You are on page 1of 9

REVIEW

AGENDA SETTING IN PUBLIC POLICY










Disusun oleh:
KELOMPOK 2
KEPUTUSUAN POLITIK ADMINISTRASI
NEGARA REGULER 2012
ANGGOTA:
Baiq Wardiana Qudsiah
Lina Triyani
Mardhatilla
Octoming Nur Kurnia Esa
Pratiwi Permata Sukma
Putri Hening
Rahmiyenti Zarni




THE AGENDA SETTING PROCESS
Agenda setting adalah proses pembahasan masalah yang menjadi perhatian publik dan elit, juga
mencari solusi alternative dengan memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang akan muncul. Di
dalam proses agenda setting terdapat persaingan antar kelompok untuk menempatkan masalah mereka
menjadi masalah yang utama/prioritas dibanding masalah-masalah lainnya karena tidak semua
masyarakat atau lembaga politik dapat mengatasi semua masalah yang berkemungkinan muncul dalam
satu waktu yang bersamaan. Kelompok juga harus berjuang untuk memastikan bahwa penjelasan
mereka tentang suatu permasalahan tetap menjadi yang utama dan pendekatan yang mereka pilih
dianggap sebagai yang paling sesuai untuk permasalahan yang mereka pilih sehingga nantinya kelompok
yang berhasil menggambarkan masalahnya dengan jelas akan mendapatkan solusi yang diperdebatkan
atas masalah tersebut. kelompok harus mampu menjaga isu dalam agenda untuk tetap mendapatkan
perhatian.
Dalam memahami agenda setting, penting untuk memahami terlebih dahulu makna dari agenda
itu sendiri. Agenda adalah kumpulan dari permasalahan, pemahaman atas penyebab, symbol, solusi,
dan elemen lain dalam permasalahan public yang menjadi perhatian public dan pemerintah. Agenda
juga sering disebut dengan daftar masalah yang perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah, sektor swasta,
organisasi non profit, atau kerjasama dari semua lembaga lembaga tersebut. Ada beberapa tingkatan
dalam Agenda, yaitu Agenda Universe, Systemic Agenda, Institutional Agenda, dan Decision Agenda
Tingkat agenda yang paling tinggi adalah agenda universe, yang mana berisi semua ide-ide yang
mungkin dapat dibawa dan dibahas dalam suatu masyarakat ataupun dalam sistem politik. Tingkatan
selanjutnya adalah Systemic Agenda yang menurut Cobb dan Elder bahwa systemic agenda berisi
sekumpulan masalah yang bersifat umum yang diketahui oleh pejabat politik yang pantas mendapatkan
perhatian public dan melibatkan hal-hal dengan yurisdiksi yang sah dari kewenangan pemerintah.
Batasan antara Systemic Agenda dengan Agenda Universe adalah pada batas yuridiksi yang sah dari
kewenangan yang dimiliki pemerintah. Batas tersebut dapat berubah sewaktu-waktu agar dapat
menampung ide lebih banyak atau lebih sedikit. Jika suatu masalah atau ide berhasil lolos dari Systemic
Agenda, maka akan masuk ke lingkup Institutional Agenda. Menurut Cobb dan Elder, Institutional
Agenda adalah daftar dari jenis yang secara eksplisit aktif dan serius untuk dipertimbangkan dari
wewenang pengambil keputusan. Dikarenakan waktu dan sumber yang tersedia sangat terbatas, maka
hanya ada beberapa isu yang mungkin dapat mencapai ke lingkup Institutional Agenda (Hilgarter dan
Bosk). Namun, institusi dapat meningkatkan daya dukung terhadap masalah secara bersamaan, baik
apabila masalah-masalah tersebut mendesak maupun saat terjadi peningkatan beban sumber daya dan
teknologi yang digunakan. Meskipun terjadi peningkatan daya dukung, namun masih relatif sedikit
masalah yang mencapai pada Decision Agenda. Decision Agenda berisi item-item yang segera
ditindaklanjuti oleh badan pemerintah. Pertama-tama masalah ini diperdengarkan dalam komite,
kemudian disuarakan keseluruh bagian, dan pembuatan aturan diusulkan dalam federal register dengan
bukti masalah dan evaluasi masalah decision agenda di lembaga eksekutif. Konflik mungkin saja terjadi
pada tahap ini, karena pada saat keputusan tercapai di tingkat pemerintahan tertentu mungkin saja
memicu konflik di tingkat pemerintahan lain yang lebih tinggi. Konflik dapat terus menerus meluas, ini
yang dinamakan sebagai ekspansi konflik yang sering dijadikan sebagai tujuan utama dari beberapa
kelompok kepentingan yang bersaingan dalam proses kebijakan untuk memindahkan kebijakan dari
systemic agenda kedalam institutional agenda, atau sebaliknya mencegah masalah mencapai
institutional agenda. Di dalamnya banyak kontroversi dan persaingan tentang bagaimana
mendefinisikan masalah, penyebab masalah, dan kebijakan untuk mengatasi masalah.

