You are on page 1of 10

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi di bidang peternakan juga
semakin maju, mulai dari teknologi pengolahan hasil terrnak, hingga teknologi dalam
pakan ternak itu sendiri. Tetapi para petani atau peternak pada saat ini masih banyak
yang menggembalakan ternak-ternaknya di lapangan pengembalaan.
Pasture atau lapangan pengembalaan berperan penting dalam bidang peternakan,
baik dalam lingkup peternak kecil maupun yang telah besar. Lapangan pengembalaan
sendiri sering dimanfaatkan oleh peternak sebagai sumber pakan ternak mereka,
sehingga lama kelamaan rumput di lapangan akan berkurang jumlahnya.

1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar dapat membantu para pembaca dalam
hal rumput lapangan, sehingga para pembaca dapat sedikit mengerti apa yang
dimaksud dengan pasture? Macam-macam padang pengembalaan itu apa saja?
Fungsi padang pengembalaan itu apa saja? Syarat padang pengembalaan itu sendiri
bagaimana?
Mungkin dengan memahami makalah ini para pembaca dapat lebih mengerti
akan hal-hal diatas tersebut.

Bab II

1
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Padang Pengembalaan


Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan di mana tumbuh tanaman
makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya menurut
kebutuhannya dalam waktu singkat (Anonimus, 1990). Padang penggembalaan
tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa. Tetapi suatu padang rumput yang
baik dan ekonomis adalah yang terdiri dari campuran rumput dan leguminosa
(Anonimus, 1995).

2.2 Macam-macam Padang Penggembalaan

Padang pengembalaan dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, antara lain:

A. Padang Penggembalaan Alam


Padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial,
sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering
disebut padang penggembalaan permanen, tidak ada campur tangan manusia terhadap
susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan
(Reksohadiprodjo, 1985).
B. Padang Penggembalaan Alam yang Sudah Ditingkatkan
Spesies-spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh
manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat
spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur
pemotongan (defoliasi) (Reksohadiprodjo, 1985).
C. Padang Penggembalaan Buatan (temporer)
Tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan
dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanen atau
diseling dengan tanaman pertanian (Reksohadiprodjo, 1985).
D. Padang Penggembalaan Dengan Irigasi

2
Padangan biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air.
Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 sampai 4
hari (Reksohadiprodjo, 1985).

2.1 Fungsi Padang Penggembalaan


Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi
hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit,
sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan.
Rumput yang ada di dalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini
disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak
dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan
menstabilkan produktivitas dari tanah itu sendiri (Anonimus, 1990).

2.2 Syarat Padang Penggembalaan.


Syarat padang penggembalan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan
kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah
dikembangbiakkan (Reksohadiprojo, 1985). Pastura yang baik nilai cernanya adalah
pastura yang tinggi canopinya yaitu 25 sampai 30 cm setelah dipotong. Padang
penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50% rumput dan 50%
legum. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu padangan
adalah 70 sampai 80% untuk kadar air dan bahan keringnya 20 sampai 30%. Hijauan
pastura membutuhkan periode istirahat untuk tumbuh kembali 16 sampai 36 hari
setelah dipotong. Oleh sebab itu, pastura digembalai secara rotasi untuk memberi
kesempatan bagi hijauan untuk tumbuh kembali, dan juga untuk mencegah infeksi
cacing. Untuk pastura alam sebaiknya dibakar secara periodik, karena hal ini dapat
memusnahkan rumput yang tidak palatabel dan kering, serta untuk merangsang
pertumbuhan tanaman muda yang lebih tinggi nilai gizinya dan lebih disukai ternak
(Reksohadiprodjo dan Utomo, 1983).

