You are on page 1of 16

Identifikasi golongan alkohol

HASIL PENGAMATAN
GOLONGAN

SENYAWA

PERLAKUAN

Alkohol

Etanol

Alkohol

Gliserin

Sejumlah larutan
etanol dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
Kemudian
ditambahkan larutan
jenuh K2Cr2O7 jenuh
dalam H2SO4 50%.
Perubahan yang
terjadi diamati.

Campurkan larutan
gliserin dengan 1 tetes
CuSO4 dan dibasakan
dengan NaOH.
Perubahan diamati.

Larutan berubah
menjadi larutan
kuning oren.
Dengan
penambahan
H2SO4 pekat,
larutan menjadi
biru kehijauan.

Larutan berwarna
biru jernih setelah
ditambahkan
CuSO4.
Kemudian
berubah warna
menjadi biru pekat
setelah
ditambahkan
larutan NaOH.

Alkohol

Mentol

Sejumlah kristal
mentol diletakkan di
atas plat tetes
kemudian diamati
secara organoleptis.
Sejumlah kristal
mentol diletakkan di
atas plat tetes
kemudian
ditambahkan vanillin
dan H2SO4 lalu
perubahan yang
terjadi diamati.

Mentol berbentuk
kristal hablur
bentuk jarum atau
prisma besar dan
berbau khas
mentol, yaitu mint.
Larutan berubah
warna menjadi
larutan putih
dengan
penambahan
H2SO4 dan
vanillin.

Identifikasi golongan fenol


GOLONGAN

SENYAWA

PERLAKUAN

Fenol

Fenol

Fenol

Fenol

Fenol

Fenol

Sejumlah kristal
fenol diletakkan
di atas plat tetes
kemudian
ditambahkan
larutan FeCl3 lalu
perubahan yang
terjadi diamati.
Sejumlah kristal
fenol diletakkan
di atas plat tetes
kemudian
ditambahkan
aquadest dan
pereaksi p-DAB
ditambahkan.
Perubahan yang
terjadi diamati.
Sejumlah kristal
fenol diletakkan

HASIL
PENGAMATAN
Terbentuknya
larutan berwarna
hijau kehitaman
yang tidak
bercampur pada
bagian tengah.

Dengan
penambahan
aquadest, larutan
menjadi keruh.
Ketika
ditambahkan pDAB, larutan
berubah menjadi
coklat.
Larutan berubah
menjadi coklat

Fenol

Fenol

Fenol

Fenol

Fenol

Nipagin

Fenol

Nipagin

di atas plat tetes


kemudian
ditambahkan
pereaksi
Lieberman.
Perubahan yang
terjadi diamati.
Sejumlah kristal
fenol diletakkan
di atas plat tetes
kemudian
ditambahkan
larutan K2Cr2O7.
Perubahan yang
terjadi diamati.
Sejumlah kristal
fenol diletakkan
di atas plat tetes
kemudian
ditambahkan
pereaksi Marquis
yang dibuat segar.
Perubahan yang
terjadi. diamati.
Serbuk nipagin
dibuat menjadi
larutan dalam
tabung reaksi
dengan bantuan
pemanasan, lalu
didinginkan.
Kemudian
ditambahkan
larutan FeCl3 dan
perubahan yang
terjadi diamati.
Sejumlah serbuk
nipagin
ditempatkan di
atas plat tetes
kemudian
ditambahkan
larutan HNO3
encer.
Perubahan yang
terjadi diamati.

tetapi kristal
fenol tidak larut.

Terbentuk
larutan berwarna
jingga
kekuningan dan
sebagian tidak
bercampur
seperti minyak.

Terbentuk dua
fasa yaitu
berwarna larutan
coklat dan
bening.

Zat tidak larut


dalam air.
Terbentuk
suspensi putih
susu setelah
larutan nipagin
didinginkan
kemudian
berubah warna
menjadi ungu.

Zat tidak larut


dalam HNO3
encer.
Larutan berubah
menjadi warna
putih pekat.


