You are on page 1of 15

I.

Judul Percobaan

: Aldehid dan Keton

II. Hari/Tanggal Percobaan

: Jumat, 22 November 2013

III. Selesai Percobaan

: Jumat, 22 November 2013

IV. Tujuan Percobaan


1. Memahami azas-azas reaksi dari senyawa karbonil
2. Memahami perbedaan reaksi antara aldehid dan keton
3. Memahami jenis pengujian kimia sederhana yang dapat membedakan
aldehid dan keton
V. Dasar Teori
Aldehid dan Keton
Aldehid dan keton merupakan dua senyawa organik yang mengandung
gugus karbonil. Suatu keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang terikat
pada karbon karbonil. Sedangkan aldehida mempunyai sekurangnya satu
atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonil. Gugus lain dalam suatu
aldehida (R dalam rumus dibawah ini) dapat berupa alkil,aril, atau H.

Gambar 1. Aldehid

Gambar 2. Keton

Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas yang membedakannya.


Umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum. Aldehid dan
keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar.
Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan aseton yang
bersifat larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat netral,
suku-suku dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak, tetapi
yang mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga dan
di dalam industri wangi-wangian.
Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer,
reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan
untuk pembuatan aldehida aromatik. Sedangkan untuk pembuatan keton ynag
paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator
dapat dipakai.

Sifat fisis dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom
karbon Sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan
sigma dan sebuah ikatan pi. Ikatanikatan sigma gugus karbonil terletak
dalam suatu bidang dengan sudut ikatan kira-kira 120oC di sekitar karbon
Sp2. Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah
bidang ikatan-ikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan
elektron-elektron dalam ikatan sigma dan terutama elektron-elektron dalam
ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus
karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Semua sifat-sifat
struktural ini kedataran, ikatan pi, polaritas dan adanya elektron menyendiri,
mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil.
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul,
karena tidak ada gugus hidroksil dan dengan demikian titik didihnya menjadi
lebih rendah dari alkohol padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik
melalui interaksi antara polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih
tinggi dibanding alkana padanannya.
Aldehid dan keton keduanya mempunyai gugus fungsi yang sama, yakni
gugus karbonil (C = O), oleh karena itu keduanya menjalankan reaksi yang
sama. Biasanya, aldehid bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu
reagen yang sama. Ini disebabkan karena atom karbon karbonil pada aldehida
kurang terlindungi dibandingkan dengan atom karbon karbonil pada keton.
Ada beberapa pengujian yang bisa digunakan untuk membedakan aldehid
dan keton, diantaranya:
1. Uji Tollens
Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada
umumnya aldehid lebih reaktif dibanding keton. Uji Tollens merupakan
salah satu uji yang digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan
senyawa keton berdasarkan sifat kemudahannya mengalami oksidasi.
Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding keton.
Aldehid sangat mudah menjalani oksidasi menghasilkan asam
karboksilat yang mengandung jumlah atom karbon yang sama. Hampir
setiap reagensia yang mengoksidasi alkohol juga dapat mengoksidasi

suatu aldehid. Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan


dalam uji ini, adalah larutan basa dari perak nitrat. Larutannya jernih dan
tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagi oksida
pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia.
Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion perak. Persamaan
reaksinya :

Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan


campuran dari AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi
tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilakan endapan
perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akan
menjadi cermin perak. Oleh karena itu, pereaksi Tollens sering juga
disebut pereaksi cermin perak. Aldehid dioksidasi menjadi anion
karboksilat, ion Ag+ dalam pereaksi Tollens direduksi menjadi logam Ag.
Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding
dalam tabung reaksi. Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu mengubah
ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O.
Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton
tidak dapat dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens, karena
keton tidak mempunyai atom hidrogen yang menempel pada atom karbon
karbonil, dan pada saat oksidasi terjadi pemutusan ikatan karbon-karbon
menghasilkan dua asam karboksilat masing-msaing mengandung atom
karbon yang jumlahnya lebih sedikit daripada keton semula(keton siklik
menghasilkan suatu asam dikarboksilat yang mengandung atom karbon
yang sama banyaknya sebagai akibat putusnya ikatan karbon). Keton
hanya dapat dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih keras
dibandingkan dengan aldehid.
2. Uji Fehling dan Benedict
Pada umumnya senyawa keton tak mudah dioksidasi dan aldehid
mudah untuk dioksidasi. Aldehid dapat bereaksi atau memberikan uji
positif terhadap penambahan larutan fehling A dan B dimana
dihasilkannya endapan merah bata Cu2O setelah dilakukan pemanasan.

