You are on page 1of 104

PENGARUH KECUKUPAN MODAL DAN EFISIENSI

OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS


PADA PT. BPRS AMANAH UMMAH
LEUWILIANG BOGOR

Oleh:
IMA KHATIMAH
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010

PENGARUH KECUKUPAN MODAL DAN EFISIENSI


OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS
PADA PT. BPRS AMANAH UMMAH
LEUWILIANG BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)

Oleh:
IMA KHATIMAH
NIM. 105046101596

Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I

Pembimbing II

INDOYAMA NASARUDIN, SE. MAB.


NIP. 19741127 200112 1 002

ABDURRAUF, MA.
NIP. 19731215 200501 1 002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH


PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010

PENGESAHAN PANITIA UJIAN


Skripsi yang berjudul PENGARUH KECUKUPAN MODAL DAN EFISIENSI
OPERASIONAL

TERHADAP

PROFITABILITAS

PADA

PT.

BPRS

AMANAH UMMAH LEUWILIANG BOGOR, telah diujikan dalam sidang


munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
Jakarta, 24 September 2010
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH),

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM

NIP. 19550505 198203 1 012

Panitia Ujian Munaqasyah


Ketua

: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM (..............................)


NIP. 19550505 198203 1 012

Sekretaris

: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH.

(..............................)

NIP. 19740725 200112 1 001


Pembimbing I : Indoyama Nasarudin, SE. MAB.

(..............................)

NIP. 19741127 200112 1 002


Pembimbing II: Abdurrauf, MA

(..............................)

NIP. 19731215 200501 1 002


Penguji I

: Dawud Arif Khan, SE.AK, M.Si, CPA

(..............................)

NIP. Penguji II

: Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A


NIP. 19560906 198203 1 004

(..............................)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 September 2010

Ima Khatimah

ABSTRAK
Profitabilitas merupakan salah satu indikator kinerja perbankan yang
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam memaksimalkan aktiva guna
memperoleh keuntungan, yang dapat dicapai diantaranya dengan memantapkan
struktur modal dan meningkatkan efisiensi operasional. Penelitian ini menganalisis
pengaruh kecukupan modal (CAR) dan efisiensi operasional (BOPO) terhadap
profitabilitas (ROA) pada PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor periode
1998- 2009 dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dan analisis
deskriptif komparatif.
Berdasarkan hasil uji signifikansi terhadap fungsi regresi menunjukkan bahwa
CAR dan BOPO secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Adapun secara parsial, CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan
BOPO secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dari fungsi regresi
berganda diketahui pula bahwa pengaruh CAR terhadap ROA adalah bersifat positif
atau searah. Sebaliknya, pengaruh BOPO terhadap ROA adalah bersifat negatif atau
berlawanan arah.
Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi
pengaruh CAR dan BOPO terhadap ROA adalah sebesar 45,20%. Sedangkan sisanya
sebesar 54,80% dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang tidak diteliti dalam analisis
penelitian ini. Adapun variabel dominan yang mempengaruhi besarnya ROA pada
BPRS Amanah Ummah periode 1998- 2009 adalah rasio BOPO dimana besarnya
kontribusi pengaruh BOPO terhadap profitabilitas (ROA) adalah sebesar 40,32%.
v

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah
Tuhan Yang Maha Menganugerahkan kekuatan dan kemudahan dalam menjalani
setiap tahap dalam hidup ini. Rabb yang hingga kini tak hentinya mencurahkan
rahmat, ilmu, petunjuk, dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan dinamika yang indah. Shalawat dan salam teruntuk teladan terbaik
Nabi Muhammad SAW., keluarga, sahabat, dan pengikutnya atas inspirasi yang
begitu mengagumkan.
Dalam penulisan skripsi ini, alhamdulillah begitu banyak pengalaman,
pelajaran, dan hikmah yang penulis peroleh yang diharapkan semua itu mampu
membuat penulis lebih dewasa dan bermanfaat bagi masyarakat luas tentunya.
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini karena
masih dalam tahap pembelajaran.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, ijinkanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih
yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MH., MM. sebagai Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

vi

2. Ibu DR. Euis Amalia, M. Ag. selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak
H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag., MH. selaku Sekretaris Program Studi
Muamalat.
3. Bapak Indoyama Nasarudin, SE. MAB. dan Bapak Abdurrauf MA. sebagai Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing
dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu DR. Isnawati Rais, MA. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5. Direktur PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor, Ibu Dian, dan seluruh
karyawan atas kesediaannya bekerjasama dan membantu penulis dalam
memperoleh data- data yang dibutuhkan.
6. Kedua orangtuaku H. Ahmad Soelaiman BA. dan Hj. Sunarsih serta seluruh
keluarga besar atas doa dan dukungannya yang tiada henti. Terima kasih teruntuk
Umi tercinta yang senantiasa memberikan semangat dikala lelah dan mau
menerima penulis apa adanya. Terima kasih pula untuk Abi yang dibalik diamnya
tersimpan sejuta harapan kepada penulis untuk bisa menjadi yang terbaik dan
meneruskan perjuangannya yang gigih.
7. Staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah beserta jajarannya yang telah membantu penulis dalam
memperoleh data- data yang dibutuhkan.

vii

8. Teman- teman di Perbankan Syariah khususnya kelas PS B atas waktu, perhatian,


dukungan, dan jalinan persahabatan yang hangat. Teruntuk kelompok KKN di
Bantar Sari, terima kasih atas kesediaannya membuka ruang kepada penulis untuk
berada di tengah- tengah kalian.
9. Seluruh rekan- rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun telah
memberikan kontribusi yang besar dalam proses penulisan skripsi ini.
Akhir kata hanya kepada Allah SWT. jualah penulis memanjatkan doa
semoga Allah memberikan balasan kebaikan amal mereka dengan berlipat ganda.
Semoga dengan adanya skripsi ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi
masyarakat luas. Amiin.

Jakarta, 24 September 2010

Penulis

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xiv

DAFTAR ISI
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................

D. Review Kajian Terdahulu ...................................................

E. Metode Penelitian ...............................................................

12

F. Sistematika Penulisan .........................................................

22

LANDASAN TEORI
A. Profitabilitas
1. Pengertian Profitabilitas ...............................................

24

2. Return On Assets (ROA) ..............................................

25

B. Kecukupan Modal
1. Pengertian Kecukupan Modal ......................................
ix

27

2. Capital Adequacy Ratio (CAR) ...................................

28

3. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)


BPRS ...........................................................................

30

C. Efisiensi Operasional
1. Pengertian Efisiensi ......................................................

32

2. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional


(BOPO) ........................................................................

33

D. Pengaruh Kecukupan Modal (CAR) terhadap Profitabilitas


(ROA) ................................................................................

36

E. Pengaruh Efisiensi Operasional (BOPO) terhadap


Profitabilitas (ROA) ...........................................................
BAB III

37

DESKRIPSI DATA
A. Sekilas tentang PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang

BAB IV

Bogor .................................................................................

38

B. Permodalan PT. BPRS Amanah Ummah ..........................

39

C. Efisiensi Operasional PT. BPRS Amanah Ummah ...........

43

D. Profitabilitas PT. BPRS Amanah Ummah .........................

45

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Statistik ................................................................

51

1. Fungsi Regresi .............................................................

52

2. Interpretasi Fungsi Regresi ..........................................

52

3. Uji Asumsi Klasik ........................................................

53

BAB V

4. Uji F .............................................................................

56

5. Uji t ..............................................................................

57

6. Koefisien Determinasi (R2) ..........................................

60

7. Koefisien Determinasi Parsial ......................................

60

B. Analisis Deskriptif Komparatif ..........................................

62

KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................................................

83

B. Saran ..................................................................................

85

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

87

LAMPIRAN ...................................................................................................

89

xi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1

Klasifikasi Tingkat ROA Menurut BI .....................................

26

Tabel 2.2

Klasifikasi Tingkat CAR Menurut BI .....................................

28

Tabel 2.3

Klasifikasi Tingkat BOPO Menurut BI ...................................

34

Tabel 3.1

Rasio CAR BPRS Amanah Ummah periode 1998- 2009 .......

39

Tabel 3.2

Perhitungan ATMR BPRS Amanah Ummah per 31 Des 2007

39

Tabel 3.3

Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum BPRS Amanah


Ummah per 31 Des 2007 .........................................................

41

Tabel 3.4

Rasio BOPO BPRS Amanah Ummah periode 1998- 2009 .....

43

Tabel 3.5

Perhitungan BOPO BPRS Amanah Ummah 1998- 2009 ........

44

Tabel 3.6

Rasio ROA BPRS Amanah Ummah periode 1998- 2009 ........

46

Tabel 3.7

Perhitungan ROA BPRS Amanah Ummah 1998- 2009 ..........

46

Tabel 4.1

CAR, BOPO, dan ROA BPRS Amanah Ummah 1998- 2009

51

Tabel 4.2

Fungsi Regresi Berganda ..........................................................

52

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................

54

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi ..............................................................

54

Tabel 4.5

Hasil Uji F .................................................................................

56

Tabel 4.6

Hasil Uji t ..................................................................................

57

Tabel 4.7

Hasil Koefisien Determinasi .....................................................

60

Tabel 4.8

Hasil Koefisien Determinasi Parsial .........................................

60

xii

Tabel 4.9

Perubahan CAR, BOPO, dan ROA BPRS Amanah Ummah

Tabel 4.10

Komparasi Perubahan CAR, BOPO, dan ROA BPRS Amanah


Ummah ......................................................................................

Tabel 4.11

65

66

Perubahan Aktiva, Laba, Pendapatan Operasional, dan Beban


Operasional BPRS Amanah Ummah ........................................

xiii

67

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1

Hasil Uji Heteroskedasitas .......................................................

53

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas .................................................................

55

Gambar 4.3

Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho dalam Uji F ................

57

Gambar 4.4

Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho dalam Uji t (CAR) .....

58

Gambar 4.5

Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho dalam Uji t (BOPO)....

59

Gambar 4.6

Fluktuasi CAR BPRS Amanah Ummah Periode 1998- 2009 ..

62

Gambar 4.7

Fluktuasi BOPO BPRS Amanah Ummah Periode 1998- 2009

63

Gambar 4.8

Fluktuasi ROA BPRS Amanah Ummah Periode 1998- 2009...

64

Gambar 4.9

Pembiayaan BPRS Amanah Ummah Tahun 2004 Per Jangka


Waktu .......................................................................................

xiv

73

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di bidang ekonomi merupakan salah satu masalah yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka mewujudkan pembangunan
nasional. Membangun ekonomi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peranan
beberapa pihak antara lain pemerintah, lembaga-lembaga di sektor keuangan,
dan para pelaku usaha.
Salah satu pelaku usaha yang memiliki peran strategis dalam
membangun ekonomi Indonesia adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM). Hal ini ditinjau dari peran UMKM pada beberapa aspek yakni unit
usaha UMKM merupakan 99,9% dari total usaha di Indonesia dan mampu
menyerap 77,67 juta tenaga kerja atau 96,8% dari tenaga kerja nasional,
dengan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 56,5%.1
Untuk menjaga sektor UMKM yang memiliki peranan penting dalam
pembangunan ekonomi khususnya pembangunan sektor riil, dibutuhkan
lembaga keuangan yang tepat dan strategis untuk melayani jasa perbankan
bagi masyarakat tersebut salah satunya adalah Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Kunci keberhasilan BPRS selain menggunakan prinsip

Imam Hartono, Ringkasan Eksekutif: Analisis Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat di


Wilayah Jabodetabek dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis, artikel diakses pada 25 April
2010 dari http://elibrary.mb.ipb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=mbipb-12312421421421412
-imamharton-796&q=Analisis efisiensi BPR.

syariah dalam operasionalnya adalah dalam pemberian pelayanan kepada


UMK antara lain lokasi yang dekat dengan masyarakat yang membutuhkan,
prosedur pelayanan yang sederhana dan proses yang cepat, serta
mengutamakan pendekatan personal dengan masyarakat setempat.2
Industri BPRS saat ini berkembang dengan pesat. Terbukti dengan
banyaknya BPRS baru yang lahir dan terus menyedot dana serta memberi
pembiayaan pada masyarakat. Lima tahun lalu, jumlah BPRS di Indonesia
hanya sekitar 80 unit. Hingga April 2009, jumlah BPRS meningkat menjadi
143 BPRS.3
Tidak hanya dari segi jumlah, laba bersih BPRS mengalami
pertumbuhan tahunan sebesar 45% mencapai Rp 41,35 miliar di akhir
September 2009, total Dana Pihak Ketiga (DPK) BPRS per akhir September
2009 tumbuh 29% mencapai Rp 1,16 triliun, dan total pembiayaan BPRS juga
mengalami pertumbuhan sebesar 22% menjadi Rp 1,52 triliun di akhir
September 2009 dimana sebanyak 54% pembiayaan mengucur ke sektor
mikro kecil dan menengah.4
Di sisi lain, kebijakan perbankan yang dilakukan Bank Indonesia
tahun 2010 salah satunya akan diarahkan kepada peningkatan peran BPR

Imam Hartono, Ringkasan Eksekutif: Analisis Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat di


Wilayah Jabodetabek dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis.
3
Andri Indradie, BI Prediksi Aset Bank Syariah bisa Mencapai Rp 97 Triliun, artikel
diakses 6 Juni 2010 dari http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/35170/BI-Prediksi-AsetBank-Syariah-Bisa-Mencapai-Rp-97-Triliun.
4
Herry Prasetyo, Per September, Laba BPRS Tumbuh 45%, artikel diakses pada 6 Juni
2010 dari http://www.kontan.co.id/index.php/news/24287/Per-September-Laba-BPRS-Rumbuh-45.

termasuk BPRS dalam pembiayaan keuangan mikro dan penguatan


ketahanannya. Kebijakan ini akan ditempuh diantaranya dengan memberikan
insentif untuk mendorong peningkatan modal, memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan SDM yang kompeten, dan mempertegas posisinya sebagai
community bank yaitu fokus pada perannya sebagai pendukung dalam
pengembangan perekonomian lokal.5
Pesatnya perkembangan BPRS dan tingginya cita- cita arah kebijakan
perbankan tahun 2010 serta lahirnya seperangkat Peraturan Bank Indonesia
(PBI) seperti PBI No: 9/17/2007 tentang penilaian tingkat kesehatan BPRS,
PBI No: 8/22/2006 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
BPRS, dan PBI No: 8/24/2006 tentang kualitas aktiva BPRS, serta peraturan
lainnya mengharuskan pihak manjemen BPRS bersungguh- sungguh dalam
melakukan peningkatan terhadap kinerja keuangannya. Selain agar BPRS
mampu bersaing dengan BPR konvensional maupun dengan lembaga
keuangan lainnya, juga agar BPRS dapat terus bertahan di tengah kondisi
perekonomian yang kadang tidak menentu.
Salah satu indikator kinerja perbankan adalah tingkat profitabilitas
yang berhasil dicapai. Profitabilitas merupakan kemampuan manajemen bank
dalam memaksimalkan aktiva guna memperoleh keuntungan. Profitabilitas
menunjukkan besarnya bagi hasil yang diperoleh nasabah sehingga akan
5

Arah Kebijakan Perbankan Tahun 2010 (Pertemuan Tahunan Perbankan, 22 Januari


2010), artikel diakses pada 25 April 2010 dari http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+
Perbankan/Arah+Kebijakan+Perbankan/.

mempengaruhi tingkat loyalitas nasabah dan berdampak pada kemampuan


bank dalam menjalankan perannya sebagai financial intermediary.
Untuk mencapai tingkat profitabilitas yang diharapkan perlu dilakukan
berbagai usaha dan strategi guna mendukung tercapainya tingkat kesehatan
perbankan yang optimal. Usaha tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan
memantapkan kembali struktur modal perbankan yang menyelaraskan skala
usaha dengan kebutuhan permodalan guna mempertinggi kemampuan
menyerap risiko usaha, dan dengan melakukan peningkatan efisiensi
operasional agar mampu mendorong profitabilitas ke tingkat lebih tinggi.
Upaya memenuhi tingkat kecukupan modal sebagaimana yang telah
diatur oleh Bank Indonesia merupakan hal yang amat penting untuk
diperhatikan karena tingkat kecukupan modal mencerminkan kemampuan
bank dalam menanggung risiko kerugian yang mungkin timbul. Selain itu,
tingkat modal yang tinggi akan meningkatkan cadangan kas yang dapat
digunakan untuk memperluas pembiayaan, memperluas jaringan kantor serta
penyediaan fasilitas kantor yang modern dan sistem telekomunikasi yang
canggih, sehingga dapat membuka peluang lebih besar dalam meningkatkan
profitabilitas bank.
Pentingnya memenuhi tingkat kecukupan modal terlihat dari
ditutupnya dua BPR oleh Bank Indonesia sepanjang tahun 2009, yakni BPR
Tripanca Setiadana Lampung dan BPRS Babussalam Jawa Barat disebabkan
ketidakmampuannya memenuhi modal minimum 4%. Tidak hanya itu, BI

juga mengkarantina 17 BPR dalam pengawasan khusus karena rasio


kecukupan modalnya (CAR) di bawah empat persen. Jumlah BPR yang
bermodal cekak saat ini masih banyak. BI mencatat, per akhir Maret 2009 lalu
ada 477 BPR yang belum memenuhi aturan modal minimum. Jumlah itu
setara dengan 27% dari total BPR yang beroperasi saat ini, yaitu 1.768 BPR.6
Di sisi lain, efisiensi operasional perbankan juga merupakan faktor
penting dalam upaya meraih tingkat kinerja keuangan yang optimal. Efisiensi
operasional merupakan kemampuan bank dalam mengatur porsi biaya
operasional yang harus dikeluarkan seefisien mungkin dengan tetap
memaksimalkan pelayanan kepada nasabah guna menghasilkan pendapatan
operasional yang optimal. Tingginya efisiensi operasional bank menandakan
besarnya pendapatan operasional yang didapat sehingga meningkatkan
profitabilitas.

