Professional Documents
Culture Documents
HIPERBILIRUBIN
Disusun oleh:
Karisma Dwijayanti
Nafiatun Aliyya
Umu Habibah
NIM. P07120112023
NIM. P07120112027
NIM. P07120112040
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Karisma Dwijayanti
Nafiatun Aliyya
Umu Habibah
NIM. P07120112023
NIM. P07120112027
NIM. P07120112040
Tempat
Pembimbing Lapangan
(_________
_____________)
Pembimbing Pendidikan
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
I.
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin
indirek 0,3 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 0,4 mg/dl.
Hiperbilirubin pada neonatus yaitu meningkatnya kadar bilirubin
darah dalam tubuh bayi. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel
darah merah yang sudah tua. Ini merupakan proses normal yang terjadi
seumur hidup kita. Setelah itu bilirubin menuju ke usus dan ginjal lalu
keseluruh tubuh. Jika terlalu banyak bilirubin yang dilepaskan ke seluruh
tubuh bayi maka itu menyebabkan warna kuning (ikterik) yang disebut
hiperbilirubin. Hiperbilirubin pada neonatus terjadi 60% dan biasanya
bukan merupakan hal yang berbahaya apabila dapat dikendalikan.
(Buletin Kesehatan, 2012).
Menurut Mansjoer (2000) penilaian Ikterus menurut Kramer yaitu:
Zona
100
Pusat-leher
150
Pusat-paha
200
Lengan + tungkai
250
Tangan + kaki
>250
B. Anatomi Fisiologi
Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh manusia, terletak di
sebelah atas dalam rongga abdomen, disebelah kanan bawah
diafragma.Berwarna merah kecoklatan, lunak dan mengandung amat
banyak vaskularisasi.Hepar terdiri dari lobus kanan yang besar dan lobus
kiri yang kecil.
Fungsi hepar adalah:
1. Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
dan
penghancuran
sel-sel
darah
merah,
C. Etiologi
Menurut Prawirohartono (2000), secara garis besar etiologi ikterus
neonatorum dapat dibagi:
1. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya
pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0,
golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi
hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya
enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain
yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan penting
dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke
hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat
misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan
lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah
yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar
hepar. Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau
kerusakan hepar oleh penyebab lain.
D. Klasifikasi
Macam-macam hiperbilirubinemia atau ikterus adalah sebagai
berikut:
1. Ikterus fisiologi
Ikterus fisiologis adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor
fisiologis yang merupakan gejala normal dan sering dialami bayi
baru lahir. Ikterus fisiologis diantaranya sebagai berikut:
a. Timbul hari kedua atau ketiga.
b. Kadar bilirubin indirect tidak melebihi 10 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus lebih bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg%
perhari.
d. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
e. Tidak terbukti berhubungan dengan keadaan patologik.
2. Ikterus patologi
Ikterus patologi adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi
bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan kern ikterus jika tidak ditanggulangi dengan baik, atau
mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Adapun
ikterus patologis diantaranya sebagai berikut:
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang
berat.
16. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental.
17. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.
F. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini
dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan
lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami
gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin
tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak
disebut Kern ikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada
syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek
lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak
hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah
melewati darah otak apabila bayi terdapatkeadaan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), hipoksia, dan hipolikemia.
G. Pathways
Hemoglobin
Globin
Heme
Biliverdin
Fe.co
Risiko tinggi
cedera
Gangguan
temperatur
tubuh
H. Komplikasi
Keadaan
bilirubin
yang
tidak
teratasi
akan
menyebabkan
I.
Penataksanaan
1. Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan ikterus secara umum antara lain yaitu:
a. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) dan lain-lain pada
waktu hamil.
b. Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi
baru lahir yang dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi.
c. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang
sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir imunisasi yang cukup
baik di tempat bayi dirawat.
d. Pengobatan terhadap faktor penyebab bila diketahui
2. Penatalaksanaan berdasarkan waktu timbulnya ikterus
Ikterus neonatorum dapat dicegah berdasarkan waktu timbulnya
gejala dan diatasi dengan penatalaksanaan di bawah ini
a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama pemeriksaan yang
dilakukan:
1) Kadar bilirubin serum berkala.
2) Darah tepi lengkap.
3) Golongan darah ibu dan bayi diperiksa.
4) Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G-6-PD biakan darah
atau biopsi hepar bila perlu.
b. Ikterus yang timbul 24-72 jam setelah lahir. Pemeriksaan yang
perlu diperhatikan:
dan
bicara,
serta
gangguan
penglihatan
dan
dibuang dan ditukar dengan darah lain. Proses tukar darah akan
dilakukan bertahap.
c. Terapi Obat-obatan
Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat
phenobarbital atau luminal untuk meningkatan pengikatan
bilirubin di sel-sel sehingga bilirubin yang sifatnyan indirect
berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung
plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan
bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati. Biasanya
terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti
fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan
ini dikurangi bahkan dihentikan.
d. Menyusui Bayi dengan ASI
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan
feses dan urin. Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI.