Keton sukar teroksidasi oleh larutan Fehling karena senyawa keton tidak
mempunyai atom H yang menempel pada atom karbon karbonil.
Jadi senyawa keton tidak memberikan tes yang positif terhadap larutan
fehling. Uji Fehling dan Benedict ini bertujuan untuk membedakan
senyawa yang merupakan senyawa aldehid dan senyawa keton. Larutan
Fehling merupakan Reagen fehling merupakan campuran dari larutan
CuSO4 dan larutan alkali dari garam tartrat. Campuran ini berwarna
biru yang mengandung kompleks ion Cu2+ dalam suasana alkalis.
Pengompleksan ion tembaga (II) dengan ion tartrat dapat mencegah
terjadinya

endapan

tembaga

(II)

hidroksida.

Larutan

Benedict

mengandung ion-ion tembaga (II) yang membentuk kompleks dengan


ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat. Pengompleksan ion-ion
tembaga (II) dapat mencegah terbentuknya sebuah endapan yaitu
endapan tembaga (II) karbonat yang berwarna merah bata.
Aldehid mereduksi ion tembaga (II) menjadi tembaga (I) oksida.
Karena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi
menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai. Persamaan
setengah-reaksi untuk larutan Fehling dan larutan Benedict bisa
dituliskan sebagai:
2 Cu2+(dalam kompleks) + 2 OH- +2e- Cu2O + H2O
Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi
untuk oksidasi aldehid pada kondisi basa yakni

akan menghasilkan persamaan lengkap:


RCOH + 2 Cu2+(dalam kompleks) + 5 OHRCOO- + Cu2O +
H2 O
3. Adisi Bisulfit
Natrium hidrogen sulfit biasa juga dikenal sebagai natrium bisulfit.
Reaksi ini hanya berlangsung dengan baik untuk aldehid. Untuk keton,
salah satu gugus hidrokarbon yang terikat pada gugus karbonil harus
berupa gugus metil. Aldehid atau keton dikocok dengan sebuah larutan
jenuh dari natrium hidrogen sulfit dalam air. Jika produk telah terbentuk,

produk tersebut akan terpisah sebagai kristal putih. Untuk etanol,


persamaan reaksinya adalah:

dan untuk propanon, persamaan reaksinya adalah:

Senyawa-senyawa yang dihasilkan ini jarang diberi nama secara


sistematis, dan biasanya dikenal sebagai senyawa adisi "hidrogensulfit
(atau bisulfit)". Reaksi adisi natrium hidrogen sulfit pada aldehid dan
keton biasanya digunakan dalam pemurnian aldehid dan keton dimana
reaksi ini berlangsung baik. Senyawa adisi yang dihasilkan bisa diurai
dengan mudah untuk menghasilkan kembali aldehid atau keton dengan
memperlakukannya dengan asam encer atau basa encer.
4. Pengujian Fenilhidrasin
Reaksi aldehid dan keton dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin (pereaksi
Brady) adalah sebuah reaksi uji untuk ikatan rangkap C=O. 2,4dinitrofenilhidrazin sering disingkat menjadi 2,4-DNP atau 2,4-DNPH.
Larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin dalam sebuah campuran metanol dan asam
sulfat dikenal sebagai pereaksi Brady. Walaupun namanya kedengaran
rumit, dan strukturnya terlihat agak kompleks, namun sebenarnya sangat
mudah untuk dibuat. Pertama-tama gambarkan rumus molekul dari
hidrazin, yaitu sebagai berikut:

Pada fenilhidrazin, salah satu atom hidrogen dalam hidrazin


digantikan oleh sebuah gugus fenil, C6H5. Ini didasarkan pada sebuah
cincin benzena.

Pada 2,4-dinitrofenilhidrazin, ada dua gugus nitro, NO2, yang terikat


pada gugus fenil di posisi karbon 2 dan 4. Sudut yang padanya terikat
nitrogen dianggap sebagai atom karbon nomor 1, dan perhitungan
dilakukan searah arah jarum jam.

Rincian reaksi antara aldehid atau keton dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin


sedikit bervariasi tergantung pada sifat-sifat aldehid atau keton yang terlibat,
dan pelarut yang didalamnya dilarutkan 2,4-dinitrofenilhidrazin. Masukkan
beberapa tetes aldehid atau keton, atau bisa juga larutan aldehid atau keton
dalam metanol, ke dalam pereaksi Brady. Terbentuknya endapan kuning
atau oranye terang mengindikasikan adanya ikatan rangkap C=O dalam
sebuah aldehid atau keton. Reaksi uji ini adalah yang paling sederhana
untuk sebuah aldehid atau keton.
Reaksi keseluruhan dituliskan dengan persamaan berikut:

Reaksi adisi-eliminasi aldehid dan keton memiliki dua kegunaan dalam


pengujian aldehid dan keton.

