Professional Documents
Culture Documents
Katalis pada beberapa tahun lalu disebut sebagai katalisator adalah zat atau
sepesies yang digunakan untuk mempercepat suatu reaksi. Pada awal perkembangannya,
katalis sering didefinisikan sebagai zat yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut
bereaksi.
Terminologi Katalis adalah istilah yang diperkenalkan oleh Berzelius pada
tahun 1836 untuk menjelaskan beberapa proses dekomposisi dan reaksi transpormasi. Dia
berasumsi bahwa katalis memiliki kekuatan dan peranan khusus yang dapat
mempengaruhi afinitas zat kimia dalam sebuah reaksi, pada perkembangan selanjutnya
Ostwald (1895) mengemukakan definisi yang dapat kita adopsi dan kita gunakan hingga
saat ini yakni bahwa katalis adalah zat yang mempercepat reaksi kimia tanpa
mempengaruhi posisi kesetimbangan . Yang dimaksud dalam definisi tersebut adalah
katalis tidak mempengaruhi energi dari reaktan dan energi dari produk. Pada awal
definisi tersebut diasumsikan bahwa katalis tetap tidak berubah dalam proses reaksi,
namun saat ini dengan berbagai instrumentasi kimia kita ketahui bahwa katalis yang
terlibat dalam sebuah reaksi mengalami serangkain perubahan ikatan kimia dengan
reaktan selama proses. Jadi katalis bukan tidak terlibat dalam reaksi tetapi terlibat dalam
reaksi, namun dikembalikan lagi ke bentuknya semula.
Prinsip dasar dari peranan suatu katalis dalam reaksi kimia adalah meningkatkan
laju sebuah reaksi melalui penurunan energi pengaktifan reaksi.
Melalui penurunan energy pengaktifan (Ea) rektan dapat melampaui dengan lebih
mudah keadaan pembentukan intermediate atau keadaan transisi untuk pembentukan
produk. Secara distribusi Maxwell, reaksi terkatalisis memiliki energy kinetik ambang
lebih rendah dibandingkan dengan keadaan tidak terkatalisis sehingga energi molekul
reaktan lebih mudah melampauinya.
Katalis dapat memiliki fase gas, cairan, atau padatan dan yang paling popular
didalam industri adalah yang berada dalam fasa cairan atau padatan, dimana aktivitas
permukaan adalah yang dibutuhkan untuk kepentingan kemudaha memisahkannya
dengan produk. Secara mendasar, katalis dapat dibedakan menurut fasanya, jenis
reaksinya serta macam macam mekanisme spesifiknya. Menurut fasanya, katalis dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. KATALIS HOMOGEN
Katalis yang memiliki fasa sama dengan reaktan yang katalisnya. Sebagai contoh
pada reaksi esterifikasi etil asetat, digunakan katalis HCL larutan. Oleh karena
reaktan ( asam asetat ) dan etanol memiliki fasa larutan HCL, maka HCL disebut
sebagai katalasi homogen
2. KATALIS HETEROGEN
Katalis yang memiliki fasa berbeda dengan reaktan yang dikatalisis, kebanyakan
untuk katalis ini ada pada industry besar seperti industry minyak bumi yang
menggunakan katalis silica alumina berfasa padatan untuk mengkonversi minyak
mentah yang diuapkan ( fasa gas ). Oleh karena fasa katalis berbeda dengan
reaktannya maka silica dalam alumina dalam reaksi ini disebut sebagai katalis
heterogen.
Dua fasa yang berbeda pada kedua jenis katalis umumnya berefek pada mekanisme reaksi
yang berbeda. Sebagai contoh, reaksi oksidasi TI+ oleh Ce+ berlangsung dengan
penambahan ion Mn2+ :
2Ce4+ + TI+
2Ce3+ + TI2+
2Ce3+ + Mn2+
2Ce3+ + Mn3+
2Ce4+ + Mn3+
2Ce3+ + Mn4+
Mn4+ + TI+
Mn2+ + TI2+
Mekanisme reaksi menunjukan keterlibatan ion Mn2+ dalam setiap tahap reaksi dan
dikembalikan pada bentuk semula pada akhir reaksi. Oleh karena Mn berada pada fase
yang sama dengan reaktan ( TI+ oleh Ce4+ ) maka Mn disebut sebagai katalis homogen.