POLITICAL POWER IN AGENDA SETTING
Peter Bachrach dan Morton Baratz berpendapat bahwa kekuasaan itu adalah kemampuan aktor
A mempengaruhi aktor B untuk melakukan hal-hal tertentu.Terdapat 2 pemahaman mengenai
kekuasaan. Pertama, A dalam membuat keputusan mempengaruhi B, namun B tidak setuju dengan
keputusan dan konsekuensinya. Contohnya pada rezim otoriter dan totaliter. Kedua, A mencegah isu
dan kepentingan B dalam agenda atau pembuatan kebijakan, bahakan jika aktor B benar benar
menginginkan agar masalah tersebut diangkat, contohnya pada enviromentalis pada akhir tahun
1960an. Kita tidak perlu memikirkan persaingan antar aktor A dan aktor B mana yang lebih kuat, tetapi
sebaliknya ketidakseimbangan kekuasaan adalah seberapa banyak fungsi dari sifat dan aturan dalam
proses kebijakan yang mana fungsi dari atribut kelompok tertentu.

GROUPS AND POWER IN AGENDA SETTING
E. E. Schattschneider beranggapan bahwa status dari suatu masalah dalam agenda dapat
ditingkatkan jika ruang lingkup konfliknya diperluas. Terdapat dua cara untuk melakukan hal tersebut,
yang pertama dengan menggunakan symbol dan gambar untuk menarik simpati dari media dan public
terhadap kasus mereka. Kedua, kelompok yang kalah pada tahap pertama dalam konflik politik dapat
mengajukan banding ke tingkat pembuatan keputusan yang lebih tinggi seperti negara dan lembaga
federal untuk mendapatkan kesempatan agar didengarkan. Sedangkan kelompok yang dominan
memastikan agar konflik tidak meluas diluar kendali. Schattschneider menjelaskan bahwa ekspansi
masalah dari teori ini menjelaskan bagaimana kelompok mempertahankan kontrol atas masalah dan
cara penekanan masalah oleh aktor yang dominan dalam pembuatan kebijakan. Hal ini menurut
Baumgartner dan Jones sebagai policy monopolies, aktornya disebut Policy communities. Policy
communities menggunakan symbol yang menjadi kesepakatan untuk membangun visi mereka tentang
masalah, penyebab, dan solusi. Selama gambar dan symbol ini dipertahankan dalam masyarakat asalkan
tidak terlihat dan tidak diragukan, maka akan sulit untuk mendapat akses ke agenda bagi kelompok yang
tidak memperlihatkan gambar mereka; agar masalah menjadi lebih umum maka perlu dilakukan
perubahan yang mendasar pada kekuatan konstruksi kelompok. Jika pilihan alternative adalah pusat
proyeksi dari kekuatan politik, maka konsekuensi yang penting adalah kekuasaan kelompok untuk
mempertahankan power dengan bekerja menjaga bahwa publik tidak menyadari pokok permasalahan,
konstruksi alternative dari masalah, atau alternative dari resolusi mereka. Argument tersebut
merupakan reflek dari teori yang dikemukakan oleh C. Wright Mills dan E. E. Schattschneider bahwa
kekurangan yang ada pada surga pluralis adalah seperti paduan suara dengan aksen yang kuat. Bukan
berarti perubahan itu mustahil, tapi perlu diakui bahwa kadang-kadang perubahan dating dengan
lambat dan sulit untuk dicapai.