Pertama, reaksi ini bisa digunakan untuk menguji keberadaan ikatan


rangkap C=O. Ikatan rangkap C=O dalam sebuah aldehid atau keton hanya
memiliki endapan berwarna oranye atau kuning.

Kedua, reaksi ini bisa digunakan untuk membantu mengidentifikasi aldehid


atau keton tertentu.
Endapan disaring dan dicuci dengan, misalnya, metanol dan selanjutnya
direkristalisasi dari sebuah pelarut yang cocok, dimana pelarut ini bisa
bereda-beda tergantung pada sifat aldehid dan keton. Sebagai contoh, kita
bisa merekristalisasi produk-produk aldehid dan keton kecil dari sebuah
campuran etanol dan air.
Kristal-kristal yang terbentuk dilarutkan dalam pelarut panas dengan
jumlah yang minimum. Jika larutan telah dingin, kristal-kristal diendapkan
ulang dan bisa disaring, dicuci dengan sedikit pelarut dan dikeringkan.
Kristal-kristal ini akan menjadi murni.
Jika diketahui titik lebur kristal-kristal, maka bisa membandingkannya
dengan tabel-tabel titik lebur 2,4-dinitrofenilhidrazon dari semua aldehid
dan keton umum untuk mencari aldehid atau keton mana yang diperoleh.
Ada dua campuran reagen yang cukup berbeda yang bisa digunakan
untuk melakukan reaksi ini. Walaupun sebenarnya kedua reagen ini
sebanding secara kimiawi.

a. Penggunaan larutan iodin hidroksida dan natrium hidroksida


Larutan iodin dimasukkan ke dalam sedikit aldehid atau keton, diikuti
dengan larutan natrium hidroksida secukupnya untuk menghilangkan warna
iodin. Jika tidak ada yang terjadi pada suhu biasa, mungkin diperlukan
untuk memanaskan campuran dengan sangat perlahan. Hasil positif
ditunjukkan oleh adanya endapan kuning pucat-pasi dari triiodometana
(yang dulunya disebut iodoform) CHI3. Selain dapat dikenali dari
warnanya, triiodometana juga dapat dikenali dari aromanya yang mirip
aroma "obat". Senyawa ini digunakan sebagai sebuah antiseptik pada
berbagai plaster tempel, misalnya untuk luka-luka kecil.

b. Penggunaan larutan kalium iodida dan natrium klorat(I)


Natrium klorat(I) juga dikenal sebagai natrium hipoklorit. Larutan kalium
iodida ditambahkan ke dalam sedikit aldehid atau keton, diikuti dengan
larutan natrium klorat(I). Lagi-lagi, jika tidak ada endapan yang terbentuk
pada suhu biasa, maka campuran mungkin perlu dipanaskan dengan sangat
perlahan. Hasil positif ditunjukkan oleh endapan kuning pucat yang sama
seperti sebelumnya.
Reaksi Haloform
Uji iodoform ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuanaldehid dan
keton untukdiionisasi. Syarat suatu senyawa untuk diionisasiatau menunjukkan
uji positif terhadap uji iodoformadalah ditandai denganterbentuknya warna atau
endapan kuning.Atom hidrogen yang terikat padaatom karbon untuk aldehid
danketon dapat diganti oleh unsur halogen dalam larutan basa. Reaksiinidapat
berjalan dengan cepat karena adanya pengaruh tarikan elektron padaunsur
halogen,sehingga atom hidrogen pada atom karbon menjadi lebih bersifat asam
yang menyebabkan atomhidrogen mudah diganti oleh unsur lain, seperti
halogen.Umumnya reaksi ini digunakan untukmenunjukkan adanya metilketon
(RCOCH2). Senyawa ini bila direaksikan dengan iodium.
Hasil reaksi yang ditunjukkan triiodometana (iodoform). Hasil positif
berupa endapan kuning pucat dari triiodometana (iodoform) dihasilkan oleh
sebuah aldehid atau keton yang mengandung penggugusan berikut:

"R" bisa berupa sebuah atom hidrogen atau sebuah gugus hidrokarbon
(misalnya, sebuah gugus alkil). Jika "R" adalah hidrogen, maka diperoleh
aldehid etanal, CH3CHO.

