You are on page 1of 24

A.

DEFINISI DAN PERANAN KATALIS TERHADAP PERUBAHAN ENERGI


DALAM REAKSI

Katalis pada beberapa tahun lalu disebut sebagai katalisator adalah zat atau
sepesies yang digunakan untuk mempercepat suatu reaksi. Pada awal perkembangannya,
katalis sering didefinisikan sebagai zat yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut
bereaksi.
Terminologi Katalis adalah istilah yang diperkenalkan oleh Berzelius pada
tahun 1836 untuk menjelaskan beberapa proses dekomposisi dan reaksi transpormasi. Dia
berasumsi bahwa katalis memiliki kekuatan dan peranan khusus yang dapat
mempengaruhi afinitas zat kimia dalam sebuah reaksi, pada perkembangan selanjutnya
Ostwald (1895) mengemukakan definisi yang dapat kita adopsi dan kita gunakan hingga
saat ini yakni bahwa katalis adalah zat yang mempercepat reaksi kimia tanpa
mempengaruhi posisi kesetimbangan . Yang dimaksud dalam definisi tersebut adalah
katalis tidak mempengaruhi energi dari reaktan dan energi dari produk. Pada awal
definisi tersebut diasumsikan bahwa katalis tetap tidak berubah dalam proses reaksi,
namun saat ini dengan berbagai instrumentasi kimia kita ketahui bahwa katalis yang
terlibat dalam sebuah reaksi mengalami serangkain perubahan ikatan kimia dengan
reaktan selama proses. Jadi katalis bukan tidak terlibat dalam reaksi tetapi terlibat dalam
reaksi, namun dikembalikan lagi ke bentuknya semula.

Dua penemuan yang dipandang penting dalam pengembangan teknologi katalis


adalah penemuan reaksi hidrogenasi katalitik Paul Sabatier dan sintesis ammonia oleh
Fritz Haber. Keduanya dikembangkan berdasarkan prinsip kesetimbangan kimia yang
dikembangkan oleh Jacobus vant Hoff dan persamaan Arrhenius. Pada aplikasinya,
menggunakan suatu katalisator memberikan keuntungan berlipat untuk industry dan
lingkungan. Didalam industri, katalis berperan tidak hanya untuk mempercepat
pembentukan produk namun juga menghasilkan selektivitas yang tinggi untuk satu jenis
produk tertentu . Dalam bidang lingkungan katalis dikembangkan dalam system reduksi
dan pengendalian polutan, bakteri pathogen dan sistem sanitasi

Prinsip dasar dari peranan suatu katalis dalam reaksi kimia adalah meningkatkan
laju sebuah reaksi melalui penurunan energi pengaktifan reaksi.

Melalui penurunan energy pengaktifan (Ea) rektan dapat melampaui dengan lebih
mudah keadaan pembentukan intermediate atau keadaan transisi untuk pembentukan
produk. Secara distribusi Maxwell, reaksi terkatalisis memiliki energy kinetik ambang
lebih rendah dibandingkan dengan keadaan tidak terkatalisis sehingga energi molekul
reaktan lebih mudah melampauinya.

Katalis dapat memiliki fase gas, cairan, atau padatan dan yang paling popular
didalam industri adalah yang berada dalam fasa cairan atau padatan, dimana aktivitas
permukaan adalah yang dibutuhkan untuk kepentingan kemudaha memisahkannya
dengan produk. Secara mendasar, katalis dapat dibedakan menurut fasanya, jenis
reaksinya serta macam macam mekanisme spesifiknya. Menurut fasanya, katalis dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. KATALIS HOMOGEN
Katalis yang memiliki fasa sama dengan reaktan yang katalisnya. Sebagai contoh
pada reaksi esterifikasi etil asetat, digunakan katalis HCL larutan. Oleh karena
reaktan ( asam asetat ) dan etanol memiliki fasa larutan HCL, maka HCL disebut
sebagai katalasi homogen
2. KATALIS HETEROGEN
Katalis yang memiliki fasa berbeda dengan reaktan yang dikatalisis, kebanyakan
untuk katalis ini ada pada industry besar seperti industry minyak bumi yang
menggunakan katalis silica alumina berfasa padatan untuk mengkonversi minyak
mentah yang diuapkan ( fasa gas ). Oleh karena fasa katalis berbeda dengan
reaktannya maka silica dalam alumina dalam reaksi ini disebut sebagai katalis
heterogen.