OVERCOMING POWER DEFICITS TO ACCESS THE AGENDA
Baumgartner dan Jones berpendapat bahwa ketika kelopmpok yang kuat kehilangan kendali
dalam agenda, maka kelompok yang lemah dapat memasuki perdebatan kebijakan dan menarik
perhatian terhadap isu-isu yang mereka pilih. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukakn kelompok
agar isu-isu mereka mendapat perhatian yang dinamakan metaphor of agenda change (Kingdon 1995).
Strategi yang pertama adalah electoral change yang dapat menyebabkan adanya gerakan reformasi yang
memberikan kesempatan kepada kelompok yang kurang kuat terhadap keadaan mereka yang
memprihatinkan. Contoh, pembuatan kebijakan tentang program Great Society oleh Lyndon Johnson,
kebijakan tersebut berisi usaha untuk membasmi kemiskinan, kesehatan yang buruk, diskriminasi rasial,
dan mengurangi perkotaan. Yang kedua yaitu Changes in our perception yang juga akan mempengaruhi
terbukanya windows of opportunity untuk perubahan kebijakan. Changes in our perception akan
memberikan kesempatan dalam Policy Change. contohnya yaitu pada tahun 1930 orang-orang melihat
pengengguran dan kemelaratan ekonomi tidak hanya sebagai akibat kegagalan inisiatif individu, tetapi
juga sebagai masalah ekonomi kolektif yang memerlukan solusi pemerintah. Yang ketiga, Changes in
Political Stream yang juga memengaruhi terbukanya windows of opportunity. Contohnya pada tahun
1960an kemiskinan dan rasisme mulai dipandang sebgai suatu masalah. Terdapatnya permasalahan-
permasalahan tersebut memunculkan adanya Civil Rights Acts, the Voting Rights Acts, and the War on
Poverty. Semua perubahan perubahan tersebut mrutama pada masa mengarah pada liberal, terutama
pada masa Reagan yang ditandai dengan bergabungnya aliran-aliran seperti aliran politik, aliran
masalah, dan aliran kebijakan.
Dalam setiap kasus memerlukan tindakan kelompok untuk menekan agar terjadi perubahan,
karena kelompok menyoroti setiap masalah yang menurut Baumgartner dan Jones, apabila terjadi
peningkatan terhadap perhatian atas masalah, yang mengarah pada perubahan untuk mengatasi
masalah yang disoroti, maka kelompok perlu bantuan untuk mendorong masalah dalam agenda,
bantuan yang dimaksud dapat berupa perubahan indikator masalah atau fokus peristiwa. Selain itu,
perlunya kelompok bergabung untuk menciptakan sebuah gerakan yang lebih kuat dibandingkan jika
bertindak secara individu.

