You are on page 1of 34

MAKALAH

TENTANG ANEMIA







Disusun oleh :
Yudha Hermawanto
P.27220009 116



JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2010


BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak ditemukan penderita anemia baik anak-anak maupun
dewasa. Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal. Dalam
pengertian klinis, anemia adalah kondisi dimana konsentrasi hemoglobin atau
hemokrit dalam darah kurang dari batas normal. Anemia terdiri atas beberapa
macam yaitu Anemia karena kehilangan darah, Anemia aplastik, Anemia
megaloblastik, Anemia Hemolitik, Anemia defisisensi Fe, Anemia defisiensi Fe
pada kehamilan, Anemia Pernisiosa, Anemia Permisiosa pada kehamilan, Anemia
Hemolisis., dimana ciri dan factor penyebabnya berbeda-beda. Sebagai tenaga
kesehatan perawat harus mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang harus
diberikan kepada pasien yang menderita penyakit anemia . Makalah ini akan
membahas pengertian anemia, macam anemia, patofisiologi anemia, dan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien yang menderita anemia sesuai dengan
diagnosa yang telah ditegakkan.











BAB II
ANEMIA

A. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh dan perubahan patosiologis yang mendasar yang diuraikan melalui
anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
B. macam-macam anemia
Beberapa macam anemia dan penyebab fisiologisnya sebagai berikut:
1. Anemia karena kehilangan darah
setelah mengalami perdarahan yang cepat maka tubuh akan menggantikan
dalam waktu satu sampai tiga hari, namun hal ini akan menyebabkan
konsentrasi sel darah merah yang rendah. Bila peredaran yang ke dua tidak
sampai terjadi, maka konsentrasi sel darah merah akan kembali normallagi
dalam waktu tiga sampai empat minggu.
2. Anemia aplastik
sumsum tulang mengalami keadaan aplasia berarti fungsi sumsum tulang
belakang tersebut berkurang.

3. Anemia megaloblastik
vitamin B12,Asam folat, dan factor-faktor intrinsic yang berasal dari
mukosa lambung sangat penting dalam pembentukan sel darah merah.
Apabila salah satu dari actor ini hilang maka mengakibatkan eritoblas
tumbuh sangat besar dengan bentuk yang aneh, yang disebut megaloblas.
Keadaan atropik mukosa lambung seperti yang terjadi dalam anemia
pernisiosa atau bila seluruh lambung itu hilang akibat dari gastrektomi
total akan menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik. Juga pada
penderita sariawan usus, dimana asam folat, B12 dan senyawa-senyawa
vitamin B yang lain sedikit sekali di absorbsi, sering kali akan
mengakibatkan anemia megaloblastik.
4. Anemia Hemolitik
Ada bermacam-macam sel darah merah yang abnormal, kebanyakan
karena factor keturunan, sehingga sel-sel itu sangat mudah robek sewaktu
sel ini melewati pembuluh kapiler, terutama sewaktu melewati limpa.
Beberapa macam anemia ini sebagai berikut :
pada sferositis herediter sel-sel darah merah sangat kecil, dan
bentuknya lebih spheris dari pada berbentuk lempeng cekung
ganda. Sel ini tak dapat diperas sebab tak mempunyai struktur
membrane sel lempeng cekung ganda seperti kantong yang lentur.
Jadi sewaktu melewati pulpa lienalis, sel ini akan mudah robek
walaupun hanya sedikit ditekan.
Pada Anemia sel sabit, dapat dijumpai pada 0,3 sampai 1,0 %
orang-orang hitam di afrika barat dan amerika, sel-selnya
mengandung tipe hemoglobin yang abnormal yang disebut sebagai
hemoglobin S, disebabkan adanya susunan rantai beta yang
abnormal pada hemoglobin tersebut. Bila hemoglobin ini
berhubungan dengan konsentrasi oksigen yang rendah, maka akan
mengendap menjadi kristal-kristal yang panjang di dalam sel darah