Dua fasa yang berbeda pada kedua jenis katalis umumnya berefek pada mekanisme reaksi
yang berbeda. Sebagai contoh, reaksi oksidasi TI+ oleh Ce+ berlangsung dengan
penambahan ion Mn2+ :
2Ce4+ + TI+

2Ce3+ + TI2+

2Ce3+ + Mn2+

2Ce3+ + Mn3+

2Ce4+ + Mn3+

2Ce3+ + Mn4+

Mn4+ + TI+

Mn2+ + TI2+

Mekanisme reaksi menunjukan keterlibatan ion Mn2+ dalam setiap tahap reaksi dan
dikembalikan pada bentuk semula pada akhir reaksi. Oleh karena Mn berada pada fase
yang sama dengan reaktan ( TI+ oleh Ce4+ ) maka Mn disebut sebagai katalis homogen.
B. KATALIS HOMOGEN
Dalam suatu reaksi kimia, katalis homogen berfungsi sebagai zat perantara. Serta
dalam katalis homogen, reaktan dan katalis terdispersi dalam satu fasa, biasanya cair.
Sehingga sulit memisahkan katalis dari sistem reaksinya karena katalis larut dalam
campuran. Pemisahan tidak cukup dilakukan dengan penyaringan atau dekantasi. Teknik
yang umum digunakan adalah destilasi atau ekstraksi produk dari campuran, misalnya
katalis asam basa pada reaksi esterifikasi biodisel dipisahkan dengan ekstraksi untuk
kemudian campuran sisa reaktan- katalis yang tertinggal dialirkan lagi menuju bejana
reaksi, sehingga bisa terpisah atau mengendap setelah reaksi selesai. Katalis ini
mempunyai kesamaan phase dengan reaktan dan persentuhannnya tak mempengaruhi
laju reaksi, keaddaan yang demikian disebut katalis homogen. Katalis homogen juga
dapat terjadi dalam fase gas. Sebagai contoh terkenal reaksi katalis fase gas adalah
proses lead chamber, yang selama bertahun-tahun merupakan proses utama untuk
pembuatan asam sulfat.

1. KATALIS HOMOGEN PADA FASA GAS

Contoh sederhana yang dapat digunakan untuk menggambarkan katalis homogeny


pada fasa gas adalah reaksi oksida sulfur dioksida menjadi sulfur trioksida dengan adanya
oksigen. Reaksi berlangsung lambat jika terjadi melalui persamaan berikut :
2SO

2 (g)

+O

2 (g)

2SO

3 (g)

(lambat)

Namun oleh karena kehadiran NO, reaksi berlangsung dalam dua tahap dan berlangsung
lebih cepat

Reaksi dengan katalis NO :


NO + O NO
2

(cepat)

NO + 2SO 2SO + 2NO (cepat)


2

-----------------------------2SO + O 2SO
2

+
(cepat)

Gas NO mudah bereaksi dengan O menjadi NO yang merupakan sumber O bagi


2

SO untuk membentuk SO dan NO kembali ,sehingga gas NO diperoleh kembali dalam


2

jumlah yang sama.


Reaksi yang berlangsung dalam proses bimolekuler berlangsung dengan energi rendah,
sedangkan melalui kehadiran NO yang dalam kesetimbangannya berada bersama dengan
N2O4 akan membentuk intermediate sehingga NO dapat diregenerasi kembali.
Secara skematik reaksi dapat di representasikan dengan tahapan berikut :
(Tanpa Katalis )

A +B

lambat

Produk

( Dengan Katalis)

A+C

lambat

X+B

lambat

produk = C

(X+B)

Dengan C adalah katalis dan X adalah intermedietnya. Persamaan laju reaksinya dapat
dinyatakan sebagai
Laju = K1 [ A ] [ B ]
Contoh lain jenis reaksi terkatalisis homogen dalam fasa gas adalah kehadiran iodin
dalam reaksi organik fasa gas. Pada kebanyakan reaksi yang berlangsung pada
temperature tinggi, reaksi dihadapkan pada dekomposisi molekul oleh pembentukan
radikal dari proses pemutusan homolitik yang dipicu kenaikan temperatur. Keberadaan
iodin adalah menstabilkan molekul melalui penangkapan radikal.

