Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Status Perkawinan
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Tgl masuk RS
No. Register
2. Penanggung Jawab
Nama
Umur
Pekerjaan
Alamat
3. Keluhan utama
: Tn. D
: 65 th
: Laki laki
: Islam
: Kawin
: Indonesia
: SMA
: Swasta
: 01 Januari 2012
: 15665
: Ny. F
: 56 th
: swasta
: Hibrida 10
:Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan
dan
Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap agar bisa cepat
sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) : tidak
2)
3)
4)
5)
6)
7)
menggunakan tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8)
Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual
katarak Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak
timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6)
Telinga
Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7)
Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih
sekret : tidak ada
8)
Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering
kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9)
Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10) Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11) Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13) Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan normal
Ekstremitas bawah : pergerakan normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14) Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus
Data
DS:
Etiologi
perdarahan intra
Masalah
Resio tinggi terhadap
okuler(dikoreksi
cidera
penglihatannya kabur,
dengan dilator
pupil)
mengatakan
kesulitan katarak
terdapat
gangguan
terhadap infeksi
-Hiperglikemia
DS:
gangguan
Gangguan sensori
penerimaan
persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur.
sensori/status organ
indra penglihatan
pupil)
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra penglihatan
3.3. Nursing Care Planning
No
1
Diagnosa
Resio tinggi
Tujuan
Setelah
Kriteria hasil
Intervensi
Menunjukkan Mandiri :
cidera
dilakukan
perubahan
1.
Diskusikan apa 1.
Rasional
Membantu
berhubunga
intervesi
perilaku, pola
megurangi rasa
n dengan
selama
hidup untuk
pasca dikoreksi
takut an
perdarahan
3x24 jam
menurunka
tentang nyeri,
meningkatkan kerja
intra okuler
diharapkan
faktor resiko
pembatasan
sama dalam
perdrahan
dan untuk
aktivitas,
pembatasan yang
intra okuler
melidungi
penampilan dan
diperlukan
cedera.
2.
balutan mata
2.
Batasi aktivitas
seperti megerakkan
pada area
pengikisan/menuru
kepala tiba-tiba,
nkan TIO
menggaruk mata,
3.
Menurunkan stres
membongkok
Dorong napas
dalam batuk untuk
bershan nafas
4.
berihan paru
Pertahankan
3.
Batuk
meningkatkan TIO
perlindungan mata
sesuai indikasi
4.
5.
Minta pasien
melindungi dari
untuk membedakan
antara
ketidakyamanan
Digunaknuntuk
cedera dan
menurunkan
gerakan mata
5. Ketidak amanan
tajam tiba-tiba,
mungkin karena
selidiki
prosedur
kegelisaan,disorien
pembedahan, nyeri
tasi, gangguan
akut menunjukkan
balutan
Kolaborasi:
1.
berikan obat
sesuai indikasi
antiemetik
penyebabnya.
contoh
proklorprazin
mual, muntah
dapat
meningkatkan TIO,
memerlukan
tindakan segera
asetazolamid(diom
ox)
untuk mencega
cedera okuler
diberikan untuk
menurun TIO bila
terjadi peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
analgesik
contoh empirin
dengam kodein,
asetaminofen(tynol
humor
digunakan
untuk ketidak
nyamanan ringan,
mencega gelisah
yang dapat
mempengaruhi TIO
Resiko
Setelah
tinggi
dilakukan
kan
terhadap
intervesi
penyembuha
pentingnya
infeksi
selama
n luka tepat
mencuci tangan
tangan, mencega
berhubunga
3x24 jam
sebelum menyentu
kontaminasi area
n dengan
diharapkan
bedah
factor
pengangkat
resiko
an katarak
infeksi
Meningkat
Mandiri
1.
waktu
- bebas
Diskusikan
1.
atau mengobati
drainase
2.
Menurunkan
operasi
Tehnik aseptic
purulen dan 2.
mata
Gunakan atau
eritema
tunjukan tehnik
penyebaran bakteri
dan kontaminasi
membersihkan
silang
dapat
diatasi
menurunkan resiko
3.
pentingnya untuk
tidak menyentuh
Mencegah
kontaminasi dan
kerusakan sisi
operasi
atau menggarut
mata yang di
4.
operasi
4.
Obserpasi tanda
Infeksi mata
terjadinya infeksi
contah kemerahan,
setelah prosedur
kelopak mata
dan memerlukan
bengkak, drainase
upaya intervensi
purulen.
yang tepat
Kolaborasi:
1.