B. KATALIS HOMOGEN
Dalam suatu reaksi kimia, katalis homogen berfungsi sebagai zat perantara. Serta
dalam katalis homogen, reaktan dan katalis terdispersi dalam satu fasa, biasanya cair.
Sehingga sulit memisahkan katalis dari sistem reaksinya karena katalis larut dalam
campuran. Pemisahan tidak cukup dilakukan dengan penyaringan atau dekantasi. Teknik
yang umum digunakan adalah destilasi atau ekstraksi produk dari campuran, misalnya
katalis asam basa pada reaksi esterifikasi biodisel dipisahkan dengan ekstraksi untuk
kemudian campuran sisa reaktan- katalis yang tertinggal dialirkan lagi menuju bejana
reaksi, sehingga bisa terpisah atau mengendap setelah reaksi selesai. Katalis ini
mempunyai kesamaan phase dengan reaktan dan persentuhannnya tak mempengaruhi
laju reaksi, keaddaan yang demikian disebut katalis homogen. Katalis homogen juga
dapat terjadi dalam fase gas. Sebagai contoh terkenal reaksi katalis fase gas adalah
proses lead chamber, yang selama bertahun-tahun merupakan proses utama untuk
pembuatan asam sulfat.
2 (g)
+O
2 (g)
2SO
3 (g)
(lambat)
Namun oleh karena kehadiran NO, reaksi berlangsung dalam dua tahap dan berlangsung
lebih cepat
(cepat)
-----------------------------2SO + O 2SO
2
+
(cepat)
A +B
lambat
Produk
( Dengan Katalis)
A+C
lambat
X+B
lambat
produk = C
(X+B)
Dengan C adalah katalis dan X adalah intermedietnya. Persamaan laju reaksinya dapat
dinyatakan sebagai
Laju = K1 [ A ] [ B ]
Contoh lain jenis reaksi terkatalisis homogen dalam fasa gas adalah kehadiran iodin
dalam reaksi organik fasa gas. Pada kebanyakan reaksi yang berlangsung pada
temperature tinggi, reaksi dihadapkan pada dekomposisi molekul oleh pembentukan
radikal dari proses pemutusan homolitik yang dipicu kenaikan temperatur. Keberadaan
iodin adalah menstabilkan molekul melalui penangkapan radikal.
H + CO
CH4 ( atau H2 ) + CH3 + CO
CH3CHO
Metil radikal terbentuk, dan menghasilkan karbon dioksida. Oleh keberadaan iodin,
terjadi penangkapan radikal melalui mekanisme berikut :
I2
2 I
I + CH3CHO
HI + CH3 + CO
CH3 + I2
CH3I + I
CH3 + HI
CH4 + I
Akhir reaksi :
CH3I + HI
CH4 + I2
Lajur reaksi meningkat hingga ribuan kali dibandingkan dengan kondisi tanpa iodin, dan
pengaruh iodin dalam kinetika dapat dirumuskan dalam persamaan laju reaksi :
Laju = k [CH3CHO] [I2]
Radikal oksigen kemudian dapat menggabungkan dengan molekul oksigen biasa untuk
membuat ozon.
Ozon juga dapat dibagi lagi menjadi oksigen biasa dan oksigen radikal dengan menyerap
sinar ultraviolet.
Ini pembentukan dan putus ozon yang terjadi sepanjang waktu. Secara keseluruhan,
reaksi menghentikan banyak radiasi ultraviolet yang berbahaya menembus atmosfer
untuk mencapai permukaan Bumi.
Reaksi katalitik kita tertarik menghancurkan ozon dan berhenti itu menyerap UV dengan
cara ini.
Chlorofluorocarbon (CFC) seperti CF
Cl
2,
aerosol dan sebagai refrigeran. Rincian lambat mereka di atmosfer menghasilkan atom
klorin
radikal
bebas
klorin.
Ini
mengkatalisis
penghancuran
ozon.
Hal ini terjadi dalam dua tahap. Pada bagian pertama, ozon rusak dan bebas baru yang
radikal dihasilkan.
Katalis radikal klorin dibuat ulang oleh reaksi kedua. Hal ini dapat terjadi dengan dua
cara tergantung pada apakah radikal CLO hits molekul ozon atau oksigen radikal.
Jika hits oksigen radikal (dihasilkan dari salah satu reaksi kita telah melihat sebelumnya):
Karena radikal klorin yang terus diperbaharui, masing-masing dapat merusak ribuan
molekul ozon.