Sebagai contoh, pada reaksi berikut :


CH3CHO
CH3 ( atau H )

H + CO
CH4 ( atau H2 ) + CH3 + CO

CH3CHO

Metil radikal terbentuk, dan menghasilkan karbon dioksida. Oleh keberadaan iodin,
terjadi penangkapan radikal melalui mekanisme berikut :
I2

2 I

I + CH3CHO

HI + CH3 + CO

CH3 + I2

CH3I + I

CH3 + HI

CH4 + I

Akhir reaksi :
CH3I + HI

CH4 + I2

Lajur reaksi meningkat hingga ribuan kali dibandingkan dengan kondisi tanpa iodin, dan
pengaruh iodin dalam kinetika dapat dirumuskan dalam persamaan laju reaksi :
Laju = k [CH3CHO] [I2]

Kerusakan ozon atmosfer


Ini adalah contoh yang baik katalisis homogen dimana semuanya hadir sebagai gas.
Ozon, O 3, terus-menerus terbentuk dan dipecah lagi dalam suasana tinggi oleh aksi sinar
ultraviolet. Molekul oksigen biasa menyerap sinar ultraviolet dan istirahat menjadi atom
oksigen individu. Ini memiliki elektron tidak berpasangan, dan dikenal sebagai radikal
bebas. Mereka sangat reaktif.

Radikal oksigen kemudian dapat menggabungkan dengan molekul oksigen biasa untuk
membuat ozon.

Ozon juga dapat dibagi lagi menjadi oksigen biasa dan oksigen radikal dengan menyerap
sinar ultraviolet.

Ini pembentukan dan putus ozon yang terjadi sepanjang waktu. Secara keseluruhan,
reaksi menghentikan banyak radiasi ultraviolet yang berbahaya menembus atmosfer
untuk mencapai permukaan Bumi.
Reaksi katalitik kita tertarik menghancurkan ozon dan berhenti itu menyerap UV dengan
cara ini.
Chlorofluorocarbon (CFC) seperti CF

Cl

2,

misalnya, digunakan secara luas dalam

aerosol dan sebagai refrigeran. Rincian lambat mereka di atmosfer menghasilkan atom
klorin

radikal

bebas

klorin.

Ini

mengkatalisis

penghancuran

ozon.

Hal ini terjadi dalam dua tahap. Pada bagian pertama, ozon rusak dan bebas baru yang
radikal dihasilkan.

Katalis radikal klorin dibuat ulang oleh reaksi kedua. Hal ini dapat terjadi dengan dua
cara tergantung pada apakah radikal CLO hits molekul ozon atau oksigen radikal.
Jika hits oksigen radikal (dihasilkan dari salah satu reaksi kita telah melihat sebelumnya):

Atau jika hits molekul ozon:

Karena radikal klorin yang terus diperbaharui, masing-masing dapat merusak ribuan
molekul ozon.
Beberapa keuntungan katalisis homogen dibandingkan katalisis heterogen adalah:
1.

Reaksi sering dapat dilakukan dalam udara terbuka, sehingga mengurangi


biaya produksi dan meminimalkan

2.

dekomposisi produk suhu tinggi.

Katalis homogen seringkali dapat dirancang untuk berfungsi selektif terhadap


reaksi jenis tertentu.

3.

Biaya untuk katalis homogen lebih rendah daripada logam mulia (seperti,
platinum dan emas) yang digunakan dalam katalisis heterogen.

C. KATALIS HETEROGEN

1. Pengertian Katalis Heterogen


Katalis heterogen merupakan katalis yang memiliki fasa yang berbeda dengan
reaktannya atau dapat didefinisikan bahwa katalis heterogen merupakan katalis yang
fasanya tidak sama dengan reaktan dan produk. Katalis heterogen secara umum
berbentuk padat dan banyak digunakan pada reaktan berwujud cair atau gas.
Penggunaan katalis heterogen biasanya pada suhu dan tekanan tinggu. Umumnya
katalis heterogen berupa zat padat yang terdiri dari logam atau oksida logam.
Keuntungan

penggunaan

katalis

heterogen

adalah

katalisnya

dapat

dipisahkan dengan penyaringan dari produk bila reaksi telah selesai. Banyak proses
industry yang menggunakan katalis heterogen, sehingga proses dapat berlangsung lebih
cepat dan biaya produksi dapat dikurangi.

2. Cara Kerja Katalis Heterogen.


Katalis

dapat

bekerja

dengan

membentuk

senyawa

antara

atau

mengabsorpsi zat yang direaksikan. Sehingga katalis dapat meningkatkan laju reaksi,
sementara katalis itu sendiri tidak mengalami perubahan kimia secara permanen.
Cara kerjanya yaitu dengan menempel pada bagian substrat tertentu dan pada akhirnya
dapat menurunkan energi pengaktifan dari reaksi, sehingga reaksi berlangsung dengan
cepat. Ada dua macam katalis, yaitu katalis positif (katalisator) yang berfungsi
mempercepat reaksi, dan katalis negatif (inhibitor) yang berfungsi memperlambat
laju reaksi.

Katalis positif berperan menurunkan energi pengaktifan, dan membuat

orientasi molekul sesuai untuk terjadinya tumbukan.