Etanal merupakan satu-satunya aldehid yang dapat menghasilkan reaksi


triiodometana.

Jika "R" adalah sebuah gugus hidrokarbon, maka diperoleh keton. Banyak
keton dapat menghasilkan reaksi ini, tetapi semua keton tersebut memiliki
sebuah gugus metil pada salah satu sisi ikatan rangkap C=O. Keton-keton
ini dikenal sebagai metil keton.

Persamaan reaksi triiodometana (iodoform)


Untuk pembahasan ini, diasumsikan bahwa pereaksi yang kita
gunakan adalah larutan iodin dan natrium hidroksida. Tahap pertama
melibatkan substitusi ketiga atom hidrogen dalam gugus metil dengan atomatom iodin. Keberadaan ion-ion hidroksida cukup penting untuk
berlangsungnya reaksi ion-ion ini terlibat dalam mekanisme reaksi.

Pada tahap kedua, ikatan antara C I3 dan ikatan lainnya pada molekul
terputus menghasilkan triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah
asam.

Jika semua persamaan ini digabungkan, persamaan lengkap diperoleh


sebagai berikut:

Kondensasi Aldol
Anion enolat ialah suatu nukleofil, maka ia dapat ditambah kepada gugus
karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang baru,
sehingga sangat berguna di dalam sintesa. Bila aldehida direaksikan dengan
larutan basa yang encer, ia akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol,
yang bila dipanaskan akan menyingkirkan air menghasilkan aldehida tak jenuh,
yakni krotonaldehida.
O

O
OH-

H3C

H2C

OO

H3C
H3C

+ H2C

C
H2

H2
C

CH

+ H+
+ H-

OH
H3C

C
H

O
H2
C

O
panas

CH

H3C

H2O

C
H

C
H

CH

(Krotonaldehid)
Kedua molekul yang berkondensasi di dalam kondensasi aldol tidak perlu
kedua-duanya mempunyai atom hidrogen alfa, mudah berkondensasi dengan
benzaldehid yang tidak mempunyai atom hidrogen alfa karena benzaldehid
sendiri tidak bisa menjalankan reaksi aldol.

VI.

ALAT DAN BAHAN

1. Alat
Tabung reaksi

20 buah

Thermometer
Erelenmeyer 50 mL
Corong
Kertas saring
Pembakar spiritus
Gelas ukur 10 mL
Kasa
Gelas kimia 100 mL
Gelas kimia 50 mL
Kaki tiga
Pipa kapiler
2. Bahan
AgNO3 1%
NaOH 5% dan NaOH 1%

NH4OH 2%
Asetaldehid
Aseton
Sikloheksanon
Formaldehid
Fehling A dan Fehling B
NaHSO3 jenuh
Etanol
HCl pekat
Fenilhidrazin
Benzaldehid
Iodium
Isopropyl alcohol
Asetaldehid

Widodo,

Agung.

2013.

Laporan

Uji

Tollen

Untuk

Aldehid.

http://agungwidodo95.blogspot.com/2013/11/laporan-uji-tollen-untukaldehid-dan_7797.html
Fessenden, Ralp J. dan Fessenden, Jean S.1982. Kimia Organik, Jilid I. Jakarta:
Erlangga
Tim Dosen Kimia Organik. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik I.
Surabaya : Jurusan Kimia FMIPA Unesa.

Clark, Jim. 2007. Oksidasi Aldehid dan Keton. (online). http://www.chem-istry.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/aldehid_dan_keton/oksidasi_


aldehid_dan_keton/.html diakses pada tanggal 20 Oktober 2012 pukul
20.08 WIB
Clark, Jim. 2007. Adisi Sederhana pada Aldehid dan Keton .(online).
http://www.chemistry.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/aldehid_da
n_keton/adisi_sederhana_pada_aldehid_dan_keton.html diakses pada
tanggal 20 Oktober 2012 pukul 20.15 WIB
Clark, Jim. 2007. Reaksi Adisi-Eliminasi pada Aldehid dan Keton. (online).
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia /sifat_senyawa_organik/
aldehid_ dan_keton / reaksi_adisi_eliminasi_aldehid_dan_keton.html
diakses pada tanggal 20 Oktober 2012 pukul 20.20 WIB
Clark, Jim. 2007. Reaksi Triiodometana (Iodoform dengan) Aldehid dan Keton.
(online).http://www.chemistry.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/al
dehid_dan_keton/reaksi_triiodometana_iodoform_dengan_aldehid_dan_ke
ton.html diakses pada tanggal 20 Oktober 2012 pukul 20.23 WIB

