You are on page 1of 12

IRIGASI

DAN BANGUNAN
AIR
Bangunan-bangunan Irigasi

PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013

PENGERTIAN TENTANG IRIGASI

Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan tahun yang lalu , Kurnia ( 1996 )
menyatakan bahwa petani jawa barat telah mengenal jaringan irigasi sejak abad ke
5 dan di jawa timur pada abad ke 8. Indonesia yang memiliki iklim tropis atau
yang terletak di iklim tropis basah dengan curah hujan yang tinggi pada beberapa
bulan musim penghujan dan bulan bulan kering pada kenyataannya masih
sangat membutuhkan adanya sistem irigasi.
Apabila

disebutkan

sistem

irigasi

maka

orang

cenderung

hanya

membayangkan suatu bangunan fisik bendung, dam ataupun saluran yang


membawa air untuk mengairi padi atau sawah.Orang sering lupa bahwa bangunan
tersebut dapat beroperasi dengan baik dan benar maka diperlukan juga Operasi
dan Pemeliharaan yang baik dan benar.
Menurut peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang irigasi, bahwa Irigasi
ialah usaha untuk penyedian dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
Menurut PP No. 22 / 1998 irigasi juga termasuk dalam pengertian Drainase yaitu :
mengatur air terlebih dari media tumbuh tanaman atau petak agar tidak
mengganggu pertumbuhan maupun produksi tanaman. Sedangkan Small dan
Svendsen ( menyebutkan bahwa irigasi ialah : tindakan intervasi manusia untuk
mengubah aliran air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengolah
sebagian atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi pertanian.
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas
yang dimiliki, sistem jaringan dapat dipilahkan menjadi tiga macam, yaitu ;

a. Sistem Jaringan Irigasi Sederhana


Sistem jaringan irigasi digolongkan ke dalam irigasi sederhana karena,
fasilitas

( bangunan ) yang ada tidak permanen dan fungsinya masih sangat

sederhana sekali. Apabila sistem irigasi tersebut mengambil dari air sungai
baisanya bangunan terserbut terbuat dari tumpukan batu dan batang kayu maka
membutuhkan perhatian yang sangat tinggi untuk menjaga kelanjutannya.

Karenanya kasederhanaannya sistem irigasi ini dapat dikelola oleh


sekelompok masyarakat tanpa peranan pemerintah. Didalam kinerja pengolaannya
tidak efisien karena keterbatasan alat ( fasilitas ) maupun tempat ( daerah ) yang
terletak didesa.

b. Sistem Irigasi Semi Teknis


Sistem irigasi semi teknis ini sudah lebih maju karna fasilitasnya sudah
lengkap serta bangunanya juga permanen kan tetapi sistem jaringan pembagian
airnya masih serupa dengan sistem irigasi sederhana. Dalam sistem irigasi semi
teknis ini pemerintah sudah terlibat dalam pengelolaannya, seperti dalam
melakukan operasi juga pemeliharan bangunannya.

c. Sistem Irigasi Teknis


Dalam sistem jaringan irigasi teknis ini bangunannya sudah dibuat lebih
lengkap agar dapat memenuhi keempat fungsinya. Salah satu prinsip sistem irigasi
teknis adalah pemisahan sistem jaringan pembawa dan sistem jaringan pemutus.
Sistem jaringan irigasi teknis ini disebut juga manajemen gabungan antara
pemerintah dan petani.Karena pemerintah bartanggung jawab didalam sistem
jaringan utama dimulai dari bangunan pengambilan sampai dengan saluran tersier
sepanjang 50m di hilir bangunan sadap tersier, sedangkan petani bertanggung
jawab atas sistem jaringan di dalam petak tersier.

Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek


irigasi, antara lain:
Bangunan utama
Bangunan pembawa
Bangunan bagi dan sadap
Bangunan pengatur muka air
Bangunan pernbuang dan penguras
Bangunan pelengkap

A. Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk
dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya,
bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu:
Bendung
Pengambilan bebas
Pengambilan dari waduk
Stasiun pompa

b. Pengambilan bebas

c. Pengambilan dari waduk

d. Stasiun Pompa

B. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi membawa/mengalirkan air dari
surnbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer,
saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kuarter. Termasuk dalam
bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got
miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan
nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan
berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi.
Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.

Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir
Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier
terakhir
Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.
Q=
Keterangan:

: debit rencana (lt/dt)

: koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan

NFR

: kebutuhan bersih air di sawah (lt/dt/ha)

: luas daerah yang diairi (ha)

: efisiensi irigasi secara keseluruhan

Gambar 3. Saluran pembawa

C. Bangunan Bagi dan Sadap

Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,


sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh
saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan
bagi ini masing-masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan
Sadap berfungsi memberikan air dari saluran sekunder atau primer ke petakpetak tersier. Umumnya kapasitas pintu ukurnya berkisar antara 50 sampai
dengan 250 l/dt. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer
atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan
bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.

Gambar 4. Bangunan sadap

Gambar 5. Gambar saluran dengan bangunan pengatur dan sadap ke saluran


sekunder

Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3


bagian utama, yaitu.
Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai
dengan tinggi pelayanan yang direncanakan.
Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun goronggorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang
masuk saluran dapat diatur.
Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.
Bangunan ini dilengkapi dengan pintu ukur yang bertujuan untuk mengukur
pembagian air dengan teliti, kesaluran-saluran yang dilayani. Salah satu dari
pintu tersebut berfungsi sebagai pintu pengatur muka air,sedangkan pintupintu lainnya mengukur debit. Biasanya pintu pengatur dipasang pada saluran
terbesar. Bangunan bagi akan memberikan air ke saluran sekunder, dan oleh
karena itu harus melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas pintu
ukurnya umumnya lebih dari 0,25 m3/dt. Contohnya adalah Pinti Romijn.
Alat ukur debit Romijn.
Perencanaan Hidrolis:
Q = Cd . Cv. 2/3 .

Keterangan:

g.b.h

: debit (m3/dt)

Cd

: koefisien debit

Cv

: koefisien kecepatan datang

: percepatan gravitasi (m/dt2)

: lebar normal (m)

h1

: kedalaman air di atas skot balok (m)

Gambar 6. Alat ukur debit Romijn

D. Bangunan Pengatur dan Pengukur


Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan
pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer),
cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder.
Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air
sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur
dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang
dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai
bangunan pengatur.

Bangunan pengatur mempunyai mempunyai potongan pengontrol aliran yang


dapat distel atau tetap. Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat distel
dianjurkan untuk menggunakan pintu (sorong).

Keterangan:

= Debit ( m3/detik )

= Faktor aliran tenggelam


= Koefisien debit
= bukaan pintu ( m )

= Lebar pintu ( m )

= Percepatan gravitasi ( m/detik2)

h1

= Kedalaman air di depan pintu di atas ambang ( m )

Gambar 7. Pintu sorong

Gambar 8. Model pintu sorong

E. Bangunan Pembuang dan Penguras

Bangunan Pembuang

Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak


sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran
pembuang, sedangkan kelebihan air di saluran dibuang melalui bangunan
pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang
kuarter, saluran pembuang tersier, saluran pembuang sekunder dan saluran
pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk:
Mengeringkan sawah
Membuang kelebihan air hujan
Membuang kelebihan air irigasi
Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah
atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah. Saluran pembuang
tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter. Saluran
pembuang

primer

menampung

dari

saluran

membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.


Rumus debit air pada saluran pembuang, yaitu:
Qd = 1.62 x Dm x A0.92
Keterangan :

pembuang

tersier

dan

Qd

: debit pembuang rencana (lt/dt)

Dm

: modulus pembuang (lt/dt.ha)

: luas daerah yang dibuang airnya (ha)

Gambar 9. Saluran pembuang

Bangunan Penguras

Bangunan penguras, biasanya dengan pintu yang dioperasikan dengan tangan,


dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan. Untuk
mengurangi tingginya biaya, bangunan ini dapat digabung dengan bangunan
pelimpah.

Gambar 10. Bangunan penguras

F. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap
bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan
pelengkap berfungsi untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan
pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan
umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul,
jembatan penyeberangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta
bangunan lainnya.

Gambar 11. Jalan inspeksi

You might also like