Akibatnya molekul gas yang

teradsorpsi pada permukaan logam ini menjadi lebih reaktif daripada molekul gas
yang tidak terabsorbsi. Prinsip ini adalah kerja dari katalis heterogen, yang banyak
dimanfaatkan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi gas. Cara kerja katalis heterogen secara
umum :Satu atau lebih reaktan teradsorpsi ke permukaan katalis pada situs aktif. Sebuah
serapan d mana sesuatu menempel pada permukaan. Hal ini tidak sama dengan
penyerapan

di

mana

satu

zat

diambil

dalam

struktur

lain.

Hati-hati!

Sebuah situs aktif adalah bagian dari permukaan yang sangat baik menyerap hal-hal dan
membantu mereka untuk bereaksi. Ada semacam interaksi antara permukaan katalis dan
molekul-molekul reaktan yang membuat mereka lebih reaktif. Ini mungkin melibatkan
reaksi yang sebenarnya dengan permukaan, atau melemahnya ikatan dalam molekul.
Reaksi terjadi.
Pada tahap ini, baik dari molekul reaktan mungkin melekat pada permukaan, atau
seseorang mungkin harus terpasang dan terkena yang lain bergerak bebas dalam gas atau
cair.
Molekul-molekul produk yang desorbed.
Desorpsi hanya berarti bahwa molekul produk melepaskan diri. Ini meninggalkan situs
aktif tersedia untuk satu set baru molekul untuk menempel dan bereaksi.

Karakter utama dari katalis heterogen dicirikan melalui parameter :


1. Aktifitas
2. Selektifitas
3. Stabilitas dan perilaku deaktivasinya
Aktivitas adalah ukuran seberapa cepat suatu reaksi berlangsung oleh adanya
penambahan katalis. Secara kinetika, aktivitas dapat ditentukan dengan pengukuran laju
reaksi (r) per satuan volume atau massa katalis dengan
(mol.L-1.jam-1 atau mol.kg-1.jam -1)

r=

Ukuran lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan aktivitas suatu katalis
adalah jumlah Turn Over Number (TON). Definisi TON sebenarnya berasal dari bidang
katalisis enzimatik dan umumnya lebih mudah diperoleh dari suatu system katalis
homogen atau katalisis dalam system larutan. Definisi dari TON adalah jumlah
maksimum molekul substrat (reaktan) yang dapat terkonversi per situs aktif katalis per
unit waktu. Dalam kasus katalis homogen, dimana baik didefinisikan molekul katalis
umumnya hadir dalam larutan, TON dapat langsung ditentukan. Hal ini karena dalam
katalis homogen kita dapat menganggap bahwa setiap molekul katalis berfungsi aktif
dalam proses katalisis. Sebaliknya untuk katalis heterogen hal ini menjadi sangat
tergantung pada banyak faktor yang membuat definisi situs aktif tidak seragam untuk
setiap sisi permukaan katalis. Untuk dapat menggunakan definisi tersebut, jumlah pusat
aktif per satuan massa atau volume katalis dapat ditentukan secara tidak langsung
melalui eksperimen kemisorpsi, misalnya penentuan kekuatan keasaman permukaan
untuk katalis asam padat.
Oleh karena kesulitan penentuan TON, aktivitas katalis heterogen sering diukur dari
berbagai parameter:

Konversi pada kondisi reaksi yang konstan

Space Time Yield (STY)

Pace Velocity pada konvesi konstan, dan

Temperature yang diperlukan untuk mencapai nilai konversi tertentu

Nilai konversi (Xo) didefinisikan sebagai fungsi dari perubahan konsentrasi reaktan
dibandingkan dengan konsentrasi mula mula :
Xo =
Untuk kondisi yang sama dari dua katalis yang diuji, konversi yang lebih besar
menunjukkan aktivitas yang lebih besar dari suatu katalis. Selanjutnya, jika konversi
tertentu ditentukan untuk membandingkan dua jenis katalis dapat dilakukan pengukuran
space velocity yaitu laju alir mula mula reaktan terhadap massa katalis. Jika laju alir
yang dibutuhkan untuk mencapai konversi tertentu adalah lebih besar maka aktivitas
katalis juga lebih besar. Kontak antara reaktan dengan permukaan katalis dapat dilalui
dengan cepat untuk membentuk produk.
Parameter STY selain digunakan untuk menguji secara kuantitatif aktivitas katalis
juga dapat digunakan untuk mempelajari performace dari reactor. Definisi matematis
dari STY adalah:
STY = (produk yang dikehendaki/ massa atau volume katalis) x 100 %
Selektifitas reaksi adalah bagian dari reaktan yang dikonversi untuk membentuk produk
yang diinginkan P. Selektivitas dinyatakan dengan rasio dari jumlah produk yang
diinginkan terhadap reaktan yang terkonversi dari sebuah reaksi.

sp

np / vp
( n A, 0 n A ) / v A

n p vA
( n A, 0 n A ) / v p

Secara sederhana, reaksi terkatalisis heterogen berupa padatan melibatkan interaksi


antara reaktan dengan permukaan. (i) pada tahap pertama terjadi adsorpsi reaktan
terhadap permukaan padatan (ii) dilanjutkan dengan reaksi permukaan dan menghsilkan
produk pada permukaan, serta (iii) desorpsi produk dari permukaan padatan.