Beberapa keuntungan katalisis homogen dibandingkan katalisis heterogen adalah:
1.
2.
3.
Biaya untuk katalis homogen lebih rendah daripada logam mulia (seperti,
platinum dan emas) yang digunakan dalam katalisis heterogen.
C. KATALIS HETEROGEN
penggunaan
katalis
heterogen
adalah
katalisnya
dapat
dipisahkan dengan penyaringan dari produk bila reaksi telah selesai. Banyak proses
industry yang menggunakan katalis heterogen, sehingga proses dapat berlangsung lebih
cepat dan biaya produksi dapat dikurangi.
dapat
bekerja
dengan
membentuk
senyawa
antara
atau
mengabsorpsi zat yang direaksikan. Sehingga katalis dapat meningkatkan laju reaksi,
sementara katalis itu sendiri tidak mengalami perubahan kimia secara permanen.
Cara kerjanya yaitu dengan menempel pada bagian substrat tertentu dan pada akhirnya
dapat menurunkan energi pengaktifan dari reaksi, sehingga reaksi berlangsung dengan
cepat. Ada dua macam katalis, yaitu katalis positif (katalisator) yang berfungsi
mempercepat reaksi, dan katalis negatif (inhibitor) yang berfungsi memperlambat
laju reaksi.
teradsorpsi pada permukaan logam ini menjadi lebih reaktif daripada molekul gas
yang tidak terabsorbsi. Prinsip ini adalah kerja dari katalis heterogen, yang banyak
dimanfaatkan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi gas. Cara kerja katalis heterogen secara
umum :Satu atau lebih reaktan teradsorpsi ke permukaan katalis pada situs aktif. Sebuah
serapan d mana sesuatu menempel pada permukaan. Hal ini tidak sama dengan
penyerapan
di
mana
satu
zat
diambil
dalam
struktur
lain.
Hati-hati!
Sebuah situs aktif adalah bagian dari permukaan yang sangat baik menyerap hal-hal dan
membantu mereka untuk bereaksi. Ada semacam interaksi antara permukaan katalis dan
molekul-molekul reaktan yang membuat mereka lebih reaktif. Ini mungkin melibatkan
reaksi yang sebenarnya dengan permukaan, atau melemahnya ikatan dalam molekul.
Reaksi terjadi.
Pada tahap ini, baik dari molekul reaktan mungkin melekat pada permukaan, atau
seseorang mungkin harus terpasang dan terkena yang lain bergerak bebas dalam gas atau
cair.
Molekul-molekul produk yang desorbed.
Desorpsi hanya berarti bahwa molekul produk melepaskan diri. Ini meninggalkan situs
aktif tersedia untuk satu set baru molekul untuk menempel dan bereaksi.
r=
Ukuran lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan aktivitas suatu katalis
adalah jumlah Turn Over Number (TON). Definisi TON sebenarnya berasal dari bidang
katalisis enzimatik dan umumnya lebih mudah diperoleh dari suatu system katalis
homogen atau katalisis dalam system larutan. Definisi dari TON adalah jumlah
maksimum molekul substrat (reaktan) yang dapat terkonversi per situs aktif katalis per
unit waktu. Dalam kasus katalis homogen, dimana baik didefinisikan molekul katalis
umumnya hadir dalam larutan, TON dapat langsung ditentukan. Hal ini karena dalam
katalis homogen kita dapat menganggap bahwa setiap molekul katalis berfungsi aktif
dalam proses katalisis. Sebaliknya untuk katalis heterogen hal ini menjadi sangat
tergantung pada banyak faktor yang membuat definisi situs aktif tidak seragam untuk
setiap sisi permukaan katalis. Untuk dapat menggunakan definisi tersebut, jumlah pusat
aktif per satuan massa atau volume katalis dapat ditentukan secara tidak langsung
melalui eksperimen kemisorpsi, misalnya penentuan kekuatan keasaman permukaan
untuk katalis asam padat.