Sebaliknya,

inefisiensi

operasional

bank

menunjukkan

rendahnya profitabilitas karena keuntungan yang didapat sebagiannya harus


dikurangi untuk menutupi besarnya beban operasional bank.
Selama tahun 2009 BPR tampak kesulitan menggenjot pertumbuhan
laba akibat tekanan krisis keuangan global. Hal ini tercermin pada pencapaian
laba BPR per Agustus 2009 yang hanya berhasil mencetak Rp737 miliar,
tidak lebih besar dari pencapaian pada Agustus 2008 sebesar Rp753 miliar.
Faktor yang membuat BPR tertatih menumbuhkan laba antara lain disebabkan
6

Eko Nopiansyah, Modal Cekak, Belasan BPR Dikandangkan, artikel diakses pada 6 Juni
2010 dari http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2009/05/14/brk,20090514-176322,
id.html.

tingkat efisiensi BPR yang menurun. Hal ini nampak pada besarnya BOPO
BPR per Agustus 2009 yang merangkak naik menjadi 82,20% dibanding
BOPO per Agustus 2008 yang levelnya masih 78,69%.7
Lain halnya dengan BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor. Bank
yang berdiri sejak tahun 1992 ini justru mampu meningkatkan profitabilitas
dengan rasio ROA di tahun 2009 mencapai 4,01% yakni rasio ROA tertinggi
yang pernah diperoleh bank tersebut sejak 11 tahun terakhir. Kemampuan
bertahan BPRS Amanah Ummah dalam menghadapi terjangan krisis
keuangan global terlihat pula dalam kapabilitas manajemennya dalam
memenuhi kecukupan modal dengan CAR di tahun 2009 sebesar 15,52% jauh
diatas ketentuan modal minimum, dan mampu pula meningkatkan efisiensi
operasional bank dengan rasio BOPO di tahun 2009 melesat turun ke angka
74,17% yakni rasio BOPO terendah yang pernah dicetak bank tersebut sejak
11 tahun terakhir.8
Dari pemaparan di atas, mendorong minat dan gagasan penulis untuk
membahas Pengaruh Kecukupan Modal dan Efisiensi Operasional
terhadap Profitabilitas pada PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang
Bogor dan mengangkatnya menjadi bahan dan judul skripsi sebagai tugas
akhir jenjang S1 yang sedang penulis tempuh.

Tofik Iskandar, Gawat BPR Makin Terdesak, artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari http://
bprkotakediri.com/?p=188.
8
Laporan Kinerja Akhir Tahun 2009 PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh

kecukupan

modal

dan

efisiensi

operasional

terhadap

profitabilitas pada BPRS dan seberapa besar pengaruhnya. Agar masalah


lebih terfokus dan spesifik, maka penulis membatasi permasalahan yang
akan diteliti sebagai berikut:
a. Data yang digunakan adalah Annual Report atau Laporan Tahunan PT.
BPRS Amanah Ummah mulai dari tahun 1998 hingga tahun 2009.
b. Lokasi penelitian adalah PT. BPRS Amanah Ummah Jl. Raya
Leuwiliang No.1 Leuwiliang Bogor 16640 Telp: (0251) 8647279, fax:
(0251) 8648579, e-mail: bprsau@telkom.net.
c. Variabel yang digunakan adalah CAR, BOPO, dan ROA.
d. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis statistik dengan model
analisis regresi berganda, dan dilengkapi dengan analisis deskriptif
komparatif.
2. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian mengenai
pengaruh kecukupan modal (CAR) dan efisiensi operasional (BOPO)
terhadap profitabilitas (ROA) PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang
Bogor, penulis merumuskan permasalahan tersebut sebagai berikut:

a. Apakah

berpengaruh

kecukupan

modal

(CAR) dan

efisiensi

operasional (BOPO) terhadap profitabilitas (ROA) pada PT. BPRS


Amanah Ummah Leuwiliang Bogor?
b. Berapa besar pengaruh kecukupan modal (CAR) dan efisiensi
operasional (BOPO) terhadap profitabilitas (ROA) pada PT. BPRS
Amanah Ummah Leuwiliang Bogor?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kecukupan modal (CAR) dan
efisiensi operasional (BOPO) terhadap profitabilitas (ROA) pada PT.
BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.
b. Mengetahui besarnya pengaruh kecukupan modal (CAR) dan efisiensi
operasional (BOPO) terhadap profitabilitas (ROA) pada PT. BPRS
Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis
Memperdalam pengetahuan dan wawasan tentang analisis
profitabilitas dan faktor- faktor yang mempengaruhinya berdasarkan
analisis terhadap Laporan Tahunan PT. BPRS Amanah Ummah.

b. Bagi PT BPRS Amanah Ummah


Sebagai sarana evaluasi untuk terus melakukan perubahan ke
arah yang lebih baik lagi khususnya terhadap kinerja keuangan bank.
c. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah

khazanah

intelektual

bagi

perkembangan

perbankan syariah khususnya mengenai profitabilitas BPRS.


d. Bagi masyarakat
Sebagai

kontribusi

positif

dalam

rangka

menyediakan

informasi mengenai kondisi PT. BPRS Amanah Ummah dan


mensosialisasikannya kepada masyarakat.

D. Review Kajian Terdahulu


Penelitian ini menggunakan ide dasar dari penelitian yang dilakukan
oleh :
1. Nur Khasanah Sebatiningrum, jurusan Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang, 2006, Pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR), Likuiditas, dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Pokok masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi tingkat CAR, LDR, dan BOPO terhadap besarnya ROA
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakartra baik secara simultan
maupun secara parsial. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 22 bank

10

dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian


secara simultan menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara CAR,
LDR, dan BOPO terhadap ROA. Secara parsial antara besarnya CAR,
LDR, dan BOPO akan berpengaruh secara masing- masing terhadap ROA.
Dari fungsi regresi berganda dapat diketahui adanya pengaruh
CAR dan LDR yang sifatnya positif dan pengaruh BOPO yang sifatnya
negatif. Besar sumbangan CAR, LDR, dan BOPO terhadap ROA adalah
sebesar 55,6% dan sisanya 44,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti. Adapun variabel dominan yang mempengaruhi besarnya ROA
adalah rasio CAR dimana besarnya kontribusi CAR secara parsial
terhadap besar kecilnya profitabilitas adalah sebesar 17,81%.
2. Desi Ariyani, jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, Analisis Pengaruh CAR, FDR,
BOPO, dan NPF terhadap Profitabilitas PT. Bank Muamalat Indonesia
Tbk (Januari 2005- April 2008).
Pokok masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
CAR, FDR, BOPO, dan NPF terhadap profitabilitas bank syariah yang
diwakili oleh ROE. Penelitian ini menggunakan data CAR, FDR, BOPO,
NPF, dan ROE dalam laporan keuangan bulanan PT. BMI periode Januari
2005- April 2008 yakni masing- masing berjumlah 40 data dan diolah
dengan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

11

CAR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROE, sedangkan FDR


dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE.
Besarnya kemampuan variabel independen (CAR, FDR, BOPO,
dan NPF) menjelaskan variabel dependen (ROE) yaitu sebesar 79,9% dan
sisanya 20,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam
model. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa BOPO menjadi variabel
dominan yang mempengaruhi profitabilitas (ROE) sebesar 17,53%.
3. Imam Gozali, Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2007, Pengaruh CAR, FDR,
BOPO, dan NPL terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri (Januari
2004- Oktober 2006).
Pokok masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
CAR, FDR, BOPO, dan NPL terhadap profitabilitas bank syariah yang
diwakili rasio ROE. Penelitian ini menggunakan data CAR, FDR, BOPO,
NPL dan ROE dalam laporan keuangan bulanan BSM periode Januari
2004- Oktober 2006 yakni masing- masing berjumlah 34 data yang diolah
dengan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
CAR berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ROE. FDR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROE. BOPO berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROE, sedangkan NPL berpengaruh signifikan dan
bernilai negatif terhadap ROE.

12

Adapun besarnya kemampuan variabel independen (CAR, FDR,


BOPO, dan NPL) menjelaskan variabel dependen (ROE) sebesar 76,5%,
dan sisanya sebesar 23,5% dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang
digunakan.
Meskipun penelitian ini menggunakan ide dasar dari ketiga penelitian
di atas, tentu penelitian ini memiliki ciri khas tersendiri yakni pokok masalah
yang dibahas adalah untuk mengetahui pengaruh kecukupan modal (CAR)
dan efisiensi operasional (BOPO) terhadap tingkat profitabilitas yang diwakili
oleh Return On Assets (ROA). Sumber data yang digunakan adalah laporan
keuangan tahunan pada PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor
periode 1998- 2009 yakni masing- masing berjumlah 11 data observasi.
Data tersebut diolah dengan menggunakan gabungan dua metode
analisis yaitu analisis statistik dan analisis deskriptif komparatif yang
membandingkan perubahan nilai CAR, BOPO, dan ROA di periode- periode
tertentu yang diharapkan dapat memberikan kesimpulan dan interpretasi yang
lebih komprehensif mengenai permasalahan yang sedang dibahas.

E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yakni penelitian
untuk mengetahui pengaruh kecukupan modal (CAR) dan efisiensi
operasional (BOPO) terhadap profitabilitas (ROA) pada PT. BPRS

13

Amanah Ummah Leuwiliang Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian


statistik inferensial parametrik, dimana setelah data dikumpulkan maka
dilakukan berbagai metode statistik untuk menganalisis data lalu
menginterpretasikan hasil analisis tersebut. Sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan empiris yaitu pendekatan berdasarkan fakta
yang terjadi di lapangan.
2. Data Penelitian
Jenis data yang diolah dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
karena variabel- variabel yang diteliti merupakan data yang berbentuk
angka dan berskala interval. Adapun sumber data yang digunakan adalah:
a. Data Primer, yakni data yang 100% berasal dari sumber aslinya
langsung berupa Laporan Tahunan (Annual Report) yang terdiri dari
Laporan Keuangan Tahunan dan informasi umum yang disediakan
oleh PT. BPRS Amanah Ummah dari tahun 1998 hingga tahun 2009.
b. Data Sekunder, adalah data yang 50% sudah disiapkan pihak lain yaitu
institusi ataupun lembaga berupa data mengenai teori- teori dan
perkembangan dunia perbankan yang mendukung penelitian yang
tersedia di berbagai literatur kepustakaan dan situs internet.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi terhadap Laporan Tahunan PT. BPRS Amanah Ummah,

14

literatur kepustakaan, karya ilmiah, artikel, dan data elektronik yang


terdapat di berbagai situs internet mengenai masalah yang sedang dibahas.
4. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Return On Assets (ROA)
Variabel ROA merupakan variabel dependen dalam penelitian
ini. Data ROA bersumber dari Laporan Tahunan PT. BPRS Amanah
Ummah mulai dari tahun 1999 hingga tahun 2009 yakni berjumlah 11
data yang diperoleh dengan cara membandingkan laba sebelum pajak
terhadap total aset yang dimiliki dalam periode tertentu.
b) Capital Adequacy Ratio (CAR)
Variabel

CAR

merupakan

variabel

independen

dalam

penelitian ini yang bersumber dari Laporan Tahunan PT. BPRS


Amanah Ummah dari tahun 1998 hingga tahun 2008 yakni berjumlah
11 data yang diperoleh dengan membandingkan modal terhadap total
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dalam periode tertentu.
c) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Variabel BOPO adalah variabel independen dalam penelitian
ini yang bersumber dari Laporan Tahunan PT. BPRS Amanah Ummah
mulai dari tahun 1999 hingga tahun 2009 yakni berjumlah 11 data
yang diperoleh dengan cara membandingkan total beban operasional
terhadap total pendapatan operasional dalam periode tertentu.

15

Perbedaan penggunaan range data CAR dan ROA yakni dengan


asumsi bahwa kecukupan modal (CAR) di tahun t (misal tahun 1998) baru
akan dirasakan pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas (ROA) bank di
periode berikutnya yaitu t+1 (tahun 1999). Sedangkan data BOPO dan
ROA dibandingkan di periode yang sama.
Adapun

teknik

penarikan

sampel

dalam

penelitian

ini

menggunakan teknik sampling jenuh yakni data mengenai CAR, BOPO,


dan ROA dalam Laporan Tahunan PT. BPRS Amanah Ummah
Leuwiliang Bogor mulai dari tahun 1998 hingga tahun 2009 seluruhnya
dimasukkan sebagai sampel karena terbatasnya data yang tersedia.
5. Teknik Pengolahan Data
Guna mengubah data mentah menjadi data yang dapat terbaca
dengan baik, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengolahan data
melalui program statistik SPSS for Windows versi 13.0 yang diharapkan
dapat mempermudah proses pengolahan data lebih cepat dan tepat.
6. Metode Analisis
Guna mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kecukupan modal
(CAR) dan efisiensi operasional (BOPO) terhadap profitabilitas (ROA),
maka data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan
dua metode yakni metode analisis statistik dan metode analisis deskriptif
komparatif yang membandingkan perubahan nilai variabel CAR, BOPO,
dan ROA di periode tertentu.

16

Metode analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan model


analisis regresi berganda karena variabel independennya (CAR dan
BOPO) memiliki hubungan kausalitas (sebab akibat) terhadap variabel
dependen (ROA).9 Rumus regresi berganda dicari dengan persamaan:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e
Keterangan :
Y

: variabel dependen atau variabel terikat (ROA)

: konstanta persamaan regresi

b1, b2

: koefisien regresi

X1

: variabel independen atau variabel bebas (CAR)

X2

: variabel independen atau variabel bebas (BOPO)

: error terms atau faktor pengganggu


Fungsi regresi dapat di lihat pada tabel coefficient output statistik

khususnya kolom Unstandardized Coefficients.


