Professional Documents
Culture Documents
Judul
: Pengantar Filsafat
Karangan
: Drs.H. Burhanuddin salam
Tahun terbit : 2005
Penerbit
: Bumi Aksara
Halaman
: Halaman 38-41
Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah adalah pandangan seseorang terhadap cara berfikir yang
sesuai dengan metode ilmiah, sehingga timbulah kecenderungan untuk menerima
atau menolak terhadap cara berfikir yang sesuai dengan keilmuan tersebut.
Seorang ilmuan jelas harus memiliki sikap yang positif atau kecenderungan untuk
menerima cara berfikir yang sesuai dengan metode keilmuan yang
dimanifestasikan didalam kognisinya,emosi,atau perasaannya serta di dalam
perilakunya.
Ada beberapa sikap ilmiah yang perlu dimiliki oleh seorang ilmuan seperti
yang dikemukakan oleh Prof. Drs Harsojo sebagai berikut:
1. Objektivitas
2. Sikap relatif
3. Sikap skeptif
4. Kesabaran intelektual
5. Kesederhanaan
6. Sikap tidak memihak secara etik
Pengertian dari keenam sikap ilmiah tersebut adalah:
1. Objektivitas
Seorang ilmuan harus memiliki sikap objektif artinya bahwa ia
harus berfikir sesuai dengan objeknya melalui peristiwa atau bendabenda yang memang dipelajari dan diselidiki. Seorang ilmuan berfikir
objektif akan menjauhkan penilaian yang subjektif yang dipengaruhi nilai
nilai kedirian,keinginan,harapan,serta dorongan pribadinya.
Begitu pula dengan kesimpulan dari hasil penelitian akan bersifat
obyektif apabila hasil penelitian tersebut tidak dipengaruhi oleh:
pandangan hidup,ras,agama,kebudayaan, dan faktor faktor politik.
Sikap obyektif dalam ilmu sosial akan lebih sulit dibandingkan
ilmu kealaman. Ilmu-ilmu sosial yang menjadi lapangan penelitiannya
adalah manusia yang menyangkut obyek-obyek,peristiwa-peristiwa,serta
masalah-masalah sosial lainnya yang banyak menyangkut masalah
pribadi,masalah status,masalah kelangsungan hidup,keselamatan hidup
pribadi, dan lain sebagainya. Karena itu penguasaan emosi merupakan
faktor utama dalam penelitian ilmu ilmu sosial.
Contoh: pada saat suatu ilmuan sedang mencari suatu sifat larutan asam
atau basa,pada kehidupan sehari hari mereka mulai mengidentifikasi
suatu bahan makanan (cuka,deterjen,jeruk,dll) dan ilmuan tersebut
akhirnya dapat menyimpulkan suatu bahan itu bersifat asam atau basa
1
tanpa dipengaruhi oleh apapun dan oleh siapapun karena sudah ditinjau
dari objek yang telah diamati.
2. Sikap Relatif
Lawan dari relatif adalah mutlak dan abadi. Sikap relatif adalah
suatu keharusan dalam ilmu, karena ilmu hanya berhubungan dengan
dunia fenomena yang penuh dengan perubahan selalu mengalami
perkembangan. Ilmu tidak mencoba mencari sesuatu yang mutlak. Yang
mutlak bukan lapangan ilmu itu dipelajari pada filsafat yang pada akhirnya
akan bermuara kepada agama. Hal ini tidak berarti bahwa ilmu harus
dipisahkan dari filsafat apalagi dari agama.
Dalam ilmu tidak mengenal kemutlakan artinya ilmu yang
dihasilkan oleh ilmu sekarang,dapat digugurkan oleh hasil penemuan
penemuan barunya. Apalagi dalam ilmu ilmu sosial sangat rawan kalau
sampai pada pengertian mutlak. Suatu penemuan dapat diterapkan di Jawa
barat tapi belum tentu dapat diterapkan di Sulawesi, apalagi diluar
indonesia.