Oleh karena kesulitan penentuan TON, aktivitas katalis heterogen sering diukur dari
berbagai parameter:
Nilai konversi (Xo) didefinisikan sebagai fungsi dari perubahan konsentrasi reaktan
dibandingkan dengan konsentrasi mula mula :
Xo =
Untuk kondisi yang sama dari dua katalis yang diuji, konversi yang lebih besar
menunjukkan aktivitas yang lebih besar dari suatu katalis. Selanjutnya, jika konversi
tertentu ditentukan untuk membandingkan dua jenis katalis dapat dilakukan pengukuran
space velocity yaitu laju alir mula mula reaktan terhadap massa katalis. Jika laju alir
yang dibutuhkan untuk mencapai konversi tertentu adalah lebih besar maka aktivitas
katalis juga lebih besar. Kontak antara reaktan dengan permukaan katalis dapat dilalui
dengan cepat untuk membentuk produk.
Parameter STY selain digunakan untuk menguji secara kuantitatif aktivitas katalis
juga dapat digunakan untuk mempelajari performace dari reactor. Definisi matematis
dari STY adalah:
STY = (produk yang dikehendaki/ massa atau volume katalis) x 100 %
Selektifitas reaksi adalah bagian dari reaktan yang dikonversi untuk membentuk produk
yang diinginkan P. Selektivitas dinyatakan dengan rasio dari jumlah produk yang
diinginkan terhadap reaktan yang terkonversi dari sebuah reaksi.
sp
np / vp
( n A, 0 n A ) / v A
n p vA
( n A, 0 n A ) / v p
mereka untuk bereaksi, tapi tidak begitu kuat bahwa molekul produk tetap lebih atau
kurang secara permanen ke permukaan. .
Contoh katalisis heterogen
Hidrogenasi ikatan karbon-karbon rangkap
Contoh paling sederhana dari hal ini adalah reaksi antara etena dan hidrogen dengan
adanya katalis nikel.
Salah satu penggunaan industri yang penting adalah dalam hidrogenasi minyak nabati
untuk membuat margarin, yang juga melibatkan reaksi ikatan karbon-karbon rangkap
dalam
minyak
nabati
dengan
hidrogen
dengan
adanya
katalis
nikel.
Molekul Hidrogen juga teradsorpsi ke permukaan nikel. Ketika ini terjadi, molekul
hidrogen dipecah menjadi atom. Ini dapat bergerak pada permukaan nikel.
Jika atom hidrogen berdifusi dekat dengan salah satu atom karbon terikat, ikatan antara
karbon dan nikel ini diganti dengan satu ikatan antara karbon dan hydrogen. Hal yang
sama akan terjadi di ujung lain.
sehingga proses dapat berlangsung lebih cepat dan biaya produksi dapat dikurangi.
Beberapa logam ada yang dapat mengikat cukup banyak molekul-molekul gas pada
permukannya, misalnya Ni, Pt, Pd dan V. Gaya tarik menarik antara atom logam
dengan molekul gas dapat memperlemah ikatan kovalen pada molekul gas, dan
bahkan dapat memutuskan ikatan itu.
D. FOTOKATALIS
Fotokatalis adalah katalis yang bekerja dengan bantuan foton atau sinar. Fotokatalis
banyak dimanfaatkan pengolahan limbah organik melalui teknologi fotooksida yakni
oksidasi dengan bantuan fotokatalis. Teknologi fotooksidasi senyawa organik saat ini
banyak dikembangkan dengan beberapa alasan antara lain prosesnya relatif murah karena
dapat memanfaatkan sinar matahari, relatif aman karena oksidasi menghasilkan CO2 dan
H2O serta mineralisasi senyawa organik yang dapat dilepaskan langsung ke lingkungan
serta tidak memerlukan regenerasi dalam waktu yang singkat. Fotooksidasi senyawa
organik adalah proses oksidasi senyawa organik dengan bantuan suatu fotokatalis yang
bekerja ketika dikenai suatu foton atau sumber cahaya. Teknik ini dikembangkan
didasarkan pada prinsip fotoelektrik suatu material semikonduktor yang bersifat
fotokatalis. Jika seberkas foton dikenakan pada permukaan material fotokatalis, struktur
elektronik material akan mengalami perubahan dimana elektron pada pita valensi akan
mengalami eksitasi ke pita konduksi dan meninggalkan hole bermuatan positif. Jika hole
berinteraksi dengan solven, akan dihasilkan radikal yang berenergi tinggi dan dapat
mengoksidasi senyawa organik target. Skematika fotokatalis disajikan pada gambar 6.22.
