You are on page 1of 22

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA TUMBUHAN
ACARA I
PENGAMATAN PERILAKU KROMOSOM

Semester :
Ganjil 2014
Oleh :
Rohmadiyanto
A1L013024/ Rombongan 1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2014

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH GENETIKA TUMBUHAN

Oleh :
Rohmadiyanto
A1L013024/ Rombongan 1
Diterima dan disetujui

Tanggal : .................
Asisten Praktikum,
...........................................
NIM...................................

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Setiap makhluk hidup melakukan perkembangbiakan untuk melanjutkan

keturunannya. Sel merupakan unit terkecil penyusun tubuh makhluk hidup yang
dapat mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Semua benda hidup tersusun
dari unit dasar ini, dari struktur uniselular yang sederhana seperti bakteri dan
protozoa hingga struktur-struktur kompleks seperti manusia, hewan dan
tumbuhan. Penurunan sifat dari suatu generasi ke generasi lain sangat penting agar
generasi berikutnya dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Materi genetika
pembawa sifat yang diturunkan berupa gen. Kumpulan gen akan membentuk
kromosom. Kromosom merupakan pemegang semua instruksi hereditas. Struktur
kromosom dapat dilihat sangat jelas pada fase-fase tertentu waktu pembelahan
nukleus pada saat mereka bergulung.
Setiap sel penyusun suatu makhluk hidup berasal dari sel sebelumnya
merupakan pernyataan dari Teori sel. Di dalam sel makhluk hidup terjadi proses
pembelahan sel yaitu suatu proses terbentuknya sel baru dan sel induknya.

Berdasarkan perbedaan pokoknya proses ini dikelompokkan menjadi dua yaitu


mitosis dan meiosis.
Semua sel somatik dalam suatu organisme multiselular berasal dari satu
sel, yaitu zigot, melalui proses pembelahan yang disebut mitosis. Fungsi mitosis
mula-mula membentuk salinan yang sama dari tiap kromosom dan kemudian
melalui pembelahan sel induk (asal), mendistribusika suatu set kromosom yang
identik kepada kedua sel anak. Mitosis berlaku pada pembelahan inti sedangkan
pembelahan sitoplasma disebut sitokinesis. Pembelahan inti terdapat pada embrio
seluruh jaringan. Fase-fase dari pembelahan mitosis ini terdiri dari 4 fase yaitu
profase, metafase, anafase, dan telofase.
Pembelahan mitosis penting peranannya bagi makhluk hidup, antara lain :
1. pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
2. perkembangbiakan makhluk uniselular
3. memperbaiki jaringan tubuh yang rusak
4. memperbanyak diri dengan sifat yang identik/sama dengan induknya
Pengamatan kromosom saat proses mitosis lebih mudah diamati daripada
saat sel tidak melakukan aktivitas reproduksi. Kromosom dapat dengan mudah
diamati pada saat sel sedang aktif membelah dengan maneggunakan metode
fiksasi dan pewarnaan sederhana. Sel-sel ujung akar bawang merah (Allium
ascalonicum) sering digunakan dalam percobaan pengamatan kromosom. Akar
bawang merah tersebut digunakan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu
komposisi dinding selnya yang tersusun atas senyawa-senyawa yang relatif
mudah ditembus oleh larutan fiksatif dan pewarna, juga jumlah kromosomnya

tidak terlalu banyak (jumlah kromosom 8 pasang) sehingga pengamatan terhadap


masing-masing fase pada pembelahan mitosis yang sedang berlangsung relatif
mudah dilakukan.
B.

Tujuan
Tujuan dari praktikum pengamatan perilaku kromosom adalah untuk

mengetahui perilaku kromosom pada pembelahan mitosis.