merah. Hemoglobin yang mengendap ini akan merusak membram
sel sehingga sel tersebut menjadi lebih rapuh dan terjadinya anemia
yang parah. Karena rendanya tekanan oksigen dalam jaringan akan
menyebabkan terbentuknya bentuk bulan sabit, sehingga akan
menghalangi aliran darah melalui jaringan, dimana selanjutnya
akan menyebabkan penurunan tekanan oksigen lebih lanjut.
Penurunan sel darah merah ini berlangsung dalam beberapa jam
saja dan seringkali menyebabkan kematian.
Talasemia yang dikenal juga sebagai anemia cooley / anemia laut
tengah, merupakan tipe anemia herediter lain, dimana sel-selnya
tak mampu mensintesis rantai polipeptida alfa dan rantai
polipeptida beta yang cukup yang dibutughkan untuk membentuk
hemoglobin.
5. Anemia defisisensi Fe
Anemia defisisensi Fe adalah anemia sekunder terhadap
kekurangan yang tersedia untuk sintesa hemoglobin
Karena Fe merupakan bagian dari molekul hemoglobin maka dengan
berkurangnya Fe, sintesa hemoglobin berkurang dan akhirnya adalah
kadar hemoglobin akan menurun. Keluhan dan gejala anemia defisiensi
fe yang muncul adalah keluhan dan gejala akiat penurunan kadar
hemoglobin ialah adanya anemia dan bekurangnya Fe untuk struktur
epitel (kulit, kuku, rambut, tractus gastrointestinal, dll)
Defisiensi Fe pada bayi mungkin disebabkan prematuritas atau bayi
dilahirkan dari seorang ibu yang menderita defisiensi Fe, sangat jarang
sebagai akibat perdarahan kronis.
Pada usia anak biasanya disebabkan karena diit yang kurang
mengandung juga sangat jarang disebabkan karena kehilangan darah.
Pada orang dewasa perdarahan kronis atau berulang adalah
merupakan etiologi ...ma dari defisiensi Fe meskipun kadang kadang
malnitrisi dan malabsorbsi merupakan penyebab defisiensi Fe. Pada

prinsipnya defisiensi Fe pada orang dewasa disebabkan karena
kehilangan darah kronis yang bisa berasal dari semua bagian tubuh
Riwayat penyakit
Keluhan berupa dyspneu deffort, oedema tungkai, palpitatiocordis,
lidah menjadi liin dan luka-luka, rambut menjadi tidak mengkilat,
kuku menipis dan tidak mengkilat adalah keluhan utama pada
penderita anemia
Kelainan fisik
Kelainan fisik adalah tanda- tanda anemia berupa adanya pucat pada
selaput lendir. Pemeriksaan yang penting adalah warna telapak
tangan, apabila terlihat pucat dan tidakada warna kemerahan pada
ujung jari maka biasanya kadar hemoglobin kuranga dari 8gr%.
Tanda- tanda malnutrisi akan ditemukan apabila etiologi dari
defisiendi Fe adalah suatu keganasan. Apabila anemianya berat
maka pada pemeriksaan fisik akan ditemukan rambut menjadi
kusam danmudah rontok, kulit kering dan kasar, kuku tipis dan akan
ditemukan spoon nail. Anemia barat yang menahun akan dapat
bermanifestasi dengan tanda-tanda dekom pensatio cordis seperti
dilatatiocordis, oedema tungkai, dan mungkin basal ronchi
Komplikasi anemia defisiensi Fe
Komplikasi seperti anemia yang lain apabila anemianya berat maka
akan timbul komplikasi pada sistem kardiovaskuler berupa
dekompensasi cordis. Komplikasi lain yang muncul adalah
komplikasi dari traktus gastrointestinal berupa epigastric distres atau
stomatitis.
Terapi
Dua prinsip terapi anemia defisiensi Fe;
1. Eliminasi sumber perdarahan
2. Pemberian Fe yang adekuat sehinggadapat menggantikan
kehilangan Fe dan dilanjutkan dengan memenuhi kembali
cadangan Fe dalm tubuh.

