You are on page 1of 17

49

BAB III
EKSPANSI ADIABATIK
3.1. Tujuan Percobaan
Mengetahui hubungan antara tekanan dan temperatur, serta besarnya
penyimpangan yang terjadi pada proses Ekspansi Adiabatik berdasarkan Hukum
Termodinamika I melalui proses:
- Ekspansi udara dari tangki bertekanan (A) ke tangki vakum (B).
- Ekspansi udara dari tangki bertekanan (B) ke atmosfer.
- Ekspansi udara dari tangki bertekanan (B) ke atmosfer melalui tangki
bertekanan (C).

3.2. Tinjauan Pustaka
Termodinamika berasal dari dua kata yaitu thermal (yang berkenaan
dengan panas) dan dinamika (yang berkenaan dengan pergerakan).Termodinamika
adalah kajian mengenai hubungan,panas, kerja, dan energy dan secara khusus
perubahan panas menjadi kerja.
[3]

Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa energi adalah kekal.
Bahwa, meskipun dapat diubah dalam bentuk dan dipindahkan dari satu tempat yang
lain, total kuantitas tetap konstan. Dengan demikian, hukum pertama termodinamika
bergantung pada konsep energi; tapi, sebaliknya, energi merupakan fungsi
termodinamika yang penting karena memungkinkan hukum pertama yang dirumuskan.
Ketika diterapkan pada sistem tertutup (massa konstan) yang hanya
bentuk energi yang berubah adalah energi internal, hukum pertama termodinamika
dinyatakan secara matematis sebagai berikut:


dW dQ dU
t
+ =
[1]
(3.2.1)
W Q U + = A (3.2.2)
Q bertanda + bila energi terserap sistem
Q bertanda bila energi dilepas sistem
W bertanda + bila sistem dikenai kerja
W bertanda bila sistem melakukan kerja
[6]
Hukum kedua mensyaratkan bahwa entropi dari sistem terisolasi
meningkatkan atau, dalam batas, di mana sistem telah mencapai keadaan setimbang,
tetap konstan. Untuk sistem tertutup (tapi tidak terisolasi) membutuhkan bahwa setiap
penurunan entropi baik dalam sistem atau sekitarnya lebih dari dikompensasi oleh
peningkatan entropi dalam bagian lain atau di batas, di mana proses ini reversibel, total
entropi sistem sekitarnya konstan.



50

Untuk system tertutup semacam ini, kerja pada proses reversible dapat dihitung
dari
t
rev
PdV dW = (3.2.3)
Dimana P adalah tekanan mutlak dan V
t
adalah volume total dari sistem.
[1]

Sebuah proses, dimana perubahan dalam arah sebaliknya, akan membalik
proses seutuhnya, dikenal dengan proses reversibel. Sebagai contoh, jika selama
proses termodinamika dari keadaan 1 ke 2, kerja yang dilakukan oleh gas adalah W1-
2, dan kalor yang diserap adalah Q1-2. Sekarang jika kerja dilakukan pada gas sebesar
W1-2 dan mengeluarkan kalor sebesar Q1-2, kita akan membawa sistem kembali dari
keadaan 2 ke 1, proses disebut reversibel.
Pada proses reversibel, seharusnya tidak ada kerugian panas karena
gesekan, radiasi atau konduksi, dsb. Siklus akan reversibel jika semua proses
yang membentuk siklus 3 adalah reversibel. Maka pada siklus reversibel, kondisi awal
dicapai kembali pada akhir siklus.
Tetapi jika perubahan tidak membalik proses, maka disebut proses ireversibel.
Pada proses ireversibel, terjadi kerugian panas karena gesekan, radiasi atau konduksi.
Dalam keadaan di lapangan, sebagian besar proses adalah ireversibel.
Penyebab utama ireversibel adalah: (1) gesekan mekanik dan fluida, (2) ekspansi tak
tertahan, (3) perpindahan panas dengan perbedaan temperatur tertentu. Lebih jauh,
gesekan akan merubah kerja mekanik menjadi panas. Panas ini tidak bisa dirubah
kembali dalam jumlah yang sama ke dalam kerja mekanik. Sehingga jika ada gesekan
di dalam proses maka proses adalah ireversibel.
Proses isotermal bisa dicapai jika proses begitu lambat sehingga kalor yang
diserap atau dilepaskan pada laju dimana temperatur tetap konstan. Dengan cara yang
sama, proses adiabatik bisa dicapai jika proses terjadi dengan sangat cepat sehingga
tidak ada waktu bagi kalor untuk masuk atau meninggalkan gas.
Dengan pandangan tersebut, proses isotermal dan adiabatik dianggap sebagai
proses reversibel.
[3]
Ekspansi adiabatik reversibel, pada proses adiabatik terjadi apabila tidak ada
perpindahan panas antara sistem dan lingkungan atau sekelilingnya dalam hal ini dQ = 0
sehingga
dU = dW = -PdV (3.2.4)
Karena perubahan energi dalam untuk setiap proses yang melibatkan gas ideal, maka
CvdT = -PdV (3.2.5)
Integrasi dengan Cv dan Cp konstan akan relasi T, P dan V:
V
dV
Cv
R
T
dT
= (3.2.6)




