You are on page 1of 9

1

ANALISA RUANG
I. Analisa Ruang
Analisis ruang sangat diperlukan untuk membandingkan ruangan yang tersedia
dengan ruangan yang dibutuhkan untuk normalnya keteraturan gigi. Adanya
ketidakteraturan atau crowding dapat disebabkan karena kurangnya tempat. Analisis
dapat dilakukan dengan secara langsung menggunakan model study atau menggunakan
komputer yang lebih mudah. Adapun analisis yang dapat dilakukan dengan cara manual
ataupun komputer adalah :
A. Menghitung ruang yang tersedia, yaitu dengan mengukur lengkung gigi dari M1 M1
melalui titik kontak dari gigi posterior dan tepi insisal dari gigi anterior. Terdapat 2
cara, yaitu :
1. Adanya pembagian lengkung gigi ke dalam segmen-segmen yang kemudian diukur
sebagai garis lurus perkiraan dari lengkung.
2. Membuat garis dari kawat ke garis oklusi yang kemudian dibuat garis lurus untuk
diukur.
B. Penghitungan jumlah dari kebutuhan ruang untuk keteraturan gigi. Caranya dengan
mengukur lebar dari mesiodistal pada gigi dari titik kontak ke titik kontak yang
kemudian dijumahkan (Sulandjari,2008).
Apabila jumlah lebarnya gigi permanen lebih besar dari jumlah ruangan yang
tersedia, maka dapat menyebabkan crowding dikarenakan kurangnya tempat. Apabila
sebaliknya, ruang yang tersedia lebih besar daripada ruangan yang dibutuhkan, maka dapat
menyebabkan terjadinya celah antar gigi dikarenakan kelebihan ruangan (Sulandjari,2008).
Leeway space memiliki peranan penting dalam periode gigi campuran, dimana
leeway space dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan ruang pada saat periode
tumbuh kembang gigi. Oklusi pada periode gigi campuran bersifat sementara dan tidak
statis, sehingga dapat menyebabkan resiko berkembangnya maloklusi. Leeway space
merupakan ruangan yang ada karena terdapat perbedaan lebar dari mesiodistal gigi pada
pergantian gigi caninus, molar pertama dan molar kedua desidui yang akan digantikan
dengan gigi caninus, premolar pertama dan premolar kedua permanen. Besarnya Leeway
space pada setiap individu sangat bervariasi. Menurut Nance (1947), besarnya Leeway
space pada rahang atas adalah sekitar 0,9 mm pada setiap sisi, dan 1,7 mm pada rahang
2

bawah. Menurut Proffit (1993) besarnya Leeway space pada rahang atas adalah sekitar 1,5
mm sedangkan rahang bawahnya adalah sekitar 2,5 mm. Berdasarkan penelitian lainnya
menyebutkan untuk rahang adalah adalah sekitar 1,1 mm dan 2,4 mm untuk rahang bawah
(Ulfa,2009).
Pada saat tanggalnya molar kedua desidui, erupsinya molar pertama permanen
cenderung kearah mesial dan memanfaatkan adanya Leeway space. Diperlukan adanya
tindakan Orthodontik agar tidak berkembangnya maloklusi, salah satu yang dapat
dilakukan adalah pemasangan space maintener. Pemasangan space maintener berfungsi
untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran gigi keruang yang kosong sehingga gigi
permanen dapat menempati tempat yang cukup ketika erupsi. Hilangnya atau tanggalnya
gigi desidui tidak selalu dapat dilakukan pemasangan space maintener, terdapat beberapa
kondisi yang tidak memungkinkan, yaitu :
A. Apabila gigi insisiv desidui yang lepas sebelum waktunya, dikarenakan gigi caninus
hampir tidak mengalami pergeseran kearah mesial.
B. Apabila pergeseran gigi ke ruang yang kosong dapat memperbaiki oklusi normal dari
gigi molar pertama permanen.
C. Apabila pergeseran ke ruang yang kosong dapat memperbaiki crowded gigi anterior
(Ulfa,2009).
Pada periode gigi campuran terdapat perbedaan antara ruang yang tersedia
(available space) dan ruangan yang dibutuhkan (required space) untuk gigi caninus dan
premolar yang belum erupsi. Diperlukan adanya analisis ruang pada bidang ortodonsia agar
oklusi normal tetap tejadi dan normalnya pertumbuhan serta perkembangan wajah.
Terdapat 3 metode yang biasanya digunakan untuk memperkirakan lebar mesiodistal gigi
caninus, premolar pertama, dan premolar kedua yang belum erupsi, yaitu :
A. Pengukuran menggunakan radiografi untuk gigi yang belum erupsi.
B. Penggunaan persamaan regresi yang menghubungkan lebar mesiodistal gigi yang telah
erupsi terhadap lebarnya mesiodistal gigi yang belum erupsi (Moyers).
C. Kombinasi pengukuran gigi yang telah erupsi dengan penggunaan radiografi bagi gigi
yang belum erupsi (Ulfa,2009).