Fenol

Hidrokinon

Fenol

Hidrokinon

Fenol

Hidrokinon

Fenol

Resorsinol

Fenol

Resorsinol

Sejumlah serbuk
hidrokuinon
ditempatkan di
atas plat tetes
kemudian
ditambahkan
larutan FeCl3.
Perubahan yang
terjadi diamati.
Sejumlah serbuk
hidrokuinon
ditempatkan di
atas plat tetes
kemudian
ditambahkan
larutan timbal
asetat
[Pb(COOH)2]dan
NH4OH
Perubahan yang
terjadi diamati.
Sejumlah serbuk
hidrokuinon
ditempatkan di
atas plat tetes
kemudian
ditambahkan
larutan NaOH.
Perubahan yang
terjadi diamati.
Sejumlah serbuk
resorsinol dibuat
menjadi larutan
kemudian
diteteskan di atas
plat tetes.
Lalu,
ditambahkan
pereaksi p-DAB
Perubahan yang
terjadi diamati.
Larutan sampel
resorsinol
ditempatkan di
atas plat tetes,

Zat tidak larut.


Larutan berubah
menjadi hitam
dengan
penambahan
FeCl3.

Zat tidak larut.


Terbentuk
endapan
keabuan.

Zat larut dan


terbentuk larutan
warna coklat
kehitaman.

Resorsinol larut
dan terbentuk
larutan jingga.

Zat larut dan


terbentuk larutan
berwarna ungu
kehitaman.

Fenol

Resorsinol

Fenol

Resorsinol

kemudian
ditambahkan
larutan FeCl3.
Perubahan yang
terjadi diamati.
Larutan sampel
resorsinol
ditempatkan di
atas plat tetes,
kemudian
ditambahkan
pereaksi
Lieberman.
Perubahan yang
terjadi diamati.
Larutan sampel
resorsinol
ditempatkan di
atas plat tetes,
kemudian
ditambahkan
pereaksi Marquis
yang dibuat segar.
Perubahan yang
terjadi diamati.

Zat tidak larut


dan terbentuk
larutan coklat
muda.

Zat larut dan


terbentuk larutan
berwarna merah
muda.

Identifikasi golongan asam karboksilat


GOLONGAN

SENYAWA

PERLAKUAN

Asam karboksilat

Asam tartrat

Serbuk asam
tartrat dibuat
menjadi
larutan
kemudian
direaksikan
dengan
CuSO4 lalu
dibasakan
dengan larutan
NaOH.
Perubahan
warna larutan
diamati.

HASIL
PENGAMATAN
Terbentuk
larutan
berwarna biru
prussia setelah
diberi CuSO4
kemudian
berubah warna
menjadi biru
muda.

Asam karboksilat

Asetosal

Asam karboksilat

Asam benzoat

II. Reaksi:
Reaksi golongan alkohol
a) Etanol

Sejumlah
serbuk
asetosal
ditempatkan di
atas plat tetes
kemudian
ditambahkan
larutan FeCl3.
Perubahan
warna yang
terjadi diamati.
Sejumlah
serbuk asam
benzoat
ditempatkan di
atas plat tetes
kemudian
ditambahkan
larutan FeCl3
Perubahan
warna yang
terjadi diamati.

Terbentuk
warna ungu
muda yang
lama kelamaan
berubah
menjadi ungu
tua.

Terbentuk
warna kuning
yang lebih
gelap (jingga
kekuningan)
dari warna
larutan FeCl3.

b) Gliserin

c) Mentol

Reaksi golongan fenol


a) Fenol

b) Nipagin

( Armasida, 2012)

c) Hidrokinon

d) Resorsinol

Reaksi golongan asam karboksilat


a) Asam tartrat

b) Asetosal

( Armasida, 2012)