II. TINJAUAN PUSTAKA
Bagian terkecil dari tubuh makhluk hidup dinamakan sel. Pada suatu jenis
makhluk hidup sel-sel tidak selalu sama bentuknya, misal sel epidermis berbeda
dengan sel pada pembuluh xilem. Di dalam inti sel dari kebanyakan makhluk
terdapat kromosom sebagai suatu materi genetika pembawa sifat. Kromosom
yaitu benda benda halus berbentuk batang panjang atau penek dan lurus atau
bengkok (Suryo, 2001)
Teori makhluk hidup menyatakan bahwa setiap makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup sebelumnya begitu pula dengan teori sel yang menyatakan bahwa
setiap sel berasal dari sel sebelumnya. Proses yang menyangkut terbentuknya selsel anak baru dari induknya disebut pembelahan sel. Pada sel-sel jaringan tubuh
(sel somatis), suatu sel induk akan membelah menjadi dua sel anak yang
komponen-komponennya sama dan identik dengan sel induk, peristiwa
pembelahan sel somatis semacam ini disebut sebagai mitosis. Mitosis adalah
pembelahan sel dimana berlangsung pembelahan dan pembagian nukleus beserta
kromosom-kromosom di dalamnya (Suryo, 1995).

Dalam buku Genetika Tumbuhan, Crowder (1998) mengatakan bahwa


proses mitosis mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui
pembelahan inti dari sel somatis secara berturut-turut. Proses ini terjadi bersamasama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel (sitokinesis).
Proses ini mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
pada hampir semua organisme.
Mitosis adalah pembelahan sel dimana berlangsung pembelahan dan
pembagian nukleus beserta kromosom-kromosom di dalamnya. Nukleus yang
semula sebuah saja akan menjadi dua nukleus anakan yang sama. Proses
pembelahan nukleus ini dinamakan karyokinesis. Kemudian karyokinesis akan
segera diikuti oleh pembelahan, sehingga sebuah sel akan menjadi dua anakan
yang sama. Proses pembelahan sel ini dinamakan sitokinesis. Adanya karyokinesis
dan sitokinesis yang berlangsung secara bersinambungan menyebabkan informasi
genetika di dalam semua sel somatis suatu indiviu selalu tetap (Suryo, 1995)
Mitosis terbagi menjadi beberapa fase, yaitu : profase, metafase, anafase
dan telofase. Masa diantara pembelahan-pembelahan disebut interfase
Fase profase ditandai dengan kromatin berubah menjadi kromosom.
Sementara itu tiap kromosom mengganda menjadi dua yang disebut kromatid.
Tiap kromatid masih melekat, berarti sentromer induk masih satu. Nukleolus
hilang, karyoteheca hilang, sentriol diselimuti serat-serat radial pendek, berpisah
dan pergi ke kutub bersebrangan menjadi bintang kutub. Serat gelendong
terbentuk di antara kedua bintang kutub. Fase metafase meliputi tiap kromosom
yang terdiri dari sepasang kromatid yang masih melekat pergi ke bidang ekuator.

Kromatid akan menggantung pada serat gelendong lewat sentromernya. Fase


anafase ditandai dengan membelahnya sentromer, kromatid dalam satu kromosom
induk berpisah menjadi kromosom anak, lalu pergi ke kutub bersebrangan. Fase
telofase adalah fase yang ditandai dengan kromosom berubah menjadi kromatin.
Serat gelendong hilang, terbentuk kariotheca. Nucleus muncul, bintang kutub
kembali menjadi sentriol. Gentingan pada bidang ekuator, sampai ke tengah,
putus, terbentuk dua sel anak, masing-masing mengandung kromosom 2n
(Yatim,1980).
Setiap sel somatik pada organisme tingkat tinggi mempunyai jumlah
kromosom dasar, yaitu suatu set diwariskan dari induk dan satu set diwariskan
dari ayah. Masing-masing kromosom mempunyai pasangan yang identik yaitu
kromosom homolog. Dua set kromosom ini disebut diploid (2n). Sel kelamin atau
gamet mempunyai separuh jumlah kromosom pada sel somatik. Kromosom ini
disebut haploid (1n). Satu genom sama dengan satu set kromosom haploid.
Jumlah kromosom somatik sama untuk suatu spesies tertentu, contohnya :
manusia = 46, jagung = 20, kapri =14, lalat buah (Drosophila melanogaster) = 8
(Crowder, 1986)
Sel dari spesies dan individu tumbuhan yang berbeda mempunyai
komponen yang berbeda. Keadaan ini menuntut perlakuan yang berbeda terhadap
sel-sel tersebut agar kromosom dapat diamati. Bahan standar yang bisa digunakan
dalam pengamaatn mitosis adalah sel-sel ujung bawang merah karena komposisi
dinding selnya tersusun atas lapisan senyawa-senyawa yang mudah ditembus oleh
larutan fiksatif dan pewarna. Pada saat sel aktif membelah, kromosom relatif

