You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA KIMIA

OLEH:
ETI PUPITASARI
EVARISTA DINI OCTAVIA
WAHYU ARIF MURTHANDO

F02109001
F02109041
F02109018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012

Percobaan 1

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA KIMIA


A. Tujuan Percobaan
a. Dapat menyiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan dalam pengukuran
panjang gelombang maksimum larutan sampel.
b. Dapat menggunakan kuvet sebagai tempat sampel dan blanko.
c. Dapat mengoperasikan alat spektroskopi UV- Vis Cary 50 untuk menggunakan
panjang gelombang maksimum suatu senyawa.
B. Dasar Teori
Spektroskopi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara materi
dengan radiasi elektromagnetik pada level mikroskopis. Interaksi antara materi dengan
radiasi elektromagnetik dapat berupa absorsp (penyerapan), transmisi, refleksi atau
disfraksi. Bentuk- bentuk interaksi ini bergantung pada alat yang digunakan dalam
spektroskpi. Interaksi antara materi dan radiasi elektromagnetik dapat menyebabkan
beberapa hal pada sampel yang sedang dianalisis diantaranya transisi elektronik,
vibrasi dan rotasi pada electron ikatan, atau perubahan arah spin pada inti atom yang
bermuatan. Semuanya ini menjadiprinsip dasar dalambeberapaalat spektroskopi. (.)
Spektroskopi UV- Vis merupakan alat dengan tehnik spektroskopi yang
bekerja pada daerah panjang gelombang UV dan Visibel. Prinsip kerja alat ini adalah
berdasarkan absorpsi sebagian radiasi elektromagnetik dari sumber sinar oleh senyawa
di dalam sampel sehingga menyebabkan terjadinya transisi elektronik pada senyawa.
Daerah absorpsi sinar radiasi elektromagnetik pada daerah spektroskopi UV- Vis
adalah pada daerah panjang gelombang UV ( 200 nm- 400 nm) dan visible (400 nm800 nm). (Anna Permanasari, 2011)
Transisi elektronik merupakan perpindahan electron dari orbital dalam
keadaan groundstate ke orbital dengan tingkat energy yang lebih tinggi. Adanya
transisi elektronik merupakan akibat dari interaksi antara radiasi elektromagnetik
dengan senyawa dalam sampel. Transisi electron bergantung pada senyawa
penyerapnya yaitu kromofor atau ausokrom. Kromofor merupakan suatu gugus
kovalen tak jenuh yang bertanggungjawab terhadap suatu absorpsi elektronik (gugus
pergi yang menyerap suatu radiasi elektromagnetik), contohnya asetilenik dan etilenik.
Sedangkan ausokron merupakan suatu gugus jenuh dengan electron bebas yang tidak
menyerap pada daerah UV dan Visibel tetapi jika terikat pada kromofor akan merubah
panjang gelombang dan intensitasnya.
Eksitasi electron dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi melalui dua
tahap yaitu tahap pertama adalah eksitasi M yang disebabkan oleh absobsi foton (hv)
dan memiliki waktu hidup 10-8 - 10-9 detik. Sedangkan tahap kedua merupakan
relaksasi M* menjadi spesies yang baru dengan reaksi fotokimia. Serapan pada daerah

ultraviolet mengakibatkan eksitasi elektron ikatan. Ikatan-ikatan yang ada dalam


spesies dapat dihubungkan dengan puncak absobsi atau panjang gelombang
maksimum.
Jenis transisi elektronik yang terjadi pada suatu senyawa ada tiga yaitu
transisi yang meliputi electron , dan n.Transisi elektronik pada tingkat- tingkat
energy terjadi dengan mengabsorpsi radiasi sehingga menyebabkan terjadinya transisi
- * untuk ikatan tunggal, ke * untuk ikatan rangkap, dan n ke * atau n ke *
untuk electron bebas (S.M. Khopkar, 2008).
Setiap kromofor dalam suatu senyawa menyerap pada panjang
gelombang tertentu. Pada panjang gelombang tersebut kromofor akan menyerap
energy yang maksimum sehingga kurva absorbansinya pun memiliki puncak yang
maksimum. Jadi pada panjang gelombang tersebut kromofor akan memiliki nilai
absorbansi yang maksimum karena menyerap energy yang maksimum. Panjang
gelombang ini disebut panjang gelombang maksimum atau max. (S.M Khopkar, 2008)
Tabel 1. Panjang Gelombang Maksimum (max) beberapa kromofor
()