( Armasida, 2012)
c) Asam benzoate

III. Pembahasan:
Pada praktikum analisis fisika kimia ini membahas tentang reaksi-reaksi pendahuluan
pada golongan alkohol, fenol, dan asam-asam karboksilat. Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui identifikasi suatu senyawa yang dapat dilihat dari organoleptisnya dan perubahan
warna senyawa ketika dicampur oleh suatu reagensia untuk mencirikan senyawa tersebut yang
terbentuk akibat adanya ikatan kimia antar senyawa (sampel) dengan reagennya. Senyawasenyawa golongan alkohol, fenol, dan asam-asam karboksilat yang diidentifikasi pada praktikum
ini berupa Etanol, Gliserin, Mentol, Fenol, Nipagin, Hidrokuinon, Resorsinol, Asam Tartrat,
Asetosal, dan Asam Benzoat.
Pertama sekali dilakukan adalah identifikasi Etanol melalui reaksi Kalium Dikromat yang
diasamkan dengan asam Sulfat encer yang menyebabkan Kalium Dikromat teroksidasi. Prinsip
dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya gugus alkohol primer yaitu Etanol pada
suatu senyawa dengan reaksi oksidasi, dimana reaksi oksidasi alkohol ini dapat digunakan untuk
membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier, sedangkan senyawa Etanol sendiri merupakan
gugus Alkohol primer. Oksidasi alkohol akan menghasilkan aldehid jika digunakan alkohol
yang berlebihan, dan aldehid bisa dipisahkan melalui distilasi sesaat setelah terbentuk.
Digunakannya Etanol sebagai sebuah alkohol primer sederhana, maka akan dihasilkan aldehid
etanal, CH3CHO.
Untuk menghasilkan senyawa aldehid tersebut, pertama-tama dengan menggunakan
tabung reaksi, dimasukkan sampel Etanol, lalu ditambahkan larutan Kalium Dikromat yang
diasamkan dengan asam Sulfat encer 50%. Kalium Dikromat yang diasamkan inilah yang
biasanya digunakan sebagai agen pengoksidasi pada golongan senyawa alkohol, dimana Kalium
Dikromat merupakan oksidator kuat. Menurut literature dengan adanya penambahan Kalium
Dikromat pada alkohol primer yang akan membentuk senyawa aldehid, ditandai dengan
perubahan warna larutan yang awalnya berwarna orange (Kalium Dikromat) lalu diasamkan,
menjadi hijau ini terlihat jelas setelah dipanaskan yang menandakan adanya senyawa aldehid
yang terbentuk (pemanasan dilakukan untuk mempercepat terbentuknya gugus aldehid). Tetapi,
hasil yang didapatkan pada praktikum ini tanpa diikuti reaksi pemanasan adalah terbentuknya
larutan berwarna biru kehijauan yang menandakan jika senyawa aldehid yang terkandung
berjumlah sedikit karena sampel berupa golongan alkohol primer Etanol (1 gugus aldehid yang