II. Analisa Ruang Metode Moyers
3

Dasar analisis pada metode Moyers adalah dengan adanya korelasi antara lebar
mesiodistal gigi insisiv permanen rahang bawah terhadap gigi caninus dan premolar yang
belum erupsi, baik untuk rahang atas maupun rahang bawah. Metode Moyers adalah salah
satu metode yang sering digunakan untuk memprediksi gigi caninus dan premolar yang
belum erupsi. Penggunaan gigi insisiv permanen rahang bawah dikarenakan erupsinya yang
paling awal, dan jarang memiliki variasi bentuk dan ukuran jika dibandingkan dengan gigi
insisiv rahang atas, selain itu mudah untuk dukur. Moyers menyarankan dengan
penggunaan tabel probabilitas pada level 75 % yang dijadikan acuan karena dianggap
sebagai level yang aman dari maloklusi, contohnya diastem dan crowded. Pada metode
Moyers ini harus diperhatikan mengenai panjang lengkung dan ukuran dari gigi geliginya.
A. Tujuan Metode Moyers
1. Memperkirakan kemungkinan teraturnya gigi permanen pada ruang yang ada.
2. Memperkirakan derajat kemungkinan besarnya jumlah ruang dalam millimeter yang
dibutuhkan untuk mencapai teraturnya gigi geligi.
B. Keuntungan Metode Moyers
1. Kesalahan yang dapat dilakukan sangat minimal.
2. Mudah dilakukan
3. Waktu relatif singkat
4. Tidak membutuhkan alat yang khusus
5. Dapat digunakan pada kedua lengkung rahang
6. Dapat dikerjakan didalam mulut ataupun model (Sulandjari,2008).
C. Penggunaan tabel probabilitas Moyers secara umum memiliki cara sebagai berikut :
1. Ukur dengan kapiler dan jumlahkan lebar mesiodistal gigi insisiv pertama dan
kedua rahang bawah.
2. Gunakan jumlah lebar mesiodistal gigi insisiv permanen rahang bawah tersebut
untuk memprediksi lebar mesiodistal gigi caninus, premolar pertama, premolar
kedua pada rahang atas dan rahang bawah menggunakan tabel probabilitas level 75
%.
3. Lihat jumlah ruang yang tersedia pada regio gigi caninus premolar dengan
mengukur jarak antara distal insisiv lateral dan mesial molar pertama permanen.
4. Bandingkanlah jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diperkirakan.
4