Di samping pemberian Fe tentu pelu diit tinggi protein. Preparat Fe
diberikan bisa preparat Fe peroral atau parenteral.
Ada beberap hal yang perlu diperhatikan apabila kita akan
memberikan preparat Fe peroral ;
a). Obat harus selalu diberikan sesudah makan.
b). Dimulai dengan dosis kecil
c). Diberikan untuk waktu yang cukup. Maksudnya untuk pemberian
obat sampai tercapai pengisian cadangan dalam tubuh
6. Anemia defisiensi Fe pada kehamilan.
Anemia sering ada sebelum hamil. Riwayat adanya kehilangan
darah menahun seperti metrorhagia, hemorhid yang mengalami
perdarahan. Kehamilan yang berturut dengan jarak yang terlalu dekat.
Kelihan yang timbul seperti, lemah badan, bengkak dan sesak nafas.
Apabila anemia sudah di derita sebelum kehamilan maka keluhan akan
semakin berat, sebaliknya apabila tidak ada defisiensi fe sebelumnya
maka keluhan akan datang lebih lambat.
Kelainan fisik
Kelainan fisik yang timbul seperti pada anemia defisiensi Fe seperti
pucat,tanda-tanda defisiensi Fe lain pada kulit, rambut dan kuku.
Komplikasi
Komplikasi pada ibu adalah komplikasi anemia defisiensi Fe
seperti: gagal jantung, masa rekonvalensi yang menjadi lama.
Komplikasi pada bayi adalah akan dilahirkann bayi dengan anemia
sejak lahir atau anemia terjadi pada usia 3-9 bulan karena ia
dilahirkan dengan cadangan Fe yang sangat kurang.
Terapi
Pemberian preparat Fe yang adekuat,diit tinggi protein dan usaha
menghentikan sumber perdarahan kronisnya. Pemberian Fe harus
segera begitu diagnosa defisiensi Fe ditegakkan dan apabila
diagnosa dibuat pada saat trimester akhir dari kehamilan pemberian
Fe harus secara parenteral.

7. Anemia Pernisiosa
Anemia persiosa adalah anemia sebagai akibat berkurangnya atau
tidak adanya intrinsic di dalam lambung. Faktor intrisic adalah suatu
faktor yang diperlukan untuk penyerapan vitamin B12 dalam usus.
Akibatnya akan terjadi defisiensi vitamin B12 sehingga timbul
gangguan dari tractus gastrointestinal, timbul kelainan hematologis dan
gangguan susunan saraf pusat. Kelainan dari tactus digestivus berpa
atrofi dari selaput lendir dan kelainan pada susunan saraf berupa
degenarasi myelum dan timbul polyneuritis. Kunci utamauntuk
terjadinya anemia pernisiosa adalah ketadakmampuan tubuh untuk
mengabsorbsi vitamin B12. dalam keadaan normal hepar mengandung
kurang lebih 1500ugr vitamin B12 (0,2-1,4 ugr/gram jaringan hepar).
Riwayat Penyakit
Penyakit biasanya beralan secara perlahan lahan. Kelihan berupa
rambut yang dapat memutih, lemah badan, penurunan berat badan.
Kadang timbul keluhan dari gastrointestinal se6p6erti luka-luka di
bibir anoreksia, takut makan daging, perut terasa kembung, keluhan-
keluhan epigastric dan obstipasi. Keluhan lain adalah kelihan
sekunder seperti lemah bada, sesak nafas dan oedema.
Keluhan neurologis berupa vertigo, paraesthesi dari ekstremitas,
perasaan baal dari kaki dan tangan.
Kelainan fisik
Kelainan fisik yang timbul saperti tidak licin karena atropi papilida.
Kadang ditumukan subikterus dan ditumukan ptechiae dan
perdarahan di retina. Pada pasien dengan anemia yang berat dan
cukup lama dapat ditumukan pembesaran jantung, basal ronchi,
oedema pretibial. Kelainan pada saraf perifer menyebakan
sensibilitas menurun. Gejala neurologis yang sering dijumpai :
perasaan lemah, reflek tendon meninggi, ataxia (test Romberg
positif). Pada penderita yang berat kadang ditemukan gejala seperti
psikosis atau dimensia. Impotensi adalah gejala dini dari nerologis

sedangkan atropi nervus optikus adalah gejala kasip.
Komplikasi
Oleh karena carolnoma ventrikuli sering terjadi bersamaan anemia
pernisiosa maka sebagian ahli menganggap anemia pernisiosa
debagai gejala dini dari ca-ventrikuli. Kekambuhan hematologis
ataupun nerologis biasanya disebabkan karena pasien tidak
kooperatif terhadap program pengobatan.
Apabila sistem nerologis yang berat maka akan terjsdi keadaan
dimana penderita harus berbaring lama yang akan menimbulkan
komplikasi dekubitus, pyelonefiyis bahkan sepsis.
Terapi
Terapi spesifik untuk anemia pernisiosa adalah pemberian vitamin
B12 parenteral yang diberikan seumur hidu. Atau tidak boleh
diberikan secara oral karena pada anemia pernisiosa terdapat
gangguan absobsi vitamin B12.
Sebaiknya dipilih vitamin B2 yang absorbsinya lambat misalnya
yang terdapat pada ekstrak hati. Akan tetapi ekstrak hati dapat
menimbulkan reaksi analfilatik.
Tidak dianjurkan pemberian vitamin B12 per oral oleh karena:
1) Sulit mendapatkan faktor intrinsik
2) Preparat yang dipakai sulit untuk menghitung dosisnya
3) Biaya lebih mahal
Kadang terjadi masalah dimana terapi parenteral tidak efektif. Hal
ini terjadi karena beberapa kemungkinan:
1) Terdapat infeksi yang cukup berat pada penderita
2) Terjadi hiperparathyroidisme
3) Terdapat karsinoma ventrikuli
4) Terdapat keadaan malnutrisi
5) Mungkin terdapat anemia defisiensi Fe bersamaan dengan
anemia permisiosa.