terbentuk) atau dapat juga diasumsikan bahwa warna biru kehijauan yang dihasilkan tanpa
pemanasan belum mencapai reaksi sesungguhnya.
Identifikasi alkohol polivalen dilakukan dengan menggunakan senyawa gliserin. Gliserin
termasuk alkohol polivalen berwujud cair karena memiliki 3 gugus hidroksil. Cara identifikasi
gliserin yang pertama yaitu dengan menambahkan CuSO4 dan larutan NaOH. Campuran CuSO4
dan larutan NaOH dikenal dengan pereaksi Fehling. Hasil dari reaksi ini adalah larutan berubah
warna menjadi biru tua. Hal ini terjadi karena terbentuknya kompleks Cu dengan gliserin.
Selain dilakukan identifikasi gugus Alkohol primer (Etanol), juga mengidentifikasi gugus
Alkohol golongan sekunder yaitu Mentol. Prinsip dari percobaan ini adalah melihat secara
organoleptis dari senyawa Mentol dan perubahan warna yang terjadi ketika direaksikan dengan
Vanilin. Pertama-tama dilakukan uji organoleptis ini karena senyawa padatan Mentol merupakan
padatan yang khas dan dengan mudah dapat langsung ditentukan jika senyawa tersebut Mentol
hanya dengan mencium aromanya yang berbau peppermint yang terbentuk dari reaksi eter yang
berasal dari asam Asetat dan melihat bentuk nya yang kristal seperti kristal jarum bening dan
dingin. Setelah diuji secara organoleptis untuk memastikannya dengan lebih jelas dilakukan uji
menggunakan reagen Vanilin yang ditambahkan dengan asam Sulfat, hal ini bertujuan selain
sebagai katalis, pembuatan reagensia Vanilin dapat aktif dengan pencampurannya bersamaan
dengan asam Sulfat, sehingga ketika sampel Mentol di reaksikan terbentuk larutan berwarna
putih, seharusnya jika reagen vanillin yang terasamkan oleh asam Sulfat ketika direaksikan
dengan Mentol berwarna kuning yang terbentuk akibat adanya reaksi oksidasi yang
menghasilkan gugus Keton (menandakan golongan alkohol sekunder). Tetapi yang terjadi tidak
demikian, mungkin disebabkan adanya penambahan air pada saat mereaksikannya yang mungkin
berasal dari plat tetes yang belum kering, karena menurut beberapa literature yang menyatakan
bahwa jika reaksi tersebut ditambahkan air akan berubah warna dari kuning menjadi crimson
(merah gelap keunguan).
Selanjutnya dilakukan uji identifikasi Fenol untuk membedakan antara senyawa golongan
Alkohol dan Fenol. Fenol merupakan enol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak
berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol juga merujuk pada
beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol

memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya. Uji Fenol yang dilakukan pertama adalah mereaksikannya dengan FeCl3. Fenol
yang bereaksi dengan besi klorida netral akan memberikan larutan berwarna kompleks yaitu
violet. Pada praktikum ini kompleks warna yang terbentuk adalah hijau kehitaman, kompleks
warna ini sedikit berbeda dengan seharusnya, ini disebabkan adanya kesalahan pada proses
identifikasi pada pengambilan sejumlah sampel dan reagen yang tidak seimbang.
Selanjutnya identifikasi Fenol yaitu mereaksikannya dengan p-DAB (para-dimetil amino
benzaldehid), dimana terlebih dahulu melarutkan Fenol ke dalam aquadest menghasilkan larutan
Fenol (kuning bening), lalu ditambahkan reagen p-DAB. Hasil yang didapatkan, terbentuk
larutan coklat, seharusnya jika reagen p-DAB positif dapat mengidentifikasi Fenol akan
menghasilkan warna-warna pada larutan. Hal ini dikarenakan adanya cincin indol p-DAB yang
terikat pada berbagai senyawa, tetapi pada senyawa Fenol, cincin indol tidak terikat dengan
Fenol sehingga tidak menghasilkan perubahan warna yang signifikan.
Identifikasi Fenol dengan menggunakan pereaksi Lieberman dilakukan. Fenol
direaksikan dengan pereaksi Lieberman. Hasil yang diperoleh adalah terbentuk larutan yang
berwarna coklat. Identifikasi Fenol berikutnya yaitu mereaksikannya dengan Kalium Dikromat.
Reaksi ini menghasilkan warna yang sama seperti warna Kalium Dikromat yaitu oren
kekuningan. Ini menyimpulkan bahwa tidak terjadi suatu reaksi antara Fenol dan Kalium
Dikromat atau mungkin terjadi reaksi tetapi reaksi yang berjalan sangat lambat, karena Fenol
memang terlihat seperti alkohol tetapi dengan adanya cincin benzena yang terikat pada gugus
OH, sehingga tidak terdapatnya efek yang diperlukan untuk memebentuk jalannya suatu reaksi
atau pemisahan ikatan CH untuk membentuk karbokation selama mekanisme oksidasi.
Identifikasi Fenol yang terakhir yaitu mereakasikannya dengan reagen Marquis (Formalin 3 tetes
dan 3 ml Asam Sulfat pekat). Pada saat Fenol ditambahkan reagen Marquis, terbentuk dua fasa
yang berwarna coklat dan bening.
Setelah identifikasi senyawa Fenol, senyawa-senyawa golongan Fenol lainnya seperti
Nipagin dapat juga diidentifikasi menggunakan FeCl3 dimana sebelumnya padatan Nipagin
harus dilarutkan terlebih dahulu dengan aquadest agar dapat larut sempurna sehingga
memudahkan pengamatan, tetapi jika proses pelarutan ditambah dengan proses pemanasan maka
dibutuhkan aquadest secukupnya lalu dipanaskan sehingga padatan Nipagin dapat larut,