3. Contoh Katalis Heterogen


Umumnya katalis heterogen berupa zat padat yang terdiri dari logam atau oksida logam.
Contoh-contoh dari katalis heterogen adalah zeolit, CaO, MgO, platina dan resin penukar
ion. Katalisis heterogen sejauh ini adalah jenis katalisis yang paling penting dalam kimia
industri. Suatu katalis yang baik perlu menyerap molekul reaktan cukup kuat bagi

mereka untuk bereaksi, tapi tidak begitu kuat bahwa molekul produk tetap lebih atau
kurang secara permanen ke permukaan. .
Contoh katalisis heterogen
Hidrogenasi ikatan karbon-karbon rangkap
Contoh paling sederhana dari hal ini adalah reaksi antara etena dan hidrogen dengan
adanya katalis nikel.

Salah satu penggunaan industri yang penting adalah dalam hidrogenasi minyak nabati
untuk membuat margarin, yang juga melibatkan reaksi ikatan karbon-karbon rangkap
dalam

minyak

nabati

dengan

hidrogen

dengan

adanya

katalis

nikel.

Molekul etena yang teradsorpsi pada permukaan nikel.

Molekul Hidrogen juga teradsorpsi ke permukaan nikel. Ketika ini terjadi, molekul
hidrogen dipecah menjadi atom. Ini dapat bergerak pada permukaan nikel.

Jika atom hidrogen berdifusi dekat dengan salah satu atom karbon terikat, ikatan antara
karbon dan nikel ini diganti dengan satu ikatan antara karbon dan hydrogen. Hal yang
sama akan terjadi di ujung lain.

4. Peranan Katalis Heterogen


Katalis heterogen merupakan katalis yang memiliki fasa yang berbeda dengan
reaktannya. Salah satu peranan katalis heterogen adalah Al2O3 sebagai katalis converter
gas buang pada kendaraan bermotor. Jenis katalis heterogen yang berfungsi disini adalah
Catalytic converter yang merupakan alat yang digunakan sebagai kontrol emisi gas
buang yang diletakkan setelah exhaust manifold pada sistem pembuangan kendaraaan
bermotor . Katalis automotive (converter) ini pertama kali didesain pada tahun 1975 di
US yang bertujuan untuk mengurangi polusi udara dengan cara mengkonversi gas
karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) yang merupakan
gas buang dari reaksi pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna pada kendaraan
bermotor. Katalis heterogen penting juga dalam industry minyak. Salah satu terapan
yang menarik adalah produksi bahan bakar cair sintesis seperti bensin dari minyak diesel
dengan cara reaksi hidrogen, H2 dengan karbon monoksida, CO. Dengan suatu katalis
logam yang tepat seperti nikel atau kobalt, karbon monoksida akan bereaksi dengan
hidrogen untuk menghasilkan air dan hidrokarbon.

5. Keuntungan Katalis Heterogen


Keuntungan dari katalis heterogen adalah ramah lingkungan, tidak bersifat korosif,
mudah dipisahkan dari produk dengan cara filtrasi, serta dapat digunakan berulangkali
dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, katalis heterogen meningkatkan kemurnian
hasil karena reaksi samping dapat dieliminasi. Keuntungan lain penggunaan katalis
heterogen adalah katalisnya dapat dipisahkan dengan penyaringan dari produk bila
reaksi telah selesai. Banyak proses industri yang menggunakan katalis heterogen,

sehingga proses dapat berlangsung lebih cepat dan biaya produksi dapat dikurangi.
Beberapa logam ada yang dapat mengikat cukup banyak molekul-molekul gas pada
permukannya, misalnya Ni, Pt, Pd dan V. Gaya tarik menarik antara atom logam
dengan molekul gas dapat memperlemah ikatan kovalen pada molekul gas, dan
bahkan dapat memutuskan ikatan itu.