Sebelum dilakukan uji signifikansi terhadap hipotesis, fungsi
regresi yang baik harus memenuhi uji asumsi klasik (terbebas dari
masalah multikolinieritas, heteroskedasitas, dan autokorelasi, serta
memenuhi uji normalitas) sebagai berikut:
a) Masalah heteroskedasitas adalah terjadinya ketidaksamaan varians
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara

Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2007), h.138.

17

mendeteksi heteroskedasitas dengan melihat ada atau tidaknya pola


tertentu pada Scatter Plot yang terdapat dalam output statistik. Jika
tidak ada pola yang jelas, serta titik- titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.
b) Masalah multikolinieritas menunjukkan adanya korelasi di antara
variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dilakukan
dengan mencari besarnya Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai
Tolerance-nya pada tabel Coefficients output statistik. Jika nilai VIF
kurang dari 10 dan nilai Tolerance-nya lebih dari 0,1 maka model
regresi bebas dari multikolinieritas.10
c) Masalah autokorelasi yaitu adanya korelasi antara kesalahan
pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pada periode
sebelumnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan
melihat nilai D-W (Durbin Watson) pada tabel Model Summary output
statistik. Jika angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada
masalah autokorelasi.11
d) Uji normalitas adalah untuk menentukan apakah variabel berdistribusi
normal atau tidak. Pengujian normalitas dapat dilihat dari grafik
normal Probability Plot output statistik. Apabila variabel berdistribusi

10

Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2000), h.214.
11
Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, h.144.

18

normal, maka penyebaran plot akan berada di sekitar dan di sepanjang


garis 45o.12
Setelah uji asumsi klasik, langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan pengujian hipotesis (testing hypothesis) terhadap hasil regresi
untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis yang dibuat yang akan
membawa kepada kesimpulan untuk menolak atau menerima hipotesis.13
Adapun hipotesis null (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Ho : Kecukupan Modal (CAR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA).
Ha : Kecukupan Modal (CAR) dan Efisiensi Operasional (BOPO)
berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA).
Agar dapat menginterpretasikan hasil regresi dengan benar,
dibutuhkan pengujian statistik yang relevan terhadap hipotesis yakni
pengujian secara simultan (Uji F) dan pengujian secara parsial (Uji t).
a) Uji F. Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel CAR
dan BOPO secara simultan atau bersama- sama berpengaruh signifikan
terhadap ROA, yaitu dengan cara: 14
1) Membandingkan F hitung dengan F tabel

12

Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, h.253.


Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h.119.
14
Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, h.119.
13

19

Jika F hitung F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima


Jika F hitung F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
F hitung dapat dilihat pada tabel ANOVA output statistik.
Sedangkan F tabel didapat dari tabel F.15 Cara mencari nilai F tabel
yaitu dengan cara menghitung numerator (df1/pembilang = k 1)
dan denumerator (df2/penyebut = n k) serta derajat kebebasan
() yang digunakan dimana k adalah jumlah variabel dan n adalah
jumlah sampel yang diteliti.
2) Membandingkan taraf signifikansi (sig) penelitian dengan taraf
signifikansi () sebesar 0,05 (5%)
Sig. penelitian 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Sig. penelitian 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
Nilai sig. penelitian dapat diperoleh dengan melihat tabel
ANOVA output statistik.
Jika Ho ditolak, berarti minimal ada satu variabel bebas yang
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dan model layak
digunakan. Jika Ho diterima, maka tidak ada satupun variabel bebas
yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya.

15

Junaidi, Titik Persentase Distribusi F Probabilita = 0.05, artikel diakses pada 11 Juni
2010 dari http://junaidichaniago.files.wordpress.com/2010/04/tabel-f-0-05.pdf.

20

b) Uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel CAR


dan BOPO secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
ROA dengan cara: 16
1) Membandingkan t hitung dengan t tabel
Jika t hitung t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika t hitung t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
T hitung dapat dilihat pada tabel Coefficients output
statistik. Sedangkan t tabel didapat dari tabel t.17 Cara mencari
nilai t tabel yaitu dengan menentukan taraf signifikansi 0,05 dan
menghitung besarnya derajat kebebasan (DK = n k) dimana n
adalah banyaknya sampel dan k adalah banyaknya variabel.
2) Membandingkan taraf signifikansi (sig) penelitian dengan taraf
signifikansi () sebesar 0,05 (5%)
Sig. penelitian 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Sig. penelitian 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
Nilai sig. penelitian bisa dilihat pada tabel Coefficients
output statistik.
Jika Ho ditolak, maka variabel bebas secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya. Sebaliknya jika

16

Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, h.115.
Junaidi, Titik Persentase Distribusi t d.f = 1-200, artikel diakses pada 11 Juni 2010 dari
http://junaidichaniago.files.wordpress.com/2010/04/tabel-t.pdf.
17

21

Ho diterima berarti variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh


signifikan terhadap variabel terikat.
Setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis guna mengetahui
ada atau tidaknya pengaruh CAR dan BOPO terhadap ROA baik secara
simultan maupun parsial, maka untuk mengetahui besar kecilnya pengaruh
CAR dan BOPO terhadap ROA perlu dilakukan penghitungan koefisien
determinasi (R2) dan penghitungan koefisien determinasi parsial.
a) Koefisien determinasi (R2).

Dalam penelitian ini, penghitungan koefisien determinasi

dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel CAR


dan BOPO secara simultan terhadap tingkat ROA. Angka koefisien
determinasi dapat dilihat pada tabel Model Summary output statistik
dengan penghitungan berikut:18
Koefisien Determinasi

= R2

X 100%

Semakin besar nilai koefisien determinasi menunjukkan


semakin besar pengaruh atau kontribusi CAR dan BOPO secara
simultan terhadap ROA. Sebaliknya, semakin kecil nilai koefisien
determinasi

menggambarkan

semakin

kecilnya

pengaruh

atau

kontribusi CAR dan BOPO secara simultan terhadap ROA.


b) Koefisien Determinasi Parsial.

Dalam penelitian ini, penghitungan koefisien determinasi

parsial dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau

18

h.45.

Algifari, Analisis Regresi: Teori, Kasus dan Solusi, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2009),

22

kontribusi masing- masing variabel CAR dan BOPO secara parsial


terhadap ROA. Besarnya nilai koefisien determinasi parsial dapat
dihitung dengan cara mengkuadratkan angka korelasi parsial (Partial
Correlations) pada tabel Coefficients output statistik.19
Koefisien Determinasi Parsial = (Partial Correlations)2 X 100%
Semakin besar nilai koefisien determinasi parsial menunjukkan
semakin besar pengaruh atau kontribusi masing- masing variabel CAR
dan BOPO secara parsial terhadap ROA. Sebaliknya, semakin kecil
nilai koefisien determinasi parsial menggambarkan semakin kecilnya
pengaruh atau kontribusi masing- masing variabel CAR dan BOPO
secara parsial terhadap ROA.

F. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan lebih terarah dan mudah dipahami, maka penulis
membagi skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review kajian terdahulu, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.

19

Nur Khasanah Sebatiningrum, Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas, dan
Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, 2006), h.87.

23

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini menjelaskan mengenai pengertian profitabilitas, Return On
Assets (ROA), pengertian kecukupan modal, Capital Adequacy Ratio (CAR),
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) BPRS, pengertian
efisiensi, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
Pengaruh Kecukupan Modal (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA), dan
Pengaruh Efisiensi Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas (ROA).
BAB III DESKRIPSI DATA
Bab ini berisi informasi sekilas tentang PT. BPRS Amanah Ummah
dan deskripsi data mengenai aspek permodalan, efisiensi operasional, dan
profitabilitas pada PT. BPRS Amanah Ummah.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dipaparkan hasil analisis statistik berupa fungsi regresi
yang terbentuk, interpretasi fungsi regresi, uji asumsi klasik (heteroskedasitas,
multikolinieritas, autokorelasi, dan normalitas), uji signifikansi (Uji F dan Uji
t), koefisien determinasi (R2), dan koefisien determinasi parsial, serta analisis
deskriptif komparatif di tiap periode pengamatan.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran sebagai hasil dari penelitian yang
dilakukan sehingga diharapkan dapat berguna untuk kegiatan lebih lanjut.

24

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Profitabilitas
1. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas atau kemampuan menghasilkan laba merupakan
ukuran seberapa baik suatu sistem berfungsi menurut besarnya laba yang
berhasil dicetaknya.20 Laba adalah tujuan dengan alasan:21
a. Dengan laba yang cukup dapat dibagi keuntungan kepada pemegang
saham, meningkatkan dana cadangan modal dan memperluas
kesempatan masyarakat untuk meminjam dana sehingga akan
menaikkan kredibilitas bank di mata masyarakat.
b. Laba merupakan penilaian keterampilan pimpinan. Pimpinan bank
yang cakap dan terampil umumnya dapat mendatangkan keuntungan
yang lebih besar dari pada pimpinan yang kurang cakap.
c. Meningkatkan daya tarik bagi pemilik modal (investor) untuk
menanamkan modalnya dengan membeli saham yang dikeluarkan oleh
bank. Pada gilirannya bank akan mempunyai kekuatan modal untuk
memperluas penawaran produk dan jasanya kepada masyarakat.

20

Benyamin Molan, Glosarium Prentice hall untuk Manajemen dan Pemasaran, (Jakarta:
Prenhallindo, 2002), h.123.
21
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2004), h.152.

25

d. Bila tingkat laba bank bertambah diharapkan lalu lintas keuangan


terjamin sehingga pemerintah dan masyarakat merasa tenang.
Bank syariah merupakan lembaga keuangan syariah yang
berorientasi laba (profit). Laba bukan hanya untuk kepentingan pemilik,
tetapi juga sangat penting untuk pengembangan usaha bank syariah. Laba
bank syariah terutama diperoleh dari selisih antara pendapatan atas
penanaman dana dan biaya- biaya yang dkeluarkan selama periode
tertentu. Untuk dapat memperoleh hasil yang optimal, bank syariah
dituntut untuk melakukan pengelolaan dananya secara efisien dan efektif
baik atas dana- dana yang dikumpulkan dari masyarakat (Dana Pihak
Ketiga), serta dana pemilik bank syariah maupun atas pemanfaatan atau
penanaman dana tersebut.22 Profitabillitas atau rentabilitas dalam dunia
perbankan salah satunya dapat dihitung dengan Return on Assets (ROA).
2. Return On Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengelola aset guna memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. ROA dihitung dengan rumus sebagai berikut:23
Laba Sebelum Pajak
ROA =

X 100%
Total Aktiva

22
23

h.61.

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: EKONISIA, 2005), h.101.


Farah Margaretha, Manajemen Keuangan bagi Industri Jasa, (Jakarta: Grasindo, 2007),

26

Besarnya nilai untuk laba sebelum pajak dapat dilihat pada


perhitungan laba rugi bank, sedangkan total aktiva dapat dilihat pada
laporan neraca bank. Adapun penghitungan ROA untuk bank syariah
biasanya menggunakan laba sebelum zakat dan pajak.
Laba sebelum pajak adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam
periode berjalan sebelum dikurangi pajak. Sedangkan total aktiva
merupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada BI, penempatan
pada bank lain, piutang, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil,
pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan dengan prinsip sewa,
pinjaman qardh, aktiva tetap, dan lain-lain.24 Klasifikasi tingkat ROA
menurut Bank Indonesia secara rinci adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Klasifikasi Tingkat ROA Menurut BI
Tingkat ROA
Di atas 1,22%
0,99% 1,22%
0,77% 0,99%
Di bawah 0,77%
Sumber: www.bi.go.id

Predikat
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat

ROA adalah salah satu indikasi kesehatan keuangan perbankan.


Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

24

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,


2005), h.22.

27

Sebaliknya, semakin kecil ROA menggambarkan kinerja perbankan yang


kurang baik dalam mengelola aset guna menghasilkan laba.

B. Kecukupan Modal
1. Pengertian Kecukupan Modal
Permodalan berfungsi sebagai sumber utama pembiayaan terhadap
kegiatan operasional, penyangga terhadap kemungkinan terjadinya
kerugian, dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan
bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Modal
yang dimiliki oleh suatu bank pada dasarnya harus cukup untuk menutupi
seluruh risiko usaha yang dihadapi bank.
Untuk

memastikan

bahwa

industri

perbankan

memiliki

permodalan yang cukup dalam mendukung kegiatan usahanya, Bank


Indonesia bertanggung jawab menentukan jumlah minimum permodalan
yang harus dimiliki bank dan mengeluarkan ketentuan mengenai
permodalan minimum (regulatory capital). Pemenuhan regulatory capital
tersebut menjadi salah satu komponen penilaian dalam pengawasan bank
yang tercermin dari pemenuhan rasio kecukupan modal.25 Kecukupan
modal perbankan salah satunya diukur dengan Capital Adequacy Ratio
(CAR).
25

Ferry N Idroes, Manajemen Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan


Basel II terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaaannya di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008), h.66.

28

2. Capital Adequacy Ratio (CAR)


CAR adalah perbandingan antara total modal dengan aset
tertimbang menurut risiko yang oleh Bank Indonesia diterjemahkan
menjadi KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum).26 CAR
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Modal Bank
CAR =

X 100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

BI menetapkan ketentuan modal minimum bagi perbankan


sebagaimana ketentuan dalam standar Bank for International Settlements
(BIS) bahwa setiap bank umum diwajibkan menyediakan modal minimum
sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).27
Adapun Klasifikasi tingkat CAR menurut Bank Indonesia secara rinci
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Klasifikasi Tingkat CAR Menurut BI
Tingkat CAR
8% ke atas
6,4% - 7,9%
di bawah 6,4%
Sumber: www.bi.go.id

Predikat
Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh


aktiva bank yang mengandung risiko (pembiayaan, penyertaan, surat
26
27

Benyamin Molan, Glosarium Prentice hall untuk Manajemen dan Pemasaran, h.16.
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h.40.

29

berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal bank,
disamping memperoleh dana- dana dari sumber- sumber di luar bank
seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain- lain. Dengan kata
lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung risiko, misalnya pembiayaan yang diberikan.28
Rasio CAR merupakan alat pengukur kinerja keuangan bank.
Selain itu, CAR juga menggambarkan kondisi perbankan diantaranya:
a. Indikasi permodalan apakah telah memadai (adequate) untuk menutup
risiko kerugian yang timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva
produktif karena setiap kerugian akan mengurangi modal. CAR
mengukur kemampuan permodalan bank dalam mengantisipasi
penurunan aktiva dan menutup kemungkinan terjadinya kerugian
dalam pembiayaan. CAR yang tinggi mencerminkan semakin baiknya
permodalan karena modal dapat digunakan untuk menjamin pemberian
pembiayaan. CAR yang rendah mencerminkan bahwa permodalan
bank kurang baik karena bank kurang mampu menutup kemungkinan
terjadinya kegagalan dalam pembiayaan.
b. Kemampuan membiayai operasional dan membiayai seluruh aktiva
tetap dan inventaris bank. CAR yang tinggi menunjukkan cukupnya
modal untuk melaksanakan kegiatan usahanya dan dapat melakukan
pengembangan bisnis serta ekspansi usaha dengan lebih aman.
28

Farah Margaretha, Manajemen Keuangan bagi Industri Jasa, h.63.