51



Jika ratio Cp/Cv dinyatakan dengan konstanta adiabatis () maka:
Cv
R
1+ =
+
=
Cv
R Cv

(3.2.7)
1
Cv
R
= (3.2.8)

Integrasi dengan Cv konstan:
[2]
1
2
1
1
2
V
V
T
T

|
|
.
|

\
|
=

(3.2.9)

1 -
2
1
1
2
P
P
T
T
|
|
.
|

\
|
= (3.2.10)

1
1
2
1
2
1
P
P
V
V

|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
(3.2.11)
Ekspansi adiabatik irreversibel, proses irreversible adalah proses dimana
perubahan entropi harus positif(S>0).
[4]
Aplikasi ekspansi adiabatik dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Turbin
Ekspansi gas dalam nozzle akan menghasilkan aliran berkecepatan tinggi yang
merupakan prdapat dikonversi menjadi shaft work, kemudian aliran dialirkan melalui
blade untuk tujuan shaft rotasi.

Gambar 3.2.1. Pembangkit listrik tenaga uap sederhana

Langkah-langkah:
12 : Proses ekspansi adiabatik irreversibel
12 : Proses ekspansi adiabatik reversible
[2]


1

P1
P2
2


S

2

H

(H)
S
H

S

52

2. Siklus Carnot









Gambar 3.2.2. Siklus carnot pada diagram T, S
Langkah langkah penjelasan pada Gambar Siklus Carnot, adalah:
Langkah 1 2:
Proses pemanasan dengan tekanan konstan di dalam boiler.
Langkah 2 3:
Proses reversibel, dimana ekspansi adiabatik pada keadaan uap jenuh menghasilkan
campuran zat cair jenuh dan uap jenuh pada TC (Proses ekspansi adiabatik
reversibel) di dalam kondensor.
Langkah 3 4:
Proses kondensasi dimana tidak terjadi panas pada T
C
(Proses kondensasi isothermal)
Langkah 4 1:
Kembali pada proses dalam keadaan jenuh (Proses kompresi isentropi)
[2]

1
4
S
3
T
T
C

2
T
H

53



3.3. Variabel Percobaan
A. Ekspansi udara dari tangki bertekanan (A) ke tangki vakum (B)
Variabel berubah : Tekanan (P
A
) 1 ; 1,5 ; 2 ; 2,5 (kg/cm
2
)
Variabel tetap : Tekanan tangki vakum 0 kg/cm
2

B. Ekspansi udara dari tangki bertekanan (B) ke atmosfer
Variabel berubah : Tekanan udara ke tangki (B) sampai tekanan 1 ; 1,5 ; 2 ;
2,5 (kg/cm
2
)
Variabel tetap : Tekanan udara luar 760 kg/cm
2

C. Ekspansi udara dari tangki bertekanan (B) ke atmosfer melalui tangki bertekanan
(C)
Variabel berubah : Tekanan udara dari tangki (B) ke atmosfer melalui tangki
bertekanan C sampai tekanan : 1 ; 1,5 ; 2 ; 2,5 (kg/cm
2
)
Variabel tetap : Tekanan udara luar 760 kg/cm
2


3.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan:
- barometer
- kompresor udara
- pompa vakum
- stopwatch
- tangki adiabatik
- termometer
B. Bahan yang digunakan:
- udara