Beberapa oksidasi logam fotokatalis seperti TiO2, ZnO, CeO2, -Fe2O3 dan SnO2 serta
kalkogenida seperti ZnS, CdS, dan CdSe adalah fotokatalis yang banyak yang banyak
digunakan dalam reaksi-reaksi fotoreduksi dan fotooksidasi senyawa organik. Diantara
logam-logam semikonduktor tersebut, oksidasi titanium (TiO2) merupakan material
fotokatalis dengan energi celah pita yang cukup tinggi (3,2-3,3 eV) sehingga secara
teoritis berperan efektif dalam mekanisme fotokatalis yang melibatkan oksidasi senyawa
organik pada kondisi heterogen, fotooksidasi senyawa organik adalah proses oksidasi
senyawa organik dengan bantuan suatu fotokatalis yang bekerja ketika dikenai suatu
foton atau sumber cahaya. Teknik ini dikembangkan didasarkan pada prinsip fotoelektrik
suatu material semikonduktor yang bersifat fotokatalis. Pemanfaatan sifat semikonduktor
sebagai bahan elektroda fotokatalis pertama kali dikemukakan oleh Fujisima dan Honda
pada tahun 1972. Pada perkembangan selanjutnya, fotokatalis dimanfaatkan dalam
beberapa bidang antara lain dalam bidang lingkungan terutama untuk proses degradasi
senyawa organik dan detoksifikasi bakteri.
TiO2 banyak dilaporkan efektif sebagai fotokatalis untuk kepentingan ini.
Prinsip mekanisme yang berlangsung adalah jika material fotokatalis dikenai suatu foton
dengan energi sebesar hv yang sesuai dengan energi celah pita (band gap energy), maka
akan terjadi eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi disertai pembentukan hole
pada permukaan fotokatalis. Permukaan ini akan bersifat aktif redoks dan dapat
mengoksidasi substrat organik sehingga menghasilkan radikal dari senyawa organik.
Selain itu, permukaan aktif dapat berinteraksi dengan pelarut (misal: H2O) sehingga
menghasilkan radikal OH (persamaan 1-4)
TiO2 + hv
(1)
TiO2(h+) + RXads
TiO2 + RXad+
(2)
TiO2(h+) + H2Oads
TiO2 + HOad+ + H+
(3)
TiO2(h+) + -OHads
TiO2 + HOad
(4)
Elektron yang tereksitasi dari pita valensi dapat kembali lagi dan mereduksi O2
membentuk radikal superoksida O2 (persamaan 5-8)
TiO2(e-) + O2
TiO2 + O2-
(5)
O2- + H+
HO2-
(6)
O2 + H2O2
(7)
O2 +
HO2-
TiO2(e ) + H2O2
TiO2 + OH + OH
(8)
Radikal yang terbentuk (OH, RX) akan bersifat aktif dan mengoksidasi senyawa organik
dalam sistem fotokatalis. Dalam hal ini jika sistem yang digunakan adalah sistem limbah
organik, maka proses destruksi dapat terjadi sehingga oksidasi berlanjut dapat
mendegradasi senyawa organik. Aktivitas TiO2 ditentukan oleh sifat luas permukaan
spesifik, sorptivitas serta jenis fasa kristalinnya. Terdapat dua jenis kristal TiO2 yaitu
anatase dan rutile. Anatase memiliki aktifitas fotokatalik lebih besar dibandingkan rutile
oleh karena energi celah pita yang lebih besar dari anatase (3,2-3,25 eV) dibandingkan
rutile (3,0-3,15 eV). Namun demikian pada perkembangan selanjutnya kombinasi anatase
dan rutile pada komposisi tertentu memberikan aktivitas.
Metode kerja katalis transfer fasa meliputi katalisis terhadap reaksi suatu substrat( terlarut
dalam lapisan organik) dan suatu reagen anionik (sering kali berupa nukleofilik) yang
terlarut dalam lapisan air. Substrat dan anion dapat bereaksi karena katalis dapat
membawa anion kedalam fasa organik.
Contoh reaksi:
(n-C4H9)4N + Cl- + CN-
CH3(CH2)7CN + (C4H9)N+Cl-
Dalam contoh diatas tetrabutil amonium klorida merupakan katalis transfer fasa dalam
reaksi sianida dan klorooktana. Klorooktana adalh reaktan (substrat) yang dapat larut
dalam fasa organik karena bersifat non-polar sebaliknya sianida merupakan anion tak
larut dalam fase organik. Dengan pembentukan kompleks antara katalis dan sianida yang
dapat larut dalam fasa organik, reaksi dapat berlangsung.