mudah diamati hanya dengan memperlakukan sel-sel tersebut dengan metode


fiksasi dan pewarnaan yang sederhana (Andersoon, 2006).
Hal yang menarik perhatian ialah bahwa mitosis itu sama untuk hampir
semua makhluk hidup. Perkecualian terdapat pada prokaryot (makhluk yang tidak
memiliki inti sejati) misal bakteri, virus dan ganggang biru, di mana proses
pembelahan sel berlangsung dengan cara lain yang lebih sederhana. Pada individu
prokaryot tidak dikenal pembelahan secara mitosis dan meiosis. Walaupun
makhluk-makhluk itu tidak memiliki inti sejati, namun dapat dilihat adanya
bahan inti(Suryo, 1995).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat


Pada praktikum kali ini yang berjudul pengamatan perilaku kromosom bahan
yang digunakan adalah: akar bawang merah, larutan 0,002M hidroxichinolin,
larutan 45% CH3COOH, larutan HCl dan larutan aceto orcein/carmin. Alat yang
digunakan pada praktikum perilaku kromosom adalah: kaca preparat, cover glass,
beker glass, penangas air, pembakar Bunsen, mikroskop dan jarum.

B. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum pengamatan perilaku kromosom pada
pembelahan mitosis adalah sebagai berikut :
1. Umbi bawang merah yang bagus dan sehat dipilih dan dikecambahkan di
air sampai muncul akar
2. Akar bawang merah dicuci dengan air sampe bersih.
3. Ujung akar bawang merah sepanjang kurang lebih 1 cm dipotong dan
dimasukkan ke dalam larutan 0,002 M hidroxychinolin dan disimpan
diruangan gelap dengan suhu 20oC selama kurang lebih 10 menit.

4. Ujung akar bawang merah difiksasi dengan menggunakan larutan 45 %


CH3COOH selama kurang lebih 10 menit.
5. Bahan dimaserasi dengan campuran larutan HCL dan CH 3COOH dengan
perbandingan 3:1 pada suhu 60oC selama kurang lebih 3 menit.
6. 1 mm bagian ujung akar bawang merah dan diletakkan diatas gelas
preparat.
7. Pewarnaan dengan aseto orcein atau aseto carmin (larutam statining).
8. Kemudian ditutup dengan gelas penutup (cover glass) dan dihancurkan
ujung akar bawang merah dengan cara ditekan.
9. Lewatkan di atas nyala api bunsen.
10. Amati preparat di bawah mikroskop.

IV. PROSEDUR KERJA


1. Bahan dan alat disiapkan.
2. Ujung akar bawang merah yang masih segar dan lurus dipotong + 1 cm
dengan cutter.
3. Ujung akar bawang merah yang telah dipotong segera direndam dalam larutan
8-Hidroxichinolin selama 1 jam atau lebih dengan suhu 20 0C.

4. Setelah 1 jam, ujung akar bawang merah diambil dan dipindahkan ke petridi
dan dilakukan fiksasi dengan larutan asam asetat 45% selama + 10 menit.
5. Dilakukan maserasi/pelunakan jaringan setelah 10 menit dengan memasukkan
ujung akar bawang merah ke botol maserasi yang berisi HCl 1N dan
CH3COOH dengan perbandingan 3 : 1 selama + 2-3 menit pada suhu 60 0C.
6. Ujung akar bawang merah yang sudah dimaserasi diambil dan diletakkan pada
kaca preparat, kemudian tusuk-tusuk dengan jarum agar memudahkan dalam
squashing. Lalu diberi larutan aseto orcein sebagai pewarna kromosom.
7. Dilakukan penutupan kaca prepatrat dengan coverglass dan dibalut dengan
tisu kemudian baru dilakukan squashing (penekanan pada kaca preparat agar
bagian yang diamati menjadi gepeng/tertekan)
8. Kaca preparat dilewatkan di atas nyala api bunsen + 2-3 kali.
9. Preparat ujung akar bawang merah diamati di bawah mikroskop cahaya.