3.5. Prosedur Percobaan
A. Ekspansi udara dari tangki bertekanan (A) ke tangki vakum (B).
menutup valve 2 dan 4 serta membuka 1 dan 3
menghidupkan motor kompresor sampai tekanan tertentu (sesuai variabel)
mematikan kompresor bila tekanan yang diinginkan telah tercapai
menghampakan tangki B dengan pompa vakum, kemudian menutup valve 3
dan mematikan pompa vakum
mencatat suhu dan tekanan awal pada tangki A dan tangki B, lalu membuka
valve 2 dan menyalakan stopwatch
menutup valve dengan cepat apabila tekanan kedua tangki telah sama dan
mematikan stopwatch, mencatat waktu yang diperlukan serta mencatat suhu
dan tekanan pada masing masing tangki
mengulangi prosedur diatas masing masing sebanyak 3 kali sesuai run, yaitu
1 ; 1,5 ; 2 dan 2,5 kg/cm
2
.
B. Ekspansi udara dan tangki bertekanan (B) ke atmosfer.
membuka valve 1 dan 2 serta menutup valve 3 dan 4.
menghidupkan motor kompresor dan mengalirkan udara ke dalam tangki B
sampai mencapai tekanan tertentu (sesuai variabel) dengan membuka valve 1
dan 2
54

mematikan motor kompresor bila tekanan yang diinginkan tercapai
membaca suhu dan tekanan awal pada tangki B dan atmosfer
membuka valve 4 dan menyalakan stopwatch.
menutup valve 4 dengan cepat apabila tekanan tangki B dan atmosfer telah
sama dan mematikan stopwatch, mencatat waktu yang diperlukan serta
mencatat suhu dan tekanan pada masing masing tangki.
mengulangi percobaan masing masing sebanyak 3 kali sesuai run, yaitu 1 ;
1,5 ; 2 dan 2,5 kg/cm
2
.
C. Ekspansi udara dari tangki bertekanan (B) ke atmosfer melalui tangki bertekanan
(C).
- membuka valve 1, 2, 4 ,5 serta menutup valve 3 dan 6
- menghidupkan motor kompresor dan mengalirkan udara ke dalam tangki C
hingga 0,5 kg/m
2
melalui tangki B dengan membuka valve 1, 2, 4 dan 5
- menutup valve 4 dan 5 kemudian mengalirkan udara ke tangki B hingga
tekanan
- mematikan motor kompresor apabila mencapai tekanan yang diinginkan dan
menutup valve 1 dan 2
- membaca suhu dan tekanan awal pada tangki B, tangki C dan atmosfer
- membuka valve 4,5, dan 6 secara bersamaan dan menyalakan stopwatch
- mencatat waktu yang dibutuhkan sampai tekanan pada tangki C sama dengan
atmosfer
mengulangi prosedur di atas untuk masing-masing tekanan, sebanyak 3 kali,
yaitu 1 ; 1,5 ; 2 dan 2,5 kg/cm
2
.


55



3.6. Gambar Peralatan








Gambar 3.6.1. Instrumen Ekspansi Adiabatik
Keterangan:
1. Chanel penguat
A. Kompresor
B. Tangki adiabatik dengan isolasi
C. Tangki adiabatik dengan isolasi
2. Valve
A. Valve 1
B. Valve 2
C. Valve 3
D. Valve 4
E. Valve 5
3. Manometer
A. Manometer tangki A
B. Manometer tangki B
C. Manometer tangki C
4. Pipa penyangga
5. Dasar penyangga
6. Pompa vakum
7. Thermometer
1
1A
1B
1C
2C
3A
7
2A
2E 2B 2D
3B 3C
4
5
6
56

3.7. Data Pengamatan
Tabel 3.7.1. Data pengamatan proses ekspansi dari tangki bertekanan (A) ke
tangki vakum (B)
Run
P
A1
(kg/cm
2
)
P
B1
(kg/cm
2
)
T
A1
(C)
T
B1
(C)
P
A2

(kg/cm
2
)
P
B2

(kg/cm
2
)
T
A2

(C)
T
B2

(C)
Waktu
(detik)
1
1 0
24 26 0,5 0,5 22,5 28 3
2 24 26 0,5 0,5 22 28 3,5
3 24 26 0,5 0,5 22 28 3,3
1
1,5 0
25 28 0,75 0,75 22 29 6
2 25 28 0,75 0,75 22 29 6,5
3 25 28 0,75 0,75 22 29 6,3
1
2 0
25 28 1 1 25 30 8
2 25 27 1 1 24 29 7,5
3 25 28 1 1 24,5 29,5 7
1
2,5 0
25 27 1 1 23 31 12
2 24 27 1 1 23 31 10
3 24,5 27 1 1 23 31 11

