomen
Inspeksi:
-
Auskultasi:
-
Palpasi:
-
Perkusi:
-
Ekstremitas
-
Akral hangat
Tidak sianosis
Status lokalis
Regio
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi:
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan EKG
Diagnosis Kerja
Soft Tissue Tumor et Regio Temporal sinistra
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
Medikamentosa:
Operative:
Prognosis
Quo ad vitam
: Dubia ad malam
Quo ad functionam
: Dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Berdasarkan ATLS (2004), anatomi kepala antara lain:
1. Kulit Kepala (Scalp)
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai SCALP yaitu :
a. Skin atau kulit.
b. Connective Tissue atau jaringan penyambung.
c.
Lapisan Kranium
2. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Kalvaria
khususnya di bagian temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot
temporal. Basis kranii berbentuk tidak rata sehinga dapat melukai bagian dasar
otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak
dasar dibagi atas 3 fosa yaitu: fosa anterior, fosa media, dan fosa posterior.
Fosa anterior adalah tempat lobus frontalis, fosa media adalah tempat lobus
temporalis, dan fosa posterior adalah ruang bagian bawah batang otak dan
serebelum.
3. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan
yaitu: duramater, araknoid dan piamater.
Duramater adalah selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang
melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada
selaput araknoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang
subdural) yang terletak antara duramater dan araknoid, dimana sering
dijumpai perdarahan subdural.
Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan
otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging
Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus
sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus
sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan
hebat.
Arteri-arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari
kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat
menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan dapat menyebabkan
5. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh pleksus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral
melalui foramen monro menuju ventrikel III kemudian melalui aquaductus
sylvii menuju ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan
masuk ke dalam ruang subaraknoid yang berada di seluruh permukaan otak
dan medula spinalis. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui
vili araknoid.
Tekanan Intra kranial meningkat karena produksi cairan serebrospinal
melebihi jumlah yang diabsorpsi. Ini terjadi apabila terdapat produksi cairan
serebrospinal yang berlebihan, peningkatan hambatan aliran atau peningkatan
tekanan dari venous sinus. Mekanisme kompensasi yang terjadi adalah
transventricular absorption, dural absorption, nerve root sleeves absorption
dan unrepaired meningocoeles. Pelebaran ventrikel pertama biasanya terjadi
pada frontal dan temporal horns, seringkali asimetris, keadaan ini
menyebabkan elevasi dari corpus callosum, penegangan atau perforasi dari
septum pellucidum, penipisan dari cerebral mantle dan pelebaran ventrikel III
ke arah bawah hingga fossa pituitary (menyebabkan pituitary disfunction).
6. Tentorium
Tentorium serebelli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supra tentorial
(terdiri atas fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang
infratentorial (berisi fosa kranii posterior).
Mesensefalon (midbrain) menghubungkan hemisfer serebri dan batang otak
(pons dan medulla oblongata) berjalan melalui celah tentorium serebeli
disebut insisura tentorial. Nervus okulomotorius (N.VII) berjalan sepanjang
tentorium, bila tertekan oleh masa atau edema otak akan menimbulkan
herniasi. Serabut-serabut parasimpatik untuk kontraksi pupil mata berada pada
permukaan Nervus okulomotorius. Paralisis serabut ini disebabkan penekanan
mengakibatkan dilatasi pupil. Bila penekanan berlanjut menimbulkan deviasi
bola mata kelateral dan bawah.
Dilatasi pupil ipsilateral disertai hemiplegi kontralateral dikenal sindrom
klasik herniasi tentorium. Umumnya perdarahan intrakranial terdapat pada sisi
yang sama dengan sisi pupil yang berdilatasi meskipun tidak selalu.
SOFT TISSUE TUMOR
Pendahuluan
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi
dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.
Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma
misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.
Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker
terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga
sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya.
Kanker, karsinoma, atau sarkoma tumbuh menyusup (infiltratif) ke jaringan
sekitarnya sambil merusaknya (destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh,
dan umumnya fatal jika dibiarkan. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas
dan tidak menyusup, tidak merusak, tetapi membesar dan menekan jaringan
sekitarnya (ekspansif), dan umumnya tidak bermetastasis, misalnya lipoma.
besarnya
penyimpangan
dalam
pertumbuhan,
dan kemampuannya
10
11
Tumor jaringan lunak dapat terjadi diseluruh bagian tubuh mulai dari
ujung kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada
yang ganas.
Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma
jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS), yang berasal dari jaringan
mesenchym extraskeletal, terletak antara epidermis dan jaringan parenchym
organ. Tumor yang berasal dari sistem lymphoid dan jaringan spesifik organ tidak
termasuk Soft Tissue Tumor. STS terdiri dari berbagai jenis kelompok tumor.