8. Anemia Permisiosa pada kehamilan
Keluhan biasanya berupa keluhan anemia yang menjadi lebih jelas
dan berat menjelang trimester akhir dari kehamilannya. Predisposisi yang
muncul berupa: multipara, malnutrisi, malabsorsi, sirosi hati, infeksi
kronis, hemoglobinopati, dan penyakit hemolisis kronis. Yang sering
dijumpai sebagai predisposisi adalah hemoglobinopati, malnutrisi, dan
malabsorbsi disertai kehamilan multipel.
Kelainan fisik
Ikterus, Ptechiae, tanda-tada kelainan kardiovaskuler sebagai akibat
anemia berat seperti: murmur sistoli, oedema, kardiomegali, dll.
Komplikasi
Komplikasi pada ibu terjadi decompensasi kordis dan bagi anak sering
terjadi kematian janin disebabkan hypoxia karena kadar Hb rendah.
Terapi
Apabila anemia berat dan ditemukan pada trimester akhir dari
kehamilan maka diberikan transfusi darah. Apabila anemianya derajat
sedang dan diketahui menjelang trimester akhir kehamilan maka
diberikan asam folat 3x15 mg/hari atau diberikan akstrak hati 15 U/h.
Biasanya diperlukan waktu sekitar 2 bulan untuk mencapai kadar Hb
normal.
9. Anemia Hemolisis
Hemolisis adalah keadaan dimana masa hidup eritrosit memendek.
Masa hidup eritrosit yang normal adalah antara 80-120 hari.
Kemempuan sumsum tulang untuk meningkatkan eritropoisis adalah
sekitar 7 x normal. Apabila perpendekan masa hidup eritrosit kurang dari
1/7 x normal maka kemampuan sumsum tulang dilampaui dan terjadilah
anemia hemolisis.
Mekanisme hemolisis dibagi dalanm dua kelompok penyebab:
1) Disebabkan faktor intrinsic, disebut juga kelainan intrakorpuskuler
atau kelainan terdapat pada eritrosit sendiri.
2) Disebabkan faktor ekstrinsik atau kelainan di luar eritrosit.

Faktor intrinsik dibagi dalam 3 macam:
1) Disebabkan karena kekurangan bahan untuk membuat eritrosit.
Contohnya anemia pernisiosa.
2) Kelainan eritrosit yang bersifat congenital seperti pada
hemoglobinopati.
3) Abnormalitas dari enzim dalam eritrosit contoh defisiensi enzyme
glucose 6 fosfat dehydrogenase atau pada eritrosit yang mengalami
hemolisis karena obat-obatan
Faktor ekstrinsik dibagi menjadi 2 macam:
1) Akibat reaksi nonimunitas
Hemolisis akibat bahan kimia atau obat-obatan (phenylhydrasin,
naphthalene, plumbum, racun ular), beban fisik (panas), bakteri
(streptococcus hemolyticus, clostridium welchii, bartonellosis,
plasmiodium), sensitivitas terhadap sulfa, makanan, dll.
2) Reaksi imunitas
Mekanisme hemolisis di sini disebabkan eritrosit diselimuti oleh antibody
yang dihasilkan oleh tubuh sendiri, suatu proses yang disebut autoimun.
Untuk identifikasi hemoglobin pada hemoglobinopati. Pemeriksa kadar
enzyme glucose 6 fosfat dehidrogenase dan kadar glutation reduktase pada
pasien yang sensitive terhadap obat-obatan.
Riwayat Penyakit
Anemia hemolisis berat dan akut penyakitnya dimulai secara
mendadak ditandai dengan panas badan, menggigil, perasaan
lemah, mual, mual, perasaan nyeri perut, pinggang, ekstrimitas, dan
gangguan kardiovaskuler serta pernafasan. Dapat pula dijumpai
keluhan buang air kecil berwarna merah atau gelap. Pada bentuk
sedang biasanya dijumpai keluhan kardiovaskuler, perasaan lemah,
pucat, dan ikterus. Pemeriksaan fisik biasanya ada kelainan pada
pertumbuhan dan keluhan satu-satunya adalah keluhan lemah
badan.
Panas badan pada seseorang penderita hemolisis mempunyai arti