Contoh: pada saat mempelajari tentang teori atom,dulunya atom
ditemukan oleh Dalton yang awalnya digambarkan sebagai bola
pejal,kemudian berkembang lagi dengan penemuan Thomson Dan
Ruterford dan hingga sekarang adalah penemuan atom Bohr dan pada
akhirnya berkembang teori atom modern. Disini dapat dilihat suatu teori
atom yang berbeda antara ilmuan yang satu dengan yang lain,sehingga
seorang ilmuan itu harus memilik sikap ketidak mutlakan pada hasil
penemuan karena semua yang telah ditemukan belum tentu bisa diterapkan
pada penemuan yang lain dan tidak dapat dipadukan antara yang satu
dengan yang lain.
3. Sikap Skeptis
Artinya memiliki pandangan yang ragu-ragu terhadap suatu ide.
Menurut Rene Descartes keraguan itu tidak hanya pada masalah-masalah
yang belum cukup kuat dasar pembuktiannya bahkan kepada ide atau
yang telah kita milikipun harus ragu-ragu. Maka karena itu ilmuwan
berhubungan dengan sikap skeptif ini,dia harus hati-hati dan teliti dalam
mengambil keputusan akhir dalam memberikan pernyataan dan penilaian
ilmiah.
Dengan keraguan ini seorang ilmuan akan lebih bersikap kritis
terhadap sesuatu atau peristiwa,tidak mudah untuk mengikatkan dalam
suatu paham atau politik tertentu.
Contoh: seorang ilmuan harus memiliki sikap ini,seperti halnya ada
pernyataan bahwa indikator alam itu bermacam-macam seperti bunga
sepatu dan kunyit,maka dari itu perlu diragukan terlebih dahulu sebelum
melakukkan pengujian terhadap bahan alam tersebut dapat digunakan
sebagai indikator atau tidak.
4. Kesabaran Intelektual
Suatu penelitian ilmiah memerlukan kesabaran untuk
mengumumkan hasilnya tidak tergesa-gesa. Bekerja dalam ilmu harus
2
sistematis,teliti dan tekun. Hal ini jangan ada suatu kesimpulan yang
kontroversi.
Contoh: para ahli lemari es dengan hasil eksperimennya yang begitu lama
dan teliti menghasilkan tabung yang berisi freon,yang menurut sifatnya
refrigeran freon yang ada di pasaran (dalam lemari es) tidak beracun,tidak
korosif,tidak iritasi,tidak terbakar dalam semua keadaan penggunaan
(laporan laboratorium teknik kondisi lingkungan hidup ITB). Namun kita
dikejutkan dengan suatu laporan ilmiah juga (karena hasil penelitian
Laboratorium) bahwa suatu ledakan yang dapat menghancurkan 5
bangunan rumah dan menewaskan enam manusia berasal dari tabung
freon lemari es yang terbakar,apakah ini suatu penelitian yang tidak
seksama atau keputusan yang dipengaruhi emosi-emosi perlu kita uji
kembali.
Nah peristiwa diatas harus kita kembalikan bahwa tidak ada yang
mutlak dalam ilmu,jadi relatif ilmuan harus terbuka untuk mengadakan
penelitian kembali apakah betul freon bisa meledak atau tidak. Dan
disinilah diperlukan kesabaran intelektual.
5. Kesederhanaan
Kesederhanaan merupakan sikap ilmiah artinya sederhana dalam
cara berfikir,dalam cara menyatakan, dan dalam cara membuktikan.
Bahasa yang digunakan harus jernih,jelas dan terang,serta tidak
menggambarkan emosional peneliti yang sehingga tidak mengaburkan
hasil penelitiannya sendiri.
Contoh: dalam menjelaskan suatu penemuan harus dengan cara berfikir
yang sederhana,tidak melebar luas pada ranah yang tidak harus
dijelaskan,seperti halnya ditemukannya faktor pemicu laju reaksi ada luas
permukaan,katalis,suhu dan juga tekanan maka penjelasan dari masingmasing faktor tersebut harus tepat,seerhana, dan mudah dimengerti oleh
khalayak.