selanjutnya setelah terbentuk larutan Nipagin ditambahkan larutan FeCl3 dan terjadi perubahan
warna larutan menjadi ungu yang berasal dari ikatan antara besi dengan senyawa Nipagin yang
menggantikan gugus hidroksi, warna ungu ini lah yang menunjukkan adanya senyawa gugus
fenolat pada Nipagin. Kemudian untuk identifikasi Nipagin dengan cara lain, HNO3 encer
digunakan dimana terbentuk larutan berwarna putih pekat.
Dilanjutkan dengan identifikasi golongan Fenol lainnya yaitu Hidrokinon. Sama seperti
senyawa-senyawa gonlongan Fenol yang sebelumnya , untuk memastikan bahwa pada
Hidrokuinon terdapat gugus Fenol pertama-tama diuji dengan penambahan larutan FeCl3 pada
plat tetes yang berisi padatan Hidrokinon. Jika mengandung gugus Fenol pada senyawa
Hidrokuinon makan akan terbentuk warna merah, jingga,hijau, dan biru, tergantung pada
senyawa yang bereaksi dengan reagen FeCl3. Pada percobaan identifikasi senyawa Hidrokinon
dengan reagen FeCl3, menghasilkan perubahan warna larutan menjadi kehitaman. Ini
menandakan jika senyawa Hidrokuinon merupakan senyawa golongan Fenol, yang dimana
perubahan warna terbentuk akibat adanya ikatan antar unsure besi dengan Hidrokuinon.
Kemudian untuk identifikasi Hidrokinon dengan cara lain, digunakan Pb (CH3COO)2 dengan
NH4OH. Hasil yang diperoleh adalah zat hidrokinon tidak larut dan terbentuk endapan seperti
abu- abu. Identifikasi Hidrokinon lain dilakukan dengan penambahan NaOH ke dalam sampel
hingga terjadi perubahan warna yang terbentuk berupa larutan berwarna coklat kehitaman yang
disebabkan adanya gugus Fenolik OH Hidrokuinon pada kelompok yang cukup asam untuk
membentuk garam dengan NaOH. Produk campuran Hidrokuinon dan NaOH merupakan produk
oksidasi yang sangat kompleks yang menyebabkan Hidrokuinon teroksidasi menjadi

1,4-

benzoquinon, yang membentuk kompleks 1:1. Sehingga terbentuklah warna larutan Hidrokuinon
yang teroksidasi yaitu gelap dan kecoklatan.

Identifikasi Resorsinol yang pertama adalah dengan penambahan pereaksi p-DAB. Hasil
dari reaksi ini adalah larutan berubah warna menjadi jingga. Hasil ini berbeda dengan warna
yang seharusnya dihasilkan, yaitu merah rosa. Hal ini dapat terjadi karena saat mereaksikan,
sampel tidak ditambahkan HCl untuk membentuk suasana asam. Identifikasi sampel resorsinol
yang kedua adalah dengan penambahan larutan FeCl3. Hasil reaksi ini adalah larutan berubah
warna menjadi ungu kehitaman. Hal ini menandakan terbentuknya kompleks antara sampel