2.3 Persiapan dan Perbaikan Padang Penggembalaan

3
Menurut Anonimus (1990), ada beberapa tahapan dalam permbuatan padang
penggembalaan, yaitu meliputi:
a. Pemilihan Lokasi
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dari segi kultur teknis dalam pemilihan
lokasi untuk padang penggembalaan adalah sumber air, kesuburan tanah, topografi,
dan komunikasi.
b. Bahan Penanaman.
Mempergunakan bahan penanaman yaitu bibit atau benih yang baik, sehingga
efisien waktu, tenaga dan biaya.
c. Waktu Pengolahan Tanah dan Penanaman.
Pada keadaan irigasi saat penanaman ditentukan sedemikian rupa sehingga
penanaman dapat dilakukan pada saat musim hujan. Jarak yang terlampau lama
antara akhir pengolahan dengan penanaman dapat memadat kembali. Saat pengolahan
tanah pada umumnya dilakukan pada akhir musim kemarau sehingga dapat segera
ditanami pada saat awal musim hujan.
d. Pengolahan Tanah dan Penanaman.
Pengolahan tanah bertujuan untuk mempersiapkan media tumbuh optimum bagi
tanaman. Pengolahan tanah secara baik menyangkut pengertian yaitu membersihkan
tanah dari tumbuh-tumbuhan pengganggu, menjamin perkembangan sistem perakaran
yang sempurna, menjamin peningkatan aviabilitas zat-zat, memperbaiki aerasi dan
kelembaban tanah, memeperbaiki kelestarian serta kesuburan tanah dan persediaan
air.
e. Penggembalaan
Dapat mulai dilakukan saat tanaman telah menutup tanah dengan baik dan cukup
tahan terhadap injakan dan senggutan. Lama penggembalaan tergantung pada jenis
tanaman yang ditanam, tetapi sebagai pegangan umum bagi hijauan yaitu kurang
lebih 5 sampai 6 bulan.

f. Pemeliharaan.

4
Pastura dibiarkan selama 12 bulan agar spesiesnya betul-betul establish. Pada
waktu ini, pembersihan terhadap weed mungkin perlu dilakukan untuk spesies-spesies
yang lambat establishnya. Jika pertumbuhan tidak merata, maka dapat dilakukan
“slashing” atau memapasi ternak dalam waktu singkat untuk meratakan pertumbuhan.
Pada bulan pertama setelah penanaman mungkin perlu dilakukan penyulaman
terhadap spesies yang tidak mau tumbuh, sehingga keseimbangan rumput dengan
legum sesuai dengan yang dikehendaki. Pemeliharaan yang baik, pastura mampu
tahan berproduksi 5 sampai 6 tahun.

2.6 Pengukuran Produktivitas


Ada beberapa macam cara/metode pengukuran produksi padang rumput antara
lain:
A. Metode Berdasarkan Komposisi Botani.
Metode analisis botani dan penggunaannya untuk menilai padang penggembalaan
yang umum dipakai ialah analisis titik (point analysis). Alat yang digunakan dalam
metode ini adalah alat kuadrat titik (point quadrat) yaitu terdiri dari sebuah rak yang
berlubang-lubang sebagai tempat untuk memasukkan ruji-ruji besi yang berujung
runcing. Terdapat dua bentuk, yaitu kuadrat dengan ruji-ruji tegak lurus dan kuadrat
titik dengan ruji-ruji miring 45%. Sambil mendorong ruji-ruji ke bawah maka dicatat
sentuhan-sentuhan yang terjadi setiap ruji tersebut. Dalam praktek telah terbukti,
bahwa hasil yang diperoleh dengan menggunakan ruji-ruji tegak lurus kurang
memuaskan bila dibandingkan dengan hasil dari ruji-ruji miring (Reksohadiprodjo,
1985).
B. Metode Pengukuran Dalam Jumlah Dari Merumput.
Pengukuran dengan cara ini berharga karena ternak-ternak itu sendiri merupakan
ukuran dalam melakukan evaluasi padang penggembalaan. Pengukuran ini umumnya
dinyatakan sebagai hasil perkalian antara jumlah ternak yang digembalakan dengan
lamanya waktu merumput setiap unit luasan padang rumput (Reksohadiprodjo, 1985).
C. Metode Pengukuran Kuantitas Hijauan.
Sebagian tertentu dari rumput yang disediakan untuk ternak potong, digunting
atau disabit kemudian dianalisis untuk mendapatkan berapa banyak tersedia bahan

5
kering, lemak kasar, dan nutien-nutrien lainnya yang disajikan dalam penggembalaan
yang bersangkutan. Sisa-sisa hijauan yang tidak dimakan yang tertinggal pada petak-
petak tersebut setelah penggembalaan berakhir ditentukan menurut prosedur yang
sama. Perbedaan terdapat anatara data sebelum dan sesudah penggembalaan memberi
gambaran tentang kuantitas dan kualitas hijauan yang dimakan. Hasil yang
memuaskan diperoleh bila ternak merumput luasan-luasan tanah kecil untuk waktu
yang singkat tetapi walaupun demikian terdapat kesalahan sekitar 20%
(Reksohadiprodjo dan Suhartanto, 1983).