Tabel 3.7.2. Data pengamatan proses ekspansi dari tangki bertekanan (B) ke
atmosfer
Run
P
B1
(kg/cm
2
)
P
B2
(kg/cm
2
)
T
B1
(C)
T
B2
(C)
P
ATM1

(mmHg)
P
ATM2

(mmHg)
T
ATM1

(C)
T
ATM2

(C)
Waktu
(detik)
1
1
0,6 31 30 760 788 25 21 3
2 0,5 29 27 760 773 25 21 2,5
3 0,6 29 29 760 781 25 21 2,5
1
1.5
0,8 33 30 760 779 25 17 3,8
2 0,9 34 32 760 777 25 16 4,3
3 0,75 34 31 760 778 25 17 4,3
1
2
1,2 32 29 760 779 25 13 5,8
2 1,1 36 33 760 794 25 12 5,5
3 1,0 34 30 760 796 25 14 5,9
1
2,5
1,6 38 35 760 796 25 10 3,5
2 1,5 38 35 760 800 25 11 4
3 1,5 38 35 760 796 25 11 3

57



Tabel 3.7.3. Data pengamatan proses ekspansi dari tangki bertekanan (B) ke
atmosfer melalui tangki bertekanan (C)
Run
P
B1
(kg/cm
2
)
P
C1
(kg/cm
2
)
P
atm1
(mmHg)
T
B1
(C)
T
C1
(C)
T
atm1
(C)
P
B2
(kg/cm
2
)
P
C2
(kg/cm
2
)
P
atm2
(mmHg)
T
B2
(C)
T
C2
(C)
T
atm2
(C)
Waktu
(detik)
1
1
0,5 760 31 30 25 0,7 0,1 793 29 28 28 2
2 0,5 760 31 30 28 0,8 0,1 794 30 28 26 2,5
3 0,5 760 31 30 27 0,75 0,1 794 29 28 25 2,3
1
1,5
0,5 760 34 30 27 1 0,25 774 32 28 25 2,2
2 0,5 760 33 26 29 1 0,25 776 32 28 25 3
3 0,5 760 33 28 29 1 0,25 775 32 28 25 2,7
1
2
0,5 760 35 28 29 1,2 0,3 770 34 28 26 4
2 0,5 760 34 28 27 1,1 0,3 773 33 27 24 4,5
3 0,5 760 35 28 28 1,2 0,3 772 33 27 25 4,3
1
2,5
0,5 760 36 27,5 25 1,9 0,3 784 33 27 24 2,5
2 0,5 760 33 28 25 1,9 0,3 782 31 27 24 2
3 0,5 760 34 27 25 1,9 0,3 783 32 27 24 2,3
























58


59













































60











































61



3.9. Grafik

Grafik 3.9.1. Hubungan antara
1
A
P dengan
1
A
T dan
2
A
T pada proses ekspansi adiabatik
dari tangki bertekanan (A) ke tangki bertekanan (B)

Grafik 3.9.2. Hubungan antara
1
A
P dengan
1
B
T dan
2
B
T pada proses ekspansi adiabatik
dari tangki bertekanan (A) ke tangki bertekanan (B)
y = 0.0031x + 297.25
R = 0.1636
295
295.5
296
296.5
297
297.5
298
298.5
50 100 150 200 250 300
T

(
K
)

PA 1
(kN/m
2
)

TA 1
TA 2
y = 0.0054x + 299.38
R = 0.1524
y = 0.0194x + 299.2
R = 0.9627
298
299
300
301
302
303
304
305
0 50 100 150 200 250 300
T

(
K
)

PA 1
(kN/m
2
)

TB 1
TB 2
62


Grafik 3.9.3. Hubungan antara
1
A
P

dengan % Kesalahan pada proses ekspansi adiabatik
dari tangki bertekanan (A) ke tangki bertekanan (B)


Grafik 3.9.4. Hubungan antara
1
B
P dengan
1
B
T dan
2
B
T pada proses ekspansi adiabatik
dari tangki bertekanan (B) ke atmosfer

y = 2E-05x + 0.0016
R = 0.1575
0.00%
0.25%
0.50%
0.75%
1.00%
50 100 150 200 250 300
G
a
l
a
t