Perbesaran yang dignakan dicatat

Fase-fase mitosis yang dapat ditemukan, diamati lalu digambar fase-fase


tersebut.

V. HASIL PENGAMATAN
Nama preparat

: akar bawang merah (Allium ascalonicum)

Perbesaran

: 40 kali
Fase Mitosis yang Ditemukan
Gambar

Profase

Keterangan
1. dinding sel

2. membran inti
3. kromosom
4. sitoplasma

Anafase

1. dinding sel
2. kromosom
3. kutub
4. benang spindel

Telofase

1. dinding sel
2. sitoplasma
3. membran inti
4. sekat antar sel
5. kromosom

V. PEMBAHASAN
Sel sebagai unit makhluk hidup terkecil memiliki bagian-bagian yang cukup
kompleks. Sel tumbuhan mempunyai
ditunjukkan gambar di bawah ini.

bagian-bagian didalamnya

seperti

Gambar 1. Sel tumbuhan beserta bagian bagiannya.


Protoplast mempunyai bagian yang dinamakan nukleus yang didalamnya
mengandung kromosom. Kromosom adalah benda-benda halus berbentuk lurus
seperti batang atau bengkok dan terdiri dari zat yang mudah mengikat warna
(Suryo, 1995).
Pembelahan sel secara tak langsung adalah pembelahan sel melalui
tahapan tahapan tertentu. Tahapan-tahapan pembelahan itu diperlihatkan dengan
penampakan yang berbeda-beda dari kromosom yang dikandungnya.
Inti sel, di dalamnya terdapat benang-benang kromatin, yaitu benangbenang yang dapat menyerap zat pewarna lebih banyak sehingga bila diamati di
bawah mikroskop tampak lebih jelas. Ketika sel akan membelah diri, benangbenang kromatin ini menebal dan memendek, yang kemudian disebut kromosom.
Penelitian lebih lanjut menunjukan bahwa kromosom merupakan benang
pembawa sifat yang di dalamnya terdapat gen.
Pada waktu sel membelah diri, terjadi proses pembagian kromosom di
dalamnya. Tingkah laku kromosom selama sel membelah dibedakan menjadi
fasefase pembelahan sel. Oleh karena pembelahan terjadi melalui fase fase
itulah maka disebut sebagai pembelahan tak langsung.
Proses pembelahan mitosis terjadi pada semua sel tubuh makhluk hidup,
kecuali pada jaringan yang menghasilkan sel gamet. Proses pembelahan satu sel
zigot menjadi sel tubuh yang banyak jumlahnya terjadi secara mitosis. Dengan
mitosis terjadi prose pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ tubuh
makhluk hidup.

Pada pembelahan mitosis, satu sel induk membelah menjadi dua sel anak
yang mewarisi semua sifat sel induk. Kedua sel anak tersebut bersifat identik. Jika
sel induk memiliki 2n kromosom, maka setiap sel anak akan memiliki 2n
kromosom pula. Tujuan pembelahan mitosis adalah mewariskan semua sifat induk
kepada kedua sel anaknya. Pewarisan sifat induk pada kedua sel anaknya terjadi
secara bertahap, fase demi fase.
Di bawah ini adalah gambar mengenai bagian dari kromosom sebagai
materi pembawa sifat.

Gambar di atas merupakan gambar dari kromosom. Kromosom mempunyai


struktur sebagai berikut ( Suryo,1994):
Gambar 2. Bagian-bagian dari kromosom
Beberapa keterangan penting tentang pembentukan kromosom.
1.

Kromonema. Didalam kromosom terdapat pita bentuk spiral


yang oleh Vejdosky (1912) diberi nama kromonema (jamak:kromonemata).

2.

Kromomer. Kromonema mempunyai penebalan-penebalan di


beberapa tempat, yang disebut kromomer. Beberapa ahli sel menganggap
kromomer ini sebagai bahan nukleoprotein yang mengendap.

3.