2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas dan Nilai Gizi Tanaman.


Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil pastura adalah tanah dan spesies.
1. Tanah
Setyati (1983) mengemukakan bahwa ada 3 fungsi primer tanah dalam
mendukung pertumbuhan tanaman yaitu, memberikan unsur mineral, sebagai tempat
cadangan makanan dan sebagai tempat bertumpu untuk tegak. Dikatakan lebih lanjuk
bahwa faktor lain yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah adalah tingkatan
bentuk hara yang tersedia bagi tanaman. Tingkatan tersebut tergantung banyak faktor
diantaranya adalah kelarutan zat hara, PH, kapasitas pertukaran kalori (KPK), tekstur
tanah dan jumlah zat organiknya.
2. Spesies
Kemampuan suatu tanaman untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya dari
faktor genetik berpengaruh pada proses pertumbuhan dan produksi suatu tanaman.
Disini dapat dikemukakan suatu contoh bahwa familia gramineae (Rumput-
rumputan) mempunyai pembawaan yang berbeda dibandingkan dengan tanaman dai
familia leguminoceae (Whiteman, 1980).

2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Padang Penggembalaan


Menurut Susetyo et. al. (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi padang
penggembalaan adalah sebagai berikut:
1. Air

6
Air yang terbatas mempengaruhi fotosintesis dan perluasan daun karena tekanan
air mempengaruhi pembukaan stomata perluasan sel (Setyati, 1991). Air berfungsi
untuk fotosintesis, penguapan, pelarut zat hara dari atas ke daun. Jika ketersediaan air
terpenuhi maka seluruh proses metabolisme tubuh berlangsung, berakibat produksi
tanaman tinggi (Anonimus, 1990).
2. Intensitas Sinar
Intensitas sinar di bawah pohon atau tanaman pertanian tergantung pada
bermacam-macam tanaman, umur, dan jarak tanam, selain waktu penyinaran.
Keadaan musim dan cuaca juga berpengaruh terhadap intensitas sinar yang jatuh pada
tanaman selain yang ada di bawah tanaman utama (Susetyo et al., 1981). Menurut
Crowder and Chedda (1982) bahwa peningkatan pertumbuhan tanaman sejalan
dengan peningkatan intensitas cahaya. Jumlah energi matahari yang diterima seawal
mungkin pada saat munculnya sampai periode pemasakan adalah penting untuk
akumulasi berat kering selama periode tersebut.
3. Kompetisi Zat-zat Makanan
Kompetisi terjadi antara “Companion Crop” dengan tanaman utama. Kompetisi
ini akan nampak jelas pada daerah-daerah yang kekurangan air atau di waktu-waktu
musim kering. Kesulitan ini dapat diatasi dengan menanam tanaman lain yang
berbeda kebutuhan zat-zat makanan seperti nitrogen (Susetyo et al., 1981).
4. Kekompakan Tanah
Pastura yang digembala dengan stocking rate yang tinggi (8 sampai 10 ekor/ha)
akan menyebabkan tanah menjadi kompak, padat dan berakibat mengurangi aerasi
akar dan daya tembus air (Susetyo et al., 1981). Menurut Anonimus (1990), tanah
berhubungan dengan unsur-unsur hara yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur N,
P, K diperlukan tanaman dalam jumlah relatif besar. Jika kandungan ini cukup besar
dan seimbang dalam tanah maka akan mendukung tercapainya produksi pangan
dalam jumlah besar.
5. Pengambilan Zat-zat Makanan
Makin sering pastura dipotong makin sedikit daun yang gugur yang menambah
humus dan pada waktu yang sama, makin banyak zat-zat makanan yang hilang.
6. Berkurangnya Produksi