6. Tidak Memihak Kepada Etik
Telah dikemukakan bahwa etika berbeda dengan psikologi,
antropologi dan dan sosiologi. Bahwa ilmu tidak mengadakan penilaian
tentang baik dan buruknya sesuatu yang diteliti. Ilmu hanya mengajukan
diskripsi benar atau salah secara relatif. Namun pada akhirnya kalau
sampai kepada penggunaan hasil ilmu tadi tetapakan berhubungan dengan
etika tertentu.
Contoh: seorang ahli nuklir,suatu membuat bom nuklir tidak dipengaruhi
oleh nilai etika tertentu,semata-mata dibina oleh kaidah- kaidah teknik
akademis. Dalam hal ini dibina oleh pengetahuan teknis dalam ilmu fisika.
Dia tidak akan berhasil membuat bom atom seandainya dia
memperhitungkan nilai-nilai politik, religi, perhitungan psikologi,
sosiologi, dsb. Namun pada akhirnya kalau ditanyakan bagaimana
penggunaan bom atom itu,dia diharuskan mengambil sikap yang
mengandung penilaian etik atau religi. Harjoso (2005:38-40) dalam
salam
Literatur Buku 2
Judul
: Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia
Pengarang
: Drs. Surajiyo
Tahun terbit : cetakan kelima,2010
Penerbit
: Bumi Aksara
Halaman
: 152
3,75 gram asetat anhidrida. Dia yakin bahwa asam sulfat dapat
mempercepat pembentukan aspirin.
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuan harus selalu tidak puas
terhadap penelitian yang telah dilakukan sehingga selalu ada dorongan
untuk riset dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
Contoh: Dalam melakukan titrasi penetralan yaitu menentukan kadar
CH3COOH dalam cuka pasar.Kita telah berhasil melakukan titrasi tersebut
dan memperoleh kadar CH3COOH dalam cuka pasar sekitar 2,03
%.Namun setelah membaca kadar asam cuka dalam kemasan tertera 25%.
Kemudian dia belum puas terhadap percobaan pertama,kemudian dia ingin
melakukan percobaan lagi.
6. Seorang ilmuan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu
berkehendak untuk mengembangkan ilmu,untuk kemajuan ilmu dan untuk
kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan
negara.
Contoh : Ilmuwan Dalton menyatakan tentang model atom bahwa materi
terdiri dari atom yang tak dapat dibagi. Kemudian Thomson berpendapat
tentang model atom bahwa atom merupakan bola pejal yang bermuatan
positif dan di dalamnya tersebar muatan negatif electron. Di situ terlihat
sikap Thomson yang ingin menyempurnakan dan mengembangkan teori
model atom dari Dalton.
Norma- norma umum bagi etika keilmuan yang dipaparkan secara
normatif berlaku bagi semua ilmuan. Hal ini pada dasarnya seorang ilmuan tidak
boleh terpengaruh oleh sistem budaya,politik,budaya,atau apa saja yang dapat
menyimpang pada tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang dimaksud adalah objektifitas
yang berlaku secara universal dan komunal.
Disamping sikap ilmiah berlalu secara umum tersebut,pada kenyataannya
masih ada etika keilmuan yang secara spesifik berlaku ada kelompok ilmuan
tertentu. Misalnya etika kedokteran,bisnis,etia politisi,etika provesi lainnya yang
secara normatif berlaku dan dipatuhi oleh kelompoknya itu. Tata asas dan
kepatuhan terhadap norma etis yang berlaku pada ilmuan diharapkan akan
mehilangkan kegelisahan serta ketakutan manusia terhadap perkembangan ilmu
dan teknologi. Bahkan diharapkan manusia akan percaya pada ilmu yang
membawanya pada suatu keadaan dan membahagiakan dirinya sebagai manusia.