resorsinol dengan logam Fe. Kemudian identifikasi Resorsinol dilakukan dengan menggunakan
pereaksi Lieberman. Hasil yang diperoleh adalah terbentuk larutan berwarna coklat muda
manakala senyawa Resorsinol tidak larut dalam larutan tersebut. Identifikasi sampel resorsinol
yang ketiga adalah dengan penambahan pereaksi Marquis yang dibuat segar. Hasil reaksi ini
adalah terbentuknya endapan berwarna merah muda. Hal ini terjadi karena adanya reaksi antara
cincin aromatik, gugus atom karbon, hidrogen, dan oksigen dengan pereaksi yang digunakan.
Setelah dilakukan identifikasi senyawa golongan Alkohol dan Fenol, selanjutnya
dilakukan

identifikasi

terakhir

pada

senyawa

golongan

Asam

Karboksilat,

seperti

mengidentifikasi senyawa asam Tartrat dengan larutan copper (II) Sulfat yang kemudian
dibasakan dengan larutan Natrium Hidroksida sehingga menghasilkan warna biru muda.
Perubahan warna ini disebabkan adanya reaksi oksidasi asam Tartat oleh oksidator senyawa
tembaga (II) Sulfat dalam suasana basa yang didapatkan dengan penambahan NaOH. Sedangkan
warna biru terbentuk dari hasil ion Cu2+ yang mengalami reduksi membentuk Cu+. Selanjutnya
dilakukan identifikasi senyawa golongan asam karboksilat lain yaitu senyawa Asetosal. Asetosal
terbentuk dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan suatu
katalis asam kuat sebagai zat penghidrasi. Identifikasi Asetosal ini direaksikan dengan larutan
FeCl3 dan menghasilkan larutan yang berwarna ungu tua. Menurut teoritis besi klorida, atau besi
(III) klorida tidak akan bereaksi dengan asetosal, tetapi bereaksi dengan asam salisilat, yang
digunakan untuk mensintesis asetosal. Sehingga dengan menambahkan larutan FeCl3 pada
sampel asetosal adalah cara yang baik untuk melihat apakah ada asam salisilat yang tidak
bereaksi, dengan melihat perubahan larutan menjadi warna ungu merupakan indikasi adanya
reaksi asam salisilat. Sedangkan pada asetosal murni tidak harus menunjukkan perubahan warna.
Identifikasi terakhir adalah senyawa asam Benzoat dengan larutan FeCl3. Pertama-tama sampel
asam Benzoat dilarutkan pada aquadest, didapatkan serbuk asam Benzoat yang tidak larut dalam
aquadest, lalu ditambahkan dengan larutan FeCl3 menghasilkan larutan jingga kekuningan.
Warna ini menunjukkan adanya transisi logam besi pada asam Benzoat , sehingga terbentuklah
senyawa Ferri Benzoat.

IV. Kesimpulan:
Reaksi identifikasi golongan alkohol, golongan fenol dan golongan asam karboksilat
dilakukan dan difahami. Senyawa-senyawa yang digunakan untuk mengidentifikasi adalah
etanol, gliserin, mentol, fenol, nipagin, hidrokinon, resorsinol, asam tartrat, sitrat serta asam
benzoat.

DAFTAR PUSTAKA
Armasida, Iin. 2012. Laporan Praktikum Kimia Analisis I Percobaan Iii Reaksi-Reaksi Khusus
Senyawa Yang Mengandung Unsur C,H,O. Available Online at:
http://www.scribd.com/doc/89569129/it-s-mineee [Diakses 20 September 2013]

Clark, Jim. 2007. Pengantar Alkohol. Available online a:t


http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/alkohol1/pen
gantar_alkohol/ [Diakses 20 September 2013]
Departemen Kesehatan Indonesia.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:Depkes RI.
Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Gelora Aksara Utama.
Fessenden, Ralph J. 1986. Organic Chemistry. USA: Willard Grant Press Publisher.
Roth, Herman J. dan Gottfried Blaschke. 1994. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Svehla. 1985. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:
Kalman Media Pustaka.
Zulfikar. 2010. Gliserol. Available online at:
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/biomolekul/gliserol/
[Diakses 20 September 2013]

You might also like