banyak, bisa merupakan gejala dari adanya krisis hemolisis ataupun
merupakan gejala dari suatu infeksi yang menyertai penyakit
hemolisis.
Kelainan Fisik
Kadang pada anemia hemolisis tidak ditemukan kelaian sama
sekali bahkan pasien bebas dari keluhan dan gejala. Kelainan fisik
yang ditemukan adalah tanda-tanda anemia berupa keadaan pucat
pada selaput lendir, ikterus ringan, dan splenomegali. Pada anemia
hemolisis kongenital dapat ditemukan kelainan fisik berupa
tengkorak bentuk menara (lower skull), pertumbuhan badan yang
terganggu, ulkus kruris, kelainan fisik dari system kardiovaskuler
berupa kardiomegali, bising sistolik dan oedema.
Komplikasi
Ada 3 komplikasi yang bisa terjadi pada penyakit gemolisis:
1) Krisis. Terdapat 2 macam krisis yaitu krisis aplastik dan krisis
hemolisis.
2) Kolelithiasis yang diakibatkan oleh adanya peningkatan
metabolisme bilirubin
3) Hepatitis pasca transfuse
Krisis aplastik ataupun hemoliis akan menyebabkan penurunan
kadar hemoglobin. Jumlah eritrosit yang menuun cepat dan akan
menyebabkan buruknya keadaan umum penderita.
Ulkus krisis sangat sering merupakan komplikasi dari anemia bulan
sabit. Ulkus bersifat inolen dan sukar sembuh. Hemosiderosis dan
hemokromatosis dapat terjadi sebagai akibat seringnya transfusi
darah.
Terapi
Tergantung dari penyakit dasarnya. Splenektomi merupakan
tindakan yang sering dilakukan pada anemia hemolisis.
Splenektomi merupakan indikasi pada keadaan:

1) Sferositosis congenital. Pada sferosis didapat tidak selalu
merupakan indikasi obsolute.
2) Hipersplenisme
3) Limpa yang terlalu besar sehingga menimbulkan gangguan
mekanisme.
Apabila hemolisis disebabkan oleh suatu terapi terhadap
infeksi merupakan terapi yang pertama. Kortikosteroid adalah obat
yang diberikan untuk anemia hemolisis terutama pada anemia
hemolisis autoimun.
Transfusi darah hanya diberikan untuk pasien anemia hemolisis
pada keadaan berat dimana hypoksia merupakan keadaan yang
mengancam jiwa pasien misalnya pada eritroblastosis faetalis.
C. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
Penyakit Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih

Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12
Kekurangan asam folat
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia (Burton, 1990).
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil

samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,
1998).

E. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus
kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering
pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak
mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung(Sjaifoellah, 1998).





F. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia,
jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

G. Pemeriksaan penunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih
pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah
(aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan
GI (Doenges, 1999).

H. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot,
dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).



3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.

4) Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,

AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).

10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono,
1994).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
meliputi :


1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah risiko infeksi.
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase
purulen dan demam.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
- menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
- tidak mengalami tanda mal nutrisi.
- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari)
- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya
nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.



4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah
cedera dermal.

6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : - menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan
sebagai penyebab, factor pemberat.