Sentromer. Bentuk dari kromosom ditentukan oleh letak


sentromer. Di dalam sentromer terdapat granula kecil yang dinamakan sferul.

Ada sentromer yang mempunyai diameter 3 dan sferulnya 0,2 . Kromonema


berhubungan dengan sferul dari sentromer.
4.

Lekukan ke dua. Lekukan ke dua dapat mempunyai peranan


yang penting, yaitu menjadi tempat terbentuknya nukleolus (intinya inti sel)
dan karena itu disebut juga pengatur nukleolus (nucleolar organizer).

5.

Telomer, ialah bagian dari ujung-ujung kromosom yang


menghalang-halangi bersambungnya kromosom satu dengan kromosom
lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada ujung akar bawang

merah hanya ditemukan tiga fase pembelahan mitosis yaitu profase, anafase dan
telofase. Secara umm ada empat fase pembelahan mitosis yaitu profase, metafase,
anafase dan telofase. Fase-fase pembelahan mitosis akan dijelaskan sebagai
berikut :
1. Profase
Benang-benang kromatin tampak memendek sehingga terlihat tebal dan
menjadi

kromosom,

bentuknya

memanjang,

mempunyai

struktur

dobel

memanjang dan letaknya random di dalam nukleus (Suryo,1991). Tiap kromosom


akan mengganda menjadi 2 yang disebut kromatid. Pada profase akhir, kedua
kromatid identik atau pasangan kromatid (sister chromatids) dapat terlihat. Tiap
kromatid tampak masih melekat karena sentromer induk belum membelah.
Nukleolus mulai menghilang dan sentriol diliputi serat-serat radial pendek
berpisah (membelah) dan bergerak menuju kutub yang berseberangan (bintang
kutub). Di antara 2 bintang kutub terbentuk serat gelendong. Dengan berakhirnya
profase, kromosom-kromosom yang dobel memanjang itu mulai mendekati
bidang ekuator dari sel.
Fase ini dimulai dengan berakhirnya fase G2, dimana pada fase ini
kromosom cepat memendek dan menjadi lebih tebal, bentuknya memanjang,
mempunayi struktur dobel memanjang dan letaknya secara random di dalam
nukleus. Dua sister cromatid dari tiap kromosom letaknya sangat berdekatan dan
dihubungkan oleh sebuah sentromer. Selama profase, nukleus dan membran
nukleus menghilang. Mendekati akhir profase terbentuklah spindel. Dengan

berakhirnya

profase,

kromosom-kromosom

yang

dobel

memanjang

itu

menempatkan diri di bidang ekuator dari sel (Suryo, 1995)

Gambar 3. Profase
2. Metafase
Pada fase ini sentromer dari kromosom-kromosom dobel longitudinal
terletak di bidang ekuator dari sel walaupun lengan-lengan kromosom mungkin
menuju ke arah mana saja (Suryo,1995). Serat-serat gelendong

atau benang

spindel yang secara kolektif dikenal sebagai aparat gelendong, terbentuk


sepenuhnya (Stansfield,1991). Sebelumnya, pada awal fase ini membran nukleus
dan nukleolus lenyap. Sentromer, suatu daerah vital bagi pergerakan kromosom,
melekat pada serabut gelendong yang bertanggung jawab terhadap arah
pergerakan kromosom selama pembelahan.
Fase ini dimulai dengan bergeraknya kromosom menuju bidang equatorial
(di bagian tengah) dari sel. Dinding inti sel telah menghilang seluruhnya. Akhir
dari fase ini sentromer membelah dan ujung benang gelendong inti mencapai
kromosom dan memegang sentromer (Suryo, 1995).
Ciri penting dari metafase adalah terjadinya pembagian kromatid di daerah
ekuator. Adapun ciri dari metafase selengkapnya adalah sebagai berikut.
a.

Kromatid terletak di bidang ekuator, menggantung pada beang spindel


melalui sentromer. Pada metafase, tampak adanya dua kromatid hasil
penggandaan pada profase (satu kromatid mengandung satu bendel/set
kromosom) yang sedang mengalami pembagian menjadi dua. Tiap-tiap sel
anak akan mendapatkan satu kromatid.

b.