Seperti diketahui, ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang
dapat memperlancar buang air besar dan kecilnya.
e. Terapi Sinar Matahari
Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi
tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di
rumah sakit. Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan
posisi yang berbeda-beda. Seperempat jam dalam keadaan
terlentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup.
Lakukan antara jan 07.00 sampai 09.00. Inilah waktu dimana
sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah jam
tujuh, sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam
sembilan kekuatanya sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak
kulit. Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke
matahari karena dapat merusak matanya. Perhatikan pula situasi
di sekeliling, keadaan udara harus bersih.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
a. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin
lebih dari 14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl
merupakan keadaan yang tidak fisiologis. Pada bayi premature,
kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7 hari
setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak
fisiologis.
b. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
c. Protein serum total.
2. USG
Untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3. Radioisotop Scan
Dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan atresia
billiari.
4. Pemeriksaan Radiology
Diperlukan
untuk
melihat
adanya
metastasis
di
paru
atau
8. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada
penderita penyakit ini.
II.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien dan keluarga
Riwayat Keperawatan:
a. Riwayat Kehamilan: Kurangnya antenatal care yang baik.
Penggunaan obat-obatan yang meningkatkan ikterus. Misal:
salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat proses
konjungasi sebelum ibu partus.
b. Riwayat Persalinan: Dilakukan oleh dukun, bidan atau data
objektifkter. Lahir prematur atau kurang bulan, riwayat trauma
persalinan, hipoxin dan aspixin.
c. Riwayat Post natal: Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin
meningkat kulit bayi tampak kuning.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: Seperti ketidak cocokan darah ibu
dan anak Polycythenia, gangguan saluran cerna dan hati
(hepatitis).
e. Riwayat Pikososial: Kurangnya kasih sayang karena perpisahan,
perubahan peran orang tua.
f.
2. Kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Pada umumnya bayi malas minum (reflek menghisap dan
menelan lemah) sehingga BB bayi mengalami penurunan.
b. Eliminasi
Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan
warna gelap dan tinja berwarna pucat.
c. Istirahat
Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun
d. Aktifitas
Bayi
biasanya
mengalami
penurunan
aktivitas,
letargi,
dengan
kekakuan
lengkung
punggung,
Keamanan
1) Riwayat positif infeksi atau sepsis neonatus.
2) Akimosis berlebihan.
3) Pteque.
4) Perdarahan intrakranial dapat tampak ikterik pada awalnya
pada wajah dan berlanjut pada bagian distal tubuh.
j.
Seksualitas
1) Mungkin praterm bayi kecil usia untuk gestasi (SGA).
2) Bayi dengan letardasio pertumbuhan intra uterus (IUGR).
3) Bayi besar untuk usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu
diabetes. Terjadi lebih sering pada bayi pria daripada bayi
wanita.
4. Pemeriksaan focus
a. Pemeriksaan fisik, Inspeksi; warna sklera, konjungtiva, membran
mukosa mulut, kulit, urine dan tinja.
b. Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan.
c. Tanyakan berapa lama jaundice muncul dan sejak kapan.
d. Apakah bayi ada demam.
e. Bagaimana kebutuhan pola minum.
f. Tanyakan tentang riwayat keluarga.
g. Apakah anak sudah mendapat imunisasi hepatitis B
3.
4.
Jaga
kebersihan
kulit
dan Kulit yang bersih dan lembab
kelembaban kulit/ memandikan dan membantu memberi rasa nyaman
pemijatan bayi.
dan
menghindari
kulit
bayi
meengelupas atau bersisik.
Rasional
Memperbaiki kesalahan konsep,
meningkatkan pemahaman, dan
menurunkan rasa takut dan
perasaan
bersalah.
Ikterik
neonates mungkin fisiologis, akibat
ASI, atau patologis dan protocol
perawatan
tergantung
pada
penyebab dan factor pemberat.
2.
Memungkinkan
orangtua
mengenali
tanda-tanda
peningkatan kadar bilirubin dan
mencari evaluasi medis tepat
waktu.
3.
Diskusikan
penatalaksanaan
di
rumah dari ikterik fisiologi ringan atau
sedang,
termasuk
peningkatan
pemberian
makan,
pemajanan
langsung pada sinar matahari dan
program tindak lanjut tes serum.
4.
Berikan
informasi
tentang
mempertahankan suplai ASI melalui
penggunaan pompa payudara dan
tentang kembali menyusui ASI bila
ikterik
memerlukan
pemutusan
menyusui.
Membantu
ibu
untuk
mempertahankan
pemahaman
pentingnya
terapi.