D. FOTOKATALIS
Fotokatalis adalah katalis yang bekerja dengan bantuan foton atau sinar. Fotokatalis
banyak dimanfaatkan pengolahan limbah organik melalui teknologi fotooksida yakni
oksidasi dengan bantuan fotokatalis. Teknologi fotooksidasi senyawa organik saat ini
banyak dikembangkan dengan beberapa alasan antara lain prosesnya relatif murah karena
dapat memanfaatkan sinar matahari, relatif aman karena oksidasi menghasilkan CO2 dan
H2O serta mineralisasi senyawa organik yang dapat dilepaskan langsung ke lingkungan
serta tidak memerlukan regenerasi dalam waktu yang singkat. Fotooksidasi senyawa
organik adalah proses oksidasi senyawa organik dengan bantuan suatu fotokatalis yang
bekerja ketika dikenai suatu foton atau sumber cahaya. Teknik ini dikembangkan
didasarkan pada prinsip fotoelektrik suatu material semikonduktor yang bersifat
fotokatalis. Jika seberkas foton dikenakan pada permukaan material fotokatalis, struktur
elektronik material akan mengalami perubahan dimana elektron pada pita valensi akan
mengalami eksitasi ke pita konduksi dan meninggalkan hole bermuatan positif. Jika hole
berinteraksi dengan solven, akan dihasilkan radikal yang berenergi tinggi dan dapat
mengoksidasi senyawa organik target. Skematika fotokatalis disajikan pada gambar 6.22.

Beberapa oksidasi logam fotokatalis seperti TiO2, ZnO, CeO2, -Fe2O3 dan SnO2 serta
kalkogenida seperti ZnS, CdS, dan CdSe adalah fotokatalis yang banyak yang banyak
digunakan dalam reaksi-reaksi fotoreduksi dan fotooksidasi senyawa organik. Diantara
logam-logam semikonduktor tersebut, oksidasi titanium (TiO2) merupakan material
fotokatalis dengan energi celah pita yang cukup tinggi (3,2-3,3 eV) sehingga secara
teoritis berperan efektif dalam mekanisme fotokatalis yang melibatkan oksidasi senyawa
organik pada kondisi heterogen, fotooksidasi senyawa organik adalah proses oksidasi
senyawa organik dengan bantuan suatu fotokatalis yang bekerja ketika dikenai suatu
foton atau sumber cahaya. Teknik ini dikembangkan didasarkan pada prinsip fotoelektrik
suatu material semikonduktor yang bersifat fotokatalis. Pemanfaatan sifat semikonduktor
sebagai bahan elektroda fotokatalis pertama kali dikemukakan oleh Fujisima dan Honda
pada tahun 1972. Pada perkembangan selanjutnya, fotokatalis dimanfaatkan dalam
beberapa bidang antara lain dalam bidang lingkungan terutama untuk proses degradasi
senyawa organik dan detoksifikasi bakteri.
TiO2 banyak dilaporkan efektif sebagai fotokatalis untuk kepentingan ini.
Prinsip mekanisme yang berlangsung adalah jika material fotokatalis dikenai suatu foton
dengan energi sebesar hv yang sesuai dengan energi celah pita (band gap energy), maka

akan terjadi eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi disertai pembentukan hole
pada permukaan fotokatalis. Permukaan ini akan bersifat aktif redoks dan dapat
mengoksidasi substrat organik sehingga menghasilkan radikal dari senyawa organik.
Selain itu, permukaan aktif dapat berinteraksi dengan pelarut (misal: H2O) sehingga
menghasilkan radikal OH (persamaan 1-4)
TiO2 + hv

TiO2 (e- + h+)

(1)

TiO2(h+) + RXads

TiO2 + RXad+

(2)

TiO2(h+) + H2Oads

TiO2 + HOad+ + H+

(3)

TiO2(h+) + -OHads

TiO2 + HOad

(4)

Elektron yang tereksitasi dari pita valensi dapat kembali lagi dan mereduksi O2
membentuk radikal superoksida O2 (persamaan 5-8)
TiO2(e-) + O2

TiO2 + O2-

(5)

O2- + H+

HO2-

(6)

O2 + H2O2

(7)

O2 +

HO2-

TiO2(e ) + H2O2

TiO2 + OH + OH

(8)

Radikal yang terbentuk (OH, RX) akan bersifat aktif dan mengoksidasi senyawa organik
dalam sistem fotokatalis. Dalam hal ini jika sistem yang digunakan adalah sistem limbah
organik, maka proses destruksi dapat terjadi sehingga oksidasi berlanjut dapat
mendegradasi senyawa organik. Aktivitas TiO2 ditentukan oleh sifat luas permukaan
spesifik, sorptivitas serta jenis fasa kristalinnya. Terdapat dua jenis kristal TiO2 yaitu
anatase dan rutile. Anatase memiliki aktifitas fotokatalik lebih besar dibandingkan rutile
oleh karena energi celah pita yang lebih besar dari anatase (3,2-3,25 eV) dibandingkan
rutile (3,0-3,15 eV). Namun demikian pada perkembangan selanjutnya kombinasi anatase
dan rutile pada komposisi tertentu memberikan aktivitas.