Beberapa reaksi yang dikatalisis dengan KTF:
Oksidasi reduksi
Reaksi eliminasi
Pada umumnya, KTF adalah garam amonium kuartener dan fosfonium yang memiliki
kemampuan terlarut kedalam dua fasa: fasa organik dan fasa air.
F. KATALIS ENZIM
Enzim adalah makromolekul dengan berat molekul antara 104 105 gram/mol.
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel
maupun diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 1011 kali lebih cepat dari
pada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Semua enzim mengandung protein,
dan beberapa enzim memiliki bagian yang bukan enzim. Bagian yang merupakan protein
sering disebut dengan apoenzim dan bagian yang bukan protein disebut koenzim atau
group prostetik. Beberapa enzim bekerja pada substansi tunggal disebut substrat. Substrat
itu sendiri adalah senyawa yang bereaksi dengan penambahan bantuan enzim. Sebagai
contoh enzim yang menguraikan urea ( substrat ) dinamakan enzim urease, enzim
hidrolase adalah kelompok enzim yang mempunyai fungsi sebagai katalis dalam reaksi
hidrolisis. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan
inilah yang menjadi ciri suatu enzim. Kekhasan terhadap suatu reaksi disebut kekhasan
reaksi.
Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu
reaksi kimia. Dengan adanya katalis atau enzim, harga energi aktivasi diperkecil atau
diturunkan. Dengan demikian akan dapat memudahkan atau mempercepat terjadinya
suatu reaksi.
Telah dijelaskan bahwa suatu enzim mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja
pada satu reaksi saja. Untuk dapat bekerja terhadap terhadap suatu zat atau substrat harus
ada hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran
yang lebih besar daripada substrat. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat
berhubungan dengan substrat. Hubungan antara substrat dengan enzim yang mengadakan
hubungan atau kontak dengan substrat dinamai bagian aktif ( active site ). Hubungan
hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat
menampung substrat. Apabila substrat mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka
tidak dapat ditampung pada bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim itu tidak dapat
berfungsi terhadap susbstrat. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat
menyebabkan terjadinya kompleks enzim substrat. Kompleks ini merupakan kompleks
yang aktif, yang bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan
telah terjadi. Enzim bekerja dengan spesifik, baik jenis reaksi maupun substansi reaksi
yang dikatalisis, jika digambarkan dengan model, mekanisme reaksi enzimatik
merupakan reaksi dengan mekanisme kunci dan gembok .
enzim substrat tersebut yang kemudian menghasilkan hasil reaksi dan enzim kembali
Secara sederhana hipotesis Michaelis dan Menten itu dapat dituliskan sebagai berikut :
Kompleks enzim substrat ( ES )
Enzim ( E ) + Substrat ( S )
K1
ES
K2
produk + E
K1
k1, k-1 dan k2 masing masing ialah tetapan kecepatan reaksi pembentukan kompleks ES,
tetapan ( konstanta ) kecepatan reaksi pembentukan kembali E dan S, dan tetapan (
konstanta ) kecepatan reaksi penguraian kompleks ES menjadi enzim dan hasil reaksi.
(1)
(2)
(3)
(4)
atau
(5)
(6)
Sehingga :
( [ E0 ] [ES] ) [S]
k-1 + k2
[ES]
k-1
km
(7)
(8)
Km + [S]
Kecepatan permulaan terjadinya hasil reaksi sebanding dengan konsentrasi ES atau :
v = k2 [ES]
(9)
Apabila konsentrasi substrat sangat besar sehingga semua enzim membentuk kompleks
enzim substrat, maka kecepatan reaksi ialah maksimal dan dapat dinyatakan sebagai
berikut :
vmaks = k2 [E0]
(10)
Harga [ES] dalam persamaan (8) dimasukan ke dalam persamaan (9), maka diperoleh :
v = k3
][ ]
[ ]
(11)
Dengan jalan memasukan persamaan (10) kedalam persamaan (1) maka diperoleh :
v=
[ ]
[ ]
(12)
Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa suatu reaksi enzimatik memiliki laju reaksi
maksiumum tertentu. Laju reaksi maksimal dapat dirumuskan sebagai :
vmax = K2 E0
Laju reaksi maksimal dapat diturunkan dari laju reaksi sebagai konsentrasi substrat
dengan persamaan :
=
[ ]