7
Pastura yang terlalu tinggi menyebabkan sulit untuk mengumpulkan biji atau
buah yang dipetik yang berjatuhan ke tanah.
7. Sumber Hama
Pastura yang tinggi mungkin merupakan tempat yang baik untuk bersembunyinya
tikus yang mengganggu tanaman utama tertentu misalkan kopi dan kelapa sawit.
8. Kesuburan Pada Tanaman Utama
Kalau pastura tersebut digembalai ternak, maka ada kemungkinan daun tanaman
utama akan dimakan oleh ternak yang digembalakan.
9. Kesulitan Bibit
Pada tahap sekarang agak sulit mencari beberapa jenis rumput dan legum yang
mempunyai potensi untuk berkembang dan berproduksi di bawah tanaman utama.
10. Inokulasi
Untuk beberapa jenis legum tidak akan tumbuh dan berproduksi optimal kalau
tidak diberikan inokulum yang khusus terutama terjadi pada tempat-tempat yang
belum pernah ditanami legum (Susetyo et al., 1981).
Selain yang dikemukakan oleh Susetyo et al. (1981) di atas masih ada beberapa
faktor yang mempengaruhi padang penggembalaan antara lain:
➢ Temperatur
Menurut Anonimus (1990), tanaman memerlukan temperatur yang optimum agar
dapat melakukan aktivitas fotosintesis dengan baik, sedangkan pengaruh temperatur
terhadap perluasan daun akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan. Temperatur tanah berpengaruh terhadap proses biokimia dimana terjadi
pelepasan nutrien tanaman atau memproduksi toksik bagi tanaman, dan berpengaruh
juga terhadap kecepatan absorbsi air dan nutrien (Setyati, 1983). Jadi hanya tanaman
yang dapat menyesuaikan dengan temperatur lingkungan yang akan tumbuh sehingga
menghasilkan produksi tinggi.
➢ Angin
Pengaruh angin tergantung dari kelembaban dan kecepatan angin. Angin dapat
merusak tanaman dan mengurangi fotosintesis serta menyebarkan bakteri penyebar
penyakit pada daun. Angin yang kering menyebabkan pengeringan daun dan merusak
daun-daun tersebut secara mekanis (Crowder and Chedda, 1982).

8
➢ Curah Hujan
Merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi bahan kering di daerah tropik dan subtropik (Crowder and Chedda, 1982).

2.7 Pasture Sampling


Pasture sampling bertujuan untuk mengukur produksi pasture dan untuk
mengetahui komposisi botani dari padang penggembalaan. Padang penggembalaan
alam didominasi oleh rumput dan sedikit legume tetapi juga terdapat gulma.
Perbandingan rumput dan legum dalam suatu padangan adalah 50:50
(Reksohadiprodjo, 1985). Metode pengukuran pasture sampling ada tiga macam
yaitu: ubinan, tali rafia, dan Alexander (Reksohadiprodjo, 1985).
1. Metode Ubinan
Ubinan seluas 1 x 1 m2 dilempar dengan acak pada padangan. Hijauan yang
berada dalam ubinan tersebut dipotong dengan sabit (dekat dengan permukaan tanah)
dan ditimbang. Kemudian dipisahkan antara rumput, legum dan gulma serta masing-
masing ditimbang untuk mengetahui persentasenya. Masing-masing bahan disampel
dan dimasukkan dalam oven 45oC untuk mengetahui berat keringnya, kemudian
dihitung produksi per satuan luasnya (Reksohadiprodjo, 1985).
2. Metode Tali Rafia
Tali rafia dibagi menjadi 15 bagian yaitu dengan diikat setiap 100 cm sehingga
panjang tali rafia yang dibutuhkan adalah 15 m, dibentang lurus dan diamati hijauan
yang berada tepat di bawah ikatan tali rafia tersebut sehingga akan diketahui
komposisi botaninya. Metode ini diulang tiga kali (Reksohadiprodjo, 1985).
2.10Grinding
Grinding atau penggilingan adalah upaya untuk memperkecil ukuran bahan
pakan dari ukuran besar dengan menggunakan penggiling dan penumbuk. Grinding
mungkin adalah cara paling mudah dalam prosesing bahan ternak. Hasil penggilingan
berkisar antara sangat halus sampai sangat kasar, tergantung pada saringan yang
digunakan. Untuk sapi yang sedang digemukkan, menggiling kasar lebih disukai
daripada yang halus. Gilingan yang terlampau halus sifatnya berdebu dan

9
palatabilitas nilai gizinya berkurang, namun yang umum terlihat adalah penurunan
tingkat konsumsi (Parakkasi, 1995).

Daftar Pustaka

1. Susetyo, I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak.


Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
2. Whiteman P. C., 1980. Tropical Pasture Science. Ed. Oxford University Press,
New York.
3. Universitas Gajah Mada, Rumput_rumputan, Rumput_gembala_dll, (Online),
(http://www.scribd.com/ebook/Rumput_lapangan_&_pasture.pdf, diakses 11
Desember 2009).

10

You might also like