7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic
dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil : - pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan
penatalaksanaan penyakit.
- mengidentifikasi factor penyebab.
- Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

C. Intervensi keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan
(Boedihartono, 1994)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
adalah :
No. Diagnosa Intervensi Rasionalisasi
1 Risiko tinggi
terhadap infeksi
berhubungan dengan
tidak adekuatnya
pertahanan sekunder
(penurunan
hemoglobin
leucopenia, atau
penurunan
granulosit (respons
inflamasi tertekan)).

a. Tingkatkan cuci
tangan yang baik ; oleh
pemberi perawatan dan
pasien.
b. Pertahankan teknik
aseptic ketat pada
prosedur/perawatan
luka.
c. Berikan perawatan
kulit, perianal dan oral
dengan cermat.
d. Motivasi perubahan
posisi/ambulasi yang
sering, latihan batuk
dan napas dalam.
e.Tingkatkan masukkan
cairan adekuat.
f.Pantau/batasi
pengunjung. Berikan
isolasi bila
memungkinkan.
g. Pantau suhu tubuh.
Catat adanya menggigil
dan takikardia dengan
atau tanpa demam.
a.Rasional : mencegah
kontaminasi
silang/kolonisasi
bacterial. Catatan :
pasien dengan anemia
berat/aplastik dapat
berisiko akibat flora
normal kulit.
b.Rasional :
menurunkan risiko
kolonisasi/infeksi
bakteri.
c.Rasional :
menurunkan risiko
kerusakan
kulit/jaringan dan
infeksi.
d.Rasional :
meningkatkan ventilasi
semua segmen paru
dan membantu
memobilisasi sekresi
untuk mencegah
pneumonia.
e.Rasional : membantu

h. Amati eritema/cairan
luka.
i. Ambil specimen
untuk kultur/sensitivitas
sesuai indikasi
(kolaborasi)

j. Berikan antiseptic
topical ; antibiotic
sistemik (kolaborasi).

dalam pengenceran
secret pernapasan
untuk mempermudah
pengeluaran dan
mencegah stasis cairan
tubuh misalnya
pernapasan dan ginjal.
f.Rasional : membatasi
pemajanan pada
bakteri/infeksi.
Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada
anemia aplastik, bila
respons imun sangat
terganggu.
g.Rasional : adanya
proses inflamasi/infeksi
membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
h.Rasional : indikator
infeksi lokal. Catatan :
pembentukan pus
mungkin tidak ada bila
granulosit tertekan.
i.Rasional :
membedakan adanya
infeksi,
mengidentifikasi
pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan
pengobatan.

j.Rasional : mungkin
digunakan secara
propilaktik untuk
menurunkan kolonisasi
atau untuk pengobatan
proses infeksi local.

2. Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kegagalan untuk
mencerna atau
ketidak mampuan
mencerna makanan
/absorpsi nutrient
yang diperlukan
untuk pembentukan
sel darah merah.
a. Kaji riwayat nutrisi,
termasuk makan yang
disukai.
b. Observasi dan catat
masukkan makanan
pasien.
c. Timbang berat badan
setiap hari.
d. Berikan makan
sedikit dengan
frekuensi sering dan
atau makan diantara
waktu makan.
e. Observasi dan catat
kejadian mual/muntah,
flatus dan dan gejala
lain yang berhubungan.
f. Berikan dan Bantu
hygiene mulut yang
baik ; sebelum dan
sesudah makan,
gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan
a. mengidentifikasi
defisiensi,
memudahkan
intervensi.
b. mengawasi
masukkan kalori atau
kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
c. mengawasi
penurunan berat badan
atau efektivitas
intervensi nutrisi.
d. menurunkan
kelemahan,
meningkatkan
pemasukkan dan
mencegah distensi
gaster.
e. gejala GI dapat
menunjukkan efek
anemia (hipoksia) pada
organ.
f. meningkatkan nafsu

yang lembut. Berikan
pencuci mulut yang di
encerkan bila mukosa
oral luka.
g. Kolaborasi pada ahli
gizi untuk rencana diet.
h. Kolaborasi ; pantau
hasil pemeriksaan
laboraturium.
i. Kolaborasi ; berikan
obat sesuai indikasi.


makan dan
pemasukkan oral.
Menurunkan
pertumbuhan bakteri,
meminimalkan
kemungkinan infeksi.
Teknik perawatan
mulut khusus mungkin
diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan
dan nyeri berat.
g. membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan
individual.
h. meningkatakan
efektivitas program
pengobatan, termasuk
sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan.
i. kebutuhan
penggantian tergantung
pada tipe anemia dan
atau adanyan masukkan
oral yang buruk dan
defisiensi yang
diidentifikasi.
3. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
a. Kaji kemampuan
ADL pasien.
b. Kaji kehilangan atau
a.mempengaruhi
pilihan
intervensi/bantuan.