30

c. Kemampuan bank dalam meningkatkan profitabilitas. CAR yang


tinggi menunjukkan bank tersebut memiliki tingkat modal yang cukup
besar dalam meningkatkan cadangan kas yang dapat digunakan untuk
memperluas pembiayaannya, sehingga akan membuka peluang yang
lebih besar bagi bank untuk meningkatkan profitabilitas.
d. Ketahanan dan efisiensi perbankan. Bila CAR rendah, kemampuan
bank untuk survive pada saat mengalami kerugian juga rendah. Modal
sendiri cepat habis untuk menutup kerugian yang dialami dan akhirnya
kelangsungan usaha bank menjadi terganggu.
3. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) BPRS
Berdasarkan PBI Nomor: 8/22/PBI/2006 tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM) BPRS, bank wajib menyediakan
modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR). Perhitungan modal pada BPRS adalah sebagai berikut:29
a. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham, dana setoran modal,
modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan
setelah diperhitungkan pajak, laba tahun lalu setelah diperhitungkan
pajak, serta laba tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak
dan kekurangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif paling

29

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 8/22/PBI/2006 Tentang Kewajiban Penyediaan


Modal Minimum (KPMM) Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah (BPRS), artikel
diakses 24 Juli 2010 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/37E4E7E8-9507-4788-86C3-533A57C17
BF4/11955/pbi_82207.pdf

31

tinggi 50%. Modal inti diperhitungkan dengan faktor pengurang


berupa goodwill, disagio, rugi tahun lalu, dan rugi tahun berjalan.
b. Modal pelengkap diperhitungkan paling tinggi 100% dari modal inti
yang terdiri dari selisih penilaian kembali aktiva tetap, cadangan
umum dari Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif paling tinggi
1,25% dari ATMR, modal pinjaman (modal kuasi), dan investasi
subordinasi paling tinggi sebesar 50% dari modal inti dengan
memenuhi persyaratan tertentu.
Adapun perhitungan kebutuhan modal minimum pada BPRS
adalah sebagai berikut:30
a. Melakukan penjumlahan ATMR, yaitu:
1) ATMR aktiva neraca (mengalikan nilai nominal aktiva yang
bersangkutan dengan bobot risiko aktiva neraca tersebut).
2) ATMR aktiva administratif (mengalikan nilai nominal rekening
administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko aktiva
administratif tersebut).
b. Jumlah kewajiban penyediaan modal minimum BPRS adalah 8% dari
jumlah ATMR (ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif).
c. Dihitung jumlah modal inti dan modal pelengkap.

30

Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No. 9/14/Dpbs/2007 tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum (KPMM) BPRS, Jakarta, 21 Juni 2007, artikel diakses 24 Juli 2010 dari http://
www.bi.go.id/NR/rdonlyres/567A219D-023D-404C-A62F-4B253DD30040/12143/SENo914DP
bSTgl21Juni2007.pdf.

32

d. Membandingkan jumlah modal dengan kewajiban penyediaan modal


minimum

tersebut

sehingga

dapat

diketahui

kelebihan

atau

kekurangan modal dari BPRS yang bersangkutan.

C. Efisiensi Operasional
1. Pengertian Efisiensi
Agar mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat, tuntutan
konsumen yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi informasi,
maka pengelolaan bank secara efisien merupakan faktor penting untuk
dapat terus bertahan. Efisiensi adalah melakukan sesuatu secara tepat (do
the things right). Efisiensi didefinisikan sebagai hubungan antara input
dan output yang dihasilkan dengan sumber daya yang dipakai untuk
melakukan aktivitas operasional. Bank dikategorikan efisien tergantung
dari cara manajemen memproses input menjadi output.31
Efisiensi yang harus dilakukan perbankan adalah mengoptimalkan
input yang ada agar manghasilkan output yang maksimal. Input pada
perbankan syariah terdiri dari tiga pihak. Dana pihak pertama berasal dari
dana para pemodal dan pemegang saham. Dana pihak kedua berasal dari
pinjaman lembaga keuangan (bank dan bukan bank) dan pinjaman dari
Bank Indonesia. Dana pihak ketiga berasal dari dana simpanan, tabungan,
dan deposito. Setelah input terkumpul di bank, selanjutnya bank syariah
31

Benyamin Molan, Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan Pemasaran, h.44.

33

dapat menghasilkan output berupa penyaluran dana dalam bentuk


pembiayaan dan jasa. Jika terdapat dana yang tidak digunakan pada bank
maka bank tetap harus memberikan bagi hasil kepada nasabah dan
akhirnya akan mengurangi tingkat laba yang dihasilkan bank.
Bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan
mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana
masyarakat maupun dalam menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat
yang membutuhkan sebagai modal usaha. Efisiensi pada perbankan
terutama efisiensi biaya akan menghasilkan tingkat keuntungan yang
optimal, penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih
kompetitif, peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan
kesehatan perbankan yang meningkat. Salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengukur efisiensi perbankan adalah rasio BOPO.
2. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional. BOPO digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.32
BOPO dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Beban Operasional
BOPO =

X 100%
Pendapatan Operasional

32

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h.119.

34

Yang termasuk beban operasional adalah semua jenis biaya yang


berkaitan langsung dengan kegiatan usaha bank. Beban operasional
terdapat dalam laporan laba rugi yang diperoleh dengan menjumlahkan
biaya bagi hasil, biaya tenaga kerja, biaya umum dan administrasi, biaya
Penyusutan dan Penyisihan Aktiva Produktif, biaya sewa gedung dan
inventaris, dan sebagainya. 33
Sedangkan yang termasuk pendapatan operasional adalah semua
pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang
benar- benar telah diterima. Pendapatan operasional didapat dalam laporan
laba rugi yang diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan jual beli,
pendapatan sewa, pendapatan bagi hasil, pendapatan administrasi, dan
pendapatan operasional lainnya yang terdiri dari provisi dan komisi serta
dividen yang diterima dari saham yang dimiliki. Ketentuan tingkat BOPO
menurut Bank Indonesia secara rinci adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3
Klasifikasi Tingkat BOPO Menurut BI
Tingkat BOPO
Di bawah 93,52%
93,52% - 94,72%
94,72% - 95,92%
Di atas 95,92%
Sumber: www.bi.go.id

33

Predikat
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h.111.

35

Selain sebagai indikator kinerja dan kesehatan bank, efisiensi yang


diwakili oleh rasio BOPO juga memberikan gambaran mengenai:
a. Kemampuan manajemen perbankan dalam mengelola sumber daya
(aktiva) yang ada untuk menghasilkan keuntungan optimal. Semakin
rendah BOPO maka semakin tinggi efisiensi operasional bank dalam
penggunaan aktiva untuk menghasilkan laba.
b. Kemampuan bank dalam hal pengendalian biaya. Semakin rendah
BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan
biaya operasionalnya. Sebaliknya, tingginya BOPO mengindikasikan
ketidakmampuan bank dalam mengatur dan mengendalikan biaya.
c. Kemampuan bank dalam menghasilkan profitabilitas. BOPO yang
rendah mencerminkan tingginya kemampuan bank dalam menekan
biaya operasional sehingga mampu mendorong naiknya profitabilitas.
Sebaliknya, tingginya BOPO berarti tinggi pula beban yang
ditanggung bank dan berimbas negatif terhadap laba yang didapat.
d. Kemampuan bank dalam meminimalkan risiko operasional. Risiko
operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan
keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank dan
kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa- jasa dan produk- produk
yang ditawarkan oleh bank. Rendahnya BOPO menunjukkan tingginya
kemampuan bank dalam meminimalkan risiko operasional.

36

D. Pengaruh Kecukupan Modal (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA)


Setiap

penciptaan

aktiva,

disamping

berpotensi

menghasilkan

keuntungan juga berpotensi menimbulkan risiko. Oleh karena itu, pemenuhan


kecukupan modal (CAR) yang harus disediakan bank menjadi penting untuk
diukur guna menjaga keamanan pemilik dana terutama dana masyarakat
terhadap kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas investasi pada aktiva.34
Tingginya CAR mencerminkan kemampuan bank dalam menanggung
risiko yang mungkin timbul dan menunjukkan kapabilitasnya dalam
mengantisipasi adanya penurunan aktiva sehingga dana nasabah terlindungi
dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Selain itu, CAR yang tinggi
yakni adanya permodalan yang cukup mampu menambah aktiva dan membuat
pembiayaan menjadi lebih luas dengan tingkat risiko yang kecil sehingga
semuanya itu akan berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) bank.
Penambahan modal dapat juga mengurangi profitabilitas, jika dengan
penambahan modal tersebut bank menanamkannya dalam bentuk aktiva yang
kurang produktif atau menanamkannya dalam bentuk aktiva produktif tetapi
tidak menggunakan prinsip kehati-hatian (investasi yang rugi) sehingga tidak
akan mendatangkan cash flow secara maksimal. Dengan demikian laba bank
akan tetap atau bahkan turun dan menyebabkan ROA turun pula.

34

h.135.

Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alfabet, 2005),

37

E. Pengaruh Efisiensi Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas (ROA)


Hasil akhir dari aktivitas bank akan menghasilkan biaya dan juga
pendapatan operasional. Kedua hal ini mempengaruhi tingkat efisiensi
operasional bank yaitu kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan dari
penggunaan aktiva agar dapat menutupi biaya-biaya operasional. Semakin
efisien biaya operasional, maka semakin efisien pula bank tersebut dalam
penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.
Tingkat efisiensi operasional diukur dengan rasio BOPO. Semakin
rendah BOPO menunjukkan semakin tinggi efisiensi operasional bank yakni
semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan yang
ditunjukkan dengan meningkatnya profitabilitas (ROA). Sebaliknya, tingginya
rasio BOPO mencerminkan inefisiensi operasional bank yang ditandai dengan
tingginya beban operasional dan akan berakibat pada berkurangnya laba dan
menurunkan rasio ROA.
Dengan tingginya biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan
keuntungan yang dicapai bank, maka akan mengakibatkan rendahnya efisiensi
operasional bank dan selanjutnya berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas
yang semakin menurun. Tetapi jika peningkatan biaya operasional bank
mampu diiringi dengan kenaikan pendapatan operasional yang lebih besar,
maka akan berpengaruh terhadap kenaikan ROA.

38

BAB III
DESKRIPSI DATA
A. Sekilas Tentang PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor
BPRS Amanah Ummah adalah salah satu Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah di Bogor Barat Indonesia yang beroperasi berdasarkan prinsipprinsip syariah Islam yang bertujuan menumbuhkan ekonomi masyarakat.
BPRS yang diresmikan pada tanggal 8 Agustus 1992 ini telah memiliki kantor
cabang di Jl. RE. Martadinata No.2 Bogor dan kantor kas di Universitas Ibnu
Khaldun

(UIKA)

Bogor

sebagai

bukti

atas

kapabilitasnya

dalam

meningkatkan kinerja keuangan dan memperluas jaringan usaha.


BPRS Amanah Ummah senantiasa berperan aktif dalam menjalankan
fungsi intermediasi melalui penghimpunan dana dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Dana pihak ketiga yang merupakan
sumber pendanaan utama BPRS Amanah Ummah di tahun 2009 mencapai Rp
50.400.384.429,- dengan 59,94% didominasi oleh tabungan masyarakat.
Performa prima BPRS Amanah Ummah juga terlihat pada sisi total
aset yang berhasil dibukukan di tahun 2009 sebesar Rp 57.244.983.000,dengan 70,43% dari total aset yakni sebesar Rp 40.319.379.000,- merupakan
pembiayaan yang dikucurkan kepada masyarakat yang mampu memberikan
kontribusi terbesar terhadap pos pendapatan bank dengan fokus pada sektor
Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

39

B. Permodalan PT. BPRS Amanah Ummah


1. Perhitungan CAR
Berikut data rasio CAR PT. BPRS Amanah Ummah periode 19982009 berdasarkan ikhtisar keuangan dalam Laporan Keuangan Tahunan:
Tabel 3.1
Rasio CAR BPRS Amanah Ummah Periode 1998- 2009
TAHUN
(%)

1998
16,61

1999
13,24

2000
11,94

2001
18,64

2002
17,20

2003
16,69

TAHUN
(%)

2004
11,93

2005
11,46

2006
15,13

2007
15,35

2008
16,03

2009
15,52

Di bawah ini disajikan perhitungan rasio CAR pada PT. BPRS


Amanah Ummah periode 31 Desember 2007 sebagai berikut:
a. Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Tabel 3.2
Perhitungan ATMR BPRS Amanah Ummah per 31 Des 2007
NO
1
2

AKTIVA
Kas
Sertifikat
Wadiah Bank
Indonesia
Pembiayaan yg
dijamin dgn
uang kas,
valas, emas,
mata uang
emas, serta
simpanan
berjangka dan

NOMINAL
648.406.200

BOBOT
0

ATMR
-

2.801.510.889

40

tabungan pada
bank ybs
Giro, simpanan
berjangka,
sertifikat
berjangka,
tabungan, serta
tagihan lainnya
kpd bank lain
Pembiayaan
kpd bank lain
atau
Pemerintah
Daerah
Pembiayaan yg
dijamin oleh
bank lain atau
Pemerintah
Daerah
Pembiayaan
Kepemilikan
Rumah (KPR)
yg dijamin
hipotik prtama
dgn tujuan
untuk dihuni
Tagihan
kepada atau
tagihan yg
dijamin oleh
atau surat
berharga yg
diterbitkan
atau dijamin
oleh:
a. BUMD
b. Perorangan
c. Koperasi
d. Perusahaan
lainnya
e. Lain- lain
Aktiva tetap

9.110.760.578

20%

1.822.152.116

20%

20%

50%

21.713.767.743
-

100%
100%
100%

21.713.767.743
-

100%

148.369.415

100%
100%

148.369.415

41

10

dan inventaris
(nilai buku)
Aktiva lainnya
selain tersebut
di atas

427.348.353

100%

427.348.353

JUMLAH ATMR

24.111.637.627

Sumber: Laporan Tahunan BPRS Amanah Ummah Tahun 2007


b. Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum
Tabel 3.3
Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum BPRS Amanah Ummah
per 31 Des 2007
NO

KETERANGAN

Modal Inti
a. Modal disetor
b. Modal sumbangan
c. Cadangan umum
d. Cadangan tujuan
e. Laba ditahan
f. Laba tahun- tahun lalu
g. Rugi tahun- tahun lalu
h. Laba thn brjalan(50%THP)
i. Rugi tahun berjalan
j. Kekurangan pembentukan
PPAP
k. Goodwill
Jumlah modal inti
Modal pelengkap
a. Cadangan revaluasi aktiva
tetap
b. PPAP (maks. 1,25% dari
ATMR)
c. Modal pinjaman
d. Pinjaman subordinasi
(maks. 50% dr modal inti)
Jumlah modal pelengkap

JUMLAH
KOMPONEN

JUMLAH

2.000.000.000 2.000.000.000
247.975.177
247.975.177
192.100.619
192.100.619
58.902.842
58.902.842
1.068.888.669
403.724.962
3.567.867.307 2.902.703.600
247.807.518

247.807.518

550.000.000
-

550.000.000

797.807.518

797.807.518

42

Jumlah modal pelengkap yang


diperhitungkan (maks. 100% dari
797.807.518
modal inti)
JUMLAH MODAL
3.700.511.118
MODAL MINIMUM
1.928.931.010
(8% x ATMR)
Kelebihan atau kekurangan modal
1.771.580.108
Rasio CAR = JUMLAH MODAL/
15,35%
ATMR x 100%
Sumber: Laporan Tahunan BPRS Amanah Ummah tahun 2007
2. Upaya Pemenuhan Kecukupan Modal
Pertumbuhan usaha tentu harus diiringi dengan tercapainya skala
ekonomi operasional yang lebih optimal. Untuk itu diperlukan dukungan
permodalan yang lebih besar yang dapat mendukung pengembangan usaha
bank. Untuk mencapai tujuan tersebut, BPRS Amanah Ummah di setiap
tahunnya mengalokasikan laba ditahan dan dana cadangan dengan
sejumlah persentase tertentu yang disepakati, serta menerbitkan saham
secara bertahap di tahun 2001, 2003, 2004, 2006, 2008, dan 2009 guna
menambah permodalan.
Upaya BPRS Amanah Ummah dalam memenuhi kecukupan modal
juga terlihat dari keputusan bank di tahun 2008 untuk memindahkan pos
cadangan tujuan kepada pos cadangan umum dalam rangka memenuhi
ketentuan UU PT No.40 Tahun 2007 Pasal 70 yaitu cadangan umum
minimal 20% dari modal disetor.
Penerbitan

saham

di

tahun

2008

juga

diarahkan

untuk

meningkatkan jaringan usaha bank dalam bentuk pembukaan kantor

43

cabang sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia


(PBI) No:8/25/PBI/2006. Adapun penerbitan saham di tahun 2009
sehingga modal disetor berjumlah Rp 3 Milyar adalah dalam rangka
meningkatkan sisi permodalan dan ekspansi pembiayaan sehingga BPRS
Amanah Ummah tetap memiliki Financial Buffer yang kuat.