Mempertahankan supaya orangtua
tetap
mendapatkan
informasi
tentang
keadaan
bayi.
Meningkatkan
keputusan
berdasarkan informasi.
5.
6.
7.
Kerusakan
neurologis
dihubungkan dengan kernikterus
meliputi kematian, palsi serebral,
retardasi mental, kesulitan sensori,
pelambatan bicara, koordinasi
buruk, kesulitan pembelajaran, dan
hipoplasiaemail atau warna gigi
hijau kekuningan.
Intervensi
Rasional
Mandiri:
1.
Inkompatibilitas
ABO
mempengaruhi 20% dari semua
kehamilan dan paling umum terjadi
pada ibu dengan golongan darah
O, yang antibodinya anti-A dan
anti-B melewati sirkulasi janin,
menyebabkan
aglutinasi
dan
hemolisis SDM. Serupa dengan
itu, bila ibu Rh-positif, antibody ibu
melewati plasenta dan bergabung
pada SDM janin, menyebabkan
hemolisis lambat atau segera.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
Kolaborasi:
Pantau pemeriksaan
sesuai indikasi.
laboratorium,
9.
10.
b. Tes Coombs darah tali pusat Hasil positif dari tes Coombs
direk/indirek.
indirek
menandakan
adanya
antibody (Rh-positif atau anti-A
atau anti-B) pada darah ibu dan
bayi baru lahir; hasil positif tes
Coombs
indirek
menandakan
c. Kekuatan
combinasi Penurunan
karbondioksida (CO2).
hemolisis.
12.
d. Jumlah
perifer.
13.
e. Hb/Ht.
14.
f.
15.
retikulosit
dan
konsisten
dengan
smear Hemolisis
berlebihan
menyebabkan jumlah retikulosit
meningkat. Smear mengidentifikasi
SDM abnormal atau imatur.
kloramfenikol).
16.
17.
i.
Pendapat
bervariasi
apakah
menghentikan menyusui ASI perlu
bila
terjadi
ikterus.
Namun,
mencerna formula meningkatkan
motilitas.
Gastrointestinal
dan
ekskresi
feses
dan
pigmen
empedu, dan kadar bilirubin serum
mulai tun dalam 48 jam setelah
penghentian menyusui.
cairan tubuh
neonatus adekuat.
b. Kriteria hasil:
a. Tugor kulit baik.
b. Membran mukosa lembab.
c. Intake dan output cairan seimbang.
d. Nadi, respirasi dalam batas normal (N: 120-160 x/menit, RR:
35 x/menit).
e. Suhu (36,5-37,5 oC).
No.
Intervensi
Rasional
1.
Pantau masukan dan haluan cairan; Peningkatan kehilangan air melalui
timbang berat badan bayi 2 kali feses
dan
evaporasi
dapt
sehari.
menyebabkan dehidrasi.
2.
Perhatikan
tandatanda
dehidrasi(mis: penurunan haluaran
urine, fontanel tertekan, kulit hangat
atau kering dengan turgor buruk, dan
mata cekung).
3.
Perhatikan warna
defekasi dan urine.
dan
frekuensi Defeksi
encer,
sering
dan
kehijauan serta urine kehijauan
menandakan keefektifan fototerapi
dengan pemecahan dan ekskresi
bilirubin.
4.
5.
6.
Rasional
Fluktuasi pada suhu tubuh dapat
terjadi sebagai respon terhadap
pemajanan sinar, radiasi dan
konveksi.
2.
3.
4.
5.
Cek tanda-tanda vital setiap 2-4 jam Untuk mengetahui keadaan umum
sesuai yang dibutuhkan.
bayi sehingga memungkinkan
pengambilan tindakan yang cepat
ketika terjadi suatu keabnormalan
dalam tanda-tanda vital.
6.
Intervensi
Rasional
1.
2.
Mandiri:
3.
Untuk
memberikan
segera bila perlu.
dukungan
darah.
4.
5.
Jamin kesegaran darah. Darah yang Darah yang lama lebih mungkin
diberi heparin lebih disukai.
mengalami hemolisis, karenanya
meningkatkan
kadarbilirubin.
Darah yang diberikan heparin
selalu baru, tetapi harus dibuang
bila tidak digunakan dalam 24 jam.
6.
7.
8.
9.
Membuat
nilai
data
dasar,
mengidentifikasi potensial kondisi
tidak stabil (misal apnea atau
disritmia/henti
jantung)
dan
mempertahankan jalan napas.
Kolaborasi:
10.
11.
12.
Glukosa.
Kadar pH serum
Kalsium glukonat 5 %.
Natrium bikarbonat.
Memperbaiki asidosis.
Protamin sulfat
Mengimbangi
antikoagulan dari
diberi heparin.
efek-efek
darah yang
DAFTAR PUSTAKA