Benang-benang spindel tampa semakin jelas.

Gambar 4. Metafase
3. Anafase
Proses pembagian kromatid di daerah kromatid di daerah ekuator
dilanjutkan dengan membawa semua kromosom itu ke kutub masing-masing.
Dengan demikian, ciri penting dari anafase adalah adanya satu kromatid(berisi
satu set kromosom) yang sedang bergerak menuju ke kutub masing-masing.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, yang menyebabkan kromosom itu bergerak
ke kutub adalah beng-benang spindel. Jumlah benang kromosom yang menuju ke
kutub yang satu sam dengan yang menuju ke kutub yang lain. Jadi jika sel induk
memiliki 2n kromosom, setiap sel anak akan memperoleh 2n kromosom.
Proses anafase ini didahului oleh membelahnya sentromer menjadi dua
bagian yang masing-masing fungsional. Oleh karena itu, anafase menyelesaikan
pembagian jumlah kromosom secara kuantitatif sama ke dalam sel-sel anakan.
Kecuali itu berlangsung pula pembagian bahan genetik secara kualitatif sama
(Suryo,1991).

Gambar 5. Anafase
4. Telofase

Kromosom-kromosom mulai mengurai dari gulungannya dan kembali


pada kondisi interfase. Gelendong tadi mengalami degenerasi dan sitoplasma
membagi diri dalam dalam suatu proses yang disebut sitokinesis. Sitokinesis pada
sebagian besar tumbuhan mencakup pembentukan suatu piringan sel (cell plate)
dari pektin yang dimulai pada pusat sel dan menyebar secara lateral ke dinding
sel. Kemudian, selulosa dan zat-zat penguat lainnya ditambahkan pada piringan
sel, mengubahnya menjadi suatu dinding sel baru (Stansfield,1991). Membran
nukleus baru terbentuk dari bahan sisa membran nukleus yang lama atau dari
bahan yang berasal dari "retikulum endoplasma" atau dari bahan yang dibentuk
baru. Spindel menghilang dan nukleolus dibentuk oleh bagian "nucleolar
organizer" dari sebuah kromosom (Suryo,1995). Pada telofase akhir terbentuk 2
sel anakan yang memiliki jumlah kromosom yang sama dengan jumlah kromosom
induknya.
Telofase merupakan fase akhir dari pembelahan dengan ciri-ciri :
a.

Benang-benag kromosom sudah berada di daerah kutub masing-masing,


yang semakin lama semakin menipis, kemudian berubah menjadi benang
kromatin yang tipis.

b.

Membran nukleus mulai terbantuk

c.

Nukleolus mulai muncul kembali

d.

Pada bidang ekuator terbentuk penebalan plasma, yang selanjutnya akan


membagi sel menjadi dua. Maka terbentuklah dua sel anak yang identik.

Gambar 6. Telofase
Secara keseluruhan proses mitosis digambarkan pada skema dibawah ini :

Gambar 7. Skema mitosis


Fase ini disebut juga fase istirahat. Pada fase ini belum tampak perubahanperubahan yang spesifik, tetapi sel sudah siap untuk melakukan pembelahan. Pada
saat itu ADN mengalami replikasi atau membuat salinan yang tepat sama
daripadanya. Proses penyalinan ini menghasilkan suatu kromosom dengan dua
benang (strand) fungsional identik yang disebut dengan kromatid, keduanya
dilekatkan pada satu sentromer yang sama (Stansfield,1991). Pada tahap ini,
kromosom-kromosom berada dalam keadaan yang sangat halus dan tampak hanya
sebagai butiran-butiran kromatin di bawah mikroskop cahaya. Selain itu juga
sudah terjadi perubahan secara kimiawi, inti sel tampak keruh. Lamanya fase
interfase pada suatu jaringan berbeda-beda, karena dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan misalnya suhu. Fase ini dapat berlangsung hanya beberapa menit
tetapi juga ada yang berbulan-bulan (Yatim,1983). Stadium interfase dibedakan
atas beberapa fase :
1. G1 = fase gap pertama ( = fase kekosongan pertama). Fase ini disebut
demikia karena selama fase ini tidak ada kegiatan pembelahan nukleus.