JAWABAN PERTANYAAN
1. Tulislah persamaan reaksi untuk:
a. Reaksi Tollens dengan formaldehid
O
H

O
H

C
H

+ 2Ag(NH3)2OH

C
ONH 4

+ 2Ag +4NH3

+2H2O(aq)
b. Reaksi Fehling dengan heptaldehid

CH 3 (CH2 )5 C
H

+Cu2+ +5 OH- CH 3(CH2)5COH + Cu2O

+ 3 H2 O

c. Pembuatan senyawa adisi aseton-bisulfit


OH

OH

O
CH 3 CCH3

OH

CH3

CH 3 C

CH 3C

CH3

OC 2 H5

CH3

CH 3 C

OC 2 H5

d. Pembuatan benzaldehid fenilhidrazon


OH

O
C

H2N

H
N

C
N
H

H
N

H
N

e. Pengujian iodoform terhadap 2-pentanon

O
CH 3 (CH2 )2 C

CH 3

+3 I2

CH 3 (CH2)2 C

+CHI3

2. Tuliskan semua tahap dalam reaksi kondensasi antara aseton dengan


benzaldehid yang dikatalis oleh basa!

3. Dapatkah pengujian iodoform digunakan untuk membedakan antara metanol


dan etanol? Dan antara isopropil alkohol dengan n-butil alkohol?
Pengujian

iodoform

dapat digunakan untuk membedakan antara

metanol dan etanol, karena uji idoform memberikan hasil yang berbeda
yaitu pada etanol menghasilkan larutan dan endapan warna kuning. Hal ini

membuktikan bahwa alkohol primer yang dapat diji dengan iodoform


adalah etanol.
Pengujian

iodoform

juga dapat digunakan untuk isopropil alkohol

dengan n-butil alkohol. Karena keduanya tidak beraksi dengan iodoform.


Isopropil alkohol merupakan alkohol tersier yang tidak beraksi dengan
alkohol. Sedangkan pada n-butil alkohol merupakan alkohol primer tetapi
alkohol primer yang yang dapat diji dengan iodoform hanya etanol.
4. Apakah penggunaan yang praktis dari reaksi Tollens?
Penggunaan yang praktis dari reaksi Tollens sapat dilakukan dengan cara
menambahkan beberapa tetes pereaksi Tollens kedalam zat yang akan diuji
sampai terbentuk cermin perak, apabila terjadi reaksi maka dilakukan
pemanasan.
5. Bagaimana dapat membedakan secara sederhana antara:
a.

2-pentanon dan 3-pentanon


Dengan menggunakan cara reaksi haloform. Dengan cara ini pada 2pentanon, reaksinya akan berlangsung lebih lama dibandingkan 3pentanon karena memilki kereaktifan yang rendah dan reaksi haloform
dapat menunjukkan adanya metil keton

b.

3-pentanon dan pentanol


Dengan menggunakan cara reaksi haloform. Dengan cara ini, walaupun
3-pentanon dan pentanol akan memberikan warna larutan yang sama,
tetapi jika diamati baunya, maka pada pentanol akan memberikan bau
yang jauh lebih menyengat daripada 3-pentanon.

c.

Benzaldehida dan asetofenon


Dapat dibedakan dengan menggunakan kondensasi aldol

karena

benzaldehid tidak bisa menjalankan reaksi aldol


6. Tuliskan persamaan yang menunjukkan apa yang terjadi jika senyawa hasil
adisi bisulfit direaksikan dengan asam klorida pekat?

O
C
H 3C

HO
H

HSO 3Na

CH
H 3C

SO3 Na

+ HCl

HO
CH
H 3C

SO3 Na

7. Dengan memperhatikan fenilhidrazin dan 2,4-dinitrofenilhidrazon yang


dibuat dalam percobaan di atas, turunan dari jenis manakah yang punya titik
leleh paling tinggi?
Pada percobaan ini kami hanya melakukan pengujian dengan
fenilhidrazin dan hanya bisa menentukan titik leleh benzaldehid yaitu
sebesar 139oC sedangkan titik leleh sikloheksanon tidak bisa ditentukan
karena hablur meleleh dulu sebelum dapat diukur.
8. Apakah peranan dari natrium asetat didalam pembuatan oksim?
Untuk membebaskan basa dari garam-garamnya.

You might also like