GROUP COALESCENE AND STRATEGIES FOR CHANGE
Banyak gerakan yang menunjukkan bahwa perubahan kebijakan dipimpin oleh orang-orang yang
mempunyai latar belakang sosial ekonomi tidak jauh berbeda dengan lawan politik mereka. Kelompok
yang pro dengan perubahan adalah mereka yang memiliki kekuasaan lebih akan bergabung menjadi
suatu Koalisi Advokasi dimana terdiri dari kelompok yang memiliki dasar keyakinan yang sama mengenai
isu atau masalah tertentu (Hank Jenkins Smith). Mereka akan lebih mengedepankan tujuan mereka
dalam perdebatan ketimbang keyakinan mereka atas isu dan masalah tersebut.
Ada beberapa cara bagi kelompok dan koalisi untuk memecah kekuasaan kepentingan yang
dominan yaitu countervailing power. Kelompok dapat memulai dari venue shoping (Buaumgartner and
Jones), yaitu kelompok berusaha untuk mendapatkan ide dan keluhan mereka terhadap kebijakan yang
ada (Pralle, 2003). Venue adalah tingkatan dalam pemerintahan (federal, Negara bagian, pemerintah
local) atau institusi (legislative, yudikatif, dan eksekutif) yang dimiliki oleh kelompok untuk mencapai
sidang paling menguntungkan. Kelompok yang tidak dapat mencapai sidang pada tingkat legislative,
dapat mengajukan banding pada eksekutif. Akan tetapi terkadang hal tersebut menimbulkan konflik
dengan legislative. Selain itu terdapat juga tindakan dimana kelompok mungkin memperluas konflik
pada tingkat yang lebih umum (dari local ke tingkat Negara bagian, atau dari Negara bagian ke federal)
ketika mereka kalah di tingkat local, oleh Schattschneider disebut expanding the scope of conflict.
Strategi ini terkadang melibatkan perhatian aktor lain pada sisi kelompok yang kurang kuat. Kelompok
sering mencari liputan media sebagi cara untuk memperluas lingkup konflik misalnya seperti konferensi
pers.
Dalam upaya mengangkat isu-isu ke dalam agenda untuk mendapat perubahan kebijakan tidak
selalu ditentang oleh elite. Cobb dan Elder berpendapat bahwa ketika elite politik meminta perubahan,
mereka mencoba mengerahkan publik untuk mendapat dukungan massa atas isu tersebut, hal tersebut
mendukung elite untuk menempatakan isu pada agenda. Hal tersebut justru menimbulkan adanya policy
monopolies oleh para elite politik, sehingga untuk menghindari monopoli tersebut dibentuk the classic
iron triangle model dimana terdapat hubungan anatara kelompok kepentingan, birokrasi, dan sub
komite.

THE SOCIAL CONSTRUCTION OF PROBLEMS AND ISSUES
Masalah dapat didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung pada dukungan penggambaran
suatu masalah, sifat masalah, dan perdebatan politik. Social construction adalah proses pendefinisian
dan penyebaran ke masyarakat luas mengenai definisi tersebut. Social construction mengacu pada cara
yang digunakan masyarakat dan kelompok kepentingan untuk bersaing dan menceritakan penyebab
tentang bagaimana masalah yang mereka bawa tersebut muncul. Cara MEASURING AGENDA STATUS OF
ISSUES.
Menganalisis status agenda sangat penting dalam analisis kebijakan. Dapat dilakukan secara
kualitatif maupun kuantitatif yang dipengaruhi oleh beberapa pertanyaan seperti apa yang ada dalam
agenda? Apakah status agenda tersebut?. untuk mengukur suatu isu pada kelembagaan nasional
mungkin mudah karena data-data yang dibutuhkan disimpan dalam sebuah database yang mudah untuk
dicari. Di Amerika Serikat, Baumgartner dan Jones menciptakan sebuah proyek yang bertujuan untuk
menyediakan sumber dari data agenda, menggunakan skema pengkodean waktu lalu dan antara agenda
yang berbeda, yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mempelajari agenda setting. Selain itu, proyek
ini juga digunakan untuk memahami dinamika suatu agenda setting. Sebutan untuk proyek tersebut
adalah Policy Agendas Project yang berada di University of Washington yang merupakan kantor politik
dan kebijakan public Amerika. Proyek tersebut telah mengumpulkan data tentang anggaran federal,
cerita tentang Kongres Triwulan Almanac, dengar pendapat kongres dari tahun 1946 sampai tahun 2000,
pesanan eksekutif dari tahun 1945 sampai 2001, cerita halaman depan The New York Times, pertanyaan
the Gallup Polls masalah terpenting, dan hokum public tahun 1948 sampai 1998. Nilai utama dari data
Agenda Project adalah kemampuan untuk menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu dalam
komposisi agenda nasional Amerika Serikat.
Kumpulan data bersifat komprehensif karena adanya penggunaan skema pengkodean yang konsisten,
sehingga kita bisa melihat pasang surut aliran masalah, dan kita dapat memahami ekspansi dan
kontraksi dari agenda secara keseluruhan, hal tersebut menunjukkan bahwa daya dukung agenda dapat
berubah sesuai dengan perubahan sifat dari lembaga. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang
diuangkapakan oleh Talbert dan Potoski "lembaga legislatif disesuaikan untuk meningkatkan pengolahan
informasi". Peningkatan tersebut dapat mencakup peningkatan jumlah panitia, peningkatan dukungan
staf kepada anggota legislatif, perbaikan dalam pengolahan informasi dan sistem pengambilan.