Nukleus membesar dan sitoplasma bertambah, karena itu fase ini disebut juga
fase pertumbuhan.
2. S = stadia sintesa. Dalam stadium ini terjadi replikasi DNA, sehingga
banyaknya berlipat dua, juga berlangsung pembentukan histon. Pada akhir
stadium ini tiap kromosom terdiri dari dua kromatid kakak beradik (sister
cromatid) yang memiliki sentromer bersamaan.
3. G2 = fase gap ke dua atau fase pertumbuhan ke dua. Dalam fase ini DNA
cepat sekali bertambah kompleks dengan protein kromosom dan pembentukan
RNA (asam ribonukleat) serta protein berlangsung.

Gambar 8. Skema dari banyaknya wktu yang dibutuhkan untuk tiap stadium dari
siklus sel. G1 + gap pertama (fase pertumbuhan pertama); S = fase sintesa,
dibentuk DNA dan histon; G2 = gap ke dua (fase pertumbuhan ke dua); Mt =
periode mitosis yang dibagi atas profase (P), metafase (M), anafase (A) dan
telofase (T).
Penggunaan ujung akar bawang merah dalam praktikum pengamatan
kromosom memiliki beberapa kelebihan antara lain : komposisi dinding selnya
yang tersusun atas senyawa-senyawa yang relatif mudah ditembus oleh larutan
fiksatif dan pewarna, juga jumlah kromosomnya tidak terlalu banyak (jumlah
kromosom 8 pasang). Penggunaan larutan 8-Hidroxichinolin 0,002 M yaitu
sebagai penghenti aktivitas sel, sehingga dalam pengamatan kromosom dapat

diketahui fase pembelahan sel. Larutan asam asetat 45% digunakan sebagai
larutan fiksasi, yaitu larutan yang nantinya dapat masuk kedalam sel dan
meluruhkan organel sel yang ada pada sitoplasma sehingga pengamatan
kromosom dapat dilakukan dengan mudah. Saat maserasi digunakan larutan HCl
1 N dan CH3COOH dengan perbandingan 3 : 1, larutan yang berfungsi untuk
melunakkan jaringan ini harus dikombinasikan pada suhu 60 0C agar maserasi
berjalan dengan baik. Pengamatan kromosom menggunakan suatu pewarna yang
digunakan untuk mewarnai kromosom, karena kromosom menyerap warna
sehingga dalam pengamatan kromosom pengamat dapat dengan mudah
mengamati tiap fase pembelahan mitosis. Larutan pewarna yang digunakan adalah
larutan aseto orcein.

VII. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Mitosis merupakan peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sl somatis
(sangat aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel anak yang
sifatnya identik dengan induknya.

2. siklus mitotik dari sebuah sel dapat dibedakan atas dua stadia, yaitu stadium
istirahat (interfase) dan stadium pembelahan (mitosis). Pada stadium mitosis
terbagi menjadi beberapa fase yaitu :
a. Profase
b. Metafase
c. Anafase
d. Telofase
B. Saran
Sebaiknya ada penekanan pada penjelasan mengenai tujuan, kegunaan
percobaan dan penggunaan bahan prktikum dan aplikasinya pada mata kuliah
sebaiknya dijelaskan kepada praktikan agar praktikan lebih jelas dan memahami
tujuan dari praktikum tersebut. Apabila praktikan tidak menemukan semua fase
pada percobaan pengamatan kromosom mohon disediakan media yang mudah
dipahami untuk mengetahui fase yang belum ditemukan misal dengan
menampkan gambar, film atau slide mengenai fase pembelahan mitosis.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson. 2006. Cell Division and the cell cycle. University of Albert : America.
http:// www.Biologic Sel. Excellence on meiosis. Histo.story. diakses pada
07.20 PM. 5 Januari 2008.

Crowder, L.V. 1986. Genetika Tumbuhan. Gajah Mada University Press :


Yogyakarta.
Stansfield, William D. 1991. Genetika Edisi Kedua. Erlangga: Jakarta.
Suryo. 1986. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
----. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Yatim, Wildan. 1983. Genetika. Penerbit Tarsito : Bandung.

You might also like