Secara sederhana dapat dikatan bahwa gugus kromofor merupakan


senyawa- senyawa yang memiliki ikatan rangkap. Apabila gugus dengan ikatan
rangkap ini terdapat dalam suatu senyawa dalam keadaan beselang- seling maka
memungkinkan terjadinya transisi elektronik yaitu perpindahan elektron dalam suatu
ikatan rangkap yang berselang- seling. Ikatan rangkap yang seperti ini disebut ikatan

rangkap terkonjugasi. Transisi elektron ini hanya dapat terjadi jika ada ikatan rangkap
terkonjugasi dan elektron bebas, sehingga dapat terukur oleh spektroskopi UV- Vis.
Jadi, spektroskopi UV- Vis memberikan informasi mengenai jumlah sistem konjugasi
yang ada dalam suatu senyawa.
Beberapa syarat pengukuran untuk spektroskopi UV-Vis diantaranya
sampel dalam larutan menyerap pada daerah UV dan Visibel, larutan bisa bening atau
berwarna, pelarut tidak menyerap pada daerah sinar tampak, molekul senyawanya
memiliki ikatan rangkap atau electron non bonding. (Anna Permanasari, 2011)
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang
bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan
yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat
dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat.
Turunannya yang paling dikenal asalah asam asetilsalisilat. Salisilat umumnya bekerja
melalui kandungan asamnya. Hal tersebut dikembangkan secara menetap ke dalam
salisilat baru. Selain sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormon tumbuhan.
(Anonim, 2008).
C. Metodologi Percobaan
a. Alat dan Bahan
a. 1 Alat
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama Alat
Tabung Reaksi
Gelas ukur
Gelas kimia
Kaca arloji
Spatula
Pengaduk Kaca
Pipet Tetes
Rak tabung reaksi

Ukuran
Sedang
10 mL
50 mL
Kecil
Sedang
Sedang
Kecil
Sedang

Jumlah
2 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah

Nama Bahan
Asam Salisilat
Metanol
Tissu

Ukuran
-

Jumlah
25 gram
40 mL
secukupnya

a. Bahan
No
1
2
3

b. Skema Kerja
b.1 Penyiapan sampel dan Blanko

25 gram asam salisilat


- ditimbang
- dilarutkan dalam pelarut etanol
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1
Larutan sampel asam salisilat

Etanol
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2
Larutan Blanko etanol

b.2 Pengukuran Panjang Gelombang dengan spektroskopi UV- Vis


Larutan Blanko
-

dimasukkan ke dalam kuvet yang telah dibersihkan dengan tissue

hingga 2/3 tinggi kuvet


- dibersihkan bagian transparan kuvet dengan menggunakan tissu
- dimasukkan ke tempat kuvet dalam alat spektroskopi UV-Vis
- dipilih program SCAN pada monitor
- dipilih daerah panjang gelombang yang diinginkan (180- 300 nm)
- dipilih daerah absorbansi maksimum dari alat spektroskopi yaitu 10
- dipilih tab scan control medium
- Dipilih tab baseline
- Dipilih baseline correction
- Ditekan OK
Alat telah dikalibrasi
- Diambil kuvet yang berisi larutan blanko
- Diganti dengan kuvet yang telah berisi larutan sampel
- Dilakukan prosedur yang sama seperti larutan blanko
- Dicetak hasil scanning
Spektrum UV-Vis Asam Salisilat
- Ditentukan max
Panjang gelombang maksimum asam salisilat= 287,9 nm

D. Hasil Pengamatan
No
1
2

Perlakuan
25 gram asam salisilat dilarutkan dalam 25 mL etanol
Larutan Asam Salisilat (Larutan sampel) dimasukkan ke

Pengamatan
Larutan Tak berwarna
Larutan Tak berwarna

dalam tabung rekasi 1.


Etanol (Larutan balnko) dimasukkan ke dalam tabung

Cairan Tak berwarna

reaksi 2.
Kuvet untuk larutan blanko dan sampel dibersihkan dari

Kuvet bersih

pengotor dengan menggunakan tissue.