Pendefinisian masalah dapat menggunakan conditions and problems, symbols,causal stories, and
indicators, focusing events, and agenda change.
Conditions and Problems
Kondisi lebih diartikan sebagai sesuatu yang mengganggu masyarakat dan pemerintah tidak
dapat melakukan apapun. Kondisi dapat berkembang dari waktu ke waktu seperti hal nya masalah, dan
orang mengembangkan cara untuk kondisi tersebut. Sebagai contoh adalah polio sampai pada Dr Jonas
Salk mengembangkan vaksin polio. Jutaan anak dan orang tua hidup dalam ketakutan penyakit yang
melumpuhkan itu. Dengan adanya vaksin, polio menjadi suatu masalah yang diselesaikan secara efektif.
Symbols
Stone berpendapat bahwa symbol adalah sesuatu yang melambangkan sesuatu lainnya.
Terdapat empat unsur penggunaan symbol. Pertama yaitu narrative stories, berisi tentang bagaimana
hal-hal baik atau buruk itu dapat terjadi. Kelebihannya adalah suatu masalah yang kompleks
kemungkinan untuk dapat diselesaikan dengan cara yang relatif mudah. Yang kedua yaitu helplessness
and control, yaitu cerita umum lainnya tentang sesuatu yang tidak bisa dilakukan pada waktu tertentu
tetapi pada saat sekarang sesuatu tersebut bisa dilakukan terhadap suatu isu atau masalah. Hal ini
sangat terkait dengan kondisi dan masalah. Ketiga yaitu synecdoche, dimana satu bagian mewakili
secara keseluruhan. Keempat yaitu anecdotes or prototypical cases, yaitu penggunaan kebijakan untuk
menjelaskan suatu fenomena secara keseluruhan.
Causal Stories
Causal stories merupakan suatu cerita yang menjelaskan apa yang menyebabkan suatu masalah
atau hasil. Hal ini sangat penting dalam pembuatan kebijakan public karena dengan mengetahui
penyebab masalah kita dapat menyarankan sebuah solusi untuk permasalahan tersebut. Stone
menjabarkan causal stories menjadi 4 kategori yaitu mechanical causes, accidental causes, intentional
causes, and inadvertent causes. Mechanical causes, contohnya mengintervensi agen, orang yang dicuci
otaknya, mesin yang bekerja seperti dirancang, namun berbahaya. Accidental cause contohnya cuaca
alam, gempa bumi, dan mesin yang mengamuk. Intentional causes contohnya penindasan, konspirasi
pekerjaan, program yang bekerja, namun berbahaya. Inadvertent causes contohnya mengintervensi
kondisi, efek samping tak terduga, ketidaktahuan dihindari, kecerobohan, dan kelalaian.
Indicators, Focusing Events, and Agenda Change
John Kingdon membahas perubahan indikator dan fokus peristiwa sebagai dua cara di mana
kelompok-kelompok dan masyarakat mempelajari secara keseluruhan masalah di dunia. Perubahan
indikator biasanya perubahan statistik suatu masalah, jika berbagai kumpulan data instansi dan
kepentingan menunjukkan bahwa banyak hal yang semakin parah, maka masalah ini akan mendapatkan
perhatian yang cukup besar. Perubahan indikator perlu dipublikasikan oleh kelompok kepentingan,
instansi pemerintah, dan pembuat kebijakan yang menggunakan sejumlah nilai yang menjadi
kecondongan mereka pada ide kebijakan yang diajukan. itu menandakan bahwa kelompok akan selektif
menggunakan pejabat statistik untuk menunjukkan masalah yang ada, lalu mengabaikan indikator lain
yang mungkin menunjukkan bahwa tidak ada masalah seperti itu.
Focusing event lebih mengarah pada peristiwa langka yang memicu perhatian media dan public.
Focusing events mengacu pada isu-isu yang relative terbengkalai, contohnya serangan teroris,
kecelakaan pesawat, kecelakaan industry, aksi protes besar, dan kejadian sehari-hari yang memperoleh
perhatian karena beberapa fitur khusus dari acara tersebut. Focusing events dapat mengarahkan
pemimpin pemerintahan, pembuat kebijakan, media massa, atau anggota masyarakat untuk
memperhatikan masalah baru yang ada atau kurang lebih memperhatikan masalah dan berpotensi
dapat menyebabkan pencarian solusi di tengah kegagalan kebijakan yang dirasakan.
Fakta bahwa focusing events memulai sedikit atau tidak ada sama sekali perhatian membuat events
yang penting untuk dimobilisasikan pada group tersebutuntuk menemukan isu mereka akan lebih sulit
untuk melanjutkan pada agenda. Karakteristik masalah dari indicator masalah akan berkurang secara
bertahap dalam agenda, dan pergerakan mereka pada agenda mungkin dijadikan sebagai upaya
mempromosikan atau menantang adanya persaingan kelompok yang konstan. Kelompok-kelompok
kepentingan sering merasa sulit untuk menjaga peristiwa besar dari berita dan agenda kelembagaan.
Kelompok yang berusaha untuk memajukan masalah pada agenda dapat mengambil keuntungan dari
peristiwa tersebut untuk menarik perhatian yang lebih besar terhadap masalah mereka.