Berikan obat
sesuai indikasi
antibiotik(topical,
sediakan topical
yang digunakan
perenteral, atau
sevara profilaksis,
subkunjungival)
Digunakan
steroid
untuk menurunkan
implamasi
Gangguan
Setelah
Dapat
Mandiri
sensori
dilakukan
meningkatka 1. Tentukann
persepsi(pe
intervesi
n ketajaman
ketajaman
individu dan
nglihatan)
selama
penglihatan
penglihatan, catat
pilihan intervensi
berhubunga
3x24 jam
batas situasi
apakah 1 atau 2
bervariasi sebab
1.
kebutuhan
n dengan
gangguan
penerimaan
diharapkan
gangguan
sensori
sensori/statu persepsi
s organ
dapat
indra
diatasi
individu
mata terlibat
kehilangan
penglihatan terjadi
Memperbaiki
lambat dan
potensi
progresif. Bila
bahaya dalam
lingkunga
dapat berlangjut
penglihatan
perprosedur.
memberikan
peningkatan
2.
Orientasikan
kenyamanan dan
pasien terhadap
kekeluargaan,
lingkungan,stap,
menurunkan cemas
dab disorientasi
nya
3.
pasca operasi
terbangun dan
lingkungan tak
dikenal dan
mengalami
tetbatasan
penglihatan dapat
mengakibatkan
bingung pada orang
tua. Menurunkan
resiko jatuh bila
pasien bingung atai
Memberikan
rangsangan sensori
tepat terhadap
4. Pendekatan dari
isolasi dan
menurunkan
dioperasi , bicara,
bingung
dan menyentuh
sering, dorong
orang terdekat
tinggal dengan
pasien
5.
Gangguan
penglihatan atau
penglihatan kabur
setelah diberikan
pengobatan tetapi
secara bertahap
menurunkan
dengan
penggunaan.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke
dokter tetapi jangan
hentikan
penggunaan obat
6.
Ingatkan pasien
sementara
menggunakan
6.
perubahan
kacamata
ketajaman dan
katarakyang
kedalaman persepsi
tujuannya
dapat menyebabkan
memperbesar
bingung
penglihatan atau
penglihatan perifer
meningkatkan
resiko cedera
sampai pasien
belajar untuk
mengkompensasi.
2.
Implementasi
Jam 08.00 wib
Evaluasi
Jam 12.00 wib
Mandiri :
S: klien meengatakan
Mendiskusikan apa
yang terjadi pada pasca
sudah berkurang.
pembatasan aktivitas,
pasca dikoreksi,tetapi
mata
Membatasi aktivitas
dibatasi,seperti terlalu
seperti megerakkan
kepala tiba-tiba,
menggaruk mata,
3.
membongkok
Mendorong napas
dalam batuk untuk
banyak menggerkkan
kapala dan menggaruk
mata
A: Masalah teratasi
sebagian,aktivitas klien
masih dibatasi untuk
4.
paru
Mempertahankan
dikoreksi
P: Intervensi dilanjutkan
Memberikan obat
ketidakyamanan dan
sesuai indikasi
antiemetik contoh
proklorprazin
asetazolamid(diomox)
2.
membedakan antara
tiba, selidiki
kegelisaan,disorientasi,
gangguan balutan
Jam 12.00wib
infeksi berhubungan
Mandiri
S: Klien mengatakan
dengan bedah
pengangkatan katarak
1.
Mendiskusikan
pentingnya mencuci
tangan sebelum
pasca operasi
menyentu atau
pengangkatan katarak
mengobati mata
2. Menggunakan atau
tunjukan tehnik yang
tepat untuk
O: klien dapat
beristirahat dengan
tenang dan lebih rilek
3.
tanda-tanda terjadinya
sebagian,tidak terjadi
menggunakan
Menekankan
pasca operasi.
P: Intervensi dilanjutkan
1.
menyentuh atau
menggarut mata yang di
operasi
4. Mengobserpasi tanda
2.
terjadinya infeksi contah
kemerahan, kelopak
mata bengkak, drainase
purulen.
Kolaborasi:
1.
Memberikan obat
sesuai indikasi
antibiotik(topical,
Tekankan pentingnya
untuk tidak menyentuh
atau menggarut mata
yang di operasi
obserpasi tanda
terjadinya infeksi contah
kemerahan, kelopak
mata bengkak, drainase
purulen
perenteral, atau
3.
Gangguan sensori
subkunjungival)
Steroid
Jam 08.00 wib
persepsi(penglihatan)
berhubungan dengan 1.
Mandiri
Menentukann
gangguan penerimaan
ketajaman penglihatan,
sensori/status organ
indra penglihatan
mata terlibat
2.
3.
Mengorientasikan
pasien terhadap
lingkungan,stap, orang
melihat benda-benda
disekitarnya
5.
pasien
Memperhatikan
tentang suram atau
penglihatan kabur dan
6.
katarak
iritasi mata
Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang
lebih
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata, seperti melihat air terjun.
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan
dan susah melihat Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya
klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan di malam hari.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau
putih.
4.2 Saran