antara suplai oksigen
(pengiriman) dan
kebutuhan.
gangguan
keseimbangan, gaya
jalan dan kelemahan
otot.
c. Observasi tanda-
tanda vital sebelum dan
sesudah aktivitas.
d. Berikan lingkungan
tenang, batasi
pengunjung, dan
kurangi suara bising,
pertahankan tirah
baring bila di
indikasikan.
e. Gunakan teknik
menghemat energi,
anjurkan pasien
istirahat bila terjadi
kelelahan dan
kelemahan, anjurkan
pasien melakukan
aktivitas semampunya
(tanpa memaksakan
diri).


b. menunjukkan
perubahan neurology
karena defisiensi
vitamin B12
mempengaruhi
keamanan pasien/risiko
cedera.
c.manifestasi
kardiopulmonal dari
upaya jantung dan paru
untuk membawa
jumlah oksigen adekuat
ke jaringan.
d. meningkatkan
istirahat untuk
menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dan
menurunkan regangan
jantung dan paru.
e. meningkatkan
aktivitas secara
bertahap sampai
normal dan
memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa
kelemahan.
Meingkatkan harga diri
dan rasa terkontrol.

4. Perubahan perfusi
jaringan
berhubungan dengan
penurunan
komponen seluler
yang diperlukan
untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke
sel.

a. Awasi tanda vital kaji
pengisian kapiler,
warna kulit/membrane
mukosa, dasar kuku.
b. Tinggikan kepala
tempat tidur sesuai
toleransi.
c. Awasi upaya
pernapasan ; auskultasi
bunyi napas perhatikan
bunyi adventisius.
d. Selidiki keluhan
nyeri dada/palpitasi.
e. Hindari penggunaan
botol penghangat atau
botol air panas. Ukur
suhu air mandi dengan
thermometer.
f. Kolaborasi
pengawasan hasil
pemeriksaan
laboraturium. Berikan
sel darah merah
lengkap/packed produk
darah sesuai indikasi.
g. Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi.


a. memberikan
informasi tentang
derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan
membantu menetukan
kebutuhan intervensi.
b. meningkatkan
ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
Catatan : kontraindikasi
bila ada hipotensi.
c. dispnea, gemericik
menununjukkan
gangguan jajntung
karena regangan
jantung
lama/peningkatan
kompensasi curah
jantung.
d. iskemia seluler
mempengaruhi jaringan
miokardial/ potensial
risiko infark.
e. termoreseptor
jaringan dermal
dangkal karena
gangguan oksigen.
f. mengidentifikasi
defisiensi dan

kebutuhan pengobatan
/respons terhadap
terapi.
g. memaksimalkan
transport oksigen ke
jaringan.


5. Risiko tinggi
terhadap kerusakan
integritas kulit
berhubungan dengan
perubahan sirkulasi
dan neurologist.
a. Kaji integritas kulit,
catat perubahan pada
turgor, gangguan
warna, hangat local,
eritema, ekskoriasi.
b. Reposisi secara
periodic dan pijat
permukaan tulang
apabila pasien tidak
bergerak atau ditempat
tidur.
c. Anjurkan pemukaan
kulit kering dan bersih.
Batasi penggunaan
sabun.
d. Bantu untuk latihan
rentang gerak.
e. Gunakan alat
pelindung, misalnya
kulit domba, keranjang,
kasur tekanan udara/air.
Pelindung tumit/siku
a. kondisi kulit
dipengaruhi oleh
sirkulasi, nutrisi dan
imobilisasi. Jaringan
dapat menjadi rapuh
dan cenderung untuk
infeksi dan rusak.
b. meningkatkan
sirkulasi kesemua kulit,
membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi
hipoksia seluler.
c. area lembab,
terkontaminasi,
memberikan media
yang sangat baik untuk
pertumbuhan
organisme patogenik.
Sabun dapat
mengeringkan kulit
secara berlebihan.
c. area lembab,

dan bantal sesuai
indikasi. (kolaborasi)

terkontaminasi,
memberikan media
yang sangat baik untuk
pertumbuhan
organisme patogenik.
Sabun dapat
mengeringkan kulit
secara berlebihan.
d. meningkatkan
sirkulasi jaringan,
mencegah stasis.
e. menghindari
kerusakan kulit dengan
mencegah
/menurunkan tekanan
terhadap permukaan
kulit.