12
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah
yaitu sebesar 46% dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di daerah paha. Di
anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan
sekitar 13%. 30% di tubuh bagian di bagian luar maupun dalam, seperti pada
dinding perut, dan juga pada jaringan lunak di dalam perut maupun dekat ginjal
atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar
9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.
Penyebaran atau metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh
darah ke paru-paru (paling sering), ke liver, tulang. Jarang menyebar melalui
kelenjar getah bening.
Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada
lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh
sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa
juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Kanker jaringan lunak umumnya pertumbuhannya relatif cepat membesar,
berkembang menjadi benjolan yang keras, bila digerakkan agak sukar bergerak
dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang.
Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan
perdarahan pada kulit diatasnya.
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis, adalah
dengan pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus
(FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi
dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya
besar.
Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh
tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh dokter patologi anatomi, dan dapat
diketahui apakah tumor jaringan lunak yang jinak atau ganas. Bila ganas, dapat
13
juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat
berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya tergantung pada
jenis tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila jinak, maka cukup hanya benjolannnya
saja yang diangkat dan tidak ada tindakan tambahan lainnya. Bila tumor jaringan
lunak hasilnya ganas atau kanker, maka pengobatannya bukan hanya tumornya
saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor
menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini.
Tindakan pengobatannya adalah berupa operasi eksisi luas.
Penggunaan radioterapi dan kemoterapi hanyalah sebagai pelengkap,
namun responsnya kurang begitu baik, kecuali untuk jenis kanker jaringan lunak
yang berasal dari otot yang disebut embrional rhabdomyosarcoma. Untuk kanker
yang ukurannya besar, setelah operasi, ditambah dengan radioterapi. Pada kanker
jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko kekambuhan
setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah
operasi biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya
kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa
metastasis di paru, liver atau tulang.
Berikut adalah salah satu contoh tumor jaringan lunak (Soft Tissue Tumor):
LIPOMA
1. Definisi
Lipoma merupakan tumor mesenkim jinak (benign mesenchymal tumors)
yang berasal dari jaringan lemak (adipocytes).
2. Variant Lipoma
a. Adenolipoma, variasi lipoma di payudara. Seringkali memiliki komponen
marked fibrotic. Biasanya dianggap sebagai hamartoma.
b. Angiolipoma mengandung banyak pembuluh darah kecil.
c. Lipoma jantung (cardiac lipomas) dapat mengapur mengikuti nekrosis
lemak.
2. Patofisiologi
14
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumors [STTs]) adalah
proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal
tubuh, tidak termasuk visera, selaput otak, dan sistem limforetikuler. Dapat
timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas
bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan
leher, dan 30% di badan dan retroperitoneum. Parameter-parameter yang
penting untuk menentukan penatalaksanaan klinisnya adalah:
a. Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.
b. Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (grading) yang akurat
(terutama di dasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju
pertumbuhan yang didasarkan pada mitosis dan perluasaan nekrosis.
c. Staging.
d. Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik.
3. Manifestasi Klinis
Lipoma seringkali tidak memberikan gejala (asymptomatic). Gejala yang
muncul tergantung dari lokasi, misalnya:
a. Pasien dengan lipoma kerongkongan (esophageal lipoma) dapat disertai
obstruction, nyeri saat menelan (dysphagia), regurgitation, muntah
(vomiting), dan reflux. Esophageal lipomas dapat berhubungan dengan
aspiration dan infeksi saluran pernapasan yang berturutan (consecutive
respiratory infections).
b. Lipoma di saluran napas utama (major airways) dapat menyebabkan gagal
napas (respiratory distress) yang berhubungan dengan gangguan bronkus
(bronchial obstruction). Pasien datang dengan lesi parenkim (parenchymal
lesions) atau endobronchial.
c. Lipoma juga sering terjadi pada payudara, namun tak sesering yang
diharapkan mengingat luasnya jaringan lemak.
d. Lipoma di usus (intestines), misalnya: duodenum, jejunum, colon dapat
menyebabkan nyeri perut (abdominal pain) dari obstruksi atau
intussusception,
atau
dapat
menjadi
jelas
melalui
perdarahan
(hemorrhage).
e. Lipoma jantung (cardiac lipomas) terutama berlokasi di subendocardial,
jarang intramural, dan normalnya tidak berkapsul (unencapsulated).
Terlihat sebagai suatu massa kuning di kamar/bilik jantung (cardiac
chamber).
15
16
yang kecil, tidak ada keuntungan yang dilaporkan karena tumor dapat
diekstraksi (extracted) melalui irisan kecil (small incisions).
DAFTAR PUSTAKA
17
18