a. Prosedur pengukuran untuk Rahang Bawah
1). Ukur menggunakan jangka sorong lebar mesiodistal tiap gigi insisif rahang
bawah, kemudian jumlahkan.
2). Penentuan besarnya ruangan membutuhkan pengaturan yang tepat, untuk
gigi rahang bawah yang berdesakan, atur alat pengukur sampai memiliki
nilai yang sama dengan jumlah lebar gigi insisif pertama dan kedua.
Tempatkan ujung alat pengukur pada garis median dan ujung lainnya
membuat tanda pada sisi yang didekatnya supaya menunjukkan bagian distal
dari insisif kedua dalam keadaan baik. Kemudian lakukan hal yang sama
pada sisi sebelahnya.
3). Ukur ruang yang ada pada setiap lengkung dari gigi caninus, premolar
pertama dan kedua.
4). Gunakan daftar probabilitas Moyers untuk rahang bawah dan jumlah lebar
dari gigi insisif yang terletak pada kolom bagian atas, dan lihat lebar jumlah
caninus, premolar pertama dan kedua yang terletak dikolom bagian bawah.
b. Prosedur pengukuran untuk Rahang Atas
Hampir sama dengan rahang bawah, tetapi harus diperhatikan tempat untuk
overjetnya, terutama untuk gigi anterior rahang atas dikarenakan kecilnya
tempat overjet (Ulfa,2009).

Tabel Probabilitas Moyers pada Rahang Bawah (Ulfa,2009).
5


Tabel Probabilitas Moyers pada Rahang Atas (Ulfa,2009).

Tabel perbedaan Prediksi Sitepu dan Prediksi Moyers (Rahardjo,2011)
Prediksi Sitepu (1983)
X YR.A. YR.B.
19,5 21,16 19,88
20,0 21,40 20,11
20,5 21,64 20,34
21,0 21,88 20,57
21,5 22,12 20,80
22,0 22,37 21,03
22,5 22,61 21,26
23,0 22,85 21,49
23,5 23,09 21,72
24,0 23,34 21,95
24,5 23,58 22,18
25,0 23,82 22,41
25,5 24,06 22,64
26,0 24,30 22,87
26,5 24,55 23,10
27,0 24,79 23,33
27,5 25,03 23,56
28,0 25,27 23,79
28,5 25,51 24,02
29,0 25,76 24,25
Prediksi Moyers (1988)
Lebar insisif
bawah
Lebar C, P
atas
Lebar C, P
bawah
19,5 20,6 20,1
20,0 20,9 20,4
20,5 21,2 20,7
21,0 21,3 21,0
21,5 21,8 21,3
22,0 22,0 21,6
22,5 22,3 21,9
23,0 22,6 22,2
23,5 22,9 22,5
24,0 23,1 22,8
24,5 23,4 23,1
25,0 23,7 23,4
25,5 24,0 23,7
26,0 24,2 24,0
26,5 24,5 24,3
27,0 24,8 24,6
27,5 25,0 24,8
28,0 25,3 25,1
28,5 25,6 25,4
29,0 25,9 25,7
6



III. Metode lainnya
Dalam menganalisa gigi campuran, terdapat berbagai metode yang dapat dilakukan,
diantaranya adalah :
A. Metode Nance
Terdapat hubungan antara jumlah mesiodistal gigi desidui dengan gigi
permanen. Tujuan metode ini untuk mengetahui apakah gigi permanen yang akan
erupsi memiliki cukup ruang, kelebihan ruang atau kekurangan ruang. Gigi yang dapat
dipakai untuk metode ini adalah gigi caninus, molar pertama dan kedua desidui yang
akan digantikan dengan gigi caninus, premolar pertama dan kedua permanen. Leeway
space untuk rahang atas adalah 0,9 mm dan untuk rahang bawah adalah 1,7 mm
(Sulandjari,2008).
B. Metode Huckaba
Tujuan metode ini adalah untuk mengkompensasi dikarenakan adanya
pembesaran bayangan gigi pada rontgen foto. Adapun rumus yang dapat digunakan :
x = y
x y
dimana :
y = lebarnya gigi desidui yang diukur pada x-ray foto.
7

x = lebarnya gigi permanen pada x-ray film.
y = lebar gigi desidui yang diukur pada studi model ataupun didalam mulut pasien.
x = lebar gigi permanen yang belum erupsi (Mokhtar,2002).
C. Metode Johnson dan Tanaka
Tujuan dari metode ini adalah untuk menganalisis lebar dari lengkung gigi. Metode ini
merupakan variasi dari metode Moyers (Mokhtar,2002).
D. Metode Sitepu
1. Dapat digunakan untuk kelompok etnik Deutro Melayu :
Y = 0,48X + 11,71 untuk rahang atas
Y = 0,46X + 10,91 untuk rahang bawah.
2. Dapat digunakan untuk kelompok etnik Cina Indonesia :
Y = 0,44X + 11,6 untuk rahang atas
Y = 0,44X + 10,29 untuk rahang bawah.
Keterangan : Y = Lebar mesiodistal untuk gigi 3 4 5
X = Lebar mesiodistal untuk gigi 1 2 (Mokhtar,2002).