C. Efisiensi Operasional PT. BPRS Amanah Ummah


1.

Perhitungan BOPO
Berikut data rasio BOPO PT. BPRS Amanah Ummah periode
1998- 2009 berdasarkan ikhtisar keuangan dalam Laporan Keuangan
Tahunan:
Tabel 3.4
Rasio BOPO BPRS Amanah Ummah Periode 1998- 2009
TAHUN
(%)

1998
84,22

1999
84,89

2000
80,65

2001
85,01

2002
78,40

2003
82,17

TAHUN
(%)

2004
79,92

2005
81,93

2006
79,91

2007
81,26

2008
74,67

2009
74,17

Adapun perhitungan rasio BOPO PT. BPRS Amanah Ummah


periode 1998- 2009 berdasarkan angka yang terdapat pada laporan laba
rugi dalam Laporan Keuangan Tahunan adalah sebagai berikut:
Beban Operasional
BOPO =

X 100%
Pendapatan Operasional

44

Tabel 3.5
Perhitungan BOPO BPRS Amanah Ummah 1998- 2009
TAHUN
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

Beban
Operasional (Rp)
684.640.000
1.063.972.000
1.345.363.000
1.900.869.000
2.123.569.000
2.708.655.000
3.252.630.000
3.589.556.000
3.918.316.000
4.452.554.000
5.639.541.000
7.198.509.000

Pendapatan
Operasional (Rp)
811.483.000
1.253.404.000
1.668.123.000
2.236.211.000
2.776.552.000
3.320.891.000
4.145.201.000
4.459.852.000
4.959.404.000
5.579.940.000
7.192.457.000
9.216.509.000

BOPO (%)
84,37
84,89
80,65
85,00
76,48
81,56
78,47
80,49
79,00
79,80
78,40
78,10

2. Upaya Efisiensi Operasional


Dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan produktivitas
pegawai

yang

akhirnya

dapat

mengoptimalkan

tingkat

efisiensi

operasional dalam hal beban tenaga kerja, BPRS Amanah Ummah


senantiasa memberikan berbagai pendidikan dan pelatihan baik yang
diselenggarakan pihak internal maupun eksternal bank secara terus
menerus dan berkesinambungan di tiap tahunnya sebagai perbekalan
untuk pegawai baru dan peningkatan kemampuan pegawai secara umum.
Upaya BPRS Amanah Ummah dalam mencapai kinerja yang baik
juga perlu diiringi dengan peningkatan kesejahteraan karyawan untuk
memotivasi para karyawan untuk berprestasi lebih baik lagi yang

45

dilakukan dengan menerapkan pola kebijakan pemberian reward berupa


bonus tahunan berdasarkan hasil penilaian kinerja (Performance
Appraisal) seluruh pegawai, pemberian tunjangan hari raya, tunjangan
seragam, tunjangan pernikahan, tunjangan kelahiran anak, asuransi rawat
inap dari asuransi Takaful, dan program dana pensiun dari DPLK Bank
Muamalat.
Adapun langkah yang diambil BPRS Amanah Ummah untuk
menekan biaya dana (cost of fund) adalah dengan mengadakan kerja sama
Linkage Program pembiayaan dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI)
cabang Bogor pada tahun 2007. Selain itu, untuk mendukung
pengembangan pasar dan peningkatan layanan nasabah, di tahun 2005
bank mengembangkan software perbankan dengan tampilan kecepatan
proses transaksi yang lebih cepat dan dapat menggabungkan data di kantor
kas ke pusat data secara real time dengan dukungan jalur komunikasi
online antara kantor pusat dengan kantor cabang dan kantor kas. Hal ini
tentunya dapat meningkatkan efisiensi kerja operasional yang berdampak
positif terhadap kemajuan bank.

D. Profitabilitas PT. BPRS Amanah Ummah


1. Perhitungan ROA
Berikut data rasio ROA PT. BPRS Amanah Ummah periode 19982009 berdasarkan ikhtisar keuangan dalam Laporan Keuangan Tahunan:

46

Tabel 3.6
Rasio ROA BPRS Amanah Ummah Periode 1998- 2009
TAHUN
(%)

1998
3,12

1999
3,18

2000
2,86

2001
2,61

2002
3,62

2003
2,93

TAHUN
(%)

2004
2,92

2005
2,26

2006
3,96

2007
3,83

2008
3,88

2009
4,01

Adapun perhitungan rasio ROA PT. BPRS Amanah Ummah


periode 1998- 2009 berdasarkan angka yang terdapat pada laporan laba
rugi dan laporan neraca dalam Laporan Keuangan Tahunan adalah sebagai
berikut:
Laba Sebelum Zakat dan Pajak
ROA =

X 100%
Total Aktiva

Tabel 3.7
Perhitungan ROA BPRS Amanah Ummah 1998- 2009
TAHUN
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

Laba sebelum Zakat


dan Pajak (Rp)
128.253.000
189.432.000
322.760.000
335.317.000
638.988.825
655.060.432
895.823.710
865.946.507
1.036.031.239
1.149.860.224
1.584.473.280
1.911.088.147

Total Aktiva
(Rp)
3.665.174.000
4.801.262.000
7.494.661.000
9.365.061.000
11.918.974.908
15.543.940.304
20.916.556.788
23.681.835.926
28.096.774.085
34.613.797.466
44.100.181.840
57.244.983.392

ROA (%)
3,50
3,95
4,30
3,58
5,36
4,21
4,28
3,66
3,69
3,32
3,59
3,34

47

2. Strategi Peningkatan Profitabilitas


Dalam meningkatkan profitabilitas, BPRS Amanah Ummah
melakukan berbagai upaya dan strategi sebagai berikut:
a. Memaksimalkan produktivitas aktiva dengan meningkatkan struktur
pembiayaan efektif seperti fokus pada pembiayaan modal kerja dan
investasi yang tertuju pada kegiatan ekonomi yang produktif,
menghindari jumlah pembiayaan yang terkonsentrasi pada jumlah
yang relatif besar, konsisiten pada Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), dan memasarkan pembiayaan berbasis akad Mudharabah dan
Musyarakah kepada nasabah yang lokasinya dekat dengan bank guna
memudahkan pembinaan dan telah teruji karakter dan kemampuannya
dengan akad berbasis jual beli dan sewa.
b.

Membentuk Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang baik untuk


mengimbangi tingginya pembiayaan dengan:
1) Menyempurnakan dan mensosialisasikan panduan kebijakan dan
acuan standar SOP dalam melakukan analisis pembiayaan
termasuk

menetapkan

limit

pembiayaan

dan

memberikan

pendidikan dan pelatihan bagi Account Officer (AO) baik oleh


pihak internal maupun eksternal bank untuk meningkatkan
kemampuan analisis pembiayaan.
2) Meningkatkan

supervisi

dan

monitoring

kepada

nasabah

pembiayaan pasca dropping serta revaluasi hasil kerja terutama

48

pembinaan debitur- debitur bermasalah yaitu kolektibilitas 3 dan 4


dengan mengefektifkan Satuan Tugas Khusus (STK) dengan fokus
dan target yang nyata.
3) Membentuk dana cadangan Penyisihan dan Penyusutan Aktiva
Produktif (PPAP) yang memadai sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Mengasuransikan aktiva tetap dan aktivitas kas (penyetoran dan
pengambilan dana) dengan asuransi cash in transit dan asuransi
jaminan gadai emas.
c. Menyeimbangkan

kenaikan

aktiva

dengan

menambah

jumlah

karyawan bagian marketing dengan membekali dan membenahi


Sumber Daya Insani (SDI) agar lebih produktif.
d. Meluncurkan produk baru yaitu Rahn (Gadai Emas Syariah) di tahun
2007 yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap total
pendapatan bank.
e. Dalam rangka memperluas customer based, bank membuka kantor kas
di Ciluar Bogor di tahun 2001, relokasi kantor kas dari Jl. Raya Ciluar
Bogor ke Jl. Dramaga Pasar Dramaga Bogor di tahun 2003 untuk
perluasan jaringan dan target pasar yang jelas, pembukaan kantor kas
UIKA Bogor di tahun 2005, pembukaan kantor cabang pertama di Jl.
RE. Martadinata Bogor di tahun 2009, dan merekrut Account Officer
(AO) untuk ditempatkan di daerah- daerah kota Bogor guna

49

memperluas pasar selain tetap berorientasi di daerah- daerah yang


selama ini merupakan pasar tetap BPRS Amanah Ummah.
f. Meningkatkan brand image dan menambah fee based income melalui
upaya kerjasama dengan:
1) Bank Permata Syariah di tahun 2007 melalui penempatan mesin
EDC (Electronic Draft Capture) sehingga BPRS Amanah Ummah
dapat melakukan berbagai transaksi kartu debet diantaranya
pembayaran telepon/ listrik/ pulsa, dan transfer (masuk jaringan
ATM bersama) dengan kurang lebih 30 bank, pemindahbukuan,
dan lain- lain.
2) Bank Syariah Mandiri (BSM) di tahun 2009 dalam hal ATM cobranding dimana nasabah dapat menarik dana di ratusan ATM
tanpa harus menjadi nasabah BSM.
3) Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor dengan membangun
software input setoran pembayaran kuliah mahasiswa sekaligus
juga data pelaporannya sehingga dapat diakses oleh pihak UIKA
dengan mudah dan pembuatan kartu mahasiswa sekaligus kartu
ATM.
g. Fokus hasil kinerja bukan hanya aspek finansial saja, melainkan juga
terhadap tanggung jawab sosial dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (Corporate Social Responsibility) yang akan
meningkatkan kepercayaan masyarakat dan secara tidak langsung

50

meningkatkan keuntungan BPRS Amanah Ummah seperti penyaluran


pembiayaan kebajikan (Qardhul Hasan), penghimpunan dana ZIS dari
bank dan nasabah yang disalurkan kepada para mustahik dalam bentuk
zakat produktif, beasiswa pendidikan, dan zakat produktif, serta
memberikan berbagai sumbangan kepada pondok pesantren, lembaga
pendidikan, Dewan Keluarga Masjid (DKM), dan lain- lain untuk
pembangunan sarana maupun kegiatan- kegiatan keagamaan.
h. Upaya BPRS Amanah Ummah dalam meningkatkan kepercayaan
masyarakat

yang

secara

tidak

langsung

akan

meningkatkan

keuntungan juga dilakukan dengan cara mempertahankan perolehan


tetap predikat SEHAT untuk ukuran kinerja sesuai dengan ketentuan
dan penilaian Bank Indonesia, predikat Wajar Tanpa Syarat dari
Kantor Akuntan Publik (KAP) independen yang ditunjuk bank untuk
mengaudit rutin kinerja tahunan bank, pernyataan Dewan Pengawas
Syariah (DPS) atas pemenuhan aspek syariah dalam pedoman
operasional dan pelaksanaan produk dan jasa, serta penyajian laporan
keuangan berkala an-audited kepada seluruh nasabah melalui papan
informasi.

51

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
E. Analisis Statistik
Data yang diperlukan baik dalam proses analisis statistik maupun
analisis komparatif adalah data yang bersumber dari ikhtisar keuangan
Laporan Tahunan PT. BPRS Amanah Ummah berupa data rasio CAR, BOPO,
dan ROA mulai dari tahun 1998 hingga tahun 2009 sebagai berikut:
Tabel 4.1
CAR, BOPO, dan ROA BPRS Amanah Ummah 1998- 2009
CAR
BOPO
ROA
TAHUN
(%)
TAHUN
(%)
TAHUN
1998
16.61
1999
84.89
1999
1999
13.24
2000
80.65
2000
2000
11.94
2001
85.01
2001
2001
18.64
2002
78.40
2002
2002
17.20
2003
82.17
2003
2003
16.69
2004
79.92
2004
2004
11.93
2005
81.93
2005
2005
11.46
2006
79.91
2006
2006
15.13
2007
81.26
2007
2007
15.35
2008
74.67
2008
2008
16.03
2009
74.17
2009
Sumber: Laporan Tahunan PT. BPRS Amanah Ummah

(%)
3.18
2.86
2.61
3.62
2.93
2.92
2.26
3.96
3.83
3.88
4.01

Langkah awal dalam melakukan analisis statistik adalah mengolah


data pada tabel 4.1 di atas dengan menggunakan rumusan statistik inferensial
dalam program SPPS for Windows versi 13.0 yang kemudian menghasilkan
output statistik dengan analisis sebagai berikut:

52

1. Fungsi Regresi
Tabel 4.2
Fungsi Regresi Berganda
Coefficients

Unstandardized Coefficients
B
Standar Error
(Constant)
11,606
4,163
CAR
0,030
0,068
BOPO
-0,109
0,047
Sumber: Data olahan SPSS 13.0
Model

Berdasarkan tabel 4.2 maka fungsi regresi yang terbentuk adalah:


Y
Standar Eror

= 11,606 +
= (4,163)

0,03 CAR
(0,068)

0,109 BOPO
(0,047)

2. Interpretasi Fungsi Regresi


Interpretasi fungsi regresi di atas adalah sebagai berikut:
a. Nilai konstanta = 11,606, menunjukkan bahwa jika nilai CAR dan
BOPO adalah nol maka nilai profitabilitas Y (ROA) adalah 11,606.
Nilai 4,163 adalah besarnya standar eror dari konstanta fungsi regresi.
b. Nilai koefisien regresi CAR = 0,03, menunjukkan bahwa jika CAR
mengalami kenaikan 1% maka ROA akan mengalami kenaikan pula
sebesar 0,03% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (ceteris
paribus). Hubungan searah ini dapat dilihat dari koefisien CAR pada
fungsi regresi yang bernilai positif. Nilai 0,068 merupakan standar
eror bagi penghitungan CAR dalam fungsi regresi.

53

c. Nilai koefisien regresi BOPO = - 0,109, menunjukkan bahwa jika


BOPO mengalami kenaikan sebesar 1% maka ROA akan mengalami
penurunan sebesar 0,109% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap
(ceteris paribus). Hubungan berlawanan arah ini terlihat dari koefisien
BOPO pada fungsi regresi yang bernilai negatif. Nilai 0,047 adalah
standar eror bagi penghitungan BOPO dalam fungsi regresi.
3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian signifikansi terhadap hipotesis,
perlu dilakukan uji asumsi klasik terhadap fungsi regresi sebagai berikut:
a. Uji Heteroskedasitas
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedasitas

Scatterplot

Dependent Variable: ROA

Regression Studentized Residual

-1

-2
-1

Regression Standardized Predicted Value

Sumber: Data olahan SPSS 13.0

54

Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa plotnya tidak


membentuk pola tertentu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
fungsi regresi tersebut terbebas dari masalah heteroskedasitas.
b. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa

Collinearity Statistics
Tolerance
VIF

Model

(Constant)
CAR
0,928
BOPO
0,928
Sumber: Data olahan SPSS 13.0

1,077
1,077

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa angka VIF baik untuk


variabel CAR maupun BOPO sebesar 1,077 (VIF 10) dan angka
tolerance untuk variabel CAR dan BOPO adalah 0,928 (nilai
Tolerance 0,1), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi regresi
tersebut terbebas dari masalah multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Square
the Estimate
1
0,673a
0,452
0,315
0,50339
Sumber: Data olahan SPSS 13.0
Model

R Square

DurbinWatson
1,701

55

Pada tabel 4.4 terlihat bahwa nilai Durbin Watson adalah


sebesar 1,701 (nilai Durbin Watson ada diantara -2 hingga +2) maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi regresi tersebut terbebas dari
masalah autokorelasi.
d. Uji Normalitas
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: ROA


1.0

Expected Cum Prob

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Observed Cum Prob

Sumber: Data olahan SPSS 13.0


Berdasarkan gambar 4.2 nampak bahwa plotnya mendekati
garis diagonal atau tersebar di sepanjang garis 450, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa fungsi regresi tersebut telah memenuhi asumsi
normalitas.