E. KATALIS TRANSFER FASA


Katalis transfer fasa adalah katalis yang dapat bekerja pada dua fasa pelarut yang berbeda
kepolarannya. Katalis transfer fasa sangat berguna untuk meningkatkan evisiensi dalam
industri kimia, meningkatkan keamanan dan menurunkan dampak terhadap lingkungan.

Metode kerja katalis transfer fasa meliputi katalisis terhadap reaksi suatu substrat( terlarut
dalam lapisan organik) dan suatu reagen anionik (sering kali berupa nukleofilik) yang
terlarut dalam lapisan air. Substrat dan anion dapat bereaksi karena katalis dapat
membawa anion kedalam fasa organik.
Contoh reaksi:
(n-C4H9)4N + Cl- + CN-

(n-C4H9)4N+ CN- + Cl-

CH3(CH2)7Cl +(n-C4H9)4N+ CN-

CH3(CH2)7CN + (C4H9)N+Cl-

Dalam contoh diatas tetrabutil amonium klorida merupakan katalis transfer fasa dalam
reaksi sianida dan klorooktana. Klorooktana adalh reaktan (substrat) yang dapat larut
dalam fasa organik karena bersifat non-polar sebaliknya sianida merupakan anion tak
larut dalam fase organik. Dengan pembentukan kompleks antara katalis dan sianida yang
dapat larut dalam fasa organik, reaksi dapat berlangsung.
Beberapa reaksi yang dikatalisis dengan KTF:

Reaksi substitusi nukleofilik seperti halogenasi dan sianasi

Alkilasi dan eaksi kondensasi

Oksidasi reduksi

Reaksi eliminasi

Reaksi wittig dan wittig-horner

Pada umumnya, KTF adalah garam amonium kuartener dan fosfonium yang memiliki
kemampuan terlarut kedalam dua fasa: fasa organik dan fasa air.

F. KATALIS ENZIM
Enzim adalah makromolekul dengan berat molekul antara 104 105 gram/mol.
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel
maupun diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 1011 kali lebih cepat dari
pada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Semua enzim mengandung protein,
dan beberapa enzim memiliki bagian yang bukan enzim. Bagian yang merupakan protein
sering disebut dengan apoenzim dan bagian yang bukan protein disebut koenzim atau

group prostetik. Beberapa enzim bekerja pada substansi tunggal disebut substrat. Substrat
itu sendiri adalah senyawa yang bereaksi dengan penambahan bantuan enzim. Sebagai
contoh enzim yang menguraikan urea ( substrat ) dinamakan enzim urease, enzim
hidrolase adalah kelompok enzim yang mempunyai fungsi sebagai katalis dalam reaksi
hidrolisis. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan
inilah yang menjadi ciri suatu enzim. Kekhasan terhadap suatu reaksi disebut kekhasan
reaksi.
Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu
reaksi kimia. Dengan adanya katalis atau enzim, harga energi aktivasi diperkecil atau
diturunkan. Dengan demikian akan dapat memudahkan atau mempercepat terjadinya
suatu reaksi.
Telah dijelaskan bahwa suatu enzim mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja
pada satu reaksi saja. Untuk dapat bekerja terhadap terhadap suatu zat atau substrat harus
ada hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran
yang lebih besar daripada substrat. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat
berhubungan dengan substrat. Hubungan antara substrat dengan enzim yang mengadakan
hubungan atau kontak dengan substrat dinamai bagian aktif ( active site ). Hubungan
hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat
menampung substrat. Apabila substrat mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka
tidak dapat ditampung pada bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim itu tidak dapat
berfungsi terhadap susbstrat. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat
menyebabkan terjadinya kompleks enzim substrat. Kompleks ini merupakan kompleks
yang aktif, yang bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan
telah terjadi. Enzim bekerja dengan spesifik, baik jenis reaksi maupun substansi reaksi
yang dikatalisis, jika digambarkan dengan model, mekanisme reaksi enzimatik
merupakan reaksi dengan mekanisme kunci dan gembok .