Larutan blanko dimasukkan ke dalam kuvet hingga 2/3

Larutan Tak berwarna

tinggi kuvet.
Bagian transparan kuvet dibersihkan dengan

Kuvet bersih

menggunakan tissue.
Kuvet dimasukkan ke tempat kuvet dalam alat

Kuvet bersih

spektroskopi UV-Vis
Dipilih Program Scanpada layar monitor

Muncul windows
pengukuran spektroskopi

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Dipilih daerah panjang gelombang


Dipillih nilai absorbansi maksimum
Dipilih tab scan control medium
Dipilih baseline
Dipilih baseline correction
Ditekan OK
Kuvet berisi blanko dikeluarkan dari alat spektroskopi
Diganti dengan kuvet berisi larutan sampel
Dilakukan prosedur yang sama seperti larutan blanko
Hasil scanning dicetak
Ditentukan panjang gelombang maksimum larutan asam

UV-Vis
180- 300 nm
10
Larutan Tak berwarna
Larutan Tak berwarna
Spektrum UV-Vis
max = 287,9 nm

salisilat dalam etanol


E. Pembahasan
Percobaan kali ini adalah mengenai penentuan panjang gelombang
maksimum asam salisilat dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis. Adapun
prinsip pengukuran dengan menggunakan spektroskopi UV- Vis adalah absorpsi
sebagian cahaya yang dipancarkan sumber sinar oleh suatu senyawa dalam sampel
yang menghasilkan energi sehingga menyebabkan terjadinya transisi elektronik dan
apabila transisi elektronik terjadi dalam satu tahap pada senyawa tersebut maka satu
sistem konjugasi dapat terukur pada spektroskopi UV-Vis dan diinterpretasikan dalam
satu kurva.
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam salisilat dengan
struktur sebagai berikut:

Asam salisilat dibuat dengan konsentrasi sebesar 500 ppm menggunakan pelarut
etanol. Tujuan digunakan pelarut etanol adalah agar dapat melarutkan asam salisilat
dengan baik, selain itu etanol juga bersifat transparan terhadap radiasi pada panjang
gelombang yang digunakan. Selain itu pelarut etanol hanya dapat melarutkan asam
salisilat tetapi tidak bereaksi dengan asam salisilat dan tidak menyerap cahaya pada
panjang gelombang asam salisilat. Larutan blanko memiliki panjang gelombang
sebesar 210 nm. Larutan asam salisilat dalam etanol ini merupakan larutan sampel
yang mana dalam percobaan ini larutan sampel merupakan larutan yang akan diukur
panjang gelombang maksimumnya. Sedangkan larutan blankonya merupakan pelarut
yang digunakan yaitu etanol. Larutan blanko merupakan larutan yang dijadikan
standar untuk larutan sampel dan digunakan untuk mengkalibrasi alat spektroskopi
UV-Vis cary 50.
Setelah larutan sampel dan larutan blanko siap, pengukuran dengan
menggunakan spektroskopi UV-Vis dapat dilakukan. Kuvet yang merupakan bagian
dari alat spektroskopi yang digunakan sebagai tempat menyimpan larutan blanko atau
larutan sampel yang akan dianalisis dibersihkan dari debu, minyak dan pengotor lain.
Hal ini bertujuan agar tidak terdapat pengotor- pengotor yang dapat mengganggu
proses pengukuran. Pengotor- pengotor yang terdapat di dalam kuvet dapat larut
bersama larutan sampel atau blanko sehingga larutan menjadi tidak murni karena yang
terukur bukan hanya senyawa asli dalam sampel tetapi juga senyawa pengotor dan
akibatnya dapat menyebabkan pergeseran panjang gelombang atau nilai absorbansi
yang terukur. Untuk membersihkan kuvet digunakan tissue dan dilakukan pembilasan
dengan menggunakan larutan yang akan dimasukkan ke dalam kuvet. Karena
spektroskopi UV-Vis yang digunakan adalah spektroskopi berkas tunggal dimana
monokromatornya

hanya

dapat mendeteksi satu panjang gelombang maka

spektroskopi UV-Vis ini tidak dapat melakukan pengukuran terhadap larutan sampel
dan larutan blanko sekaligus, sehingga pengukuran pertama yang dilakukan adalah
terhadap larutan blanko yaitu etanol. Pengukuran terhadap larutan blanko dilakukan
sebelum larutan sampel diukur. Hal ini bertujuan untuk mengkalibrasi alat
spektroskopi yang digunakan serta menentukan standar absorpsi alat terhadap pelarut
murninya sehingga nilai absorbansi terhadap senyawa yang dilarutkan dalam pelarut
dapat ditentukan berikutnya oleh alat spektroskopi.
Penyiapan alat spektroskopi UV-Vis juga disiapkan. Setelah larutan
blanko dimasukkan alat dihidupkan dan langsung dioperasikan. Pada praktikum kali
ini digunakan kurva standar kalibrasi dengan absorbansi 0-10 (10 adalah nilai
absorbansi maksimum yang dapat terukur oleh alat) dengan panjang gelombang 180-