IV. Penerapan terhadap Model Study
Fase gigi campuran merupakan adanya gigi desidui dan gigi permanen secara
bersama-sama di dalam rongga mulut. Adanya dua tingkatan fase, yaitu pada saat
erupsinya molar pertama permanen sekitar umur 6-7 tahun dan adanya pergantian gigi
caninus, molar pertama dan kedua desidui pada umur 9-11 tahun (Vander,1984).
A. Prosedur kerja
1. Ukur dan jumlahkan lebar mesiodistal keempat gigi insisif permanen rahang atas
dan bawah pada model study.
2. Prediksikan jumlah mesiodistal gigi caninus, premolar pertama dan kedua dengan
menggunakan tabel probabilitas Moyers.
3. Ukurlah ruang yang ada pada region caninus premolar dari distal insisif lateralis
sampai pada mesial molar pertama permanen.
4. Bandingkan ruang yang ada dengan ruang yang diperkirakan pada tabel
probabilitas Moyers (Ulfa,2009).
B. Kasus pasien Melodi
8

Melodi merupakan seorang anak yang berusia 9 tahun, datang ke dokter
gigi dengan tujuan untuk merapikan gigi geliginya. Pada usianya yang 9 tahun,
adanya fase gigi campuran pada melodi. Namun sekitar 5 bulan yang lalu, gigi
geraham desidui kanan dan kiri rahang bawah pernah dicabut karena sakit dan
bengkak. Salah satu yang dapat dilakukan untuk mempertahankan ruangan yang
kosong dikarenakan pencabutan tersebut agar mencegah terjadinya maloklusi adalah
penggunan space maintener. Pengecekan menggunakan radiografi juga sangat penting
dilakukan untuk melihat adanya benih gigi dan jaraknya yang akan mencapai oklusal.
Berdasarkan hasil ronsen panoramic pada melodi yang memperlihatkan secara
keseluruhan dari gigi geliginya, terdapat benih-benih gigi permanen yang belum
erupsi. Dimana gigi premolar yang hampir mencapai oklusal, setelah itu adanya gigi
molar kedua dan ketiga, serta caninus yang masih terpendam.



















9

DAFTAR PUSTAKA

Mokhtar,M.,2002,Dasar-dasar Ortodonsi (perkembangan dan pertumbuhan kraniodentofacial)
,Bina Insani Pustaka,Jakarta.
Rahadjo,P.,2011,Diagnostik Ortodontik,Airlangga University Press,Surabaya.
Sulandjari,JCP.H.,2008,Buku Ajar Ortodonsia I KGO I,Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta, http://cendrawasih.a.f.staff.ugm.ac.id/wp-content/buku-ajar-
orto-i-th-2008.pdf, diakses 11 Mei 2013.
Ulfa,M.,2009,Prediksi Leeway space dengan menggunakan tabel Moyers pada pasien yang
dirawat di klinik Ortodonsia FKG USU,Skripsi,Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Sumatera Utara,Medan, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q
=analisis%20metode%20moyers&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CDsQFjAC
&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F7917
%2F1%2F09E01521.pdf&ei=1XmMUdm2LoLtrQeUlIAo&usg=AFQjCNFND2AO0jf
auw_ZqSsvfScY-7waWQ&bvm=bv.46340616,d.bmk, diakses 10 Mei 2013.
Vander,L.,1984,Perkembangan Gigi Geligi,Bina Cipta,Jakarta.

You might also like