MEASURING AGENDA STATUS OF ISSUES
Menganalisis status agenda sangat penting dalam analisis kebijakan. Dapat dilakukan secara
kualitatif maupun kuantitatif yang dipengaruhi oleh beberapa pertanyaan seperti apa yang ada dalam
agenda? Apakah status agenda tersebut?. untuk mengukur suatu isu pada kelembagaan nasional
mungkin mudah karena data-data yang dibutuhkan disimpan dalam sebuah database yang mudah untuk
dicari. Di Amerika Serikat, Baumgartner dan Jones menciptakan Policy Agendas Project yang berada di
University of Washington yang merupakan kantor politik dan kebijakan public Amerika. Proyek tersebut
bertujuan untuk menyediakan sumber dari data agenda, menggunakan skema pengkodean waktu lalu
dan antara agenda yang berbeda, yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mempelajari agenda setting.
Selain itu, proyek ini juga digunakan untuk memahami dinamika suatu agenda setting. Nilai utama dari
data Agenda Project adalah kemampuan untuk menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu dalam
komposisi agenda nasional Amerika Serikat. Kumpulan data bersifat komprehensif karena adanya
penggunaan skema pengkodean yang konsisten, sehingga kita bisa melihat pasang surut aliran masalah,
dan kita dapat memahami ekspansi dan kontraksi dari agenda secara keseluruhan, hal tersebut
menunjukkan bahwa daya dukung agenda dapat berubah sesuai dengan perubahan sifat dari lembaga.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang diuangkapakan oleh Talbert dan Potoski "lembaga legislatif
disesuaikan untuk meningkatkan pengolahan informasi". Peningkatan tersebut dapat mencakup
peningkatan jumlah panitia, peningkatan dukungan staf kepada anggota legislatif, perbaikan dalam
pengolahan informasi dan sistem pengambilan

You might also like