300 nm. Panjang gelombang yang digunakan ini berlaku untuk sampel yang tidak
berwarna. Larutan sampel yang digunakan yaitu asam salisilat dalam etanol tidak
berwarna. Daerah panjang gelombang 180- 300 nm merupakan daerah panjang
gelombang UV artinya sampel yang tidak berwarna menyerap pada panjang
gelombang UV.
Pada spektroskopi UV- Vis larutan asam salisilat dalam etanol akan
menyerap cahaya dari sumber sinar. Penyerapan cahaya terjadi pada panjang
gelombang tertentu. Dari hasil percobaan diperoleh panjang gelombang asam salisilat
dalam etanol adalah 287,9 nm dengan absorbansi bernilai 10. Pada panjang 287,9
asam salisilat akan menyerap sebagian cahaya monokromatis sehingga terjadi
penyerapan energy. Pada panjang gelombang ini terjadi penyerapan energy secara
maksimum sehingga nilai absorbansinya pun maksimum. Energi maksimum yang
diserap adalah energy yang cukup digunakan oleh elektron- elektron dalam asam
salisilat untuk melakukan transisi elektronik. Transisi elektronik yang terjadi dalam
asam salisilat ada tiga yaitu transisi dari orbital - * untuk ikatan tunggal, ke *
untuk ikatan rangkap, dan n ke * atau n ke * untuk electron bebas. Hal ini terjadi
karena asam salisilat memiliki ikatan tunggal, rangkap dan elektron bebas.
Dari spectrum yang diperoleh terlihat ada 2 puncak yang terbentuk. Dua
puncak ini menandakan ada dua sistem konjugasi yang terjadi pada asam salisilat.
Sesuai dengan struktur asam salisilat, sistem konjugasi yang pertama terjadi di dalam
cincin aromatic. Dan konjugasi yang kedua terjadi pada ikatan phi di dekat oksigen
yang memiliki elektron bebas.
Panjang gelombang maksimum yang diperoleh dari asam salisilat dalam
etanol adalah 287, 9 nm sedangkan panjang gelombang pelarut etanol adalah 210 nm.
Hal ini membuktikan bahwa pelarut tidak melakukan absorbsi pada panjang
gelombang absorpsi sampel.
Panjang gelombang maksimum ini penting diketahui dalam pengukuran
dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis. Karena setiap senyawa hanya dapat
menyerap energy radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu. Sehingga
untuk melakukan pengukuran terhadap konsentrasi sampel dalam larutan, penentuan
ikatan rangkap, dan penentuan jumlah ikatan rangkap terkonjugasi dalam suatu
senyawa hanya dilakukan pada panjang gelombang tertentu yang telah diketahui
sebelumnya.
F. Kesimpulan
1. Panjang gelombang maksimum asam salisilat dalam pelarut etanol adalh 287,9
nm dengan absorbansi sebesar 10.

2. Prinsip percobaan ini adalah absorpsi sebagian cahaya yang dipancarkan sumber
sinar oleh suatu senyawa dalam sampel sehingga sampel menyerap dan mampu
melakukan transisi elektronik.
3. Larutan sampel yang digunakan adalah asam salisilat dalam pelarut etanol.
4. Tujuan digunakan pelarut etanol adalah agar dapat melarutkan asam salisilat
dengan baik, transparan terhadap radiasi pada panjang gelombang yang
digunakan, tidak menyerap pada panjang gelombang asam salisilat dan tidak
bereaksi dengan asam salisilat.
5. Larutan blanko yang digunakan adalah pelarut etanol yang berfungsi sebagai
larutan yang dijadikan standar untuk larutan sampel dan untuk mengkalibrasi alat
spektroskopi UV-Vis cary 50.
6. Daerah panjang gelombang maksimum asam salisilat dalam etanol termasuk
daerah panjang gelombang UV.
7. Terdapat dua sistem konjugasi dalam asam salisilat.
8. Transisi elektronik yang terjadi dalam asam salisilat ada tiga yaitu transisi dari
orbital - *, ke *, dan n ke * atau n ke * .
9. Hasil penentuan panjang gelombang suatu senyawa dapat dijadikan referensi
untuk melakukan pengukuran dengan spektroskopi UV-Vis.
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI- Press.
Permanasari, Anna. 2008. Spektrofotometri UV-Vis. (online).

(anna-

permanasari.staf.upi.edu, dikunjunggi tanggal 10 Juni


2012).
Tatsuya,Ote.2008.Kecepatan Disolusi. (online). (http://otetatsuya.wordpress.com,
dikunjungi tanggal 10 Juni 2012).

You might also like