Mekanisme Reaksi Enzimatik


Mekanisme paling sederhana dalam reaksi menggunakan katalis enzim adalah
mekanisme yang diusulkan L. Michaelis dan M.L. Manten (1913). Mekanisme reaksi
enzimatik adalah melalui pembentukan kompleks antara Enzim ( E ) dengan substrat ( S )
, ( ES ) melalui reaksi yang reversible dan pada akhirnya kompleks membentuk produk
dan pelepasan kembali enzim.
Sebagai contoh suatu percobaan hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa oleh
enzim, ternyata bahwa pada konsentrasi sukrosa rendah, kecepatan reakasi tergantung
pada konsentrasi sukrosa. Namun pada konsentrasi tinggi, kecepatan reaksinya tidak lagi
tergantung pada konsentrasi sukrosa. Jadi pada konsentrasi tinggi, kecepatan reaksi tidak
dipengaruhi lagi oleh pertambahan konsentrasi. Ini menunjukan bahwa enzim seolah
olah telah jenuh dengan substrat, artinya tidak dapat lagi menampung substrat. Untuk
menerangkan keadaan ini Leonor Michaelis dan Maude Menten pada tahun 1913
mengajukan suatu hipotesis bahwa dalam reaksi enzim terjadi terlebih dahulu kompleks

enzim substrat tersebut yang kemudian menghasilkan hasil reaksi dan enzim kembali

Secara sederhana hipotesis Michaelis dan Menten itu dapat dituliskan sebagai berikut :
Kompleks enzim substrat ( ES )

Enzim ( E ) + Substrat ( S )

Enzim ( E ) + Hasil reaksi ( P )


Michaelis dan Menten berkesimpulan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada
konsentrasi kompleks enzim substrat [ ES ], sebab apabila tergantung pada konsentrasi
substrat [ S ], maka penambahan konsentrasi substrat akan menghasilkan pertambahan
kecepatan reaksi yang apabila digambarkan akan merupakan garis lurus. Jadi secara
umum reaksi dengan enzim dituliskan sebagai berikut :
E+S

K1

ES

K2

produk + E

K1

k1, k-1 dan k2 masing masing ialah tetapan kecepatan reaksi pembentukan kompleks ES,
tetapan ( konstanta ) kecepatan reaksi pembentukan kembali E dan S, dan tetapan (
konstanta ) kecepatan reaksi penguraian kompleks ES menjadi enzim dan hasil reaksi.

Kecepatan reaksi pembentukan kompleks ES ialah :


v1 = k1 [ E ] [ S ]
v1 = k1 ( [ E0 ] [ES] ) [S]

(1)

[ E0 ] = konsentrasi enzim total


[ E0 ] [ES] menyatakan konsentrasi enzim yang masih bebas dan [S] ialah konsentrasi
substrat. Kecepatan penguraian kompleks ES menjadi E dan S kembali adalah
v-1 = k-1 [ES]

(2)

Sedangkan kecepatan penguraian ES menjadi E dan P ialah


v2 = k2 [ES]

(3)

jadi kecepatan penguraian ES ialah


v-1 + v2 = k-1 [ES] + k2 [ES]

(4)

dalam keadaan kesetimbangan maka kecepatan pembentukan ES sama dengan kecepatan


penguraian ES. Jadi :

atau

k1 ( [ E0 ] [ES] ) [S] = k-1 [ES] + k2 [ES]

(5)

k-1 [ES] + k2 [ES]

(6)

= (k-1 + k2) [ES]

Sehingga :
( [ E0 ] [ES] ) [S]

k-1 + k2

[ES]

k-1

km

(7)

km ialah konstanta Michaelis dan Menten


dari persamaan (7) dapat diperoleh konsentrasi kompleks enzim substrat sebagai berikut :
[ES] = ( [ E0 ] [ES] ) [S]

(8)

Km + [S]
Kecepatan permulaan terjadinya hasil reaksi sebanding dengan konsentrasi ES atau :
v = k2 [ES]

(9)

Apabila konsentrasi substrat sangat besar sehingga semua enzim membentuk kompleks
enzim substrat, maka kecepatan reaksi ialah maksimal dan dapat dinyatakan sebagai
berikut :
vmaks = k2 [E0]

(10)

Harga [ES] dalam persamaan (8) dimasukan ke dalam persamaan (9), maka diperoleh :
v = k3

][ ]
[ ]

(11)

Dengan jalan memasukan persamaan (10) kedalam persamaan (1) maka diperoleh :
v=

[ ]
[ ]

(12)

persamaan diatas disebut persamaan Michaelis Menten.


Laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi substrat ditampilkan pada grafik berikut

Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa suatu reaksi enzimatik memiliki laju reaksi
maksiumum tertentu. Laju reaksi maksimal dapat dirumuskan sebagai :
vmax = K2 E0
Laju reaksi maksimal dapat diturunkan dari laju reaksi sebagai konsentrasi substrat
dengan persamaan :
=

[ ]

You might also like