6. Konstipasi atau
Diare berhubungan
dengan penurunan
masukan diet;
perubahan proses
pencernaan; efek
samping terapi obat.
a. Observasi warna
feses, konsistensi,
frekuensi dan jumlah.
b. Auskultasi bunyi
usus.
c. Awasi intake dan
output (makanan dan
cairan).
d. Dorong masukkan
cairan 2500-3000
ml/hari dalam toleransi
jantung.
a. membantu
mengidentifikasi
penyebab /factor
pemberat dan
intervensi yang tepat.
b. bunyi usus secara
umum meningkat pada
diare dan menurun
pada konstipasi.
c. dapat
mengidentifikasi
dehidrasi, kehilangan

e. Hindari makanan
yang membentuk gas.
f. Kaji kondisi kulit
perianal dengan sering,
catat perubahan kondisi
kulit atau mulai
kerusakan. Lakukan
perawatan perianal
setiap defekasi bila
terjadi diare.
g. Kolaborasi ahli gizi
untuk diet siembang
dengan tinggi serat dan
bulk.
h. Berikan pelembek
feses, stimulant ringan,
laksatif pembentuk
bulk atau enema sesuai
indikasi. Pantau
keefektifan.
(kolaborasi)
i. Berikan obat
antidiare, misalnya
Defenoxilat
Hidroklorida dengan
atropine (Lomotil) dan
obat mengabsorpsi air,
misalnya Metamucil.
(kolaborasi).

berlebihan atau alat
dalam mengidentifikasi
defisiensi diet.
d. membantu dalam
memperbaiki
konsistensi feses bila
konstipasi. Akan
membantu
memperthankan status
hidrasi pada diare.
e. menurunkan distress
gastric dan distensi
abdomen
f. mencegah ekskoriasi
kulit dan kerusakan.
g. serat menahan enzim
pencernaan dan
mengabsorpsi air dalam
alirannya sepanjang
traktus intestinal dan
dengan demikian
menghasilkan bulk,
yang bekerja sebagai
perangsang untuk
defekasi.
h. mempermudah
defekasi bila konstipasi
terjadi.
i. menurunkan motilitas
usus bila diare terjadi.

7. Kurang pengetahuan
sehubungan dengan
kurang
terpajan/mengingat ;
salah interpretasi
informasi ; tidak
mengenal sumber
informasi.
a. Berikan informasi
tentang anemia
spesifik. Diskusikan
kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe
dan beratnya anemia.
b. Tinjau tujuan dan
persiapan untuk
pemeriksaan
diagnostic.
c. Kaji tingkat
pengetahuan klien dan
keluarga tentang
penyakitnya.
d. Berikan penjelasan
pada klien tentang
penyakitnya dan
kondisinya sekarang.
e. Anjurkan klien dan
keluarga untuk
memperhatikan diet
makanan nya.
f. Minta klien dan
keluarga mengulangi
kembali tentang materi
yang telah diberikan.


a. memberikan dasar
pengetahuan sehingga
pasien dapat membuat
pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas
dan dapat
meningkatkan
kerjasama dalam
program terapi.
b. ansietas/ketakutan
tentang ketidaktahuan
meningkatkan stress,
selanjutnya
meningkatkan beban
jantung. Pengetahuan
menurunkan ansietas.
c. mengetahui seberapa
jauh pengalaman dan
pengetahuan klien dan
keluarga tentang
penyakitnya.
d. dengan mengetahui
penyakit dan
kondisinya sekarang,
klien dan keluarganya
akan merasa tenang
dan mengurangi rasa
cemas.
e. diet dan pola makan
yang tepat membantu
proses penyembuhan.

f. mengetahui seberapa
jauh pemahaman klien
dan keluarga serta
menilai keberhasilan
dari tindakan yang
dilakukan.

D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 1999).
2) Macam-macam anemia
Anemia karena kehilangan darah, Anemia aplastik, Anemia
megaloblastik, Anemia Hemolitik, Anemia defisisensi Fe, Anemia
defisiensi Fe pada kehamilan, Anemia Pernisiosa, Anemia
Permisiosa pada kehamilan, Anemia Hemolisis.
3) Asuhan keperawatan harus diberikan sesuai diagnosa yang sudah
ditentukan.

B. Saran
1) Bagi masyarakat harus banyak mengkonsumsi makanan bergizi
yang banyak mengandung zat besi, lemak, folate, dll.
2) Bagi tenaga kesehatan harus bisa mengidentifikasi jenis anemia
yang diderita dan penanganan yang hers diberikan.
3) Bagi perawat harus bisa memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan diagnosa yang telah ditegakkan.

You might also like