56

Dari uji asumsi klasik di atas diketahui bahwa fungsi regresi


yang terbentuk merupakan model regresi yang baik dan layak
digunakan

karena

terbebas

dari

masalah

multikolinieritas,

heteroskedasitas, dan autokorelasi, serta telah memenuhi asumsi


normalitas.
4. Uji F
Tabel 4.5
Hasil Uji F
ANOVA

Sum of
Squares
1
Regression
1,674
Residual
2,027
Total
3,701
Sumber: Data Olahan SPSS 13.0
Model

df
2
8
10

Mean
Square
0,837
0,253

F
3,303

Sig.
0,09

Dari tabel 4.5 terlihat bahwa nilai F hitung adalah sebesar 3,303
Sedangkan F tabel didapat dengan cara menghitung:
Numerator (df1 = k - 1) 3 - 1 = 2
Denumerator (df2 = n - k) 11 - 3 = 8
Derajat kebebasan () = 0,05
maka nilai F tabel = 4,46
Dari perhitungan nilai F diketahui bahwa F hitung F tabel (3,303
4,46) maka Ho diterima dan Ha ditolak (F hitung berada di daerah
penerimaan Ho).

57

Gambar 4.3
Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho dalam Uji F

Ho Ditolak

Ho Ditolak
Ho Diterima

F tabel
-4,46

F hitung
3,303

F tabel
4,46

Selain itu, dari tabel 4.5 diketahui pula bahwa nilai probabilitas
(sig penelitian) 0,05 (0,09 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian, secara statistika dapat disimpulkan bahwa kecukupan
modal (CAR) dan efisiensi operasional (BOPO) secara simultan (bersamasama) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA)
pada PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.
5. Uji t
a. Uji Variabel CAR
Tabel 4.6
Hasil Uji t
Coefficient

Model
t
(Constant)
2,788
CAR
0,434
BOPO
-2,325
Sumber: data olahan SPSS 13.0
1

Sig.
0,024
0,676
0,049

58

Dari tabel 4.6 tertera nilai t hitung untuk variabel CAR sebesar
0,434. Sedangkan t tabel untuk taraf signifikansi 0,05 dengan derajat
kebebasan (DK = n k 11 3 = 8) adalah sebesar 2,306.
Sedangkan, dari penghitungan nilai t untuk variabel CAR
diketahui bahwa t hitung t tabel (0,434 2,306) maka Ho diterima
dan Ha ditolak (t hitung berada pada daerah penerimaan Ho).
Gambar 4.4
Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho dalam Uji t Variabel CAR

Ho Ditolak

Ho Ditolak
Ho Diterima

t tabel
-2,306

t hitung
0,434

t tabel
2,306

Selain itu, dari tabel 4.6 diketahui pula bahwa nilai probabilitas
(sig penelitian) untuk variabel CAR 0,05 (0,676 0,05), maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, secara statistika dapat
disimpulkan bahwa kecukupan modal (CAR) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada PT.
BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.

59

b. Uji Variabel BOPO


Berdasarkan tabel 4.6 tertera nilai t hitung untuk variabel
BOPO adalah sebesar 2,325. Sedangkan t tabel untuk taraf
signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (DK = n k 11 3 = 8)
adalah sebesar 2,306.
Sedangkan dari penghitungan nilai t untuk variabel BOPO
diketahui bahwa nilai t hitung t tabel (-2,325 -2,306), maka Ho
ditolak dan Ha diterima (t hitung berada pada daerah penolakan Ho).
Gambar 4.5
Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho dalam Uji t Variabel BOPO

Ho Ditolak

Ho Ditolak
Ho Diterima

t hitung
-2,325

t tabel
-2,306

t tabel
2,306

Selain itu, dari tabel 4.6 diketahui pula nilai probabilitas (sig
penelitian) untuk variabel BOPO 0,05 (0,049 0,05), maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, secara statistika dapat
disimpulkan bahwa efisiensi operasional (BOPO) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada PT.
BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.

60

6. Koefisien determinasi (R2)


Tabel 4.7
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Model

R Square

1
0,673a
0,452
Sumber: Data olahan SPSS 13.0

Adjusted R Std. Error of


Square
the Estimate
0,315
0,50339

DurbinWatson
1,701

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi


(R Square) sebesar 0,452. Angka tersebut menunjukkan bahwa variabel
ROA dapat dijelaskan oleh variabel CAR dan BOPO sebesar 45,20%.
Atau dengan kata lain, secara statistika besarnya kontribusi
pengaruh kecukupan modal (CAR) dan efisiensi operasional (BOPO)
terhadap perubahan tingkat profitabilitas (ROA) pada PT. BPRS Amanah
Ummah Leuwiliang Bogor adalah sebesar 45,20%. Sedangkan sisanya
sebesar 54,80% dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam analisis penelitian ini.
7. Koefisien Determinasi Parsial
Tabel 4.8
Hasil Koefisien Determinasi Parsial
Coefficients

Model

Zero- order
CAR
0,287
BOPO
-0,663
Sumber: Data Olahan SPSS 13.0

Correlations
Partial
0,152
-0,635

Part
0,114
-0,608

61

a. Kontribusi CAR terhadap ROA


Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa angka korelasi parsial
(Partial Correlations) untuk variabel CAR sebesar 0,152 maka
koefisien determinasi parsial untuk variabel CAR adalah sebesar:
(0,152)2 X 100% = 2,31%
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa secara
statistika, kontribusi pengaruh kecukupan modal (CAR) terhadap
perubahan tingkat profitabilitas (ROA) pada PT. BPRS Amanah
Ummah Leuwiliang Bogor adalah sebesar 2,31%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh faktor- faktor lain.
b. Kontribusi BOPO terhadap ROA
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui pula bahwa angka korelasi
parsial (Partial Correlations) untuk variabel BOPO sebesar -0,635
maka koefisien determinasi parsial untuk variabel BOPO adalah:
(- 0,635)2 X 100% = 40,32%
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara
statistika, varibel yang memberikan kontribusi pengaruh paling besar
terhadap perubahan tingkat profitabilitas (ROA) pada PT. BPRS
Amanah Ummah Leuwiliang Bogor adalah efisiensi operasional
(BOPO) yakni sebesar 40,32%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
faktor- faktor lain.

62

F. Analisis Deskriptif Komparatif


Sebelum melakukan analisis deskriptif komparatif, ada baiknya kita
mengetahui terlebih dahulu mengenai fluktuasi masing- masing rasio CAR,
BOPO, dan ROA pada PT. BPRS Amanah Ummah yang disajikan dalam
bentuk diagram garis (Line Chart) beserta Linear Trendline guna mengetahui
kecenderungan masing- masing variabel apakah meningkat atau menurun
selama periode pengamatan (1998- 2009).
Gambar 4.6
Fluktuasi CAR BPRS Amanah Ummah Periode 1998- 2009

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

18,64
16,61
13,24

17,2 16,69

11,94

15,13 15,35

16,03 15,52

11,93 11,46

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
CAR

Linear (CAR)

Dari gambar 4.6 terlihat bahwa fluktuasi CAR pada PT. BPRS
Amanah Ummah periode 1998- 2009 cenderung tidak meningkat ataupun
menurun karena Linear Trendline rasio CAR bergerak mendatar dari sisi kiri
ke sisi kanan. Hal ini menggambarkan bahwa bank mampu menjaga rasio

63

kecukupan modalnya di berbagai kondisi. Meski CAR beberapa kali turun


hingga pernah mencapai titik terendah di 11,46% di tahun 2005, namun CAR
selalu berada di atas batas minimum yang ditentukan Bank Indonesia.
Gambar 4.7
Fluktuasi BOPO BPRS Amanah Ummah Periode 1998- 2009

86

84,22

85,01

84,89

84
82
80

82,17
80,65

81,93
79,92

81,26
79,91

78,4

78
74,67 74,17

76
74
72
70
68

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
BOPO

Linear (BOPO)

Berdasarkan gambar 4.7 terlihat bahwa fluktuasi rasio BOPO pada PT.
BPRS Amanah Ummah periode 1998- 2009 adalah cenderung menurun
karena Linear Trendline BOPO bergerak turun dari sisi kiri ke sisi kanan. Hal
ini menunjukkan bahwa bank dari tahun ke tahun berikutnya mampu
meningkatkan efisiensi operasional dan mampu memperbaiki kapabilitas
manajemennya dalam mengendalikan biaya guna menghasilkan laba optimal.
Walaupun BOPO beberapa kali naik hingga pernah mencapai titik tertinggi di

64

angka 85,01% di tahun 2001, namun nilai BOPO selalu berada di bawah batas
maksimum yang ditentukan oleh BI.
Gambar 4.8
Fluktuasi ROA BPRS Amanah Ummah Periode 1998- 2009

4,5
3,5
3

3,96 3,83 3,88 4,01

3,62

4
3,12 3,18

2,86

2,93 2,92

2,61

2,26

2,5
2
1,5
1
0,5
0

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
ROA

Linear (ROA)

Dari gambar 4.8 terlihat bahwa fluktuasi rasio ROA pada PT. BPRS
Amanah Ummah periode 1998- 2009 adalah cenderung meningkat karena
Linear Trendline rasio ROA bergerak naik dari sisi kiri ke sisi kanan. Hal ini
mencerminkan bahwa bank cukup profitabel dan mampu meningkatkan
kapabilitas dalam mengelola aset guna menghasilkan keuntungan. Walaupun
rasio ROA beberapa kali mengalami penurunan hingga pernah mencapai titik
terendah di angka 2,26% pada tahun 2005, namun nilai ROA selalu berada di
atas batas minimum yang ditentukan BI.

65

Berikut data rasio CAR, BOPO, dan ROA pada PT. BPRS Amanah
Ummah sebagaimana yang terdapat dalam tabel 4.1 disertai perubahan nilai
ketiga variabel tersebut dari tahun satu ke tahun berikutnya.
Tabel 4.9
Perubahan CAR, BOPO, dan ROA BPRS Amanah Ummah
CAR

BOPO ROA

16.61
13.24
11.94
18.64
17.20
16.69
11.93
11.46
15.13
15.35
16.03

84.89
80.65
85.01
78.40
82.17
79.92
81.93
79.91
81.26
74.67
74.17

3.18
2.86
2.61
3.62
2.93
2.92
2.26
3.96
3.83
3.88
4.01

CAR
-3,37
-1,30
6,70
-1,44
-0,51
-4,76
-0,47
3,67
0,22
0,68

KET
Turun
Turun
Naik
Turun
Turun
Turun
Turun
Naik
Naik
Naik

BOPO
-4,24
4,36
-6,61
3,77
-2,25
2,01
-2,02
1,35
-6,59
-0,50

KET
Turun
Naik
Turun
Naik
Turun
Naik
Turun
Naik
Turun
Turun

ROA
-0,32
-0,25
1,01
-0,69
-0,01
-0,66
1,70
-0,13
0,05
0,13

KET
Turun
Turun
Naik
Turun
Turun
Turun
Naik
Turun
Naik
Naik

Keterangan tabel:

Rasio CAR, BOPO, ROA yang diamati (lihat tabel 4.1)

CAR (perubahan rasio CAR) = CAR t CAR (t- 1)

BOPO (perubahan rasio BOPO) = BOPO t BOPO (t- 1)

ROA (perubahan rasio ROA) = ROA t ROA (t- 1)

Keterangan Naik atau Turun berdasarkan tanda (+) atau (-) dari nilai
masing- masing perubahan rasio CAR, BOPO, dan ROA.

66

Adapun perbandingan atas setiap perubahan CAR dan BOPO terhadap


perubahan ROA di tiap periode pengamatan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10
Komparasi Perubahan CAR, BOPO, dan ROA BPRS Amanah Ummah

PP

CAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

-3,37
-1,30
6,70
-1,44
-0,51
-4,76
-0,47
3,67
0,22
0,68

KET
KET
KET

ROA
BOPO
ROA
BOPO
CAR
Turun -4,24 Turun -0,32 Turun
Turun
4,36
Naik -0,25 Turun
Naik
-6,61 Turun 1,01 Naik
Turun
3,77
Naik -0,69 Turun
Turun -2,25 Turun -0,01 Turun
Turun
2,01
Naik -0,66 Turun
Turun -2,02 Turun 1,70 Naik
Naik
1,35
Naik -0,13 Turun
Naik
-6,59 Turun 0,05 Naik
Naik
-0,50 Turun 0,13 Naik

CAR

ROA
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada

BOPO

ROA
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada

Keterangan tabel:

PP : Periode Pengamatan

CAR ROA : pengaruh perubahan CAR terhadap perubahan ROA.


Dasar pengambilan keputusan :
Ada pengaruh jika: CAR naik ROA naik, atau CAR turun ROA turun.
Tidak ada pengaruh jika: CAR naik ROA turun, CAR turun ROA naik.

BOPO ROA : pengaruh perubahan BOPO terhadap perubahan


ROA. Dasar pengambilan keputusan :
Ada pengaruh jika: BOPO naik ROA turun, atau BOPO turun ROA naik.
Tidak ada pengaruh jika: BOPO naik ROA naik, BOPO turun ROA turun.

67

Guna membantu proses analisis deskriptif komparatif dalam penelitian


ini, berikut disajikan tabel yang berisi perubahan masing- masing nilai total
aktiva, laba sebelum zakat dan pajak, total pendapatan operasional, serta total
beban operasional pada BPRS Amanah Ummah periode 1998- 2009 (lihat
tabel 3.5 dan tabel 3.7).
Tabel 4.11
Perubahan Aktiva, Laba, Pendapatan Operasional, dan Beban Operasional
BPRS Amanah Ummah

Thn

Aktiva
(Rp)

1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

3.665.174
4.801.262
7.494.661
9.365.061
11.918.974
15.543.940
20.916.556
23.681.835
28.096.774
34.613.797
44.100.181
57.244.983

Aktva
31,00
56,10
24,96
27,27
30,41
34,56
13,22
18,64
23,19
27,41
29,81

Laba
(Rp)
128.253
189.432
322.760
335.317
638.988
655.060
895.823
865.946
1.036.031
1.149.860
1.584.473
1.911.088

Laba
47,70
70,38
3,89
90,56
2,52
36,75
-3,34
19,64
10,99
37,80
20,61

Pdptn
Op
811.483
-

Pndptn
Op (Rp)

1.253.404
1.668.123
2.236.211
2.776.552
3.320.891
4.145.201
4.459.852
4.959.404
5.579.940
7.192.457
9.216.509

54,46
33,09
34,06
24,16
19,60
24,82
7,59
11,20
12,51
28,90
28,14

Beban
Op (Rp)

Bbn
Op

684.640
1.063.972
1.345.363
1.900.869
2.123.569
2.708.655
3.252.630
3.589.556
3.918.316
4.452.554
5.639.541
7.198.509

55,41
26,45
41,29
11,72
27,55
20,08
10,36
9,16
13,63
26,66
27,64

Berdasarkan tabel 4.10 dan tabel 4.11 serta berbagai data pendukung
dalam Laporan Tahunan (Laporan Keuangan Tahunan dan Informasi umum)
PT. BPRS Amanah Ummah periode 1998- 2009, berikut hasil analisis
deskriptif komparatif mengenai pengaruh CAR dan BOPO terhadap ROA
pada PT. BPRS Amanah Ummah di setiap periode pengamatan:

68

1. Periode Pengamatan 1 ( CAR 1998- 1999, BOPO dan ROA 19992000)


Penurunan CAR sebesar 3,37% di periode 1998- 1999 akibat
naiknya total aktiva sebesar 31% terutama pada pos pembiayaan yang
akhirnya meningkatkan risiko pembiayaan, ternyata mampu membuat
ROA pada BPRS Amanah Ummah turun sebesar 0,32% di periode 19992000. Hal ini menandakan bahwa bank belum memaksimalkan
kapabilitasnya dalam mengelola aset termasuk mengelola risiko
pembiayaaan dengan hati- hati, disamping kondisi perekonomian pada
saat itu sedang terpuruk dan tidak stabil.
Di sisi lain, penurunan BOPO pada BPRS Amanah Ummah
sebesar 4,24% periode 1999- 2000 akibat naiknya pendapatan operasional
sebesar 33,09% ternyata tidak meningkatkan ROA di periode yang sama.
Meskipun pendapatan operasional meningkat dan naiknya beban
operasional tidak terlalu besar yang pada dasarnya bisa meningkatkan
ROA, justru tingkat ROA di periode ini mengalami penurunan.
2. Periode Pengamatan 2 ( CAR 1999- 2000, BOPO dan ROA 20002001)
Penurunan CAR sebesar 1,3% periode 1999- 2000 akibat naiknya
total aktiva sebesar 56,10% terutama pada pos penempatan pada bank lain,
pembiayaan, serta aktiva tetap dan inventaris yang menyebabkan risiko

69

aktiva meningkat, ternyata cukup berpengaruh terhadap turunnya ROA


pada BPRS Amanah Ummah periode 2000-2001. Penurunan ROA sebesar
0,25% akibat peningkatan aset yang banyak terpusat pada pos yang
kurang produktif seperti penempatan pada bank lain serta aktiva tetap dan
inventaris terlampau lebih besar dibanding naiknya laba yang hanya
3,89% di periode tersebut.
Adapun penurunan tingkat efisiensi operasional BPRS Amanah
Ummah sebesar 4,36% di periode 2000- 2001 akibat melonjaknya beban
personalia (pembayaran pesangon dan penambahan jumlah karyawan)
sebesar 70% dan kenaikan beban umum dan administrasi (pembukaan
kantor kas di Ciluar Bogor) ternyata cukup berpengaruh pula terhadap
turunnya ROA bank tersebut di periode yang sama. Rasio BOPO yang
melesat ke angka 85,01% di tahun 2001 yang merupakan BOPO tertinggi
sepanjang periode pengamatan (1998- 2009) berhasil mengikis laba yang
diperoleh bank. Hal ini mengindikasikan bahwa pembukaan kantor kas
guna perluasan jaringan cukup banyak menguras beban operasional bank.
3. Periode Pengamatan 3 ( CAR 2000- 2001, BOPO dan ROA 20012002)
Peningkatan CAR sebesar 6,7% periode 2000- 2001 karena
bertambahnya modal pinjaman, laba ditahan, dan dana cadangan ternyata
mampu mendorong naiknya ROA BPRS Amanah Ummah sebesar 1,01%

70

di periode 2001- 2002. Rasio CAR di tahun 2001 adalah CAR tertinggi
selama periode pengamatan (1998- 2009) yakni mencapai angka 18,64%
yang menandakan memadainya modal bank untuk melakukan ekspansi
usaha dengan aman dan mampu menanggulangi risiko kerugian sehingga
berdampak positif terhadap peningkatan ROA.
Di sisi lain, penurunan BOPO pada BPRS Amanah Ummah
sebesar 6,16% periode 2001- 2002 yang disebabkan naiknya pendapatan
operasional sebesar 24,16%, ternyata mampu membuat ROA naik di
periode yang sama. Hal ini menandakan bahwa peningkatan efektivitas
dan efisiensi bank dalam mengelola aset mampu mendorong kenaikan
laba yang berujung pada meningkatnya rasio ROA.
4. Periode Pengamatan 4 ( CAR 2001- 2002, BOPO dan ROA 20022003)
Penurunan CAR sebesar 1,44% periode 2001- 2002 akibat naiknya
total aktiva sebesar 27,27% terutama pada pos penempatan pada bank lain,
pembiayaan, dan aktiva tetap yang menyebabkan meningkatnya risiko
aktiva, telah membuat ROA BPRS Amanah Ummah periode 2002- 2003
turun sebesar 0,69%. Penurunan ROA tersebut terjadi akibat naiknya
jumlah aktiva non produktif dan meningkatnya pembiayaan non lancar
serta peningkatan laba yang tidak signifikan yakni hanya naik 2,59% dari
tahun sebelumnya.

71

Adapun penurunan tingkat efisiensi operasional BPRS Amanah


Ummah periode 2002- 2003 sebesar 3,77% akibat naiknya beban
operasional sebesar 27,55% yang terjadi pada pos beban bagi hasil, beban
tenaga kerja, beban administrasi dan umum, serta beban Penyusutan dan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terlihat cukup berpengaruh
membuat rasio ROA turun di periode yang sama. Hal ini mengindikasikan
pentingnya meningkatkan manajemen biaya dan manajemen pendapatan
bank guna memaksimalkan laba optimum.
5. Periode Pengamatan 5 ( CAR 2002- 2003, BOPO dan ROA 20032004)
Turunnya CAR sebesar 0,51% periode 2002- 2003 karena naiknya
total aktiva sebesar 30,41% terutama pada pos pembiayaan, aktiva tetap
berupa pembelian kendaraan, inventaris kantor dan komputer serta aktiva
lain- lain, yang menyebabkan meningkatnya risiko aktiva bank ternyata
mampu membuat ROA pada BPRS Amanah Ummah turun sebesar 0,01%
periode 2003- 2004. Hal ini mencerminkan bahwa kualitas manajemen
aset berbanding lurus dengan laba yang berhasil dicetak bank.
Adapun peningkatan efisiensi operasional BPRS Amanah Ummah
sebesar 2,25% periode 2003- 2004 akibat naiknya pendapatan operasional
bank sebesar 24,82% terutama pos pendapatan bagi hasil pembiayaan
ternyata tidak serta merta mendorong naiknya ROA.

72

6. Periode Pengamatan 6 ( CAR 2003- 2004, BOPO dan ROA 20042005)


Turunnya CAR sebesar 4,76% periode 2003- 2004 akibat naiknya
total aktiva sebesar 34,56% terutama pada pos penempatan pada bank lain,
pembiayaan, penambahan aktiva tetap berupa pembelian tanah, kendaraan,
inventaris kantor, dan komputer serta penambahan aktiva lain- lain berupa
agunan pembiayaan yang diambil alih yang menyebabkan meningkatnya
risiko aktiva, ternyata cukup berpengaruh menurunkan ROA BPRS
Amanah Ummah sebesar 0,66% di periode 2004- 2005.
Kenaikan risiko aktiva tersebut disebabkan meningkatnya total
aktiva non produktif dan pembiayaan yang meningkat 36,11% di periode
2003- 2004 namun belum memberikan laba maksimal, membuat rasio
ROA lebih rendah dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ROA yang tidak
signifikan juga bisa disebabkan oleh besarnya jumlah pembiayaan yang
dikucurkan kepada masyarakat yang berjangka waktu di atas 1 tahun yaitu
sebesar 87,54% dari total pembiayaan (60,04% merupakan pembiayaan
dengan jangka waktu 1- 3 tahun, 23,45% merupakan pembiayaan dengan
jangka waktu 3- 5 tahun, dan 4,05% adalah pembiayaan dengan jangka
waktu di atas 5 tahun) sehingga pendapatan dan laba bank baru diperoleh
berangsur dalam beberapa tahun ke depan. Berikut struktur pembiayaan
BPRS Amanah Ummah di tahun 2004 per jangka waktu.

73

Gambar 4.9
Pembiayaan BPRS Amanah Ummah Tahun 2004 Per Jangka Waktu

> 5 tahun

Rp660.615.940
(4,05%)
Rp3.822.379.079
(23,45%)

3 - 5 tahun

Rp9.788.032.230
(60,04%)

1 - 3 tahun
6 bln- 1 thn

Rp1.560.361.943
(9,57%)

3 - 6 bulan

Rp265.898.695
(1,63%)

< 3 bulan

Rp205.960.541
(1,26%)

Di sisi lain, terkikisnya tingkat efisiensi operasional BPRS


Amanah Ummah sebesar 2,01% periode 2004- 2005 akibat naiknya beban
operasional sebesar 10,36% yang terjadi pada pos beban tabungan dan
bagi hasil deposito, beban administrasi dan umum, beban Penyusutan dan
Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), kondisi ekonomi yang terpuruk,
serta pembukaan kantor kas baru di UIKA Bogor yang membutuhkan
pengadaan inventaris kantor dan komputer serta penambahan jumlah
karyawan, terbukti cukup berpengaruh dalam menurunkan ROA di tahun
2005 hingga ke titik 2,26% yang merupakan ROA terendah yang pernah
dimiliki bank selama periode pengamatan (1998- 2009).

74

7. Periode Pengamatan 7 ( CAR 2004- 2005, BOPO dan ROA 20052006)


Penurunan CAR sebesar 0,47% periode 2004- 2005 akibat naiknya
total aktiva sebesar 13,22% terutama pada pos penempatan pada bank lain,
pembiayaan, dan aktiva tetap berupa inventaris kantor dan komputer serta
aktiva lain- lain, yang menyebabkan risiko aktiva meningkat ternyata tidak
menyebabkan turunnya ROA pada BPRS Amanah Ummah periode 20052006. ROA di periode tersebut justru mengalami kenaikan sebesar 1,7%
disebabkan meningkatnya laba sebesar 19,64%. Hal ini menandakan
bahwa meski risiko aktiva meningkat, namun bank mampu meningkatkan
kapabilitas

manajemen

risiko

terutama

risiko

pembiayaan

yang

berkontribusi besar terhadap peningkatan laba.


Adapun peningkatan efisiensi operasional pada BPRS Amanah
Ummah periode 2005- 2006 sebesar 2,02% akibat naiknya pendapatan
operasional sebesar 11,20% terutama pada pos pendapatan margin dan
bagi hasil pembiayaan ternyata cukup berpengaruh terhadap peningkatan
ROA di periode yang sama.
8. Periode Pengamatan 8 ( CAR 2005- 2006, BOPO dan ROA 20062007)
Meningkatnya rasio kecukupan modal bank sebesar 3,67% periode
2005- 2006 akibat naiknya jumlah modal (ekuitas) sebesar 44% terutama

75

pada modal disetor ternyata tidak menyebabkan naiknya rasio ROA pada
BPRS Amanah Ummah di periode 2006- 2007. Kecukupan modal di
tahun 2006 yang mencerminkan amannya ekspansi pembiayaan dan
tingginya daya absorpsi bank terhadap risiko kerugian ternyata tidak
diimbangi

dengan

pertumbuhan

laba

yang

signifikan

sehingga

menyebabkan penurunan ROA sebesar 0,13%.


Di sisi lain, kenaikan BOPO pada BPRS Amanah Ummah sebesar
1,35% di periode 2006- 2007 akibat naiknya beban operasional sebesar
13,63% yang terdiri dari beban bagi hasil, beban tenaga kerja, beban
administrasi dan umum, beban PPAP, pengadaan sarana dan prasarana
dalam rangka peluncuran produk Rahn (Gadai Emas Syariah) yang
tentunya membutuhkan beban operasional yang besar, terbukti telah
berpengaruh signifikan dalam menekan ROA di periode tersebut.
9. Periode Pengamatan 9 ( CAR 2006- 2007, BOPO dan ROA 20072008)
Kenaikan CAR sebesar 0,22% periode 2006- 2007 akibat naiknya
total ekuitas sebesar 16,48% yang dapat memperluas ekspansi pembiayaan
dengan lebih aman dan mampu menanggung risiko kerugian usaha,
ternyata mampu mendorong kenaikan ROA pada BPRS Amanah Ummah
periode 2007- 2008 sebesar 0,05%.

76

Adapun tertekannya BOPO BPRS Amanah Ummah sebesar 6,59%


di periode 2007- 2008 yang disebabkan naiknya pendapatan operasional
sebesar 28,9% dimana 91,64% dari total pendapatan merupakan kontribusi
dari pendapatan atas jual beli, sewa, dan bagi hasil, terlihat cukup
berpengaruh dalam meningkatkan ROA di periode yang sama.
10. Periode Pengamatan 10 ( CAR 2007- 2008, BOPO dan ROA 20082009)
Peningkatan CAR sebesar 0,68% periode 2007- 2008 akibat
naiknya total ekuitas sebesar 24,28% terutama pada modal disetor, laba
ditahan, dan dana cadangan, yang mencerminkan tingginya tingkat
keamanan

ekspansi

pembiayaan

dan

kuatnya

kemampuan

bank

menanggung risiko kerugian yang mungkin terjadi, ternyata cukup


berpengaruh dalam mengangkat nilai ROA pada BPRS Amanah Ummah
sebesar 0,13% di periode 2008- 2009.
Di sisi lain, peningkatan efisiensi operasional pada BPRS Amanah
Ummah sebesar 0,5% periode 2008- 2009 akibat naiknya pendapatan
operasional sebesar 28,14% terutama pada pos pendapatan margin dan
bagi hasil pembiayaan ternyata memiliki pengaruh cukup signifikan dalam
meningkatkan ROA di periode yang sama. Tidak hanya itu, beroperasinya
kantor cabang baru tahun 2009 sebagai upaya perluasan customer based
membuktikan bahwa meski pada awal pendiriannya cukup banyak

77

menguras biaya operasional, akan tetapi lambat laun dapat memberikan


kontribusi yang positif terhadap pendapatan bank.
Rasio ROA BPRS Amanah Ummah di tahun 2009 merupakan
rasio ROA tertinggi selama periode pengamatan (1998- 2009) yakni
mencapai angka sebesar 4,01%. Selain itu, rasio BOPO BPRS Amanah
Ummah di tahun 2009 juga merupakan rasio terendah selama periode
pengamatan (1998- 2009) yakni melesat turun di angka 74,17%. Hal
tersebut mencerminkan bahwa pihak manajemen bank di tahun 2009
mampu mencapai performa prima dengan kapabilitas manajemen struktur
aset dan struktur biaya yang efektif dan efisien guna menghasilkan
pendapatan dan laba yang optimal.
Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya porsi pembiayaan yang
dikucurkan kepada masyarakat di tahun 2008 adalah sebesar 77,27% dari
seluruh total aktiva yang menandakan bahwa BPRS Amanah Ummah
adalah bank yang fokus pada pengembangan sektor riil dengan porsi
kontribusi pendapatan atas pembiayaan di tahun 2009 mencapai angka
96,19% dari total pendapatan yang dihimpun.
Selain itu, kapabilitas bank juga terlihat dari inovasinya di tahun
2009 yakni bekerjasama dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) dalam
pengadaan kartu ATM co-branding sehingga membuka peluang besar
bagi BPRS Amanah Ummah dalam meningkatkan brand image, perluasan
customer based, dan menciptakan fee based income.