Hal ini sudah tentu jika pada diri ilmuan tidak ada yang lain kecuali pencapaian
obyektifitas dan demi kemajuan ilmu untuk kemanusiaan.
Yang perlu diperhatikan oleh para ilmuan khususnya di Indonesia adalah
sebagaimana tertuang dalam ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang
6
Literatur Buku 3
Judul
: Pengantar Filsafat Ilmu Bagi Pendidik
Pengarang
: Prof.Dr.Anna Poedjiadi
Tahun terbit : 2001
Penerbit
: Yayasan Cendrawasih
Halaman
: 41
Sikap Ilmuan
Dalam melakukkan kegiatannya
baik dalam penelitian atau
pengembangan konsep hukum dan teori dalam disiplin ilmunya,seorang ilmuan
dituntut untuk memiliki sikap sikap tertentu. Beberapa sikap yang diuraikan
berikut ini,tidak hanya spesifik untuk ilmuan karena sifatnya yang memasuki
daerah etika dan moral misalnya kejujuran dan sikap menghargai pendapat orang
lain. Sikap tersebut akan dibahas singkat seperti dibawah ini :
1. Berfikir kritis
Dahulu berikir kritis diperguruan tinggi hanya diperlukan dalam
kegiatan menstransmisi informasi sejalan dengan adanya perkembangan
ilmu dan teknologi. Pada waktu itu berfikir kritis dikatakan sangat erat
kaitannya dengan disiplin logika. Artinya logika telah menjadi bagian
terpenting dari berikir kritis. Hal ini tampak dari kurikulum pendidikan
profesi yang selalu mencantumkan logika sebagai salah satu mata kuliah
yang penting. Bahkan para mahasiswa calon ilmuan yang mengalami
kesulitan dalam menunjukkan kemampuan berfikir kritis dianjurkan untuk
mengikuti perkuliahan logika sebagai tindakan remidial.
10
SIKAP ILMIAH
Sikap ilmiah adalah suatu sikap atau pandangan yang harus dimiliki oleh
seorang ilmuan dalam melakukkan penelitian untuk mencapai pengetahuan ilmiah
yang bersifat objektif sehingga dapat mengembangkan ilmu.
Berdasarkan sumber diatas,maka sikap ilmiah menurut pendapat kelompok
kami adalah sebagai berikut:
1. Objektivitas yaitu sikap dimana seorang ilmuan harus memiliki sikap ini yang
mengarah pada objek dan peristiwa yang nyata dalam melakukkan
eksperimennya
2. Memiliki pemikiran yang relatif berarti bahwa ilmu itu tidak bersifat mutlak
yang penelitiannya juga tidak permanen atau mutlak,suatu saat dapat
ditemukan penemuan baru untuk pengembangan ilmu yang ditemukannya
3. Memiliki sikap sekeptis terhadap penelitian yang dilakukkan,hal ini menuntut
ilmuan memiliki keragu-raguan terhadap yang dilihat dan hal yang akan
diteliti karena hal ini akan memicu kreatifitas dalam melakukkan penelitian.
4. Memiliki sifat tekun dan teliti,sifat ini deperlukan karena ketelitian dan
ketekunan dalam melakukan sebuah eksperimen itu perlu karna jika tidak
memiliki sifat ini penelitian itu sulit membuahkan hasil
5. Memiliki sifat jujur dan tanggung jawab,artinya ilmuan dituntut untuk
mempertanggungjawabkan hasil dari yang diperoleh baik itu gagal atau
berhasil tanpa ada unsur pembohongan.
6. Memiliki sikap etis yaitu memiliki akhlak yang baik untuk mengembangkan
ilmu dan penemuannya dengan baik sehingga apa yang diperoleh itu
bermanfaat untuk perkembangan ilmu
7. Memiliki sifat selektif dimana ilmuan dituntut agar selalu menyeleksi apa
yang dia lihat dan apa yang sedang terjadi sehingga seorang ilmuan kritis
dalam menanggapi segala hal yang terjadi.
11