PA 1
(kN/m
2
)

y = 0.0517x + 298.12
R = 0.9227
y = 0.0381x + 297.95
R = 0.8253
300
302
304
306
308
310
312
0 50 100 150 200 250 300
TB 1
TB 2
63




Grafik 3.9.5. Hubungan antara
1
B
P dengan
1
atm
T dan
2
atm
T pada proses ekspansi
adiabatik dari tangki bertekanan (B) ke atmosfer


Grafik 3.9.6. Hubungan antara
1
B
P

dengan % Kesalahan pada proses ekspansi adiabatik
dari tangki bertekanan (B) ke atmosfer

y = 298.15
y = -0.0707x + 300.62
R = 0.9833
282
284
286
288
290
292
294
296
298
300
0 50 100 150 200 250 300
T atm 1
T atm 2
y = 4E-05x + 0.0005
R = 0.6897
0.00%
0.20%
0.40%
0.60%
0.80%
1.00%
1.20%
50 100 150 200 250 300
64


Grafik 3.9.7. Hubungan antara
1
B
P dengan
1
B
T dan
2
B
T pada proses ekspansi adiabatik
dari tangki bertekanan (B) ke Atmosfer melalui tangki bertekanan (C)


Grafik 3.9.8. Hubungan antara
1
B
P dengan % kesalahan pada proses ekspansi adiabatik
dari tangki bertekanan (B) ke Atmosfer melalui tangki bertekanan (C)


y = 0.0231x + 302.52
R = 0.7811
y = 0.019x + 301.55
R = 0.5158
302
303
304
305
306
307
308
309
0 50 100 150 200 250 300
TA 1
TA 2
y = -8E-06x + 0.0053
R = 0.1536
0.00%
0.10%
0.20%
0.30%
0.40%
0.50%
0.60%
50 100 150 200 250 300
65



3.10. Pembahasan
A. Proses ekspansi dari tangki bertekanan (A) ke tangki vakum (B)
Pada grafik 3.9.1 dan 3.9.2 menunjukkan hubungan antara P
A1
terhadap T
A1
dan
T
A2
serta antara P
A1
terhadap T
B1
dan T
B2
berbanding lurus antara suhu dan
tekanannya, semakin besar tekanannya maka suhu juga semakin tinggi. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suhu berbanding lurus dengan
tekanan. Pada grafik 3.9.3 dilihat dari % kesalahan T
B2
, pada tangki B
didapatkan % kesalahan pada proses ekspansi adibatik berbanding lurus terhadap
tekanan. Hal ini disebabkan penurunan suhu yang terjadi karena adanya kebocoran
pada ujung tangki dan isolator yang kurang baik serta pemasangan selang yang
kurang rapat.
B. Proses ekspansi dari tangki bertekanan (B) ke atmosfer
Pada grafik 3.9.4. menyatakan hubungan antara P
B1
terhadap T
B1
dan T
B2

berbanding lurus antara tekanan dan suhu, semakin besar tekanan maka suhu juga
semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suhu
berbanding lurus dengan tekanan. Pada grafik 3.9.6 menyatakan % kesalahan T
B1
,
kesalahan ini bisa disebabkan adanya penurunan suhu yang terjadi karena
pemasangan selang yang kurang rapat serta ada kebocoran pada ujung tangki.
C. Proses ekspansi dari tangki bertekanan (B) ke atmosfer melalui tangki bertekanan
(C)
Pada grafik 3.9.7. menyatakan hubungan antara P
B1
terhadap T
B1
dan T
B2
berbanding lurus antara tekanan dan suhu, semakin besar tekanan maka suhunya
juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suhu
berbanding lurus dengan tekanan. Pada grafik 3.9.8. dilihat dari % kesalahan T
B2
,
pada tangki B didapatkan % kesalahan pada proses ekspansi adibatik, kesalahan
ini disebabkan adanya penurunan suhu yang terjadi karena pemasangan selang
yang kurang rapat serta ada kebocoran pada ujung tangki.
3.11. Kesimpulan
- Hubungan antara tekanan dan temperature adalah berbanding lurus, jika
tekanan semakin tinggi maka suhu akan semakin tinggi juga, begitu pula jika
tekanan semakin rendah maka suhu akan semakin rendah juga.
- Penyimpangan temperatur setelah proses ekspansi sebanding dengan variabel
tekanan, namun pada praktikum tidak berbanding lurus. Persen (%) kesalahan
yang terbesar didapatkan pada variabel tekanan 1,5 kg/cm
2
.

You might also like