78

Berdasarkan hasil analisis deskriptif komparatif di atas, dapat


dikatakan bahwa dari 10 periode pengamatan tersebut, terdapat 8 periode
pengamatan (periode pengamatan 1,2,3,4,5,6,9,dan 10) yang mengindikasikan
bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA pada BPRS Amanah
Ummah periode 1998- 2009. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa CAR yang tinggi menunjukkan adanya modal yang cukup
untuk menyerap risiko kerugian yang mungkin timbul atas pembiayaan yang
dikucurkan sehingga akan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Pengaruh CAR terhadap ROA dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Peningkatan CAR yang menyebabkan naiknya ROA diakibatkan oleh
bertambahnya jumlah modal (modal disetor, modal pinjaman, laba
ditahan, dan dana cadangan) yang mencerminkan permodalan bank cukup
untuk mendorong ekspansi pembiayaan dengan lebih aman dan tingginya
kemampuan bank dalam menyerap risiko kerugian yang mungkin timbul.
Rendahnya risiko aktiva akibat tingginya modal akan menyebabkan
naiknya keuntungan bank.
2. Penurunan CAR yang mengakibatkan rendahnya tingkat ROA disebabkan
oleh kenaikan total aktiva baik aktiva produktif (pembiayaan, penempatan
pada bank lain) maupun aktiva non produktif (aktiva tetap berupa tanah,
bangunan, kendaraan, inventaris kantor, komputer, dan aktiva lain- lain
berupa agunan yang diambil alih) yang mencerminkan besarnya risiko
aktiva namun tidak diiringi dengan kemampuan bank menyerap risiko

79

yang muncul sehingga menyebabkan laba perbankan mengalami kenaikan


yang tidak signifikan atau bahkan terkikis sehingga rasio ROA turun.
Selain itu, penurunan CAR yang menyebabkan rendahnya tingkat ROA
dapat pula disebabkan oleh meningkatnya jumlah pembiayaan berjangka
waktu di atas 1 tahun (seperti di periode pengamatan 6) yang mencapai
87,54% dari total portfolio pembiayaan sehingga pendapatan dan laba
bank baru dapat diperoleh berangsur dalam beberapa tahun ke depan.
Selain itu, dari 10 periode pengamatan terdapat 2 periode (periode
pengamatan 7 dan 8) yang mengindikasikan bahwa CAR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA pada BPRS Amanah Ummah periode 1998- 2009
dengan alasan sebagai berikut:
1. Peningkatan CAR yang mengakibatkan ROA turun disebabkan bank
menanamkan modalnya dalam bentuk aktiva yang kurang produktif
sehingga tidak akan mendatangkan cash flow secara maksimal. Selain itu,
penanaman dana dalam bentuk aktiva produktif tetapi tidak menggunakan
prinsip kehati- hatian dapat menyebabkan besarnya jumlah pembiayaan
bermasalah sehingga laba bank akan mengalami penurunan.
2. Penurunan CAR yang menunjukkan tingginya risiko aktiva karena
banyaknya jumlah pembiayaan yang disalurkan, justru membuat rasio
ROA mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan tingginya kapabilitas bank
dalam manajemen aset dan manajemen risiko pembiayaan sehingga

80

mampu menekan jumlah pembiayaan bermasalah yang pada akhirnya


mampu melahirkan pendapatan dan laba yang tinggi.
Adapun dari 10 periode pengamatan terdapat 8 periode (periode
pengamatan 2,3,4,6,7,8,9,dan 10) yang mengindikasikan bahwa rasio BOPO
berpengaruh signifikan terhadap ROA pada BPRS Amanah Ummah periode
1998- 2009. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
turunnya tingkat BOPO menunjukkan semakin tinggi efisiensi operasional
yang dicapai bank sehingga semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan
keuntungan yang ditunjukkan dengan meningkatnya profitabilitas. Pengaruh
BOPO terhadap ROA dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Peningkatan BOPO yang mengakibatkan ROA turun disebabkan oleh:
a. Kenaikan pada sisi beban operasional seperti beban tenaga kerja
(adanya pembayaran pesangon dan penambahan jumlah karyawan),
beban bagi hasil dan tabungan, beban administrasi dan umum
termasuk biaya promosi, dan beban Penyusutan dan Penyisihan Aktiva
Produktif (PPAP).
b. Pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka persiapan peluncuran
produk Rahn (Gadai Emas Syariah) di tahun 2007 yang membuat
tingginya pos beban operasional.
c. Persiapan pembukaan kantor kas di Ciluar Bogor tahun 2001 dan di
UIKA Bogor tahun 2005 serta persiapan pembukaan kantor cabang di
Jl. RE Martadinata Bogor tahun 2009 menyebabkan bank harus

81

membiayai penyewaan tempat, penambahan karyawan, serta kenaikan


beban PPAP atas bertambahnya aktiva tetap.
2. Penurunan BOPO yang menyebabkan kenaikan ROA disebabkan oleh:
a. Peningkatan pendapatan operasional seperti pendapatan atas jual beli,
sewa, dan bagi hasil, pendapatan administrasi, serta pendapatan
provisi dan komisi.
b. Peningkatan pelayanan kepada nasabah dengan melakukan kerjasama
dengan Bank Permata Syariah pada tahun 2007 melalui penempatan
mesin EDC (Electronic Draft Capture) sehingga BPRS Amanah
Ummah dapat melakukan berbagai transaksi kartu debet diantaranya
untuk melakukan pembayaran telepon/ listrik/ pulsa, melakukan
transfer dengan kurang lebih 30 bank serta pemindahbukuan (masuk
jaringan ATM bersama), dan lain- lain, yang berimbas pada
peningkatan pendapatan dan laba bank.
c. Mengadakan kerjasama dalam hal sindikasi pembiayaan (Linkage
Program) dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bogor
pada tahun 2007 guna memperbesar porsi dana murah yang mampu
menekan cost of fund perbankan.
d. Melakukan kerjasama dalam pengadaan kartu ATM co-branding
dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) di tahun 2009 sehingga
meningkatkan brand image bank, perluasan customer based, dan
peningkatan fee based income.

82

e. Beroperasinya kantor cabang pertama BPRS Amanah Ummah tahun


2009 yang lokasinya berada di JL. RE Martadinata Bogor merupakan
peluang besar bagi bank dalam mengumpulkan dana pihak ketiga
(DPK) yang kemudian disalurkan kepada nasabah yang potensial
dalam bentuk pembiayaan dengan prinsip kehati- hatian sehingga
dapat menghasilkan keuntungan yang lebih optimal.
Selain itu, dari 10 periode pengamatan terdapat 2 periode (periode
pengamatan 1 dan 5) yang menunjukkan bahwa rasio BOPO tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA pada BPRS Amanah Ummah periode
1998- 2009. Penurunan BOPO yang terjadi pada periode pengamatan 1 dan 5
yang mengindikasikan tingginya pendapatan operasional dibanding beban
operasional bank yang mesti ditanggung ternyata tidak berdampak pada
peningkatan ROA pada BPRS Amanah Ummah periode 1998- 2009.
Hal ini kemungkinan besar terjadi karena peningkatan laba yang
berhasil dicetak oleh bank tidak sebanding dengan besarnya peningkatan atas
total aktiva yang mesti dikelola. Atau dapat dikatakan bahwa peningkatan laba
perbankan tidak diiringi dengan maksimalisasi produktivitas aset guna
menghasilkan keuntungan disebabkan penanaman dana pada pembiayaan
yang berpotensi bermasalah ataupun disebabkan banyaknya jumlah aktiva non
produktif seperti penanaman dana pada pos aktiva tetap dan aktiva lain- lain.

83

BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh kecukupan modal
(CAR) dan efisiensi operasional (BOPO) terhadap profitabilitas (ROA) pada
PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor periode 1998- 2009, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji F statistik diketahui bahwa variabel CAR dan BOPO
secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA.
Adapun hasil uji t statistik terhadap variabel CAR dan BOPO
menunjukkan bahwa rasio CAR secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Sedangkan rasio BOPO secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap tingkat ROA.
2. Berdasarkan hasil penghitungan koefisien determinasi (R2) diketahui
bahwa nilai R square adalah sebesar 0,452. Angka tersebut menandakan
bahwa besarnya kontribusi pengaruh CAR dan BOPO terhadap perubahan
nilai ROA adalah sebesar 45,20%. Sedangkan sisanya sebesar 54,80%
dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang tidak dimasukkan dalam analisis
penelitian ini. Adapun hasil penghitungan koefisien determinasi parsial
menunjukkan bahwa besarnya kontribusi pengaruh rasio CAR terhadap
perubahan ROA hanya sebesar 2,31%, sedangkan variabel yang
memberikan kontribusi pengaruh paling besar terhadap perubahan tingkat

84

profitabilitas (ROA) pada BPRS Amanah Ummah adalah variabel BOPO


yakni sebesar 40,32%.
3. Berdasarkan hasil analisis deskriptif komparatif diketahui bahwa rasio
CAR berpengaruh terhadap ROA dari beberapa sisi berikut:
3. Permodalan (modal disetor, modal pinjaman, laba ditahan, cadangan).
4. Jumlah dan tingkat risiko dari aktiva produktif (pembiayaan,
penempatan pada bank lain) dan aktiva non produktif (aktiva tetap
berupa tanah, bangunan, kendaraan, inventaris kantor, komputer, dan
aktiva lain- lain berupa agunan yang diambil alih).
5. kapabilitas bank dalam manajemen aset dan manajemen risiko
termasuk kapabilitas dalam menekan pembiayaan bermasalah.
4. Berdasarkan hasil analisis deskriptif komparatif diketahui bahwa rasio
BOPO berpengaruh terhadap ROA dari beberapa sisi berikut:
a. Beban operasional seperti beban tenaga kerja (termasuk pembayaran
pesangon dan penambahan jumlah karyawan), beban bagi hasil dan
tabungan, beban administrasi dan umum termasuk biaya promosi, serta
beban Penyusutan dan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP).
b. Pendapatan operasional (pendapatan atas jual beli, sewa, dan bagi
hasil, pendapatan administrasi, pendapatan provisi dan komisi).
c. Peningkatan pelayanan kepada nasabah seperti pengadaan mesin
pelayanan nasabah, sindikasi pembiayaan (Linkage Program),

85

pengadaan kartu ATM co-branding, pembukaan kantor kas dan kantor


cabang, serta peluncuran produk baru sesuai kebutuhan nasabah.
d. kapabilitas bank dalam mengefisiensikan struktur biaya operasional
dan mengoptimalkan struktur pendapatan operasional termasuk
struktur pembiayaan sebagai porsi terbesar pendapatan bank.
5. Berdasarkan hasil perbandingan antara penghitungan rasio CAR, BOPO,
dan ROA pada BPRS Amanah Ummah yang menggunakan angka dalam
Laporan Neraca dan Laporan Laba- Rugi, dengan rasio CAR, BOPO, dan
ROA yang ditampilkan bank pada Ikhtisar Keuangan BPRS Amanah
Ummah, maka dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa ketidaksesuaian
penghitungan bank yang ditampilkan di ikhtisar keuangan, sedangkan
beberapa lainnya sudah sesuai.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka untuk dapat meningkatkan laba
perbankan diantaranya dapat dilakukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Meningkatkan kapabilitas manajemen aset guna mengurangi risiko atas
total aktiva (ATMR) dengan cara mengurangi aktiva non produktif,
merevaluasi aktiva tetap, dan melakukan pengalihan aktiva non produktif
menjadi aktiva produktif dimana posisi aktiva tetap diusahakan agar tidak
berlebihan dan sekedar memenuhi kelayakan.

86

2. Meningkatkan kapabilitas manajemen pembiayaan yang efektif guna


mengurangi pembiayaan bermasalah dengan cara menggunakan prinsip
kehati- hatian dalam penyaluran pembiayaan (prudent bank), sensitivitas
dalam deteksi dan proteksi lebih dini terhadap pembiayaan non lancar,
serta memiliki struktur alokasi pembiayaan yang efektif dan efisien
termasuk di dalamnya adalah porsi alokasi pembiayaan berdasarkan akad,
pangsa, sektor ekonomi, jangka waktu, dan lokasi pembiayaan harus
benar- benar diperhatikan.
3. Meningkatkan efisiensi operasional termasuk efisiensi kerja karyawan
dengan memberikan pelatihan guna meningkatkan kualitas SDM. Beban
operasional tidak selamanya berdampak buruk. Kenaikan beban
operasional yang disebabkan naiknya biaya promosi, biaya peluncuran
produk baru, serta persiapan pembukaan kantor kas dan kantor cabang,
bisa mendorong laba di periode berikutnya dengan beban operasional yang
sedikit demi sedikit akan mengalami penurunan.
4. Meningkatkan pendapatan operasional dan penyediaan jasa perbankan
baik melalui inovasi produk baru maupun peningkatan pelayanan jasa
sesuai kebutuhan nasabah guna mendorong perluasan customer based dan
peningkatan

fee

based

income

bagi

perbankan

dengan

mempertimbangkan kemampuan bank dalam menyerap risiko.

tetap

87

DAFTAR PUSTAKA
Algifari. Analisis Regresi: Teori, Kasus dan Solusi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
2009.
Arah Kebijakan Perbankan Tahun 2010 (Pertemuan Tahunan Perbankan, 22 Januari
2010).
Artikel
diakses
pada
25
April
2010
dari
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/Arah+Kebijakan+
Perbankan/.
Arifin, Zainul. Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alfabet,
2005.
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Hartono, Imam. Ringkasan Eksekutif: Analisis Efisiensi Bank Perkreditran Rakyat
di Wilayah Jabodetabek dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis.
Artikel
diakses
pada
25
April
2010
dari
http://elibrary.mb.ipb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=mbipb-12312
421421421412-imamharton-796&q=Analisis efisiensi BPR.
Idroes, Ferry N. Manajemen Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaaannya di
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Indradie, Andri. BI Prediksi Aset Bank Syariah bisa Mencapai Rp 97 Triliun.
Artikel
diakses
pada
6
Juni
2010
dari
http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/35170/BI-Prediksi-AsetBank-Syariah-Bisa-Mencapai-Rp-97-Triliun.
Iskandar, Tofik. Gawat BPR Makin Terdesak, artikel diakses pada 24 Juli 2010
dari http://bprkotakediri.com/?p=188.
Junaidi. Titik Persentase Distribusi F Probabilita = 0.05. Artikel diakses pada 11
Juni 2010 dari http://junaidichaniago.files.wordpress.com/2010/04/tabel-f-005.pdf.
Junaidi. Titik Persentase Distribusi t d.f = 1-200. Artikel diakses pada 11 Juni 2010
dari http://junaidichaniago.files.wordpress.com/2010/04/tabel-t.pdf.
Laporan Kinerja Akhir Tahun 2009 PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.
Margaretha, Farah. Manajemen Keuangan bagi Industri Jasa. Jakarta: Grasindo,
2007.

88

Molan, Benyamin. Glosarium Prentice hall untuk Manajemen dan Pemasaran.


Jakarta: Prenhallindo, 2002.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: EKONISIA, 2005.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005.
Nopiansyah, Eko. Modal Cekak, Belasan BPR Dikandangkan, artikel diakses pada
6
Juni
2010
dari
http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2009/05/14/brk,200
90514-176322,id.html.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 8/22/PBI/2006 Tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan
Prinsip Syariah (BPRS). Artikel diakses pada 24 Juli 2010 dari
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/37E4E7E8-9507-4788-86C3-533A57C17B
F4/11955/pbi_82207.pdf.
Prasetyo, Herry. Per September, Laba BPRS Tumbuh 45%. Artikel diakses pada 6
Juni
2010
dari
http://www.kontan.co.id/index.php/news/24287/PerSeptember-Laba-BPRS-Rumbuh-45.
Rochaety, Ety. dkk. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2007.
Santoso, Singgih. Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2000.
Sebatiningrum, Nur Khasanah. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Likuiditas, dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang, 2006.
Simorangkir, O.P. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2004.
Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) Nomor: 9/14/Dpbs/2007 tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM) BPRS, Jakarta, 21 Juni 2007. Artikel
diakses 24 Juli 2010 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/567A219D-023D404C-A62F-4B253DD30040/12143/SENo914DPbSTgl21Juni2007.pdf.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.

89

LAMPIRAN-LAMPIRAN

90

Regression
Variables Entered/Removed b
Model
1

Variables
Entered
BOPO,
a
CAR

Variables
Removed

Method
.

Enter

a. All requested variables entered.


b. Dependent Variable: ROA

Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients

Model

B
(Constant)
CAR
BOPO

Std. Error

11,606
0,030
-0,109

Sig.

Beta

4,163
0,068
0,047

0,118
-0,631

2,788
0,434
-2,325

0,024
0,676
0,049

Coefficients cont.
95% Confidence of
Interval for B
Lower
Upper
Bound
Bound
2,006
21,206
-0,127
0,186
-0,218
-0,001

Correlations
Zero order

Collinearity Statistics

Partial

0,287
-0,663

Part

0,152
-0,635

Tolerance

0,114
-0,608

0,928
0,928

Histogram

Dependent Variable: ROA

3.0

Frequency

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0
-1.5

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

Regression Standardized Residual

1.5

Mean = 4.03E-15
Std. Dev. = 0.894
N = 11

VIF
1,077
1,077

You might also like